Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Nama Anggota Kelompok:

1. Ade Maulana Rahmatullah (01)


2. Faiz Irya Ginar (02)
3. Sanjaya (03)
4. I Kadek Evo Yana (04)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


TAHUN AJARAN 2018/2019
UNIVERSITAS MAHASARASWATI GIANYAR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan karya tulis
bahasa Indonesia ini dengan judul “Komunikasi Lintas Budaya“. Karya ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.Namun penulis menyadari bahwa
makalah ini banyak memiliki kekurangan atau kesalahan, baik dari segi isinya,
bahasa,analisis dan lain sebagainya. Untuk itu saran, kritik, dan perbaikan yang
membangun dari pembaca dengan senang hati saya terima. Semoga berfanfaat
dan saya ucapan terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya........................................ 2
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya....................................... 2
2.3 Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya............................................ 3
2.4 Mengenali Perbedaan Budaya................................................................. 4
2.5 Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya............................... 8
2.6 Menghadapi Reaksi Etnosentris.............................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Saran........................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi dewasa ini , komunikasi antar budaya merupakan hal
yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar
budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin
nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas
penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi
yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi
anatr budaya.  Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang
menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang
budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai
komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti
komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika
sosial dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
fungsi komunikasi antar budaya, yaitu meliputi fungsi  pribadi dan sosial
komunikasi antar budaya. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui juga mengenai
hakikat komunikasi antar budaya, prinsip- prinsip komunikasi antar budaya,
serta saluran komunikasi antar budaya.
 
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?
2. Apa itu budaya dan perbedaan budaya?
3. Bagaimana cara menghindari reaksi etnosentris?

1.3 Tujuan
1. Memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya
2. Memahami budaya dan perbedaan budaya
3. Memahami cara menghindari reaksi etnosentris
 
 

1
BAB II
TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya


Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan
dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan
memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara.
Pengertian lintas buday adalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing
(internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai
daerah dalam wilayah suatu negara. Sebagaimana diketahui, setiap daerah
yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh
daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang
lain, bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka
memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana
mereka meyakini atau memp ercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari
nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana
mereka memperlakukan suatu produk.
 Begitu pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan
ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya
disuatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk
bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak
terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.
 
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses menngirim dan menerima
pesan bisnis antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya
merupakan salah satu hambatan komunikasi yang palimg sulit diatasi.
Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayanya tidak
mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi.
 Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012), yang dimaksud dengan
komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen
atau antara konsumen yang berbeda budaya dengan pemasar paling tidak

2
pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa, agama, norma-norma
sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup.
Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut organisasi atau perusahaan
untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan budaya. Menghormati hak
terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar, para
pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak
terhadap budaya masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam
pemasaran lintas budaya maka mereka harus menghormati nilai-nilai serta
hak yang dimiliki oleh konsumen.
Perusahaan keluarga atau tertutup telah banyak berubah menjadi
Perusahaan terbuka. perusahaan lokal dan nasional telah berkembang menjadi
Multinational Company (MNC) yang berskala internasional. Misalnya,
Unilever, P&G, IBM, dan Coca-Cola membuka cabangnya di berbagai negara
atau berafiliasi dengan perusahaan asing. Meningkatnya kerja sama
perdagangan dan berkurangnya halangan untuk memasuki pasar akan
memperluas arena perdagangan internasional. Contoh kerja sama
perdagangan global adalah WTO. AFTA, dan NAFTA.
Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan budaya asing. Baik berada di negara sendiri maupun di negara asing,
tetap ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan seseorang dengan
berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Interaksi lintas budaya terjadi
dalam komunikasi internal maupun ekstenal perusahaan. Dalam komunikasi
internal akan terjadi interaksi antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa
dan suku bangsa. Sementara dalam komunikasi ekstermal, perusahaan akan
berhadapan dengan pelanggan, pemasok, investor, dan pesaing dari berbagai
negara. Untuk mempermudah komunikasi, pekerja tidak hanya dituntut
mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional, tetapi juga
meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.
 
2.3 Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma
tingkah laku yang dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga

3
diarti- kan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap. dan perilaku
sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki
asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan
ber- komunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa
sesuai asumsi yang dianut.
Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan
dan perbedaan dalam aspek – aspek tetentu. setiap manusia menganut
budayanya sendiri-sendiri. Budaya memengruhi seseorang sejak dalam
kandungan  sampai meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal
dunia pun dipengaruhi oleh budaya.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar
dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim
hingga dalam interaksi antara  orang-orang yang budayanya sama, tetapi
subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan
antara budaya yang satu dengan yang lain terganntung pada tingkat keunikan
masing-masing.
Mengakui dan mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa
mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk meninggalkan identitas diri
merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang efektif.
Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap
perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman
terhadap perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.
 
2.4 Mengenali Perbedaan Budaya
ketika seseorang sedang berkomunikasi, pada umumnya orang tersebut
akan berasumsi mengenai budayanya sendiri dan menganggap orang lain
memiliki budayanya sendiri. perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai
sosial, gagasan mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap
terhadap waktu, penggunaan ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan
santun, dan tingkah laku etis (Bovee dan Thill, 2003:69).
1. Nilai-Nilai Sosial

4
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi tindakan seseorang.
2. Peran dan Status
Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa
hormat kepada atasan. konsep status juga berbeda-beda. misalnya,
manajer puncak di Amerika Serikat emiliki ruang kerja khusus. namun di
prancis, manajer puncak bekerja diruang terbuka dan dikelilingi para
menajer menegah.
3. Adat Pembuatan Keputusan
Di amerika serikat dan kanada, pelaku bisnis berusaha memcapai
keputusan secepat dan seefisien mungkin. manajer puncak cukup
memikirkan hal-hal pokok saja. sedangkan di yunani, mengabaikan
rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan tidak dapat di percaya. di
pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif tinggi.
di sina dan jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus
melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. persetujuan harus
lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.
4. Konsep Mengenai Waktu
Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah
pengertian. bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi
penentu rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada
periode tertentu. pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi
eksekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih
penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. waktu
yang dierlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi
bisnis cukup fleskibel.
5. Konsep Ruang Pribadi
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda.
prang kanada dan amerika serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki
ketika berbicara mengenai bisnis. jarak tersebut terlalu dekat bagi orang

5
jerman dan jepang. akan tetapi, bagi orang arab dan amerika latin. jarak
tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.
6. Konteks Budaya
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti
pada sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya
merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai
makna di antara mereka yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall
(dalam Quible. 1996:409) membagi konteks budaya menjadi dua tingkat.
yaitu budaya konteks tinggi (high context culture) dan budaya konteks
rendah (low context culture).
Budaya konteks tinggi (misalnya., Korea dan Taiwan) cenderung
lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal (ekspresi muka,
bahasa tubuh) daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah
(misalnya, Amerika dan Eropa) lebih memperhatikan pesan yang
diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah,
persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar
hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan
kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan
terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara
orang-orang yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan
berlangsung lebih lancar dan mudah.
7. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan
yang membingungkan. Namun, bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab
adanya salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya
tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya
berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang dikirimkan oleh
bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’, orang Amerika
Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk,
orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat
dagunya.

6
Ucapan selamat datang disampaikan oleh orang Indonesia dengan
cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang
dengan menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan
lidah merupakan suatu ejekan.
8. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap
kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi
antara satu negara dengan negara yang lain. Memberi hadiah kepada istri
orang lain dianggap tidak sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas
meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri dianggap biasa oleh
orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinaan oleh orang
Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangstung lima sampai tujuh kali
ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan sebagai
penolakan. Sementara di Perancis, orang lebih suka berjabatan tangan
hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan
merasa dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan
keramahtamahan dalam bentuk apapun.
9. Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra
kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal
itu sudah menjadi kehiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal.
Namun, di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal, dan
tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat dilarang
membayar ekstra kepada pegawai negeri di mana pun. Di Inggris dan
Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah hingga terbukti
menang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap bersalah
hingga bisa mem- buktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting
bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.
10. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu.
Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusah.an dan pekerjaan
yang dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan

7
yang dilakukan orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam
bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih
dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya benturan budaya
perusahaan.
 
2.5 Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
Hambatan komunikasi dalam komunikasi lintas budaya mempunyai
bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam didalam air. Dimana
hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above
waterline) dan dibawah air (below waterline).
Faktor-faktor hambatan komunikasi lintas budaya yang berada dibawah
air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau
sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau
diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi, norma,
stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.
Terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi lintas budaya yang
berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih
mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk
fisik, hambatan-hambatan tersebut adalah
1. Fisik (Physical). Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari
hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik
2. Budaya (Cultural). Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama
dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang
lainnya
3. Persepsi (Perceptual). Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap
orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga
untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran
yang berbeda-beda
4. Motivasi (Motivational). Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat
motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang
menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak
punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi

8
5. Pengalaman (Experiantial). Experiental adalah jenis hambatan yang
terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang
sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang
berbeda-beda dalam melihat sesuatu
6. Emosi (Emotional). Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi
dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan
komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui
7. Bahasa (Linguistic). Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi
apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver)
menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh penerima pesan
8. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk
kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah
wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika pengirim pesan
melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi
penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan
merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada
penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition). Hambatan semacam ini muncul apabila
menerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan,
contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena
melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan
mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal.
 
2.6 Menghadapi Reaksi Etnosentris
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain
menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang
elompok lain lebih rendah (Bovee dan Thill, 2003:78), semakin besar
kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya semakin dekat mereka dengan
kelompok tersebut. Orang yang etnosentris sering berpandangan streotip,
yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter individu atas dasar
keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.

9
 
Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar
permasalahan resialisme apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris
dalam berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak
menerima adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal
karena adanya ketersinggungan. untuk menghindari reaksi etnosentris dapat
dpiergunakan beberapa cara berikut (Haryani, 2001:69)
1. Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada budaya inferior dan superior, selain itu tidak ada budaya
yang salah dan tidak ada budaya yang benar. Pelaku komunikasi harus
menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk
kelompok sendiri
2. Menerapkan kaidah emas
Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita
ingin diperlakukan. Cara itu relative muda dilakukan karena tidak perlu
dilakukan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.
3. Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka
memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relative lebih sulit dari
kaidah emas karena harus memahami nilainilai yang dianut orang lain.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

10
 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi
bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis
di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama
antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik
melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun
kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan
komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.

3.2 Saran
Hendaknya para pelaku bisnis dan masyarakat umum mau mempelajari
dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan
hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik
itu budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi
kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.

11

Anda mungkin juga menyukai