Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Volumetri

Analisis volumetri adalah metode analisis kimia kuantitatif yang dilakukan

untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu yang dilakukan

dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang bereaksi secara kuantitatif

dengan zat yang akan di tentukan dalam proses titrasi. Analisis volumetri didasarkan

pada jumlah atau volume suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang

diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah komponen larutan yang belum

diketahui konsentrasinya (Sudrajat, 2016: 248).

Menurut Sudrajat (2016: 248-249), bahwa metoda volumetri secara garis

besar dapat diklasifikasikan dalam empat katagori sebagai:

1. Titrasi Asam-Basa (reaksi netralisasi).

Reaksi asam-basa didasarkan pada proses netralisasi. Jika larutan bakunya

adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam, begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas: Asidimetri,

adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam sebagai titran.

Alkalimetri, adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan Baku basa sebagai

titran.

2. Titrasi Oksidasi-Reduksi (redoks)

Reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang

bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor

sebagai titran, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan larutan Baku yang digunakan,

titrasi oksidasi-reduksi dibagi atas: Oksidimetri, adalah metode titrasi redoks dimana

3
4

larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator. Yang termasuk titrasi

oksidimetri adalah permanganometri dengan larutan bakunya KMnO 4,

dikromatometri dengan larutan bakunya K2Cr2O7, serimetri dengan larutan bakunya

Ce(SO4)2 Ce(NH4)2SO4, Iodimetri dengan larutan bakunya I2. Reduksimetri adalah

metode titrasi redoks yang mana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai

reduktor. Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah iodometri dengan larutan

bakunya Natrium Thiosulfat (Na2S2O3. 5H2O)

3. Titrasi Pengendapan (presipitasi)

Reaksi pengendapan, yang terjadi adalah reaks penggabungan ion yang

menghasilkan endapan. Yang termasuk titrasi pengendapan adalah argentometri

dengan larutan bakunya AgNO3, merkurimetri dengan larutan bakunya Hg(NO3)2

atau logam raksa itu sendiri.

4. Titrasi Pembentukan Kompleks (kompleksometri)

Titrasi pembentukan kompleks (kompleksometri) digunakan untuk

menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah atau ion-ion logam. Larutan

bakunya adalah EDTA.

B . Titrasi
Titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk

bereaksi sempurna dengan volume atau jumlah berat zat yang akan ditentukan. Setiap

metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat

pendeteksi yang disebut titran. Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu

reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu

lainnya. Salah satu contoh dari titrasi adalah titrasi asam basa, titrasi jenis ini di

sebut juga titrasi penetralan. Pada saat suatu proses titrasi sudah berakhir maka di

sebut dengan titik akhir titrasi (Yusuf, 2019: 102).


5

Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Titrasi

biasanya diambil sejumlah analit tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang

dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran. Indikator titik akhir titrasi adalah

adanya perubahan warna biru pada larutan yang dititrasi. Pengenceran adalah proses

apenambahan pelarut yang tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku

hukum kekekalan mol. Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik

akhir titrasi tidak tepat sama dgn titik ekuivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan

titran, indikator bereaksi dengan analit, atau indikator bereaksi dengan titran, diatasi

dengan titrasi larutan blanko. Larutan blanko larutan yang terdiri atas semua pereaksi

kecuali analit (Erwanto, dkk., 2018: 77).

Menurut Yusuf (2019: 103), bahwa reaksi yang dapat digunakan dalam

metode volumetri yakni salah satu dari metode dilakukannya titrasi adalah

reaksi-reaksi kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Reaksi harus berlangsung cepat.

b. Tidak terdapat reaksi sampai.

c. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk
serta perbandingan mol / koefisien reaksinya.

d. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus

dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator.

Menurut Yusuf (2019: 93-120) bahwa macam titrasi di bedakan atas beberapa

yakni, sebagai berikut:

1. Titrasi Pengendapan/Argentometri

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida

dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3)

pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena
6

pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau

endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:

AgNO3 + Cl- →AgCl(s) +NO3-...........................(2.1)

Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah

dengan adanya kelebihan ion Ag+.

2. Titrasi Volumetri

Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif yang pada umumnya dilakukan

dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang dapat bereaksi kualitatif

dengan larutan zat yang dianalisis yang banyaknya tertentu dan diketahui. Sedangkan

titrasi yaitu proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan

ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi. Sedang saat dimana reaksi

sempurna dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik akhir titrasi.

3. Titrasi Kompleksometri

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan

kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas

tentang kompleks, sekalipun akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi

kompleksometri :

Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2 dan Hg2+ + 2Cl- HgCl2.............(2.2)

Gambar 2.1. Titrasi kompleksometri


(Sumber: Rusgiyono, 2013: 402)
7

Titrasi kompleksometri disebut juga khelatometri, yaitu pembentukan

senyawa rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku

bereaksi dengan kation-kation yang ditetapkan kadarnya. Sampel pereaksi

pengkomplek yang banyak digunakan adalah Na-EDTA (Natrium Etilena Diamina

Tetra Asetat).

C. Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri

Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka

analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi asam basa yang terdiri dari

alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas

dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Sedangkan alkalimetri merupakan

titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah.

Salah satu bagian analisis volumetri adalah titrasi netralisasi yang terdiri atas

asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa dan alkalimetri yaitu titrasi terhadap

larutan asam. Titrasi jenis ini indikator yang digunakan adalah indikator yang

mempunyai warna yang berbeda berubah tergantung dari besarnya dalam larutan.

indikator dalam titrasi netralisasi berupa asam dan basa organik yang berbeda
warnanya dalam bentuk molekul atau ionnya. Titrasi netralisasi, jika antara asam dan

basa memiliki normalitas yang sama, maka besarnya konsentrasi garam yang

dihasilkan pada suatu saat diambil sama banyaknya dengan banyaknya sisa volume

asam atau basanya. Dan apabila normalitas asam dan basanya tidak sama, maka

besarnya konsentrasi garam yang terjadi pada suatu saat diambil sama dengan

banyaknya (Rohmah dan Rini, 2020: 26).

D. Bahan
Akuades merupakan cairan tak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

dengan rumus molekul H2O dan bersifat polar sehingga mmerupakan pelarut yang
8

baik untuk bermacam-macam zat. Molekul air terikat oleh ikatan hidrogen satu sama

lain, pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa atau 1 bar mempunyai titik

beku 273,15°K setara 0° C dan titik didih 273,15°K atau setara dengan

100 ° C Akuades memiliki rumus kimia H2O. Dalam bentuk ion molekul akuades

dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H +) yang berkaitan dengan sebuah

ion hidroksida (OH-). Akuades tersusun oleh molekul-molekul triatomik sederhana

yaitu H2O tetapi tingkah laku air sangat kompleks. (Ritonga, 2011: 269-270).

Larutan asam klorida (HCl) merupakan cairan kimia yang sangat korosif,

berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia

berbahaya atau B3, Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida (HCl)

dalam air. Warnanya bervariasi dan tidak berwarna hingga kuning muda. Perbedaan

warna ini tergantung pada kemurniannya (Mutia, dkk., 2013: 33). Hidrogen klorida

(HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti dapat terdisosiasi (terionisasi)

melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali (Muharrom, 2018: 21).

Asam asetat merupakan asam cuka merupakan senyawa kimia asam organic

yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.Asam asetat
memiliki rumus empiris CH3COOH. Asam asetat merupakan cairan tidak berwarna,

memiliki berat molekul 60 kg/kmol. Memiliki titik didih 117,87° C dan titik lebur

16,6 ° C. Asam asetat bila direaksikan dengan causatic soda menghasilkan natrium

asetat dan apabila direaksikan dengan alkohol maka menghasilkan senyawa eter

(Harjanto, 2017: 3-4).

Natrium hidroksida (NaOH) atau terkadang disebut soda api merupakan

senyawa kimia dengan alkali tinggi. Sifat-sifat kimia membuatnya ideal untuk

digunakan dalam berbagai aplikasi yang berbeda. Natrium hidroksida adalah bahan

dasar populer yang digunakan di industri. Sekitar 56% Natrium hidroksida yang
9

dihasilkan digunakan oleh industri, 25% di antaranya digunakan oleh industri kertas.

Natrium hidroksida juga digunakan dalam pembuatan garam Natrium dan deterjen,

regulasi pH, dan sintesis organik (Nahri, 2018: 1).

E. Integrasi ayat
Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan percobaan ini adalah

Q.S Al-Kahfi (18: 98) yang berbunyi:

             

   

Terjemahannya:
Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, Maka
apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh;
dan janji Tuhanku itu adalah benar" (Q.S al- Kahfi, 18: 19)
Ayat diatas menjelaskan bahwa di dalam ayat tersebut mengandung sebagian

cerita petualangan dari Iskandar Zulkarnain, yaitu seorang raja penakluk yang gagah

perkasa dan penuh bijaksanaan. Hal ini dibuktikan dengan kisah penaklukan

negeri-negeri barat dan timur sebagaimana yang dijelaskan, Iskandar Zulkarnain dan

pasukkannya menaklukan daerah Afrika sampai pendalamannya, hingga mencapai


bagian paling barat sebuah samudra, beliau dan pasukannya tiba di sebuah tempat

ketika matahari terbenam. Di daerah tersebut beliau menemukan suatu bangsa yang

penduduknya sebagian baik dan sebagian lagi jahat. Ayat tersebut tergambar

kenyataan bahwa ketika manusia sudah mencapai kemajuan dalam penggunaan

alat-alat dan penyingkiran hambatan sehingga penghalang itu dibuat Zurkarnain

tidak berfungsi lagi dalam membendung serangan kemujuan Ya’jul dan Ma’jul

(Quraish Shihab).

Hubungan ayat tersebut dengan percobaan adalah bahwa ayat tersebut juga

mengandung tentang pendirian benteng besi Iskandar Zulkarnain dibuat dengan


10

melapisi besi dengan cairan tembaga, hal itu tenyata memuat rahasia kekuatan

dinding besi berlapiskan tembaga buatan Zulkarnain yang terungkap setelah

diketahuinya reaksi reaksi redoks dan elektrokimia. Kita mengetahui bahwa besi

mudah mengalami Korosi atau perkaratan. Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi

perubahan bilangan oksidasi. Konsep reaksi redoks mencakup reaksi reduksi dan

oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi

melalui penangkapan elektron (Chang, 2004: 96).

Anda mungkin juga menyukai