Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

TITRASI PERMANGANOMETRI

Nama : Khairil Amri


NIM : 2107112368
Kelompok : VIII - B
Anggota Kelompok:
1. Anjelita Muliani 2107112375
2. Eisti Haiva Al-Malki 2107113408
3. Fildzah Aprilia 2107126230
4. Tsaabitah Zalfa 2107112766

Asisten Praktikum :
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Kelompok : VIII
Anggota: 1. Anjelita Muliani (2107112375)
2. Eisti Haiva Al-Malki (2107113408)
3. Fildzah Aprilia (2107126230)
4. Khairil Amri (2107112368)
5. Tsaabitah Zalfa (2107112766)

Hari, Paraf
Revisi Keterangan
Tanggal

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia analisis adalah penentuan komposisi suatu senyawa dalam suatu
bahan atau sampel yang disebut dengan kimia analisis kualitatif, adapun untuk
penentuan kadar dari komposisi suatu bahan atau sampel biasa disebut kimia
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah
kadar (absolut) atau relatif dari suatu senyawa yang terdapat didalam suatu sampel
(Gandjar, 2007). Dalam analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang
sering digunakan salah satunya metode titrasi permanganometri dimana
permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan
dioksidasi dengan larutan baku kalium permanganat (KMnO4) dalam lingkungan
asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis
dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran.
Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks (Shevla, 1995).

Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi


oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi maka digunakan senyawa permanganat.
Kalium permanganat merupapkan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara
berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga
berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi
yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan
(Raymond, 2001).
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
KmnO4 yang di standarisasi dan konsentrasi larutan Fe2+.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu menentukan konsentrasi KMnO4
dan Fe2+.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi
Titrasi adalah suatu teknik analisis kuantitatif dalam penentuan konsentrasi
atau kadar suatu zat dengan menggunakan larutan standar. Reaksi netralisasi dapat
dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa, caranya dengan
menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa
yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan dihentikan pada saat jumlah
mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat netral dan disebut
titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur
jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain
(Rahayu, 2019).
Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang
konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang. Larutan standar sekunder
adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan
larutan standar primer. Keadaan titrasi dihentikan dengan adanya perubahan
warna disebut sebagai titik akhir titrasi (Yarizsa, 2015)

2.2 Titrasi Redoks


Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan reaksi redoks antara titrant
dan analit. Substansi yang menyebabkan terjadinya oksidasi substansi lain disebut
sebagai oksidator atau agen pengoksidasi, sedangkan substansi yang
menyebabkan terjadinya reduksi disebut dengan reduktor atau agen pereduksi.
Titrasi ini didasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Pada
titrasi ini titik akhir biasanya diamati secara potensiometri, namun juga dapat
dilakukan dengan penggunaan indikator yang dapat berubah warna dengan adanya
kelebihan larutan titran. Titik titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan
mebuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat
juga menggunakan indikator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan
efisiensi maka titrasi redoks dengan indikator sering kali yang banyak dipilih.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titran sebagai indikator, contohnya

2
3

penentuan oksalat dengan permanganat, atau penentuan alkohol dengan kalium


dikromat. Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat
(Arga, 2011).
Menurut Khoper (1985), syarat indikator redoks adalah.
1. Indikator harus bisa megalami raksi reduksi atau oksidasi dengan cepat.
2. Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat
sehingga bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit maka sistem
tidak akan mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual.

2.3 Titrasi Permanganometri


Titrasi Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4). Kalium permanganat
adalah sebagai agen pengoksida selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat
diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator
terkecuali untuk larutan yang teramat encer. Prinsip reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 kebanyakan dilakukan dengan cara langsung atas
alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut
dan lainnya. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang
jelas pada volume dari larutan yang biasa digunakan dalam sebuah titrasi warna
ini dipergunakan untuk mengidikasikan kelebihan reagen tersebut. Permanganat
bereaksi secara beraneka, karenamangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3,
+4, +6, dan +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah
reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar
(Raymond, 2001).
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral
dan alkalis. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
4

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O....……............................................


(2.1)
Permanganat bereaksi secara cepat dengan agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini. Namun, beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau menggunakan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Apriyanti dan Apriyani, 2018).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


2.4.1 Kelebihan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif karena
reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah
berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu setelah direduksi
menjadi ion Mn- menjadi tidak berwarna dan ini disebut juga sebagai
autoindikator (Surjadi, 2004).

2.4.2 Kekurangan Titrasi Permanganometri


Menurut Keenan (1986), sumber-sumber kesalahan pada titrasi
permanganometri antara lain terlebih pada:

1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam


waktu yang lama larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar matahari
akan terurai menjadi Mn2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan prespitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna
merah kaca.
2. penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan akan berpotensi kehilangan
terurai menjdai air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah
KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul
kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai
berikut:
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, sebagai berikut:
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Buret 50 mL
3. Statif dan klem
4. Gelas ukur 10 mL
5. Labu ukur 100 mL
6. Termometer
7. Penangas air
8. Spatula
9. Pipet tetes
10. Timbangan analitik

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini, sebagai berikut:
1. H2C2O4.XH2O 0,05 N
2. H2SO4 4N
3. KMnO4 0,05 N
4. Akuades

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
1. Dicampurkan larutan asam oksalat 0,05 N 10 mL dengan 10 mL larutan
H2SO4 4 N di dalam erlenmeyer.
2. Dipanaskan hingga suhu 70℃
3. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga larutan menjadi warna
merah muda dan tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
4. Dilakukan percobaan triplo

5
6

5. Dihitung normalitas larutan KMnO4.


3.2.2 Penentuan Konsentrasi Fe2+
1. Dicampurkan 10 ml larutan besi (II) sulfat 0,05 N dengan 10 ml larutan
H2SO4 ke dalam erlenmeyer.
2. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga larutan menjadi warna
merah muda dan tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
3. Dilakukan percobaan triplo.
4. Dihitung normalitas larutan Fe2+.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Bahan Konsentrasi Volume I Volume II Volume III
Asam Oksalat 0,05 N 10 mL 10 mL 10 mL
H2SO4 4N 10 mL 10 mL 10 mL
KMnO4 0,05 2,8 mL 3,0 mL 3,1 mL
Tabel 4.2 Hasil Penentuan Konsentrasi Fe2+
Bahan Konsentrasi Volume I Volume II Volume III
FeSO4 0,0220 N 10 mL 10 mL 10 mL
H2SO4 4N 10 mL 10 mL 10 mL
KMnO4 0,1689 N 1,3 mL 1,3 mL 1,3 mL

4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Pada percobaan ini metode yang digunakan yaitu titrasi permanganometri,
yaitu titrasi yang didasarkan pada rekasi oksidasi dengan kalium permanganat.
Metode permanganometri didasarkan pada rekasi ion permanganat. Oksidasi ini
dapat berlangsung dalam suasana asam netral alkali. Sebelum digunakan sebagai
titran, kalium permanganat memerlukan proses standarisasi larutan. Pada
percobaan ini penentuan normalitas KMnO4 menggunakan asam oksalat sebagai
larutan standar primernya dan pereduksi dalam larutan. Asam oksalat dikatakan
zat baku primer dikarenakan asam oksalat merupakan zat yang stabil. Sebanyak
10 mL asam oksalat 0,05 N direaksikan dengan 10 mL H2SO4 4 N dalam
erlenmeyer. Penambahan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam dalam
larutan dan sebagai pengkatalis. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hinggan
mencapai suhu 70○C dengan tujuan agar dapat mempercepat terjadinya reaksi
KMnO4 perlu distandarisasi karena KMnO4 tidak murni banyak
mengandung oksidanya berupa MnO dan Mn2O2. Standarisasi dilakukan
menggunakan reduktor H2C2O4 dan H2SO4. Permanganat dengan asam oksalat
dengan adanya asam sulfat menghasilkan CO2. Adapun reaksi yang terjadi:
2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O………….….(4.1)

7
8

Setelah dipanaskan, larutan permanganat tersebut dititrasi menggunakan


asam oksalat yang telah disiapkan. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dan
didapatkan titik akhir titrasi terjadi pada volume KMnO 4 terpakai sebanyak 2,8
mL; 3,0 mL; dan 3,1 mL. Lalu, volume KMnO4 terpakai digunakan untuk
menghitung konsentrasi larutan KMnO4. Perhitungan didapatkan konsentrasi
larutan KMnO4 yaitu 0,1689 N.

4.2.2 Menentukan Konsentrasi Fe2+


Pada percobaan ini, sebanyak 10 mL larutan FeSO4 dicampurkan dengan
10 mL larutan H2SO4. Penambahan H2SO4 agar dapat memberi suasana asam pada
larutan dan titik akhir titrasi mudah terlihat. Kemudian, campuran tersebut dititrasi
dengan KMnO4 yang sudah distandarisasi. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali,
sehingga didapatkan volume yang terpakai 1,3 mL; 1,3 mL; dan 1,3 mL.
Kemudian konsentrasi Fe2+ dihitung menggunakan persamaan mol dan diperoleh
perhitungan kadar Fe sebesar 0,0220 N. Pada percobaan ini, reaksi yang terjadi
adalah:
5FeSO4 + 2KMnO4 + 8H2SO4 → Fe2(SO4) + 2MnSO4 + H2O….…….(4.2)
9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi KMnO4 yang didapat dari proses standarisasi yaitu sebesar
0,1786 N; 0,1667 N; dan 0,1613 N. jika dirata-ratakan didapat sebesar
0,1689 N.
2. Konsentrasi Fe2+ yang didapat dari proses titrasi adalah 0,0220 N.

5.2 Saran
Adapun saran berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu praktikan
harus lebih teliti dalam pembacaan skala pada buret yang digunakan dikarenakan
larutan yang digunakan sangat gelap.

10
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti dan Apriyani, M. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada air sumur
sekitar TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri, Jurnal Ilmu Kimia
dan Terapan, 2 (2).

Arga. 2011. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makasar: Universitas


Hassanuddin.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Dasar.
Harjadi, W. 1985. Ilmu Kimia Analisis Dasar. Jakarta: Gramedia.
Keenan, W. 1986. Ilmu Kumia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khoper, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rahayu. 2012. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara.
Raymond. 2001. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
Jakarta: PT. Kalma Media Pustaka.
Surjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Jakarta.
Yarizsa. 2015. Diagram Terner. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

11
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Standarisasi Konsentrasi KMnO4 dengan Asam Oksalat


Konsentrasi asam oksalat : 0,05 N
Volume asam oksalat : 10 ml
Volume KMnO4 terpakai :I : 2,8 ml
II : 3,0 ml
III : 3,1 ml
V H 2C 2 O 4 × N H 2 C 2O 4=¿V KMnO4 × N KMnO4 ¿

10 ml × 0,05 N =2,8 ml × N KMnO4


N KMnO4 =0,1786 N
V H 2C 2 O 4 × N H 2 C 2O 4=¿V KMnO4 × N KMnO4 ¿

10 ml × 0,05 N =3,0 ml × N KMnO 4


N KMnO4 =0,1667 N
V H 2C 2 O 4 × N H 2 C 2O 4=¿V KMnO4 × N KMnO4 ¿

10 ml × 0,05 N =3,1 ml × N KMnO 4


N KMnO4 =0,1613 N
0,1786 N +0,1667 N +0,1613 N
N KMnO4 rata−rata=
3
N KMnO4 rata −rata=0,1689 N
A.2 Penentuan Konsentrasi Fe2+
Konsentrasi larutan KMnO4 : 0,1689 N
Volume larutan Fe2+ : 10 ml
Volume KMnO4 terpakai :I : 1,3 ml
II : 1,3 ml
III : 1,3 ml
V KMnO 4 × N KMnO 4 =V Fe 2+¿ × N Fe 2+ ¿¿ ¿

1,3 ml × 0,1689 N =10 ml × N Fe2+¿ ¿


N Fe2+¿=0,0220 N ¿

LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Pembuatan Larutan Gambar B.2 Pemanasan Larutan


asam oksalat+H2SO4

Gambar B.3 Proses Titrasi Gambar B.4 Hasil Titrasi


Standarisasi Standarisasi KMnO4
KMnO4
Gambar B.5 Proses Titrasi FeSO4 Gambar B.6 Hasil Titrasi FeSO4
LAMPIRAN C
PERTANYAAN

C.1 Dalam suasana asam, 1 gr mol KMnO4 =….gr ekivalen


Jawab:
MnO4- + 8H+ + 5e- ⟶ Mn2+ + 4H2O
1
Sehingga, 1 ekivalen MnO4- = mol
5
39+55+( 4 ×16)
BE =
5
158
BE = = 31,6 gr
5
C.2 Dalam suasana basa, 1 gr mol KMnO4 =….gr ekivalen
Jawab:
4MnO4- + 2H2O + 3e- ⟶ MnO2 + 4OH-
1
Sehingga, 1 ekivalen = mol
3
39+55+( 4 ×16)
BE =
3
158
BE = = 52,7 gr
3
C.3 Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl?
Jawab:
Pengasaman tidak menggunakan HCl karena KMnO4 bersifat oksidator
yang teroksidasi dengan KMnO4 sehingga mengakibatkan pemakaian
permanganat yang berlebih.
C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai larutan standar primer?
Jawab:
Tidak, karena KMnO4 sulit ditemui dalam keadaan murni, bersifat
higrokopis, dan mempunyai ekivalen yang tinggi.
C.5 Selain asam oksalat, zat apakah yang bisa digunakan untuk standarisasi?
Jawab:
K2CrO4, AS2O3, NaCl, dan Na2C2O4.

Anda mungkin juga menyukai