Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI PERMANGANOMETRI

OLEH

KELOMPOK III

LA ODE MUHAMMAD ALI USMAN (F1C1 18 046)

WA ODE NUR RAHMI (F1C1 18 048)

MUSLIHAH MUHDAR (F1C1 18 050)

DIAN EKAWATI (F1C1 18 052)

SUCIANA (F1C1 18 054)

ROSDIANTI (F1C1 18 056)

ROSNA (F1C1 18 058)

MUHAMMAD NUR HIDAYAT (F1C1 18 060)

LIA USWATUN HASANAH (F1C1 18 062)

SURIANI (F1C1 18 064)

ANNISA ZALFA AL IKHWAN (F1C1 18 066)

FATMAWATI (F1C1 18 068)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang

Kimia analisis adalah salah satu bagian dari ilmu kimia yang membahas

masalah pengenalan bentuk dan keadaan zat.Kimia analisis terbagi menjadi dua

aspek yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.Analisis kualitatif adalah

suatu kegiatan yang bertujuan mengetahui jenis atau identitas.Sedangkan analisis

kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah dan komposisi zat.Salah satu jenis

analisis kuantitatif adalah analisis titrasi atau titrimetri. Salah satu metode

titrimetri adalah titrasi redoks. Titrasi redoks biasanya menggunakan metode

titrrasi permanganometri.

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi

dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi

dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi

dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam

atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang

tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri

seperti:

(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.

Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga

terbentuk asam oksalat secara kuantitatif.Asam oksalat inilah yang akhirnya

dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah

disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku

FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat

ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi

ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion

Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan

kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.

Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali

digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai

pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan

suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.

Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium

oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi

pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat

adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan

kelebihan permanganat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat makalah

tentang permanganometri.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah tentang permanganometri adalah sebagai

berikut :

1. Apa pengertian titrasi ?

2. Pengertian titrasi permanganometri ?

3. Bagaimana prinsip dari titrasi permanganometri ?

4. Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri ?

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?

C. Tujuan

Tujuan pada makalah tentang permanganometri adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian titrasi.

2. Untuk mengetahui apa itu titrasi permanganometri.

3. Untuk mengetahui prinsip dari titrasi permanganometri.

4. Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri.

5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mencakup

konsep dan eksperimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan

bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,

perubahan, dinamika dan energetika zat (Sulistiowati dkk. 2013).

Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan

asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion

hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-

asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).

Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga

yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas

dan biaya produksi yang tinggi(Apriani dkk. 2016).

Titrasi asam basa adalah proses penentuan banyaknya larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan

sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan

titrasi dengan larutan - larutan yang konsentrasinya diketahui disebut titrasi

volumetri. Dalam titrasi asam basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama

volume - volume suatu asam dan suastu basa yang tepat saling menetralkan. Titik

akhir titrasi adalah titik dimana indikator berubah warna, dengan memilih

indikator secara seksama, titik akhir itu akan tepat berimpit dengan titik

kesetaraan (Sundari, 2016).


Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan

prinsip reaksi reduksi danoksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang

sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain

permanganometri merupakan oksidator kuat, tidakmemerlukan indikator, mudah

diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini

tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Putra

dan Djarot, 2016).

Titrasi digunakan untuk mengetahui atau menentukan konsentrasi

suatularutan asam atau (kemurnian) suatu zat. Dalam kehidupan sehari-hari

titrasibanyak diterapkan antara lain di bidang kesehatan. Selain itu pada

bidangpertanian yaitu keasaman tanah berkaitan dengan kesuburan. Salah satu

penerapantitrasi yang sering dijumpai adalah penentuan kadar asam asetat dalam

produkyaitu cuka(Sakur, 2016).


BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Titrasi

Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi

suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap

sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang

konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku.Larutan yang belum

diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi

dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.Titik akhir titrasi adalah tepat

pada saat terjadi perubahan warna indikator.Titrasi yang melibatkan reaksi asam

dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu

asidimetri (penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku

asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan

larutan baku basa).

2. Pengertian Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi

dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi

dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi

dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam

atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang

tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri

seperti:
1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.

Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga

terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya

dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.

2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,

dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4

berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat

ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan

reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.

Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah

menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk

menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri,

titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah

diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat

encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus

tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas

kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk

menunjukkan kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan dengan

menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar

primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat

menggunakan natrium oksalat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O


Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan

kelebihan permanganat (Rahayu, 2012).

2.2 Kalium Permanganat

Kalium permanganat adalah oksidator kuat.Tidak memerlukan

indikator.Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi,

demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya

digunakan pada medium asam 0,1 N :

MnO4- + 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O E° = 1,51 V

Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur

ruang.Untuk mempercepat perlu pemanasan.Sedangkan reaksinya dengan As (III)

memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat

hilang karena reaksi :

2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5 MnO2 + 4 H+

ungu tidak berwarna

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:

4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-

Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan

MnO2.MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat

autokatalitik.Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan

adanya MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap Na2C2O4.

2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H 2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain

(Khopkar, 1985).
Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang

ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam

air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat

sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam

lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol

kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi

berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau

penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta

bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan

lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,

permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang cukup kuat untuk

mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi

cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .Tindakan

pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan

permanganat.Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan

permanganat.Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.Atau

terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen

produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa

larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat

direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter

untukmenghilangkan MnO2. Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika


disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak

berubah selama beberapa bulan. Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah

satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat.

Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah

(II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum

dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi

(II).Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktorJones atau dengan timah (II)

klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat

mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya mengandung asam

klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih

memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan

perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning

dari ion besi (Asroff, 2012).

3. Prinsip titarsi permanganometri

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.Dalam

reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi

ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk

menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.

Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali

digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai

pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan

suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.

Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Arga, 2011).


4. Manfaat Titrasi Permanganometri

Maanfaat titrasi permanganometri untuk mengetahui kadar dari zat-zat

yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode

ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri

dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang

dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

5. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena

reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4sudah

berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO 4-berwarna ungu, setelah direduksi

menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak

pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam

waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai

menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan

presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.

Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian

KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan

H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan

Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu

lambat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada

larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin

akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian

terurai menjadi air.


H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑

H2O2     ↔  H2O  +  O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan

untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri

yang dilaksanakan (Arga, 2011).


V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:

1. Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi suatu

larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap

sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui.

2. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh

kalium permanganat (KMnO4).

3. Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam

reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah

menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk

menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.

4. Maanfaat titrasi permanganometri untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang

bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode

ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri

dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang

dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau

berbahaya.

5. kelebihan titrasi permanganometri adalah mudah digunakan dan efektif, karena

reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan

KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO 4-berwarna ungu,

setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai

autoindikator. Sedangkan kekurangan dari titrasi permanganometri adalah


DAFTAR PUSTAKA

Apriani, F., Nora, I. dan Lia, D., 2016, Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
Trifolia (L.) Daomin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Asam Kuat
Basa Kuat, JKK, 5(74-78).

Putra, F. A., dan Djarot R. S., 2016, Perbandingan Metode Analisis


Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II), Jurnal
Sains dan Seni ITS, Vol. 5(1).

Sundari, R., 2016, Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit (Curcuma


Domestica Val) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa, Teknion, 22(595-
601).
Sakur, M., 2016, Deskripsi Keterampilan Psikomotorik siswa Pada Praktikum
Titrasi Asam Basa Kelas XI IPA MA Darul Ulum, Universitas
Tanjungpura: Pontianak.
Sulistiowati, N., Leni, Y., Wasis., 2013, Perbedaan Pengguanaan Laboratorium
Real dan Laboratoriun Virtual Pada Keterampilan Proses Dan Hasil
Belajar siswa Materi Titrasi asam Basa, Jurnal Pendidikan Kimia, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai