PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menentukan standarisasi larutan KMnO4
2. Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi
Analisis kimiawi menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu
materi. Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya
adalah unsur, radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti
suatu komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip
memerlukan pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksam,
perubahan tingkat oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis
kuantitatif (Khopkar,2010:5).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut,
seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian
kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit)
tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit dianggap
sebagai konstituen utama. Zat itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya
berkisar antara 0,01 hingga 1% dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadir
hingga kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen pelarut (Day,1998:2).
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat didalam
sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dengan berbagai cara, salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia
molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Seperti halnya kerapatan, konsentrasi adalah suatu sifat intensif,
sehingga nilainya tidak bergantung pada berapa banyak larutan yang ada. Dengan
mengetahui volume larutan dan kuantitas senyawa yang terlarut kita dapat
menghitung molaritas larutan prosedur untuk menyiapak suatu larutan yang
molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut. Pertama, zat terlarut ditimbang
secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu volumetrik melalui
corong. Selanjutnya, air ditambahkan kedalam labu, kemudian labu digoyangkan
perlahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air
ditambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan dapat mencapai
tanda volume. Dengan megetahui volume larutan dan kuantitas senyawa kita
dapat menghitung molaritas larutan ( Chang,2004:106-107).
Metode penetapan kadar secara kimia terdiri atas metode analisis
volumetri dan gravimetri. Metode tersebut berhubungan dengan reaksi-reaksi
kimia. Metode analisis gravimetri dan volumetri yang umumnya berdasarkan
pada persamaan stoikiometri dari tipe :
Reagen (R) yang berlebih secara gravimetri bereaksi dengan konstituen
(C) menghasilkan suatu produk reaksi yang berupa padat dan dapat ditimbang.
Dalam gravimetri reaksi kimia pemisahan kuantitatif dan kehilangan harus
kurang 0,1 mg atau 0,0001 gram dengan perolehan kembali komponen utamanya
sebesar 99,9%. Sedangkan dalam volumetri, (R) ditambahkan terhadap (C)
sampai terbentk. Titik akhir reaksi ditunjukkan oleh suatu indikator. Titik akhir
diperoleh sebelum atau sesudah titik ekuivalen (Khopkar,2010:7).
Analisis yang didalamnya tercakup perhitungan yang didasarkan pada
hubungan stoikionetri dari reaksi kimia sederhana disebut analisis titrimetrik.
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti berikut :
dimana a molekul analit, A bereaksi dengan t molekul pereasi, T. Pereaksi T,
yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret,
dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan
standar dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan
standardisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara
kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan dengan A. Selanjutnya akan
dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar dikatahui kapan harus
berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia yaitu
indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan
melakukan perubahan warna. Perubahan waran ini bisa saja terjadi persis pada
titik ekivalen. Tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah
warnanya disebut titik akhir titrasi. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat
kedua titik sama adalah satu aspek yang penting dalam analisis titrimetrik.
Indikator visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang dipergunakan
untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi (Day,1998:43-44).
2.2 Titrasi Permangano
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan
KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Permanganometri merupakan
metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas reaksi oksidasi ion
permanganat (Wunas,Y : 2011). Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang
sangat encer. Permanganat dapat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
MnO4- + 3e → MnO42-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Fe Fe2+ + 2e-
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi, salah satunya dengan
menutup permukaan logam dengan zat lain agar tidak terjadi kontak langsung
dengan lingkungan, seperti memberi cat, mengoleskan minyak atau oli, atau
dengan cara melapisi logam dengan dengan logam lain yang lebih mudah
teroksidasi, misalnya magnesium (Mg). Elektron yang dibutuhkan oleh oksigen
diambil dari magnesium bukan dari logam yang dilindungi. Suatu proses reduksi
dan oksidasi yang berlangsung secara spontan merupakan pengertian lain dari
redoks. Dalam artian, selama berlangsungnya oksidasi, oksidatornya sendiri akan
tereduksi pula. Begitu pula juga sebaliknya. Dengan demikian suatu proses
oksidasi selalu disertai dengan proses reduksi dan sebaliknya. Redoks kadang-
kadang juga sebagai perubahan kimia yang didalamnya terdapat peralihan
elektron dari suatu proses atom atau molekul atau ion lain. Dalam proses-proses
elektrokimia dalam sel-sel oksidasi (pada anoda) dan reduksi (pada katoda) juga
terjadi. Sistem ini pun acap kali dikenal sebagai sistem redoks (Vogel, 1985).
Dalam titrasi, reaksi elektron terjadi antara dua kutub yang rapat dan
berdampingan. Dalam reaksi redoks, berat ekuivalen unsur adalah berat atom
dibagi perubahan polaritas. Bila dalam atom dilampaui suatu molekul perubahan
dalam polaritas (oksidasi atau reduksi). Maka, berat ekuivalen unsur adalah berat
molekul dibagi jumlah keseluruhan perubahan polaritas sebesar 1 (satu)
(Day, 1998).
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak
dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi
antara permanganat dengan jejakjejak dari agen-agen produksi didalam air,
mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan
MnO2. Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap
an tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan. Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting
dalam titrasi-titrasi permanganat. (Susanti, 2003)
Untuk kebanyakan garam, ikatan air yang pasti tidak penting karena
molekul air akan melemah saat pelarutan. Sebagai contoh, larutan yang disiapkan
dari CuSO4•5H2O dan CuSO4 anhidrat memiliki sifat yang identik. Oleh karena
itu, pengentahuan tentang derajat hidrasi hanya penting untuk menentukan berat
ekivalen: berat satu mol CuSO4•5H2O lebih besar daripada satu mol CuSO4.
Dalam beberapa kasus, derajat hidrasi merupakan titik kritis dalam menentukan
sifat kimia. Contohnya RhCl3 tidak larut dalam air dan relatif tidak berguna
dalam kimia organologam, sementara RhCl3•3H2O bersifat serba guna. Kasus
serupa, AlCl3 hidrat adalah asam Lewis lemah dan oleh karenanya tidak dapat
digunakan sebagai katalis dalam reaksi Friedel-Crafts. Sampel AlCl3 harus
dilindungi dari uap air yang ada di atmosfer untuk mencegah pembentukan
hidrat.
Mari kita lihat kasus nikel(II) klorida heksahidrat. Spesies ini memiliki
rumus NiCl2(H2O)6. Analisis kristalografi mengungkapkan bahwa padatan
mengandung sub-unit [trans-NiCl2(H2O)4] yang berikatan hidrogen satu sama
lain dan dengan dua molekul H2O lainnya. Maka, 1/3 molekul air dalam kristal
tidak berikatan langsung dengan Ni2+, dan ini yang dapat disebut dengan istilah
"air kristal".
Penentuan jumlah molekul air yang terikat pada senyawa dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN
1. Aquades Secukupnya
2. Na2C2O4 0,6745gram
3. H2SO4 2N 12mL
4. KMnO4 ±0,1N secukupnya
5. H2C2O4.H2O 0,378 gram
3.3 PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
0.674 gram NaC2O4 serbuk Na2C2O4 + →Na2C2O4 (aq) KMnO4 ± 0,1N dengan
berwarna putih aquades =
larutan tidak Na2C2O4 sebagai baku
1. Pindahkan dalam labu ukur 100 ml dan -Aquades berwarna Na2C2O4 (aq) + KmnO4 berdasarkan hasil
larutkan larutan tidak Na2C2O4
berwarna (aq) → K2C2O4 (aq) + percobaan didapatkan
2. Encerkan sampai tanda batas dan kocok -Larutan 2Na+ + 2MnO4- normalitas rata-rata
sampai homogen Na2C2O4
sebelum larutan KMnO4 sebesar
3. Bilas da nisi buret dengan larutan KMnO4 ± dikocok keruh 0,1066N
0.1 dengan pipet seukuran dan setelah
dikocok
4. Pipet 10 ml larutan Na2C2O4 ± 0.1 N dengan larutan tidak
pipet seukuran berwarna
Larutan 5. Masukkan
merah muda dalam Erlenmeyer 250 ml
6. Ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 2N dan
panaskan sampai 70°C
7. Titrasi dengan larutan KMnO4 tidak
berwarna menjadi merah muda
8. Titrasi diulang sebanyak 3 kali
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
Penentuan standarisasi KMnO4 ± 0,1N dengan Sebelum Sesudah
Na2C2O4 larutan baku MnO4- + 8H+ + 5e-
-Larutan -larutan Mn2+ + 4H2O x2
Larutan KMnO4
KMnO4 Na2C2O4 +
larutan H2SO4 = C2O42- 2CO2 + 2e x5
1. Dibilas pada buret berwarna larutan tidak
2. Dimasukkan dalam buret diatas titik nol ungu berwarna 5 C2O42- (aq) +
kehitaman 2MnO4(aq) + 16H+
3. Diturunkan sampai tepat nol -setelah 2Mn2+ (aq) + 10 CO2 (aq)
-Larutan dipanaskan + 8H2O (l)
Larutan KMnO4 dalam buret H2SO4 larutan sampai 70℃
tidak menjadi Dugaan :
Larutan Na2C2O4 berwarna larutan panas Dalam percobaan ini
tidak berwarna Na2C2O4 yang
1. Diambil 10 mL dengan pipet gondok direaksikan dengan
2. Dimasukkan dalam tabung erlenmeyer -dititrasi KMnO4 akan
dengan larutan menghasilkan uap gas
250 ml KMnO4 ± 0,1 dalam bentuk O2,
3. Ditambahkan 2mL larutan H2SO4 2N N larutan endapan Mn2+ yang
berubah memberikan warna
4. Dipanaskan sampai 70℃ menjadi merah muda dan H2O
Larutan panas berwarna (Putra,2016)
merah muda
5. dititrasi dengan KMnO4
Volume
Larutan merah muda KMnO4 :
V1= 9,4 mL
V2= 9,4 mL
V3= 9,5 mL
N1 = 0,1070 N
N2 = 0,1070 N
6. dibaca dan dicatat volume N3 = 0,1059 N
1. Larutkan dalam labu ukur 100 ml putih berwarna dan (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O 2C2O4.xH2O
terasa dingin
2. Pipet 10 ml larutan tersebut (l) berdasarkan hasil
-aquades
3. Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml tidak -H2C2O4. (Svehla,1985) percobaan didapatkan
berwarna xH2O +H2SO4
4. Ditambah 2 ml larutan H2SO4 2N = larutan tidak 5e- + MnO4- + 8H+ jumlah air Kristal
V1 . M1 = V2 . M2
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Standarisasi larutan KMnO4 molaritas rata-rata KMnO4 yang didapatkan
sebesar 0,1066 N
2. Jumlah air kristal rata-rata yang didapatkan sebesar 2.dan rumus struktur
senyawanya menjadi H2C2O4 . 2H2O.
1.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya pada saat melakukan titrasi, lebih teliti
lagi. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat menitrasi
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day, R. A. Jr and A. L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitati. Jakarta :
Erlangga.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.
Keenan, Charles W, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Sheva, G. 1995. Vogel Buku Teks Analis Anorganik Kuantitatif. Kalman Media
Pustaka : Jakarta
LAMPIRAN
Jawab Pertanyaan
A. Titrasi Pengendapan
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika reduktornya
adalah ion ferro! Setiap mol ion ferro sama dengan berapa ekivalen?
Jawab:
Fe2+ Fe3+ + e
MnO4- + 8 H+ + 5 e Mn2+ + 4H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O + 5 Fe3+
(Putra, 2016).
2. Mengapa pada titrasi permanganometri tidak perlu di tambah indikator
lagi?
Jawab:
Pada titrasi permanganometri tidak perlu ditambah indikator lagi, karena
larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- yang
berwarna ungu setelah direduksi akan menjadi ion Mn yang tidak berwarna,
hal ini disebut juga autoindikator (Apriyanti, 2018). Selain itu juga
dikarenakan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda ketika
menunjukkan titik akhir suatu titrasi dan warna yang diperoleh pun sudah
dalam keadaan tetap yang artinya saat melakukan pengadukan, warna merah
muda yang muncul tidak menghilang.
B. Aplikasi
1. Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60⁰C, hasil
normalitasnya terlalu tinggi atau terlalu rendah?
Jawab:
Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60OC, maka
hasil normalitasnya terlampau tinggi karena volume KMnO4 yang
diperlukan lebih banyak disebabkan KMnO4 lebih banyak yang
disebabkan KMnO4 tidak cepat terurai / terdekomposisi dalam larutan
tersebut karena KMnO4 lebih cepat bereaksi dengan H2C2O4 dalam
kondisa asam dan panas (Day, 2002).
2. Berapa volume 0,030 M KMnO4 yang diperlukan untuk bereaksi dengan 5,0
mL H2O2 dalam larutan asam yang mempunyai densitas 1,01 gram/liter dan
mengandung 3,05 berat H2O2 ? Permanganat direduksi menjadi Mn2+ dan
H2O2 dioksidasi menjadi O2
Reaksi :
a. 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16+ (aq) 10CO2 (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O(l)
(Svehla,1985)
b. Ditulis dengan persamaan rekasi :
Reduksi : 5e- + MnO4- + 8H+ 4H2O (x2)
Oksidasi : C2O4- 2CO2 + 2e- (x5)
Redoks : 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) 10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq)
+ 8H2O (l)
(svehla, 1985)
2. Menentukan jumlah air Kristal dalam H2C2O4.XH2O
Reaksi :
a. 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16+ (aq) 10CO2 (g) + 2MN2+ (aq) + 8H2O (l)
(Svehla,1985)
b. Ditulis dengan persamaan rekasi :
Reduksi: 5e- + MnO4- + 8H+ 4H2O (x2)
Oksidasi: C2O4- 2CO2 + 2e- (x5)
Redoks: 5C2O4- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) 10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq) +
8H2O (l)
(svehla, 1985)
Dokumentasi Foto
Diencerkan dengan aquades Bilas dan isi buret dengan Ditambah 2 mL H2SO4 2N
sampai tanda batas larutan KMnO4
= 0,1006 N
Titrasi pertama
V1 Na2C2O4 x N1 Na2C2O4 = V1 KMnO4 x N1 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,4 mL x N1 KMnO4
N1 KMnO4 = 0,1070 N
Titrasi kedua
V2 Na2C2O4 x N2 Na2C2O4 = V2 KMnO4 x N2 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,4 mL x N2 KMnO4
N2 KMnO4 = 0,1070 N
Titrasi ketiga
V3 Na2C2O4 x N3 Na2C2O4 = V3 KMnO4 x N3 KMnO4
10 mL x 0,1006N = 9,5 mL x N1 KMnO4
N2 KMnO4 = 0,1059 N
0,1070 + 0,1070 + 0,1059
∴ 𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = = 0,1066 𝑁
3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N1 H2C2O4. xH2O = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,378 1000
0,1070 N = 𝑚𝑟/2 𝑥 100
Mr = 124,42
124,42 = 90 + 18x
x = 1,912
Titrasi kedua
Mr = 126,64
126,64 = 90 + 18x
x = 2,03
Titrasi ketiga
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N1 H2C2O4. xH2O = 𝑥
𝐵𝑀/2 100
0,378 1000
0,059 N = 𝑚𝑟/2 𝑥 100
Mr = 128
128 = 90 + 18x
x = 2,1