Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling


banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri,
iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan
semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan
senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
oksidasi-reduksi.Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa
permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar
bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan
sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH
yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensimangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara
yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+ mempunyai warna
pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk
mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya
praktikum ini.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara membuat dan menentukan (standarisasi) larutan KMnO4 ?
2. Bagaimana cara menentukan jumlah air Kristal dalam H2C2O4.xH2O ?

1.3 Tujuan
1. Menentukan standarisasi larutan KMnO4
2. Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi
Analisis kimiawi menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu
materi. Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya
adalah unsur, radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti
suatu komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip
memerlukan pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksam,
perubahan tingkat oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis
kuantitatif (Khopkar,2010:5).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut,
seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian
kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit)
tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit dianggap
sebagai konstituen utama. Zat itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya
berkisar antara 0,01 hingga 1% dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadir
hingga kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen pelarut (Day,1998:2).
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat didalam
sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dengan berbagai cara, salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia
molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Seperti halnya kerapatan, konsentrasi adalah suatu sifat intensif,
sehingga nilainya tidak bergantung pada berapa banyak larutan yang ada. Dengan
mengetahui volume larutan dan kuantitas senyawa yang terlarut kita dapat
menghitung molaritas larutan prosedur untuk menyiapak suatu larutan yang
molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut. Pertama, zat terlarut ditimbang
secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu volumetrik melalui
corong. Selanjutnya, air ditambahkan kedalam labu, kemudian labu digoyangkan
perlahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air
ditambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan dapat mencapai
tanda volume. Dengan megetahui volume larutan dan kuantitas senyawa kita
dapat menghitung molaritas larutan ( Chang,2004:106-107).
Metode penetapan kadar secara kimia terdiri atas metode analisis
volumetri dan gravimetri. Metode tersebut berhubungan dengan reaksi-reaksi
kimia. Metode analisis gravimetri dan volumetri yang umumnya berdasarkan
pada persamaan stoikiometri dari tipe :
Reagen (R) yang berlebih secara gravimetri bereaksi dengan konstituen
(C) menghasilkan suatu produk reaksi yang berupa padat dan dapat ditimbang.
Dalam gravimetri reaksi kimia pemisahan kuantitatif dan kehilangan harus
kurang 0,1 mg atau 0,0001 gram dengan perolehan kembali komponen utamanya
sebesar 99,9%. Sedangkan dalam volumetri, (R) ditambahkan terhadap (C)
sampai terbentk. Titik akhir reaksi ditunjukkan oleh suatu indikator. Titik akhir
diperoleh sebelum atau sesudah titik ekuivalen (Khopkar,2010:7).
Analisis yang didalamnya tercakup perhitungan yang didasarkan pada
hubungan stoikionetri dari reaksi kimia sederhana disebut analisis titrimetrik.
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti berikut :
dimana a molekul analit, A bereaksi dengan t molekul pereasi, T. Pereaksi T,
yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret,
dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan
standar dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan
standardisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara
kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan dengan A. Selanjutnya akan
dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar dikatahui kapan harus
berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia yaitu
indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan
melakukan perubahan warna. Perubahan waran ini bisa saja terjadi persis pada
titik ekivalen. Tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah
warnanya disebut titik akhir titrasi. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat
kedua titik sama adalah satu aspek yang penting dalam analisis titrimetrik.
Indikator visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang dipergunakan
untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi (Day,1998:43-44).
2.2 Titrasi Permangano
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan
KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Permanganometri merupakan
metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas reaksi oksidasi ion
permanganat (Wunas,Y : 2011). Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang
sangat encer. Permanganat dapat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).

Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan


jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam
lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi
oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral,
dan alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat
sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Kalium permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun.
(Shevla, 1995).
Pada teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukkan kadar oksalat atau
besi dalam suatu sampel. Kalium Permanganat merupakan peran oksidator yang
paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam
suasana asam dengan menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4), karena akan
lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang
lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin,
sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .Reaksi dalam suasana netral yaitu :

MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan

Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO42-

MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-

MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH-

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi


berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan
atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena
fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak
kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida
Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor


adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi
zat lain dan zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan
oksidator adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi,
zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat
lain (Keenan, 1986).

Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan


redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan
oksidasi. Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu
oksidator ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau
reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah
pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi
redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi
penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.

Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion


logam lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:

Ni(s) + Cu2+(l) → Ni2+ + Cu(s)


Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+ dan Cu2+ di reduksi menjadi
logam Cu. Demikian pula peristiwa redoks tersebut terjadi pada logam lain
seperti besi. Sepotong besi yang tertutup lapisan air yang mengandung oksigen
akan mengalami korosi (Arsyad, 2001).

Dalam kehidupan sehari-hari korosi dikenal dengan besi berkarat yaitu


terbentuk senyawa Fe2O3xH2O, dalam berbagai industri dibutuhkan cukup besar
dana untuk mengatasi kerugian yang disebabkan oleh korosi. Proses korosi pada
dasarnya merupakan proses elektrolisis yaitu reaksi antara logam dengan zat lain
yang menyentuh permukaan sehingga membentuk oksida logam. Besi bertindak
sebagai anoda, permukaan logam dioksidasi dengan reaksi berikut :

Fe Fe2+ + 2e-

Dan reaksi yang terjadi pada karbon sebagai katoda yaitu :

½ O2 + H2O + 2e-  2OH-

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi, salah satunya dengan
menutup permukaan logam dengan zat lain agar tidak terjadi kontak langsung
dengan lingkungan, seperti memberi cat, mengoleskan minyak atau oli, atau
dengan cara melapisi logam dengan dengan logam lain yang lebih mudah
teroksidasi, misalnya magnesium (Mg). Elektron yang dibutuhkan oleh oksigen
diambil dari magnesium bukan dari logam yang dilindungi. Suatu proses reduksi
dan oksidasi yang berlangsung secara spontan merupakan pengertian lain dari
redoks. Dalam artian, selama berlangsungnya oksidasi, oksidatornya sendiri akan
tereduksi pula. Begitu pula juga sebaliknya. Dengan demikian suatu proses
oksidasi selalu disertai dengan proses reduksi dan sebaliknya. Redoks kadang-
kadang juga sebagai perubahan kimia yang didalamnya terdapat peralihan
elektron dari suatu proses atom atau molekul atau ion lain. Dalam proses-proses
elektrokimia dalam sel-sel oksidasi (pada anoda) dan reduksi (pada katoda) juga
terjadi. Sistem ini pun acap kali dikenal sebagai sistem redoks (Vogel, 1985).

Dalam titrasi, reaksi elektron terjadi antara dua kutub yang rapat dan
berdampingan. Dalam reaksi redoks, berat ekuivalen unsur adalah berat atom
dibagi perubahan polaritas. Bila dalam atom dilampaui suatu molekul perubahan
dalam polaritas (oksidasi atau reduksi). Maka, berat ekuivalen unsur adalah berat
molekul dibagi jumlah keseluruhan perubahan polaritas sebesar 1 (satu)
(Day, 1998).

Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan


pemakainnya:

1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung.


2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadang–kadang
dinamakan iodimetri.
3. Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:
a) KMnO4
b) K2CrO7
c) Ce (IV)
4. Reduktor kuat sebagai titran
Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri,
dikromatometri, serimetri, iodo – iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri
adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran.
Dalam permanganometri tidak diperlukan indicator, karena titran bertrindak
sebagai indicator (auto indikator). Kalium permanganate bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida
(As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan
untuk penentuan kadar bese, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi
pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi
direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada
penetapan kalsium, mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat (Khopkar, 1990).
Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya
tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan
zat baku yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan
dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan.
Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan sebagainya.
Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan
dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-
lain.
Kebanyakan titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu
ada beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan
organik. Daya oksidasi MnO4-lebih kecil sehingga letak keseimbang kurang
menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di
tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion MnO42- sebagai BaMnO4.
Selain menggeser kesetimbangan ke kanan pengendapan ini juga mencegah
reduksi MnO42- ini lebih lanjut (Harjadi, 1993).
1. KMnO4
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan
cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai
warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang
dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya
penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4- kurang cocok untuk titrasi pada
larutan alkali sebab hasil reduksi MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir
titrasi (TAT). Titrasi lain yang menggunakan MnO4-meliputi penentuan nitrit,
H2O2 dan kalsium (setelah mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik
MnO4-digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh.
Mangan dioksida, MnO2, digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan
keramik, dan sebagai katalis (Petrucci, 1999).
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator.
Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cldapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada
medium asam 0,1 N :

MnO4 - + 8H+ + 5e-→Mn2+ + 4H2O E° = 1,51 V

Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang.


Untuk mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III)
memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya
dapat hilang karena reaksi :

2MnO4 - + 3Mn2+ + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:

4MnO4 - + 2H2O → 4MnO2 + 3O2 + 4OH

Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan


MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat
autokatalitik. Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan
adanya MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap Na2C2O4. 2 MnO4 - + 5
H2C2O4 + 6 H+ →2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O Hal ini digunakan untuk analisis
Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain (Khopkar, 1990).

Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang


ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam
air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat
sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam
lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol
kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta
bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan
lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang cukup kuat untuk
mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :

3Mn2+ + 2MnO4 - + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak
dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi
antara permanganat dengan jejakjejak dari agen-agen produksi didalam air,
mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan
MnO2. Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap
an tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan. Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting
dalam titrasi-titrasi permanganat. (Susanti, 2003)

Standar primer untuk permanganat yaitu Natrium Oksalat Senyawa ini,


Na2C2O4
Merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan
asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada
saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak
sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya
mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II)
terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut
autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah
(+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat,
kembali ke kondisi divalen. (Underwood, 1993) Persamaan untuk reaksi antara
oksalat dan permanganat adalah 5C2O4 2- + 2MnO4 - + 16H+→ 2Mn2+ +
10CO2 + 8H2O Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang
disarankan oleh McBride, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung
perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan,
Fowler dan Bright menyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan
agar hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang
diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut
dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini
mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen
peroksida. (Harjadi, 1993).

Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena


reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah
berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4 - berwarna ungu, setelah direduksi
menjadi ion Mntidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator. (Basset,
1994) Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 ¬ pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar
akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO4 - dengan Mn2+ . MnO4 - + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ .
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑ H2O2 ↔ H2O + O2↑ Hal ini dapat
menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan
(Arga, 2011).
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol
dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah
penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganometri.
2. Kristal Air
Air kristal atau air hidrasi adalah air yang terdapat di dalam kristal. Air
seringkali diperlukan dalam pembentukan kristal. Dalam beberapa konteks, air
kristal adalah berat total air dalam suatu senyawa pada temperatur tertentu dan
berada pada rasio stoikiometri tertentu. Menurut pandangan klasik, "air kristal"
merujuk pada air yang ditemukan dalam susunan kristal kompleks
logam atau garam, tetapi tidak berikatan langsung dengan kation logam. Selama
proses kristalisasi dari pelarut air atau uap, kebanyakan senyawa menarik
molekul air dalam struktur kristalnya. Air kristal umumnya dapat dihilangkan
dengan pemanasan sampel, tetapi seringkali sifat kristalnya juga menghilang
Dibandingkan dengan garam anorganik, protein mengkristal dengan sejumlah
besar air dalam kisi kristalnya. Kandungan air hingga 50% sudah jamak
ditemukan.
Suatu garam yang mengandung air kristal dikenal sebagai hidrat. Struktur
hidrat dapat sangat rumit, karena adanya ikatan hidrogen yang menentukan
struktur polimer. Dalam sejarah, struktur kebanyakan hidrat belum diketahui, dan
titik dalam suatu rumus hidrat digunakan untuk menentukan komposisi air tanpa
menandakan bagaimana air terikat. Contohnya:
 CuSO4•5H2O - tembaga(II) sulfat pentahidrat
 CoCl2•6H2O - kobalt(II) klorida heksahidrat
 SnCl2•2H2O - timah(II) (atau stano) klorida dihidrat

Untuk kebanyakan garam, ikatan air yang pasti tidak penting karena
molekul air akan melemah saat pelarutan. Sebagai contoh, larutan yang disiapkan
dari CuSO4•5H2O dan CuSO4 anhidrat memiliki sifat yang identik. Oleh karena
itu, pengentahuan tentang derajat hidrasi hanya penting untuk menentukan berat
ekivalen: berat satu mol CuSO4•5H2O lebih besar daripada satu mol CuSO4.
Dalam beberapa kasus, derajat hidrasi merupakan titik kritis dalam menentukan
sifat kimia. Contohnya RhCl3 tidak larut dalam air dan relatif tidak berguna
dalam kimia organologam, sementara RhCl3•3H2O bersifat serba guna. Kasus
serupa, AlCl3 hidrat adalah asam Lewis lemah dan oleh karenanya tidak dapat
digunakan sebagai katalis dalam reaksi Friedel-Crafts. Sampel AlCl3 harus
dilindungi dari uap air yang ada di atmosfer untuk mencegah pembentukan
hidrat.

Kristal tembaga(II) sulfat hidrat mengandung pusat [Cu(H2O)4]2+ yang


berikatan dengan ion SO42−. Tembaga dikelilingi oleh enam atom oksigen yang
berasal dari dua gugus sulfat dan empat molekul air. Air kelima berada di suatu
tempat dalam struktur tetapi tidak berikatan langsung pada tembaga. Kobalt
klorida tersebut di atas berada sebagai [Co(H2O)6]2+ dan Cl−. Dalam timah
klorida, masing-masing pusat Sn(II) berbentuk piramida (artinya sudut O/Cl-Sn-
O/Cl adalah 83°) yang berikatan dengan dua ion klorida dan satu air. Air kedua
dalam rumus berikatan hidrogen dengan klorida dan berikatan koordinasi dengan
molekul air. Air kristal distabilkan oleh atraksi elektrostatik, akibatnya garam
hidrat yang umum adalah yang memiliki kation +2 dan +3 dan anion −2. Dalam
beberapa kasus, mayoritas berat senyawa adalah berat air. Garam Glauber,
Na2SO4(H2O)10, adalah padatan kristal putih yang lebih dari 50% beratnya
berasal dari berat air.

Mari kita lihat kasus nikel(II) klorida heksahidrat. Spesies ini memiliki
rumus NiCl2(H2O)6. Analisis kristalografi mengungkapkan bahwa padatan
mengandung sub-unit [trans-NiCl2(H2O)4] yang berikatan hidrogen satu sama
lain dan dengan dua molekul H2O lainnya. Maka, 1/3 molekul air dalam kristal
tidak berikatan langsung dengan Ni2+, dan ini yang dapat disebut dengan istilah
"air kristal".

Penentuan jumlah molekul air yang terikat pada senyawa dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:

a. Apabila masa molekul relatif senyawa hidrat diketahui, massa molekul


relatif senyawa anhidrat dapat juga diketahui. Jadi,jumlah molekul air yang
terikat dapat di tentukan, jumlah molekul air (n) = (Mr senyawa hidrat- Mr
senyawa anhidrat) : Mr H2O
b. Jika kadar air dalam senyawa hidrat diketahui,kadar senyawa anhidrat dapat
juga diketahui. Jadi, perbandingan mol senyawa anhidrat dan mol air dapat
di tentukan. Akibatnya,jumlah molekul air yang terikat pada senyawa dapat
di ketahui dari perbandingan mol tersebut.
c. Jika senyawa hidrat dengan jumlah massa tertentu di panaskan, massanya
menjadi berkurang. Artinya,molekul air yang terikat telah terlepas dan
selisih massa merupakan massa molekul air kristal. Jadi,massa senyawa
anhidrat dapat diketahui. Perbandingannya , mol nya juga dapat di tentukan
sehingga jumlah molekul air yang terikat dapat di ketahui. (Sri Rejeki, 2013)
Reaksi pada aplikasi
C2O42- →2CO2 + 2e
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
5H2C2O4 + 2MnO4- + 6H+ →10CO2 + 8H2O + 2Mn2+
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT SPESIFIKASI JUMLAH

1. Botol vial 1 buah


2. Buret 100mL 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Erlenmeyer 250mL 3 buah
5. Gelas Kimia 250mL 1 buah
6. Gelas Kimia 100mL 2 buah
7. Statif dan Klem 1 buah
8. Labu Ukur 100mL 1 buah
9. Piknometer 50mL 1 buah
10. Pipet Gondok 100L 1 buah
11. Pipet Tetes 3 buah
12. Spatula 1 buah

3.2. BAHAN SPESIFIKASI JUMLAH

1. Aquades Secukupnya
2. Na2C2O4 0,6745gram
3. H2SO4 2N 12mL
4. KMnO4 ±0,1N secukupnya
5. H2C2O4.H2O 0,378 gram
3.3 PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Penentuan Standarisasi larutan KMnO4 ± 0,1 N dengan menggunakan


larutan baku Na2C2O4.
Siapkan larutan KMnO4 untuk mensterilkan buret. Dengan cara
memasukkan beberapa mL larutan KMnO4 dalam buret dalam keadaan kran
tertutup. Kemudian buka kran untuk mengeluarkan KMnO4. Lakukan hal
tersebut kiranya sampai buret steril (3 kali). Kemudian isi kembali buret
dengan larutan KMnO4 sampai tanda batas minikus atau titik nol.
Langkah selanjutnya serbuk Na2C2O4 ditimbang sebanyak ±0,674
gram menggunakan neraca analitik, kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 100 mL. ditambahkan aquades untuk melarutkan, dan diencerkan
sampai tanda batas. Kemudian dikocok sampai homogen.
Larutan Na2C2O4 pada labu ukur dipipet sebanyak ± 10 mL dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 2 mL
larutan H2SO4 2 M.Selanjutnya dipanaskan menggunakan spiritus sampai
suhu lebih dari 70oC. Kemudian langsung dititrasi menggunakan larutan
KMnO4 yang sudah disiapka dalam buret sampai larutan berubah warna dari
tak berwarna menjadi berwarna merah muda. Titrasi dihentikan dan dicatat
volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan. Dihitung konsentrasi larutan
KMnO4. Titrasi diulang sebanyak 3 kali, setelah perhitungan maka
didapatkan konsentrasi rata-rata KMnO4.
2. Menentukan jumlah krisal air dalam H2C2O4. xH2O.
H2C2O4. xH2O ditimbang sebanyak ±0,378 gram menggunakan neraca
analitik. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan
menggunakan aquades. Selanjutnya diencerkan dengan aquades sampai
tanda batas. Larutan H2C2O4. xH2O dipipet sebanyak 10 mL kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. ditambahkan 2 mL larutan H2SO4
2 M.Selanjutnya dipanaskan menggunakan spiritus sampai suhu lebih dari
70oC.
Kemudian langsung dititrasi menggunakan larutan KMnO4 yang sudah
disiapka dalam buret sampai larutan berubah warna dari tak berwarna
menjadi berwarna merah muda. Titrasi dihentikan dan dicatat volume larutan
KMnO4 yang dibutuhkan. Dihitung konsentrasi larutan KMnO4. Titrasi
diulang sebanyak 3 kali, setelah perhitungan maka didapatkan konsentrasi
rata-rata KMnO4.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc.
1 Larutan baku Na2C2O4 Sebelum sesudah Reaksi : Penentuan

- Na2C2O4 : -Serbuk Na2C2O4 (s) + H2O (l) (Standarisasi) larutan

0.674 gram NaC2O4 serbuk Na2C2O4 + →Na2C2O4 (aq) KMnO4 ± 0,1N dengan
berwarna putih aquades =
larutan tidak Na2C2O4 sebagai baku
1. Pindahkan dalam labu ukur 100 ml dan -Aquades berwarna Na2C2O4 (aq) + KmnO4 berdasarkan hasil
larutkan larutan tidak Na2C2O4
berwarna (aq) → K2C2O4 (aq) + percobaan didapatkan
2. Encerkan sampai tanda batas dan kocok -Larutan 2Na+ + 2MnO4- normalitas rata-rata
sampai homogen Na2C2O4
sebelum larutan KMnO4 sebesar
3. Bilas da nisi buret dengan larutan KMnO4 ± dikocok keruh 0,1066N
0.1 dengan pipet seukuran dan setelah
dikocok
4. Pipet 10 ml larutan Na2C2O4 ± 0.1 N dengan larutan tidak
pipet seukuran berwarna

Larutan 5. Masukkan
merah muda dalam Erlenmeyer 250 ml
6. Ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 2N dan
panaskan sampai 70°C
7. Titrasi dengan larutan KMnO4 tidak
berwarna menjadi merah muda
8. Titrasi diulang sebanyak 3 kali
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
Penentuan standarisasi KMnO4 ± 0,1N dengan Sebelum Sesudah
Na2C2O4 larutan baku MnO4- + 8H+ + 5e-
-Larutan -larutan Mn2+ + 4H2O x2
Larutan KMnO4
KMnO4 Na2C2O4 +
larutan H2SO4 = C2O42-  2CO2 + 2e x5
1. Dibilas pada buret berwarna larutan tidak
2. Dimasukkan dalam buret diatas titik nol ungu berwarna 5 C2O42- (aq) +
kehitaman 2MnO4(aq) + 16H+ 
3. Diturunkan sampai tepat nol -setelah 2Mn2+ (aq) + 10 CO2 (aq)
-Larutan dipanaskan + 8H2O (l)
Larutan KMnO4 dalam buret H2SO4 larutan sampai 70℃
tidak menjadi Dugaan :
Larutan Na2C2O4 berwarna larutan panas Dalam percobaan ini
tidak berwarna Na2C2O4 yang
1. Diambil 10 mL dengan pipet gondok direaksikan dengan
2. Dimasukkan dalam tabung erlenmeyer -dititrasi KMnO4 akan
dengan larutan menghasilkan uap gas
250 ml KMnO4 ± 0,1 dalam bentuk O2,
3. Ditambahkan 2mL larutan H2SO4 2N N larutan endapan Mn2+ yang
berubah memberikan warna
4. Dipanaskan sampai 70℃ menjadi merah muda dan H2O
Larutan panas berwarna (Putra,2016)
merah muda
5. dititrasi dengan KMnO4
Volume
Larutan merah muda KMnO4 :
V1= 9,4 mL
V2= 9,4 mL
V3= 9,5 mL

N1 = 0,1070 N
N2 = 0,1070 N
6. dibaca dan dicatat volume N3 = 0,1059 N

7. dihitung konsentrasi KMnO4


8. diulang 3 kali
Konsentrasi rata-rata KMnO4
Penentuan kadar H2C2O4. xH2O -Kristal - H2C2O4 + 5C2O4- (aq) + 2MnO4- Penentuan jumlah air
H2C2O4 aquades =
0.378 gram H2C2O4.XH2O
Berwarna larutan tidak (aq) + 16+ (aq)  10CO2 Kristal dalam H-

1. Larutkan dalam labu ukur 100 ml putih berwarna dan (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O 2C2O4.xH2O
terasa dingin
2. Pipet 10 ml larutan tersebut (l) berdasarkan hasil
-aquades
3. Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml tidak -H2C2O4. (Svehla,1985) percobaan didapatkan
berwarna xH2O +H2SO4
4. Ditambah 2 ml larutan H2SO4 2N = larutan tidak 5e- + MnO4- + 8H+  jumlah air Kristal

5. Dipanaskan hingga 70°C -larutan berwarna 4H2O (x2) dalam H2C2O4.xH2O


H2SO4 tidak
6. Dititrasi dengan KMnO4 tidak berwarna berwarna -setelah Oksidasi: C2O4-  2CO2 adalah 2

menjadi merah muda dipanaskan + 2e- (x5) Sehingga rumus


-larutan sampai 70°C
7. Dititrasi ulang sebanyak 3 kali KMnO4 menjadi Redoks: 5C2O4- (aq) + molekulnya menjadi
berwarna larutan panas 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) H2C2O4.2H2O
Larutan merah muda ungu tidak berwarna
kehitaman  10CO2 (g) + 2Mn2+
-dititrasi (aq) + 8H2O (l)
dengan larutan
KMnO4 ± 0,1N (svehla, 1985)
berubah Dugaan : fungsi
menjadi penambahan H2SO4 :
berwarna untuk mengasamkan
merah muda larutan KMnO4- sehingga
MnO4- berfungsi sebagai
Volume oksidator
KMnO4 -fungsi oemanasan
V1 = 5,7ml hingga 70°C karena
V2 = 5,6 ml rentang suhu adalah
V3 = 5,5 ml 70°C-90°C karena jika
dibawah 70°C maka CO2
N1 = tidak hilang sedangkan
0,06762N jika diatas 90°C oksalat
N2 = 0,059696 akan terurai.
N (Sri Rejeki,2013)
N3= 0,059 N
-berat molekul dari
C2H2O4.2H2O = 126,07
gram/mol
(perry,2008)
-kadar air Kristal secara
teori adalah 2, dalam
label kemasan
4.1 Analisis dan Pembahasan

1. Penentuan (standarisasi) larutan KMnO4

Pada percobaan pertama bertujuan untuk menentukan


(standarisasi) larutan KMnO4 menggunakan Na2C2O4 sebagai larutan
baku. Percobaan ini menggunakan prinsip kerja permanganometri.
Dimana permanganometri merupakan reaksi oksidasi-reduksi atau redoks
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat. Langkah
pertama dalam percobaan ini yaitu menimbang dengan teliti Na2C2O4
(serbuk berwarna putih) sebanyak 0,674 gram dengan menggunakan
neraca analitik. Cara menimbangnya yaitu dengan meletakkan terlebih
dahulu botol timbang kedalam neraca analitik, lalu di nol kan angka di
neraca analitiknya, setelah itu menimbang serbuk Na2C2O4 dengan hati-
hati dan teliti. Setelah ditimbang Na2C2O4 dipindahkan kedalam labu ukur
100 mL dengan bantuan corong. Kemudian ditambahkan aquades(larutan
tak berwarna) sampai tanda batas pada labu ukur 100 mL, lalu ditutup dan
dikocok sampai tercampur sempurna/homogen. Larutan Na2C2O4 yang
terbentuk berupa larutan yang tidak berwarna. Reaksinya adalah :
Na2C2O4 (s) + H2O (l) → Na2C2O4 (aq)
Langkah selanjutnya yaitu memasang buret pada statif dan klem
terlebih dahulu dimana buret sudah dibilas dengan KMnO4 (larutan
berwarna ungu) agar tidak ada zat lain sebagai zat pengotor kecuali
larutan KMnO4 itu sendiri. Pada titrasi kali ini digunakan buret yang
berwarna gelap karena dikhawatirkan larutan kalium pemanganat yang
digunakan terurai oleh cahaya. KMnO4 (larutan berwana ungu)
dimasukkan ke dalam buret sampai tanda batas 0, sehingga akan
memudahkan praktikan untuk mengamati volume KMnO4 yang nantinya
akan terpakai pada saat tirasi dilakukan. Kemudian mengambil larutan
Na2C2O4 (tidak berwarna) hasil pengenceran sebanyak 10 mL dengan
menggunakan pipet gondok lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer 250
mL. Penggunaan pipet gondok dimaksudkan agar pengambilan 10 mL
larutan Na2C2O4 akurat. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 2N
(tidak berwarna). Setelah larutan Na2C2O4 ditambahkan dengan 2 mL
larutan H2SO4 2N menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi
ditambahkannya H2SO4 yaitu sebagai memberi suasana asam pada reaksi
dan tidak menghasilkan reaksi sampingan. Pada kondisi yang asam ini
terjadi reduksi dari tingkat oksidasi +7 (MnO4- berwarna ungu) menjadi
+2 (Mn2+ tidak berwarna) mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Kemudian larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dipanaskan sampai suhu 700C. Fungsi dari pemanasan ini adalah untuk
mempercepat reaksi. Dilakukan pemanasan sampai suhu suhu 700C
dikarenakan pada suhu tersebut merupakan suhu yang optimum. Bila
dilakukan pemanasan lebih dari suhu 700C dihawatirkan larutannya rusak,
dan bila dilakukan pemanasan kurang dari suhu 700C dikhawatirkan
reaksinya berjalan lama.
Selanjutnya larutan yang telah dipanaskan dititrasi dengan
larutan KMnO4 (berwarna ungu) dalam keadaan masih panas. Titrasi
permanganometri ini lebih mudah digunakan dan afektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah
berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah
direduksi menjadi ion Mn2+ tidak berwarna dan disebut juga sebagai
autoindikator.Erlenmeyer terus dikocok dan titrasi dihentikan saat terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Hal tersebut
menandakan bahwa titrasi telah mencapai titik akhir titrasi. Reaksinya
adalah :
Na2C2O4 (aq) + KMnO4 (aq) → K2C2O4 (aq) + 2Na+ + 2MnO4-
Kemudian dicatat volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk titrasi.
Langkah tersebut diulang sebanyak tiga kali pengulangan yang bertujuan
untuk mendapatkan ketelitian data yang lebih akurat. Dari tiga kali
pengulangan diperoleh volume yang digunakan dalam titrasi berturut-
turut adalah 9,4 mL ; 9,4 mL ; 9,5 mL. Kemudian dihitung molaritas
larutan KMnO4 dengan menggunakan rumus titrasi :
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
 Molaritas Na2C2O4 = 𝑥
𝑀𝑟 100

 V1 . M1 = V2 . M2

dan didapatkan normalitas KMnO4 berturut-turut 0,1070 N ; 0,1070 N ;


0,1059 N. Sehingga diperoleh molaritas rata-rata KMnO4 yang
didapatkan sebesar 0,1066 N

2. Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4 . xH2O


Pada percobaan kedua yaitu bertujuan untuk menentukan jumlah
air kristal dalam H2C2O4.xH2O. Permanganometri didasarkan atas reaksi
reduksi dan oksidasi atau redoks. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menimbang kristal asam oksalat (berwarna putih) sebesar 0,378 gram
dengan neraca analitik. Setelah ditimbang kristal asam oksalat (berwarna
putih) dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong.
Kemudian ditambahkan aquades (larutan tak berwarna) sampai tanda
batas pada labu ukur 100 mL, lalu ditutup dan dikocok sampai homogen.
Larutan asam oksalat yang terbentuk berupa larutan yang tidak berwarna.
Reaksinya adalah :
H2C2O4. H2O (s) + H2O (l) → H2C2O4 (aq)
Langkah selanjutnya yaitu memasang buret pada statif dan klem
terlebih dahulu dimana buret sudah dibilas dengan KMnO4 (larutan
berwarna ungu) agar tidak ada zat lain sebagai zat pengotor kecuali
larutan KMnO4 itu sendiri. Pada titrasi kali ini digunakan buret yang
berwarna gelap karena dikhawatirkan larutan kalium pemanganat yang
digunakan terurai oleh cahaya. KMnO4 (larutan berwana ungu)
dimasukkan ke dalam buret sampai tanda batas 0, sehingga akan
memudahkan praktikan untuk mengamati volume KMnO4 yang nantinya
akan terpakai pada saat tirasi dilakukan. Kemudian digambil larutan asam
oksalat sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok 10 mL dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL. Penggunaan pipet gondok
dimaksudkan agar pengambilan 10 mL larutan asam oksalat akurat.
Kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 2N (larutan tidak berwarna).
Fungsi ditambahkannya H2SO4 yaitu sebagai pemberi suasana asam pada
reaksi dan tidak menghasilkan reaksi sampingan. Pada kondisi yang asam
ini terjadi reduksi dari tingkat oksidasi +7 (MnO4- berwarna ungu)
menjadi +2 (Mn2+ tidak berwarna) mengikuti persamaan reaksi sebagai
berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Selanjutnya larutan asam oksalat (tidak berwarna) yang telah
ditambahkan H2SO4 dipanaskan sampai 700C. Fungsi dari pemanasan ini
adalah untuk mempercepat reaksi. Dilakukan pemanasan sampai suhu
suhu 700C dikarenakan pada suhu tersebut merupakan suhu yang
optimum. Bila dilakukan pemanasan lebih dari suhu 700C dihawatirkan
larutannya rusak, menyebabkan KMnO4 pecah menjadi KO2 dan MnO4.
dan bila dilakukan pemanasan kurang dari suhu 700C dikhawatirkan
reaksinya berjalan lama. Selanjutnya larutan yang telah dipanaskan
dititrasi dengan larutan KMnO4 (berwarna ungu) dalam keadaan masih
panas. Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan afektif,
karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan
KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna
ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn2+ tidak berwarna dan disebut juga
sebagai autoindikator.Erlenmeyer terus dikocok dan titrasi dihentikan saat
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Hal
tersebut menandakan bahwa titrasi telah mencapai titik akhir titrasi.
Reaksinya adalah :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4 H2O | x2
C2O42- → 2 CO2 + 2e- | x5

2MnO4- + 5C2O42- + 16H+  10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O


Kemudian dicatat volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk titrasi.
Langkah tersebut diulang sebanyak tiga kali pengulangan yang bertujuan
untuk mendapatkan ketelitian data yang lebih akurat. Dari tiga kali
pengulangan diperoleh volume yang digunakan dalam titrasi berturut-
turut adalah 5,7 mL ; 5,6 mL ; 5,5 mL. Kemudian dihitung jumlah air
kristal dengan menggunakan rumus titrasi :
 V1 . M1 = V2 . M2

Sehingga diperoleh jumlah air kristal rata-rata yang didapatkan sebesar


2,0134. Maka harga tersebut kiranya cukup untuk dibulatkan menjadi 2
dan lebih mungkin mendekati harga yang sebenarnya. Karena jumlah air
kristal dalam H2C2O4.xH2O yaitu 2, Jadi rumus struktur senyawanya
yakni H2C2O4 . 2H2O.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Standarisasi larutan KMnO4 molaritas rata-rata KMnO4 yang didapatkan
sebesar 0,1066 N
2. Jumlah air kristal rata-rata yang didapatkan sebesar 2.dan rumus struktur
senyawanya menjadi H2C2O4 . 2H2O.

1.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya pada saat melakukan titrasi, lebih teliti
lagi. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat menitrasi
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day, R. A. Jr and A. L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitati. Jakarta :
Erlangga.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.
Keenan, Charles W, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Sheva, G. 1995. Vogel Buku Teks Analis Anorganik Kuantitatif. Kalman Media
Pustaka : Jakarta
LAMPIRAN

Jawab Pertanyaan

A. Titrasi Pengendapan
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika reduktornya
adalah ion ferro! Setiap mol ion ferro sama dengan berapa ekivalen?
Jawab:
Fe2+  Fe3+ + e
MnO4- + 8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  Mn2+ + 4H2O + 5 Fe3+
(Putra, 2016).
2. Mengapa pada titrasi permanganometri tidak perlu di tambah indikator
lagi?
Jawab:
Pada titrasi permanganometri tidak perlu ditambah indikator lagi, karena
larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- yang
berwarna ungu setelah direduksi akan menjadi ion Mn yang tidak berwarna,
hal ini disebut juga autoindikator (Apriyanti, 2018). Selain itu juga
dikarenakan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda ketika
menunjukkan titik akhir suatu titrasi dan warna yang diperoleh pun sudah
dalam keadaan tetap yang artinya saat melakukan pengadukan, warna merah
muda yang muncul tidak menghilang.
B. Aplikasi
1. Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60⁰C, hasil
normalitasnya terlalu tinggi atau terlalu rendah?
Jawab:
Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60OC, maka
hasil normalitasnya terlampau tinggi karena volume KMnO4 yang
diperlukan lebih banyak disebabkan KMnO4 lebih banyak yang
disebabkan KMnO4 tidak cepat terurai / terdekomposisi dalam larutan
tersebut karena KMnO4 lebih cepat bereaksi dengan H2C2O4 dalam
kondisa asam dan panas (Day, 2002).
2. Berapa volume 0,030 M KMnO4 yang diperlukan untuk bereaksi dengan 5,0
mL H2O2 dalam larutan asam yang mempunyai densitas 1,01 gram/liter dan
mengandung 3,05 berat H2O2 ? Permanganat direduksi menjadi Mn2+ dan
H2O2 dioksidasi menjadi O2

Diketahui: M KMnO4 = 0,030 M


V H2O2 = 5 mL = 0,005 L
m H2O2 = 3,05 gr
ρ = 1,01 gr/L
BM H2O2 = 34
Ditanya: V KMnO4 = …?
Jawab:
Persamaan reaksi
2 MnO4- + 6 H+ + 5 H2O2  2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
+7 -2 +2 0
+2e
-5e

1 mol MnO4- ~ 5 ekuivalen


1 mol H2O2 ~ 2 ekuivalen
𝑔𝑟
𝐵𝑀
M H2O2 =
𝑉
3,05 𝑔𝑟
34 𝑔𝑟.𝑚𝑜𝑙⁻¹
=
0,005 𝐿
= 17,94 M
mol ekuivalen titran = mol ekuivalen analit
M KMnO4 x V KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M KMnO4 x V KMnO4 x ekiv. KMnO4
0,03 M x V KMnO4 x 5 ekuivalen = 17,94 M x 0,005 L x 2 ekuivalen
V KMnO4 = 1,196 L
(Day, 2002).
Alur Penelitian

1. Standarisai larutan KMnO4 ± 0.1 N dengan Na2C2O4 sebagai baku

0.674 gram NaC2O4

9. Pindahkan dalam labu ukur 100 ml dan larutkan


10. Encerkan sampai tanda batas dan kocok sampai homogen
11. Bilas da nisi buret dengan larutan KMnO4 ± 0.1 dengan pipet
seukuran
12. Pipet 10 ml larutan Na2C2O4 ± 0.1 N dengan pipet seukuran
13. Masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml
14. Ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 2N dan panaskan sampai 70°C
15. Titrasi dengan larutan KMnO4 tidak berwarna menjadi merah
muda
Larutan merah muda
16. Titrasi diulang sebanyak 3 kali

Reaksi :

a. 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16+ (aq)  10CO2 (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O(l)
(Svehla,1985)
b. Ditulis dengan persamaan rekasi :
Reduksi : 5e- + MnO4- + 8H+  4H2O (x2)
Oksidasi : C2O4-  2CO2 + 2e- (x5)
Redoks : 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq)  10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq)
+ 8H2O (l)
(svehla, 1985)
2. Menentukan jumlah air Kristal dalam H2C2O4.XH2O

0.378 gram H2C2O4.XH2O

8. Larutkan dalam labu ukur 100 ml


9. Pipet 10 ml larutan tersebut
10. Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
11. Ditambah 2 ml larutan H2SO4 2N
12. Dipanaskan hingga 70°C
13. Dititrasi dengan KMnO4 tidak berwarna menjadi merah
muda
14. Dititrasi ulang sebanyak 3 kali
Larutan merah muda

Reaksi :

a. 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16+ (aq)  10CO2 (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O (l)
(Svehla,1985)
b. Ditulis dengan persamaan rekasi :
Reduksi: 5e- + MnO4- + 8H+  4H2O (x2)
Oksidasi: C2O4-  2CO2 + 2e- (x5)
Redoks: 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq)  10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq) +
8H2O (l)

(svehla, 1985)
Dokumentasi Foto

0,674 gram Na2C2O4 0,378 gram H2C2O4.xH2O Ditambah aquades 100 mL

Diencerkan dengan aquades Bilas dan isi buret dengan Ditambah 2 mL H2SO4 2N
sampai tanda batas larutan KMnO4

Panaskan sampai 70◦C Titrasi dengan KMnO4 Larutan berwarna merah


muda
Perhitungan

1. Standarisasiu larutan KMnO4 0,01M


Diketahui :
massa Na2C2O4 = 0,6745 gram
volume Na2C2O4 = 100mL
volume KMnO4 1 = 9,4 mL
volume KMnO4 2 = 9,4 mL
volume KMnO4 3 = 9,5 mL
Ditanya : konsentrasi KMnO4 =.....?
Jawab :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N KMnO4 = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,6745 1000
= 𝑥
134/2 100

= 0,1006 N
 Titrasi pertama
V1 Na2C2O4 x N1 Na2C2O4 = V1 KMnO4 x N1 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,4 mL x N1 KMnO4
N1 KMnO4 = 0,1070 N
 Titrasi kedua
V2 Na2C2O4 x N2 Na2C2O4 = V2 KMnO4 x N2 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,4 mL x N2 KMnO4
N2 KMnO4 = 0,1070 N
 Titrasi ketiga
V3 Na2C2O4 x N3 Na2C2O4 = V3 KMnO4 x N3 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,5 mL x N1 KMnO4
N2 KMnO4 = 0,1059 N
0,1070 + 0,1070 + 0,1059
∴ 𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = = 0,1066 𝑁
3

2. Aplikasi  penentuan jumlah air Kristal dalam H2C2O4 .x H2O


Diket :
Massa H2C2O4 .xH2O = 0,378 gram
V pelarutan = 100 mL
V titrasi = 10 mL
N KMnO4 = 0,1066 N
V1 KMnO4 = 5,7 mL
V2 KMnO4 = 5,6 mL
V3 KMnO4 = 5,5 mL
Ditanya: x =…?
Jawab :
 Titrasi pertama

V1 MnO4 x N1 KMnO4 = V1 H2C2O4 .xH2O x N1 H2C2O4. xH2O

5,7 mL x 0,1066 N = 10 mL x N1 H2C2O4. xH2O

N1 H2C2O4 xH2O = 0,1070 N

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N1 H2C2O4. xH2O = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,378 1000
0,1070 N = 𝑚𝑟/2 𝑥 100

Mr = 124,42

Mr H2C2O4. xH2O =Mr H2C2O4 + Mr xH2O

124,42 = 90 + 18x

x = 1,912

 Titrasi kedua

V2 MnO4 x N2 KMnO4 = V2 H2C2O4 . xH2O x N2 H2C2O4. xH2O

5,6 mL x 0,1066 N = 10 mL x N1 H2C2O4. xH2O

N1 H2C2O4 xH2O = 0,059696 N


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N1 H2C2O4. xH2O = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,378 1000
0,059696 N = 𝑚𝑟/2 𝑥 100

Mr = 126,64

Mr H2C2O4. xH2O =Mr H2C2O4 + Mr xH2O

126,64 = 90 + 18x

x = 2,03

 Titrasi ketiga

V3 MnO4 x N3 KMnO4 = V3 H2C2O4 . xH2O x N3 H2C2O4. xH2O

5,5 mL x 0,1066 N = 10 mL x N1 H2C2O4. xH2O

N1 H2C2O4 xH2O = 0,059 N

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N1 H2C2O4. xH2O = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,378 1000
0,059 N = 𝑚𝑟/2 𝑥 100

Mr = 128

Mr H2C2O4. xH2O =Mr H2C2O4 + Mr xH2O

128 = 90 + 18x

x = 2,1

1,912 + 2,031 + 2,1


∴ 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = = 2,1043
3

Anda mungkin juga menyukai