Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 3

ANALISIS KUANTITATIF

(TITRASI ASAM BASA)

Disusun Oleh :
Nama : Rodhiatul Jurdillah
NPM : 10060318027
Shift/Kelompok : A/5
Tanggal Praktikum : 22 Oktober 2018
Tanggal Pengumpulan : 5 November 2018
Nama Asisten : Nety

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2018 M
PERCOBAAN 3
ANALISIS KUANTITATIF
(TITRASI ASAM BASA)

I. Tujuan percobaan
Menentukan konsentrasi NaOH dan HCL dengan titrasi asam basa
menggunakan larutan baku asam oksalat.

II. Prinsip Percobaan


Prinsip asam basa yaitu penetralan yang mana reaksi asam basa menghasilkan
garam dan air.

III. Teori Dasar


3.1 Analisis kualitatif dan kuantitatif
Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk menyelidiki
dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu
sampel uji. Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah
sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya.
Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi
sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan penetapan
banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif
digunakan untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu
larutan. Sedangkan analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan
mol, atau pun persentase dalam gram. Teknik ini membutuhkan ketelitian
yang tinggi karena kesalahan dalam pengukuran akan menghasilkan kesalahan
data dalam penelitian. Keberhasilan Analisis Kuantitatif sangat tergantung
pada indikator yang digunakan harus tepat sehingga mampu menentukan titik
akhir titrasi yang tepat (Sumardjo 2006).

3.2 Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Dalam analisis volumetri,
larutan yang hendak dianalisis direaksikan dengan larutan reagen tertentu
yang diketahui konsentrasinya. Penambahan reagen dilakukan sampai
sejumlah reagen tersebut ekivalen dengan jumlah zat yang di analisis. Secara
umum tidak ada jumlah reagen berlebih yang digunakan kecuali pada titrasi
balik. Tujuan dari analisis volumetri ini ialah menentukan banyaknya suatu
zat dalam volume tertentu (Goldberg, 2002).
Dalam titrasi, reagen tertentu yang diketahui konsentrasinya disebut
larutan standar. Sementara zat yang ditambahkan dalam proses titrasi
sehingga reaksi dapat diamati secara visual disebut dengan istilah indikator
(Chang, 2004).

Syarat terjadinya titrasi dengan baik adalah:

 Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan katalis untuk


mempercepat reaksi
 Reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas
 Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu jalannya reaksi utama
 Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi dihentikan

Ada beberapa jenis titrasi, yaitu titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi
argentometri, dan titrasi kompleksasi (Stacy, 2003).
3.2.1 Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa disebut juga dengan asidimetri-alkalimetri. Titrasi


asam basa adalah titrasi yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat
yang telah diketahui konsentrasinya) mauoun titrant (zat yang akan ditentukan
kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam basa. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya,
dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan
larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam
dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis
bereaksi (Khopkar, S.M. 2002).

Di dalam titrasi, ada lima jenis titrasi yang digunakan dalam analisis
volumetri titrasi, yaitu titrasi langsung asam kuat oleh basa kuat, titrasi
langsung asam lemah oelh basa kuat, titrasi langsung basa kuat oleh asam
kuat, titrasi langsung basa lemah oleh asam kuat,titrasi kembali (titrasi balik)

Umunya digunakan untuk :

a. Senyawa yang mudah menguap jika dititrasi langsung


b. Senyawa yang sukar larut (kalsium karbonat)
c. Senyawa hanya bereaksi cepat jika ada pereaksi berlebih (asam laktat)
d. Senyawa yang membutuhkan pemanasan, sedangkan pereaksi yang
digunakan terurai oelh pemanasan (Tim Kimia Dasar, 2018).

3.2.2 Titrasi Redoks

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar


reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara
analit dengan titran, dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi. Analit yang mengandung spesi reduktor di titrasi dengan titran yang
berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya (Underwood, 1991).
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap
penurunan biangan oksidasi. Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya
electron sedangkan redulsi disertai dengan pertamahan electron. Oksidator
adalah senyawa di mna atom yang terkadung mengalamipenurunan bilangan
oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak
mengacu pada atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu
reagen berperan baik sebagai oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat
tersebut mengalami autooksidasi atau disporposionasi. Titrasi redoks
berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Dalam titrasi
redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir,
namun ada pula yang mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya
dengan adanya kelebihan titran yang digunakan (Chang, 2005)

Secara umum ada tiga macam reaksi redoks. Pertama, titrasi


iodometri. Merupakan titrasi redoks dengan menggunakan I2 dan merupakan
jenis reaksi tidak langsung. Karena I2 yang akan bereaksi harus dibuat terlebih
dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya. Kedua, titrasi iodimetri. Merupakan
titrasi redoks dengan I2 juga. Bedanya dengan iodometri, I2 yang digunakan
langsung dalam wujud I2 sehingga disebut juga reaksi langsung. Ketiga, titrasi
permanganometri. Merupakan reaksi titrasi dengan memanfaatkan ion Mn2+.
Indikator yang digunakan biasanya amilum yang dapat membentuk kompleks
dengan I2 yaitu iodo-amilum berwarna biru. Selain itu bisa juga menggunakan
autoindikator. Dimana kelebihan larutan standar yang menetes pada larutan
hasil reaksi utama yang telah stoikiometri akan menunjukkan gejala tertentu
seperti perubahan warna yang menandai titrasi harus dihentikan (Khopkar,
2002).
3.2.3 Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri adalah jenis titrasi yang digunakan khusus untuk


reaksi pengendapan. Prinsip umumnya adalah mengenai kelarutan dan tetapan
hasil kali kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi. Secara umum, metode
titrasi argentometri ada tiga macam. Pertama, metode Mohr. Pada metode ini
tidak ada indikator yang digunakan. Sehingga untuk menandai titik akhir
titrasi adalah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Ketika larutan standar
telah mengalami reaksi stoikiometris dengan larutan sampel, maka ml larutan
standar berikutnya yang menetes pada larutan sampel akan menghasilkan
endapan karena larutan hasil reaksi titrasi telah jenuh. Namun, dapat juga
digunakan indikator yang dapat bereaksi dengan kelebihan larutan standar dan
membentuk endapan dengan warna yang berbeda dari endapan reaksi utama.
Kedua, metode Volhard. Metode ini menggunakan indikator yang akan
bereaksi dengan kelebihan larutan standar membentuk ion kompleks dengan
warna tertentu. Ketiga, metode Fajans. Metode ini menggunakan indikator
adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi utama dapat menyerap indikator
adsorpsi pada permukaannya sehingga endapan tersebut terlihat berwarna
(Khopkar, 2002).

3.2.4 Titrasi Kompleksasi

Titrasi kompleksasi merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi


atau pembentukan ion kompleks. Biasanya digunakan untuk menganalisa
kadar logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks dengan
larutan standar yang biasanya merupakan ligan. Indikator yang digunakan
biasanya akan bereaksi dengan kelebihan titran (sama-sama membentuk ion
kompleks) dan menunjukkan perubahan warna. Pada titrasi jenis ini ada
banyak hal yang harus ditimbang dan diperhatikan mengingat pembentukan
ion kompleks adalah spesifik pada kondisi tertentu. Misalnya pada pH tertentu
sehingga larutan sampel harus didapar dengan buffer pH tertentu pula (Basset,
2010).

3.3 Definisi Larutan

Larutan merupakan suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat
(dalam kimia). Zat yang jumlahnya lebih sedikit yang ada didalam larutan itu
(zat) solut atau terlarut, sedangkan zat yang memiliki jmlah zat lebih banyak
dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan juga disebut solven atau
pelarut. Takaran atau komposisi zat terlarut serta pelarut dalam sebuh larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, dan sedangkan proses campuran zat
terlarut dan pelarut disebut pelarutan atau solvasi (Underwood, 1991).

Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan


dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat
pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam
air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut
dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam)
dan mineral tertentu (Underwood, 1991).

3.3.1 Larutan Asam

Larutan asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam juga dapat
diartikan zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain(yang disebut
basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa (Chang,
2005).

Contoh asam dalam kehisupan sehari-hari, diantaranya cuka


mengandung asam asetat, jeruk mengandung asam sitrat, anggur mangandung
asam tartrat, apel mengandung asam malat, vitamin C mengandung asam
askorbat, dan obat tetes mata mengandung asam borat (Basset, 2010).

Sifat larutan asam


 Memiliki rasa masam (Namun jangan mencicipinya
 Dapat mengubah lakmus biru menjadi merah
 Dapat menghantarkan arus listrik (asam kuat)
 Jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidrogen (H+)
 Bersifat korosif terhadap logam
 Dapat menetralkan basa

Terdapat dua jenis larutan asam yaitu asam kuat dan asam lemah.
Adanya karat pada besi merupakan salah satu ciri yang menunjukkan bahwa
asam bersifat korosif terhadap logam. Jika suatu asam dilarutkan hingga
hampir seluruh ion H+ dilepaskan maka asam ini disebut asam kuat. Jika ion
H+ yang dilepaskan hanya sebagian kecil saja maka asam ini disebut asam
lemah. Asam kuat dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan asam lemah
hampir tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Contoh zat yang termasuk Asam Kuat, diantaranya: asam lambung


(asam klorida = HCl), asam sulfat (H2SO4), asam sulfit (H2SO3), asam
bromida (HBr), asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2). Contoh zat yang
termasuk Asam Lemah, diantaranya: asam karbonat (H2CO3), asam asetat
(CH3COOH), asam sulfida (H2S), asam sianida (HCN) dan asam fosfat
(H3PO4).

3.3.2 Larutan Basa

Larutan basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium


ketika dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Jika
dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion hidroksil (OH–) dan ion positif
logam. Oleh karena itu, suatu basa dapat menghantarkan arus listrik.
Contoh basa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya seperti obat maag mengandung magnesium hidroksida
(Mg(OH)2) dan aluminium hidroksida (Al(OH)3); sabun mandi mengandung
natrium hidroksida (NaOH); sabun mandi bayi mengandung kalium
hidroksida(KOH); deodorant mengandung aluminium hidroksida (Al(OH)3)
dan pembersih lantai mengandung ammonium hidroksida (NH4OH).

Adapun sifat-sifat basa diantaranya yaitu:


 Terasa licin jika terkena kulit (tidak untuk dicoba di kulit,
berbahaya)
 Dapat mengubah lakmus merah menjadi biru
 Dapat menghantarkan arus listrik (basa kuat)
 Apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksil (OH–)
 Dapat menetralkan asam.

Terdapat dua jenis larutan basa yaitu basa kuat dan basa lemah. Jika
saat basa dilarutkan dan hampir seluruh ion (OH–) dilepaskan maka basa itu
disebut basa kuat. Contoh basa kuat, diantaranya sepeti natrium hidroksida
(NaOH), kalsium hidroksida (KOH), barium hidroksida(Ba(OH)2).

Namun, jika hanya sebagian kecil OH- yang dilepaskan maka basa itu
disebut basa lemah. Contoh basa lemah, diantaranya seperti ammonium
hidroksida (NH4(OH) dan aluminium hidroksida (Al(OH)3).

3.4 Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat beraksi dengan
asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui tingkat kekuatan
suatu asam atau basa. Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang
biasa di gunakan adalah indikator buatan dan indikator alami, Beberapa
indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa
indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium (Basset, 2010).
3.4.1 Indikator Buatan

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di


laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah
kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, indikator
Universal, fenolftalein, dan metal jingga. Kelebihan dari indikator buatan
yaitu, penggunaannya mudah, praktis dan siap pakai umumnya berbentuk
kertas atau cairan, presisi karena dapat merubah warna dengan cepat saat
bereaksi dengan asam atau basa. Sedangkan kelemahannya, yaitu dapat
mencemari lingkungan, dan harganya tidak ekonomis (Benny, 1994).

3.4.2 Indikator Alami

Indikator alami adalah bahan-bahan alam yang dapat berubah


warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alami yang biasanya
dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna
mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan
dedaunan.kelebihan dari indicator alami, yaitu harganya lebih murah,
menggunakan bahan yang ada di sekitar kita, ramah lingkungan karena tidak
mengandung bahan kimia sintetik yang berbahaya. Sedangkan kelemahannya
yaitu memerlukan persiapan terlebih dahulu, kurang akurat dalam
membedakan asam dan basa, dan tidak tahan lama. Perubahan warna indikator
bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di
dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah
keunguan dan didalam larutan basa akan berwarna hijau. Ada juga beberapa
jenis tanaman dapat pula dijadikan sebagai indikator. Salah satunya adalah
tanaman bunga hydrangea. Warna bunga hydrangea tergantung pada
keasaman tanah. Bunga hydrangea yang berwarna pink akan berubah menjadi
biru apabila ditanam di tanah yang terlalu asam. Lakmus dan bunga
hydrangea merupakan salah satu indikator pH (Stacy, 2003).
Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam dan basa
adalah dengan terjadinya perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan
pada larutan asam dan basa. Untuk menguji sifat asam dan basa suatu zat
selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan sifat
pembawaan asam dan basa lebih mudah di deteksi (Benny, 1994).

IV. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah buret, corong gelas
kimia, labu titrasi (erlenmeyer) 250 ml, pipet 25 ml dan pipet tetes.

Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah larutan
asam oksalat, larutan NaOH, larutan HCL, aquades, dan indikator fenolftalein.

V. Prosedur kerja
5.1 Titrasi Pembakuan (Asidimetri)
Ditentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.
Buret yang telah bersih dibilas dengan larutan NaOH lalu isi larutan NaOH
sebanyak 50ml, setelah itu di ambil larutan asam oksalat dengan pipet volume
sebanyak 25ml lalu dimasukan kedalam erlemeyer 250 ml, setelah itu larutan
asam oksalat ditetesi indikator fenolftalien sebanyak 3 tetes. ditempatkan
erlemeyer berada di bawah buret setelah itu teteskan sedikit demi sedikit
larutan NaOH, diperhatikan sampai terjadi perubahan warna menjadi merah
muda, dicatat volume buret dari volume awal sampai terjadinya perubahan
warna.
5.2 Titrasi Asam-Basa (Alkalimetri)
Ditentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH.
Konsentrasi NaOH yang telah diketahui berdasarkan percobaan sebelumnya,
kemudian larutan HCl yang akan ditentukan ditempatkan ke dalam labu takar
lalu diencerkan dahulu sampai 100 ml/ sampai garis batas, setelah itu di ambil
larutan HCl dengan pipet volume sebnyak 25 ml, lalu dimasukkan kedalam
labu titrasi (Erlenmeyer), kemudian larutan HCl ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein, ditempatkan erlemeyer berada di bawah buret setelah itu teteskan
sedikit demi sedikit larutan NaOH, diperhatikan sampai terjadi perubahan
warna menjadi merah muda, dicatat volume buret dari volume awal sampai
terjadinya perubahan warna.

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Titrasi pembakuan (asidimeter), setelah di lakukannya titrasi sampai berubah
warna terjadi saat volume NaOH 37 ml menunjukan warna merah muda (plum
181) dengan volume awalnya 0 ml. saat percobaan yang kedua mengalami
perubahan warna saat volume NaOH 38,2 ml menunjukan warna menjadi merah
muda (frucian 141) dengan volume awal 0 ml.
Perhitungan konsentrasi larutan NaOH
Misalkan dipipet 25 ml larutan asam oksalat 0,1000 N dan pemakaian NaOH rata-
𝑉1+𝑉2
rata dengan duplo = 20,00 ml maka,
2

V NaoH x N NaOH = V asam oksalat x N asam oksalat


20ml x N NaOH = 25 ml x 0,1 N
N NaOH = 0,1250 N
Kemolaran larutan NaOH = 0,1250 N

Volume awal Volume akhir V akhir - V awal


0 ml 37 ml 37 ml
0 ml 38,2 ml 38,2 ml
Jumlah 75,2 ml
75,2
V rata-rata =
2

= 37,6 ml

V NaoH x N NaOH = V asam oksalat x N asam oksalat


37,6 ml x N NaOH = 25 ml x 0,1
N NaOH = 0,06 N
Kemolaran larutan NaOH = 0,06 N
Titrasi asam-basa (alkalimetri), setelah di lakukannya titrasi sampai berubah
warna terjadi saat volume NaOH 3 ml menunjukan warna merah muda (plum
181) dengan volume awal 0 ml. saat percobaan yang kedua mengalami perubahan
warna saat volume NaOH 5,8 ml menunjukan warna menjadi merah muda dengan
volume awal 0 ml.
Perhitungan konsentrasi larutan HCl
Misalkan dipipet 25 ml larutan HCl 0,1 N dan pemakaian rata-rata NaOH 20 ml
yang konsentrasinya sudah diketahui misalnya 0,1250 N.
V HCl x N HCl = V NaoH x N NaOH
25 ml x N HCl = 20 ml x 0,1250
N HCl = 0,1000 N
Kemolaran larutan NaOH = 0,1000 N

Volume awal Volume akhir V akhir – V awal


0 ml 3 ml 3 ml
0 ml 5,8 ml 2,8 ml
Jumlah 5,8 ml
5,8
V rata-rata =
2

= 2,9 ml

V HCl x N HCl = V NaoH x N NaOH


25 ml x N HCl = 2,9 ml x 0,06 N
N HCl = 0,006 N
Kemolaran larutan HCl = 0,006 N

VII. Pembahasan
7.1 Titrasi Pembakuan (Asidimetri)
Pada waktu NaOH ditambahkan sedikit demi sedikit ke larutan asam
oksalat yang ada di dalam labu erlenmeyer yang diletakkan di bawah buret,
beberapa tetes pertama warna dari campurannya tidak berubah. Tetapi pada waktu
ditambahkan beberapa tetes lagi dan labu erlenmeyernya terus digoyangkan,
warna dari campuran tersebut telah berubah. Awalnya warnanya masih pink muda
dan ketika dikocok warnanya kembali bening, tetapi pada waktu diteteskan lagi
setetes NaOH dari buret, warnanya langsung berubah menjadi ungu muda dan
warnanya bertahan agak lama. Ungu muda ini disimpulkan menjadi warna dari
titik akhir titrasi ini. Padahal sebenarnya warna dari titik akhir titrasinya berwarna
pink muda dan warnanya bertahan lama. Mengapa menjadi warna ungu muda
yang menjadi warna titik akhir titrasi ini ? Ini dikarenakan penambahan asam
oksalatnya terlalu banyak. Warna ungu mudanya lama-kelamaan memudar dan
menghilang. Ini dikarenakan titik akhir titrasinya sudah habis dan warnanya
kembali seperti semula yaitu bening kembali.
7.2 Titrasi Asam Basa (Alkalimetri)

Pada titrasi asam basa, membutuhkan indikator untuk menentukan hasil


akhir reaksi dan menentukan sudah berlangsung atau belumnya suatu reaksi. Pada
standarisasi larutan NaOH terhadap larutan HCl indikator yang digunakan adalah
fenolftalein, pada saat indikator ditambahakan warna larutan tetap bening, setelah
dititrasi larutan berubah menjadi pink atau merah muda. Perubahan warna pada
larutan disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Beberapa indikator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, sehingga menunjukkan warna pada
range PH yang berbeda. Indikator fenolftalein adalah indikator yang dibuat
dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol.

VIII. Kesimpulan

Dari hasil percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan
NaOH adalah 0,06 N dan konsentrasi larutan HCl adalah 0,006 N.

IX. Daftar Pustakas


Sumardjo, Damin.(2006). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Goldberg, David.(2002). Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga

Stacy.(2003). Kimia Dasar dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Chang, Raymond.(2005). Kimia dasar konsep - konsep inti edisi ke-3

jilid I. Bandung : Elangga

Khopkar,S.M.(2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press

Basset J. (2010). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Underwood, K.(1991). Kimia Untuk Universitas Edisi ke-6. Jakarta : Erlangga

Karyadi, Benny. (1994). Kimia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Depdikbud

Tim Kimia Dasar Prodi Farmasi FMIPA Unisba.(2018). Penuntun Praktikum

Kimia Dasar. Bandung : Universitas Islam Bandung

Anda mungkin juga menyukai