Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

KOMUNIKASI BISNIS
“ Komunikasi Lintas Budaya”

Oleh :

Windy Febrianto

D1A118003

018A

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman,
kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan makalah. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masi memiliki banyak
kekurangan oleh karena penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun.

Kendari, Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................i

KATAPENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB l PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................2

BAB ll PEMBAHASAN.................................................................................3

A. pengertian komunikasi lintas budaya .............................................3

B. fungsi komunikasi fungsi lintas budaya ..........................................3

C. komunikasi lintas budaya sangat penting ......................................4

D. hambatan komunikasi lintas budaya .............................................5

E. Dimensi Dan Unsur Budaya..............................................................7

BAB lll PENUTUP........................................................................................15

A. Kesimpulan.........................................................................................15

B. Saran...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16

iii
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakng

Pada awalnya studi Lintas Budaya berasal dari perspektif antropologi sos-bud
yang bersifat depth description yaitu penggambaran mendalam tentang perilaku
komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu. Sehingga diawalnya Komunikasi
Lintas Budaya diartikan sebagai proses mempelajari komunikasi diantara individu
maupun kelompok suku, bangsa dan ras yang berbeda negara. Alasannya karena beda
negara pasti beda kebudayaannya. Sebaliknya adalah Komunikasi Antar Budaya yang
dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam suatu bangsa yang sama.
Seperti halnya masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam keberagaman
seperti agama, bangsa ras, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Indonesia terkenal
dengan keberagaman budayanya. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan
minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke generasi, melalui
usaha individu dan kelompok.
Komunikasi diperlukan untuk mengenal budaya yang satu dengan budaya yang
lainnya. Dengan berkomunikasi seseorang dapat memahami perbedaan antar budaya
yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan
timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasi pun
selalu menentukan budaya. Komunikasi antar budaya terjadi jika bagian yang terlibat
dalam kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang
berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya.

Melalui pemahaman lintas budaya ini, akan ditarik serat-serat perbedaan atau
persamaan lintas budaya secara individu atau masyarakat, selanjutnya dapat pula di
identifikasi unsur-unsur yang dapat melanggengkan komunikasi. Tentu saja untuk
memahami budaya orang lain, setiap perilaku komunikasi harus terlebih dahulu

1
memahami budayanya sendiri. Dengan kesadaran lintas budaya, selanjutnya akan
muncul sikap saling menghargai bagi setiap kebutuhan, aspirasi, perasaaan dan
masalah manusia. Komunikai lintas budaya (cross-cultural communication) atau
sering juga disebut dengan istilah komunikasi antar budaya bersifat informal,
personal dan tidak selalu terikat antar bangsa atau antar negara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian komunikasi lintas budaya ?
2. Bagaimana fungsi komunikasi fungsi lintas budaya ?
3. Mengapa komunikasi lintas budaya sangat penting ?
4. Apa hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya ?
5. Bagaimana Dimensi Dan Unsur Budaya?
C. Tujuan

Tujuan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi lintas budaya.
2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi fungsi lintas budaya.
3. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi lintas budaya.
4. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya.
5. Untuk mengetahui Dimensi Dan Unsur Budaya.

2
BAB ll

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara
orang-orang yang berbeda budaya. Ketika komunikasi tersebut terjadi antara orang-
orang berbeda bangsa(international), antaretnik(interethnical), kelompok
ras(interracial), atau komunikasi bahasa(intercommunal), disebut komunikasi lintas
budaya.
Menurut Liliweri (2003:9), dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Antarbudaya, memberikan definisi komunikasi antarbudaya atau komunikasi lintas
budaya sebagai pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antar dua orang yang
saling berbeda latar belakang budayanya.
Komunikasi Lintas Budaya dalam pengertian yang lebih luas lagi, merupakan
pertukaran pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner
antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya

B.     Fungsi Komunikasi Lintas Budaya


Komunikasi lintas budaya memiliki fungsi penting, terutama ketika seseorang
mulai menjalin hubungan bilateral, trilateral, atau multilateral. Secara khusus,
komunikasi lintas budaya berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian komunikasi
antarorang, antarsuku, dan antarbangsa yang berbeda budayanya. Ketika memasuki
wilayah(daerah) orang lain, seseorang dihadapkan dengan orang-orang yang sedikit
atau banyak berbeda, ditinjau dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan status lainnya.
C.     Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya sangat penting, terutama untuk mencapai hubungan
kerja sama yang saling menguntungkan. Pentingnya komunikasi lintas budaya untuk
membangu hubungan internasional yang serasi dapat ditemukan contohnya dari

3
hubungan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Hubungan kedua negara tersebut
berjalin harmonis sejak 1884, ketika pemerintah Amerika Serikat mengirim warganya
yang menjadi konsumen pertama produk property buatan korea selatan. Dari
fenomena hubungan ekonomi Amerika Serikat-Korea Selatan, diketahui bahwa
produktivitas dan profitabilitas meningkat ketika organisasi mampu menyerap budaya
dan mengomunikasikan harapan secara jelas.
Bagi banyak Negara, proses komunikasi yang ditunjukkan kedua Negara tersebut
dijadikan sebagai replikasi untuk mencapai kemajuan dalam menjalin hubungan
internasional. Replikasi tersebut tidak terbatas hanya dalam hubungan perdagangan
saja, melainkan juga hubungan pertukaran pelajar, kegiatan riset dan kebudayaan,
hingga masalah pertahanan keamanan. Kunci keberhasilan ini terletak pada aspek
koorientasi yang diperlihatkan kedua belah pihak.
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan
karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara
berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada
pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi
kita dengan orang lain selalu mengandung potensi Komunikasi Lintas Budaya atau
antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan
orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaan-perbedaan ekspektasi
budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan
komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul
kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui
dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud
konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antaretnis. Sebagai
salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-kesalahpahaman akibat
perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan
perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-prinsip Komunikasi Lintas Budaya
dan mempraktikkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain

4
D. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier


adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang
efektif.
Contoh kasus:
Kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala
mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti. Sedangkan di Jepang anggukan
kepala tidak bearti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut
mendengarkan.
Contoh lain adalah bahasa, di daerah sebut saja Surabaya, untuk memanggil
kamu dengan panggilan kon sudah menjadi biasa, di Cilacap kowe sudah menjadi
kebiasaan untuk memanggil sebagai ganti kamu, di Jakarta kadang menggunakan kata
loe sebagai sebutan kamu.
Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan
komunikasi semacam ini dapat kita lalui.
Jenis-jenis hambatan dalam komunikasi antar budaya antara lain:
Ada dua hambatan komunikasi antar budaya yang kita sebut above waterline dan
below waterline
1. Above waterline
Ada 9 jenis hambatan komunikasi antar buadaya yang berada diatas air,
hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-
hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut antara lain
adalah
a. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,
kebutuhan diri, dan juga media fisik.
b.Bu daya (Cultural)

5
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial
yang ada antara budaya yang satu dan yang lain.
c. (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang mempunyai persepsi yang
berbeda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan setiap sutu budaya akan
mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
d. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar,
maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan
tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi
sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
e. Pengalaman (Experiential)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak
memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap indibidu mempunyai ersepsi
dan juga konsen yang berbeda dalam melihat sesuatu.
f. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila
emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan
semakin besar dan sulit untuk dilalui.
g. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan
penerima pesan (reciever) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-
kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
h. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata
tetapi dapat menjadi hamabatan komunikasi. Contoh: wajah marah yang dibuat oleh
penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi.
Wajah marah tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja

6
pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan
kepada penerima pesan.
i. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan
kegiatan lain sambil mendengarkan. Contoh: menerima telepone seluler sambil
menyetir, karena melakukan 2 kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan
mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepone selulernya secara maksimal.
2. Below waterline
Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air
adlah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Hambatan
semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan
semacam ini adalah:
a. Persepsi (perception)
b. Norma (norms)
c. Stereotip (stereotyps)
d. Filosofi bisnis (business philosophy)
e. Aturan (rules)
f  Jaringan (networks)
g. Nilai (values)
h. Grup cabang (subcultures group)
E. Dimensi Dan Unsur Budaya

Budaya memiliki dimensi yang sangat luas, bahkan dapat dikatakan seluas dan
serumit kehidupan manusia itu sendiri. Tetapi, untuk kepentingan ilmiah, kebudayaan
dikelompokkan ke dalam beberapa unsur penting, yaitu:
1.      Sistem religi (agama) dan upacara keagamaan
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu
kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan

7
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam
memahami unsur religi sebagai kebudayaan manusia tidak dapat dipisahkan dari
religious emotion atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan adalah perasaan yang
ada di dalam diri manusia yang mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang
bersifat religius. Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus dipahami selain
emosi keagamaan, yakni sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan umat
yang menganut religi itu.
Misalnya, kepercayaan menyembah pada suatu kekuatan gaib di luar diri manusia,
berupa gunung, angin, hutan, dan laut. Kepercayaan tersebut berkembang pada
tingkatan yang lebih tinggi, yakni kepercayaan kepada satu dewa saja (monotheism)
dan lahirnya konsepsi agama wahyu, seperti Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen.
Sistem religi juga mencakup mengenai dongeng-dongeng atau cerita yang dianggap
suci mengenai sejarah para dewa-dewa (mitologi). Cerita keagamaan tersebut
terhimpun dalam buku-buku yang dianggap sebagai kesusastraan suci. Salah satu
unsur religi adalah aktivitas keagamaan di mana terdapat beberapa aspek seperti
benda-benda dan alat-alat yang digunakan dalam upacara keagamaan, yaitu patung-
patung, alat bunyi-bunyian, maupun sesaji untuk dilakukan dalam aktivitas tersebut.
2.      Sistem pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat,
keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di
dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan
berpikir menurut logika, atau percobaan yang bersifat empiris.1[11]
3.      Bahasa
Bahasa terdiri dari susunan kata-kata. Kata-kata disusun oleh simbol sehingga
bahasa merupakan susunan berlapis-lapis dari simbol yang ditata menurut ilmu
bahasa. Karena simbol-simbol itu berasal dari bunyi, ucapan yang dibentuk oleh
sebuah kebudayaan maka kata-kata maupun bahasa dibentuk pula oleh sebuah
1

8
kebudayaan. Jadi, bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting yang
mempengaruhi penerimaan dan perilaku manusia, perasaan dan kecenderungan
manusia untuk bertindak mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain, bahasa
mempengaruhi kesadaran, aktivitas dan gagasan manusia, menentukan benar atau
salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk.
Contoh studi kasus: Ketika Riski lulus sekolah menengah atas (SMA), Riski
memutuskan untuk melanjutkan studi ke Jawa Timur, tujuan Riski datang ke daerah
Pasuruan. Awalnya ketika Riski datang di Pasuruan, Riski merasa asing, terutama
dalam pengucapan bahasa yang mereka pakai sehari-hari. Dari budaya yang Riski
anut, Riski memiliki latar belakang budaya orang Jawa Tengah. Walaupun Riski
memiliki latar belakang budaya Jawa Tengah, namun Riski telah lama dan menetap di
Sumatera Selatan, sehingga adat kebudayaan Riski telah banyak mengikuti orang-
orang asli Palembang. Riski mampu berdialog dengan bahasa Jawa, namun bahasa
yang dipakai Riski khas Jawa Tengah. Ketika sampai di daerah Pasuaruan ia merasa
tidak nyaman, karena ia merasa bahwa ia mmerasa dikucilkan oleh rekan satu Kos-
nya. sesuatu ketika ada rekan satu kos Riski yang sakit, dengan dialog khas Jawa
Tengah Riski bilang “nak enek konco seng sakit yo di tilik’i. (kalau ada teman yang
sakit ya di jenguk)”. berhubung yang diajak berdialog orang Jawa Timur mereka
semua bingung. Yang mereka ketahui bahasa “menilik’i”(Jawa Tengah:
menjenguk/melihat. Jawa Timur: mencicipi/mencoba rasa sesuatu).
Dari contoh kasus diatas jelas bahwa dalam sebuah komunikasi antar budaya
terjadi sebuah gangguan (noice), sebenarnya apa yang hendak disampaikan benar
namun pada akhirnya bahasa yang diucapkan memiliki arti yang berbeda dari makna
yang diharapkan. Hal ini tentu sangat dipengaruhi dengan adanya perbedaan antara
kultur budaya pada suatu daerah tertentu. Bila kita kurang mengenal adat dan
kebiasaan masyarakat sekitar, maka kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Bahasa menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Bahasa memiliki sifat unik
dan kompleks yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi,
keunikan dan kekompleksan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar

9
komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari
orang lain.2[12]
4.      Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia terhadap keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.
5.      Sistem mata pencarian
Perhatian para antropolog masa awal pada sistem mata pencaharian ini terfokus
pada masalah mata pencaharian tradisional, diantaranya, berburu dan meramu,
beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan.
6.      Sistem teknologi dan peralatan
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut
cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat dan mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-
hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat perdesaan
yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi
tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu senjata,
wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan
perumahan, alat-alat transportasi.
Pengaruh beberapa unsur kebudayaan tersebut pada makna untuk persepsi
terutama pada aspek individual dan subjektifnya. Dalam pandangan budaya, suatu
objek atau peristiwa sosial yang sama dan memberikan makna objektif yang sama,
tetapi makna individualnya mungkin akan berbeda. Misalnya orang Amerika dengan
Arab sepakat menyatakan seseorang wanita berdasarkan wujud fisiknya. Tetapi
kemungkinan besar keduanya akan berbeda pendapat tentang bagaimana wanita itu
2

10
dalam makna sosialnya. Orang Amerika memandang nilai kesetaraan antara pria
dengan wanita, sementara orang Arab memendang wanita cenderung menekankan
wanita sebagai ibu rumah tangga.3[13]
Contoh Studi Kasus: Pada suatu ketika di jalan raya, terjadi perselisihan antara
seseorang yang suku jawa dengan seorang sopir angkot yang berasal dari daerah
tapanuli (batak). Permasalahan yang terjadi antara keduanya yakni senggol-
menyenggol kendaraan di tengah kemacetan. Karena tidak ada polisi dan kedua belah
pihak tetap pada pendiriannya, mereka sepakat menuju kantor polisi terdekat. Ketika
si sopir yang bersuku batak berbicara meledak-ledak, sang sopir di tegur oleh pak
polisi agar berbicara lebih santun dan tenang.
Dengan sekonyong-konyong ia berbicara: “Saya orang Batak, saya tidak bisa
berbicara halus seperti dia (sambil menunjuk ke arah orang yang bersuku jawa). Kami
orang batak kalau bicara lantang dan terus terang tetapi jujur, tidak seperti orang Jawa
yang bicara tidak jujur, berputar-putar dan berbelit-belit”. Untuk orang batak yang
baik adalah berbicara langsung, terbuka dan terus terang karena disitu nilai kejujuran
dan keterbukaan dijunjung. Namun bagi orang jawa, hal itu tidak sopan, kalau
berbicara sebaiknya harus santun.
Nilai Kebaikan untukseseorang yang bersuku jawa adalah sopan santun, bicara
halus dengan tutur kata yang baik dianggap keburukan bagi si sopir batak karena
dianggap berputar-putar, berbelit-belit dan tidak jujur. Begitu juga sebaliknya, bagi
orang yang bersuku jawa, sopir bersuku batak tersebut dianggap tidak sopan karena
telah berbicara dengan keras dan dianggap tidak santun. Ini adalah penggambaran
yang sangat jelas bagaimana budaya jawa dan budaya batak berpengaruh pada proses
komunikasi mereka. Dengan 2 budaya yang berbeda disertai juga dengan
karakteristik yang berbeda, hal ini akan jelas berpengaruh pada cara mereka
berkomunikasi.4[14]

11
Budaya tidak berhenti pada satu titik, tetapi berproses sepanjang waktu,
sebagaimana progresivitas akal budi (intelektual) manusia. Kajian komunikasi lintas
budaya tak dapat dilepaskan dari kebudayaan sebab dalam komunikasi lintas budaya
para peserta komunikasi dihadapkan dengan masalah perbedaan budaya. Pada
umumnya, perbedaan budaya yang paling menonjol meliputi perbedaan ras, nilai dan
norma, sistem religi, serta tradisi. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Ras
Membicarakan masalah ras adalah membicarakan perbedaan warna kulit, bentuk
muka, dan tubuh. Pengetahuan tentang hal ini akan memengaruhi seseorang dalam
tindak komunikasi. Perbedaan rasial merupakan perbedaan keturunan atau ras yang
secara fisik membedakan antara orang yang satu dan orang lain. Dan setiap ras
memiliki budayanya sendiri yang berbeda satu sama lain.
Kita juga mengenal budaya dan ras, bahwa ras-ras tertentu mempunyai sifat yang
sama. Orang hitam umumnya suku bangsa yang selalu riang gembira suka bernyanyi
dan terkadang dikatakan jorok dan kotor. Orang kulit kuning keturunan cina dan
jepang dikatakan manusia pekerja keras terkadang pelit. Perilaku itu dinamakan
perilaku ras, meskipun itu hanya merupakan perilaku rata-rata.5[15]
2.      Nilai dan Norma
Menurut Peoples dan Biley, nilai merupakan “kritik atas pemeliharaan budaya
secara keseluruhan karena hal ini mewakili kualitas yang dipercayai orang yang
penting untuk kelanjutan hidup meraka.” Hubungan antara nilai dan budaya begitu
kuat, sehingga sulit untuk membahas yang satu tanpa menyinggung yang lain. Seperti
yang ditulis oleh Macionis, nilai adalah “standar keinginan, kebaikan, dan keindahan
yang diartikan dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan sosial.”
Nilai-nilai berguna untuk menentukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Untuk
sejumlah nilai budaya yang berbeda, seseorang dapat mengharapkan peserta dalam
komunikasi antarbudaya ini akan cenderung untuk memperlihatkan dan
mengantisipasi tingkah laku yang berbeda dalam kesempatan yang sama. Misalnya,
5

12
semua budaya memberikan penghormatan terhadap yang lebih tua, kekuatan nilai ini
terkadang sangat berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain.
Budaya setiap bangsa mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap budaya
mempunyai cara dan kebiasaan, kepercayaan dan keyakinan yang diambil dari norma,
serta nilai yang berkembang di tengah masyarakatnya.
Sesuatu percakapan dapat dianggap kasar, misalkan dengan memanggil seseorang
dalam sebuah nama “si boncel” yang berarti sebuah sarkastik (ejekan). Boleh saja hal
itu bermaksud untuk membangun suasana yang akrab/humoris, tetapi bagi sebagian
orang hal itu terlihat seperti “biadab” atau tidak memiliki tata krama. Bahkan
penyebutan “si” pada panggilan “si Andi” bagi orang Sunda dianggap sebagai
panggilan yang kasar atau tidak terhormat. Sesuatu yang memunculkan sebuah
pelanggaran dari kebiasaan yang baik disebut “tabu” dan setiap budaya memiliki
adab-adab yang dilarang untuk diucapkan yang mungkin pada budaya anda hal itu
biasa saja. Orang Batak versus Orang Jawa atau Sunda, nada suara yang tinggi dapat
dianggap sebagai orang yang berbicara kasar dan tidak menghormati.6[16]
3.      Sistem Religi
Setiap masyarakat mempunyai sistem religi, yakni adanya kepercayaan manusia
terhadap keberadaban kekuatan yang lebih tinggi, mahakuasa, dan gaib
kedudukannya.Praktik dalam ritual keagamaan diwujudkan dalam bentuk yang khas,
seperti berdoa, sembahyang, bersemedi, berpuasa, berzikir dan lain sebagainya.
Sebagai akar kata dari religion, unsur religi merupakan salah satu unsur universal
dari kebudayaan. Karakteristik utama religi adalah kepercayaan pada makhluk dan
kekuatan supranatural. Masyarakat di dunia memiliki beragam konsepsi tentang
makhluk supranatural, tetapi dapat diklasifikasikan atas tiga kategori, yaitu dewa-
dewi, arwah leluhur, dan makhluk supranatural lain/bukan manusia. Makhluk-
makhluk supranatural itu dianggap menguasai dunia atau bagian tertentu dari dunia.
Sebagian kepercayaan tergolong agama samawi. Tiga agama besar, Yahudi,
Kristen, dan Islam, dikelompokkan sebagai agama Samawi atau agama Abrahamik.
6

13
Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama, sekaligus perbedaan
mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar
dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
4.      Tradisi
Tradisi merupakan adat kebiasaan yang diproduksi oleh suatu masyarakat berupa
aturan atau kaidah sosial yang biasanya tidak tertulis, tetapi dipatuhi, berupa petunjuk
perilaku yang dipertahankan secara turun temurun.7[17]
Tradisi budaya suku tertentu biasa dikenal juga dengan kepercayaan seperti
penyembahan terhadap barang, pohon, batu, dan sebagainya. Kepercayaan terhadap
hal tersebut atau sesuatu khususnya tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan
dalam keadaan tertentu biasa disebut mitos. Misalkan, ibu hamil tidak boleh makan
nenas, pisang atau buah-buahan lainnya karena akan berbahaya bagi si bayi.
Terkadang mitos-mitos atau pantangan seperti itu bila di tempat lain hal itu malah
dianjurkan atau berdasarkan studi kesehatan justru ibu hamil membutuhkan banyak
vitamin dan gizi yang didapat dari makanan-makanan tersebut. Namun, mitos atau
pantangan tersebut sangat dipatuhi oleh masyarakat pada suku atau sub suku tertentu.

BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dunia yang luas terdiri dari berbagai negara tentu saja memiliki beraneka ragam
corak budaya. Indonesia termasuk di dalamnya yang memberikan corak budya

14
tersendiri. Faktor geografis merupakan salah satu faktor mengapa Indonesia memiliki
beranekaragam budaya. Luas Indonesia yang sebagian besar adalah luas lautan
menjadikan wilayah Indonesia secara topografi terpisah menjadikan ciri khas atau
perbedaan budaya dari masing- masing daerah. Budaya antar wilayah Indonesia
berbeda melainkan tetap dalam satuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada batasan antara budaya dan komunikasi, seperti yang dinyatakan Hall,
“Budaya adalah komunikasi,dan komunikasi adalah budaya”. Dengan kata lain ketika
membahas budaya dan komunikasi sulit untuk memutuskan mana yang menjadi suara
dan mana yang menjadi gemanya. Alasannya adalah karena anda “mempelajari”
budaya anda melalui komunikasi dan pada saat yang sama komunikasi merupakan
refleksi budaya anda. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.
B. Saran

Saran saya pada pembaca sebaiknya memahami setiap isi dari makalah ini
dengan baik karena makalah ini dapat membantu anda dalam mengetahui apa saja
yang terjadi dalam lintas budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Griffin, EM. (2003). A First Look at Communication Theory, 5 th Edition. USA: McGraw-Hill
Kim, Young Yun, 1984. Searching for creative integration. Dalam William B.
Gudykunst dan Young Yun Kim (ed). Methods for intercultural
Communication Reasearch. Beverly Hills: sage publishers.

15
Liliwer, Alo. (2001). Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yogyakarta
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. USA: Wadsworth
Group
Maletzke, Gerhad. 1978. Intercultural and International Communication. Dalam
Heins Dietrich Fishcer dan John C. Merill (ed) Intercultural & International
Communication. New York: Hastings House Publishers
Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar. 2003. Suatu Pendekatan terhadap
Komunikasi Antar Budaya, dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat (ed).
Komunikasi Antar Budaya dan Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya

16

Anda mungkin juga menyukai