Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia analisis salah satu bagian dari ilmu kimia yang terkait dengan

pengembangan metode analisis yang sudah ada maupun merancang suatu metode

baru untuk menghitung dan mempelajari fenomena-fenomena kimia. Kimia analisis

juga mengembangkan metode-metode analisis untuk memperluas cakupan sampel

yang dapat dianalisis sehingga dapat diterapkan untuk sampel yang lebih kompleks,

konsentrasi yang lebih kecil, dan atau waktu analisis yang lebih singkat. Kimia

analisis terbagi atas beberapa metode analisis salah satunya tentang teknik analisis

kimia secara kualitatif atau disebut analisis kualitatif (Alauhdin, 2020: 2).

Analisis kualitatif salah satu proses yang dilakukan untuk mendeteksi

keberadaan dalam suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisis

kualitatif menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan

unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Analisis kualitatif dilakukan untuk

mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Metode analisis

kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi golongan dan

pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis kation

maupun anion suatu larutan (Yusuf, 2019: 82-83).

Anion termasuk ion yang memiliki muatan negatif dan tertarik ke anoda

(elektroda positif) sedangkan kation merupakan ion yang bermuatan positif dan

tertarik ke katoda (elektroda negatif) selama elektrolisis. Uji spesifik dilakukan

dengan menambahkan pereaksi tertentu yang akan memberi warna pada larutan atau

terdapat endapan yang merupakan ciri-ciri untuk ion tertentu (Asmah, dkk., 2020:1).

1
2

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan analisis kualitatif anion

yang bertujuan untuk menentukan jenis anion yang terdapat pada sampel.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana menentukan jenis

anion yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif ?

C. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan jenis

anion yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Kualitatif
Kimia analitik kualitatif adalah kimia analisa yang hanya membahas tentang

identifikasi ada atau tidaknya unsur di dalam suatu bahan. Berupa analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif. Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi

komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif juga dapat menghasilkan data

kualitatif, seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data Non numerik lain.

Analisis Kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar dari komponen penyusun

suatu analit. Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah awal untuk

analisis kuantitatif. Pengertian analisa kualitatif adalah suatu analisa yang dilakukan

untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel (Yusuf,

2019: 84).

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi

basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat

dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis
semimikro dengan hanya modifikasi kecil. Dengan memperhatikan daftar kelarutan

berbagai garam dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam

larutan bisa diperkirakan. Misalnya garam sulfida tidak larut dalam asam, garam

karbonat tidak larut dalam sulfida (Yusuf, 2019: 85).

Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia mengenai unsur

atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Contohnya produk-produk organik

yang disintesis dalam laboratorium bisa diidentifikasi dengan menggunakan

teknik-teknik instrumentasi seperti spektroskopi inframerah dan resonansi magnetik

3
4

nuklir.Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat

tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.Zat yang ditetapkan tersebut, yang

seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau

sebagian besar sampel yang dianalis.Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut

menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai

konstituen utama. Zat itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya berkisar antara

0,01 hingga 1% dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadir hingga kurang dari 0,01%

dianggap sebagai konstituen perunut (Day dan Underwood, 1999: 3).

B. Anion
Anion merupakan ion yang bermuatan negatif, yang kehilangan satu atau

lebih electron. Anion dikelompokkan dalam beberapa golongan yang tujuannya untuk

menganalisis kualitatif sistematik. Anion digolongkan dengan berdasarkan sifat-sifat

anion terhadap beberapa reagnesia. Reagnesia golongan biasanya digunakan untuk

klasifikasi anion seperti asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfide, dan

ammonimum karbonat. Klasifikasi ini untuk memelihat kemampuan suatu anion

untuk bereaksi dengan reagnesia-reagnesia dengan membentuk suatu endapan atau

tidak (Yusuf, 2019: 67).

Anion memiliki muatan negatif dimana anion dapat berupa monoatomik

seperti ion halida contohnya Cl-, Br- dan memiliki radikal seperti ion sulfat danion

nitrat. Menurut Achmad (2012: 49), anion dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Golongan sulfat

Larutan yang mengandung anion-anion ini dapat diendapkan menggunakan

ion Ba2+. Dimana ion ini terdiri dari golongan SO42-, SO32-, CO32-, BO33-, CrO42-,

AsO43- dan PO43-.


5

2. Golongan halida

Larutan yang mengandung HNO3 anion ini dapat diendapkan dengan ion Ba 2+.

Golongan ini terdiri dari Cl-, Br-, I- dan S2-.

3. Golongan nitrat

Golongan ini terdiri dari NO3-,NO2- dan C2H3O2-. Semua garam nitrat, nitrit,

dan asetat larut dalam air. Meskipun anion dibagi menjadi tiga golongan, anion dapat

memperhatikan sifat-sifat khas, seperti kelarutan dan reaksi nyala. Dari percobaan

pendahuluan ada beberapa ion yang dapat ditentukan dari zat semula atau asal, yaitu:

a. Ion asetat

Sedikit zat asal digerus dengan KHSO4. Adanya asetat dapat dikenali dengan

baunya.

CH3COO + HSO4- → CH3COOH + SO42-

Dengan penambahan H2SO4 pekat dan etil alkohol, kemudian dipanaskan akan

menghasilkan ester yang mudah menguap dengan bau yang khas. Hal ini H 2SO4 pekat

bereaksi dengan alkohol sesuai dengan persamaan reaksi berikut

CH3COOH + C2H6OH → CH2COOC2H5 + H2O

b. Ion sulfida

Sediki zat ditambahkan H2SO4 menghasilkan gas H2S yang meghitamkan

kertas yang dicelupkan ke da dalam larutan Pb2+

Pb2+ + H2S → PbS(s) +2H+ (hitam)

c. Ion karbonat

Za asal ditambahkan H2SO4 encer. Jika gas yang keluar mengeruhkan air

kapur, Ca(OH)2 menunjukkan adanya ion CO32-.


6

C. Uji Anion
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran

ada tidaknya anion tertentu yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti

dengan proses analisis. Beberapa uji pendahuluan dan uji spesifik dapat dilakukan

dengan fasa padatan tetap. Beberapa anion tidak stabil dalam larutan asam apabila
terjadi keadaan yang tidak stabil dalam suasana asam maka dari itu analisis anion

harus dilakukan dalam suasana basa (Khadijah, 2012 : 54).

Menurut Svehla (1985: 329-392) bahwa untuk mengetahui reaksi-reaksi

analisis kualitatif anion dapat dilakukan dengan beberapa uji yaitu:

1. Uji tiosulfat (S2O32-)

Kelarutan kebanyakn tiosulfat yang pernah dibuat, larut dalam air, tiosulfat

dari timbal, perak dan barium larut sedikit sekali. Banyak dari tiosulfat ini larut dalam

larutan natrium tiosulfat yang berlebihan, membentuk garam kompleks. Untuk

mempelajari reaksi-reaksi in,i gunakan larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.5H2O,0,5 m.

Seperti yang terjadi pada asam klorida encer tak terjadi perubahan yang segera dalam

keadaan dingin dengan larutan tiosulfat, cairan yang diasamkan itu segera menjadi

keruh karena pemisahan belerang dan dalam larutan terdapatlah asam sulfit.

2. Nitrit (NO2-)

Kelarutan perak nitrit laruta sangat sedikit dalam air. Semua nitrit lainnya

larut dalam air. Gunakan larutan kalium nitrit KNO 3 0,1 M yang baru saja dibuat

untuk mempelajari reaksi-reaksi ini salah satunya pada asam klorida encer dengan

menambahkan asam ini dengan hati-hati kepada suhu nitrit pada keadaan dingin akan

menghasilkan cairan biru pucat yang tak tetap (transien) karena adanya asam nitrit
7

bebas (HNO2) atau anhidridanya (N2O3) dan dilepaskan uap nitrogen dioksida yang

coklat, uap mana sebagian besar terjadi karena bersenyawa dengan nitrogen oksida

dengan oksigen dari udara.

3. Uji kromat dan dikromat (CrO42- dan Cr2O72-)

Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat berwarna, yang menghasilkan

larutan kuning bila dapat larut dalam air. Asam mineral encer, yaitu ion-ion hidrogen,

kromat berubah menjadi dikromat yang terakhir ini menghasilkan larutan yang

merah-jingga. Perubahan ini dibalikkan oleh alkali, yaitu oleh ion-ion hidroksil.

Kelarutann kromat dari logam alkali dan dari kalsium serta magnesium larut dalam

air. Strontium kromat larut sangat sedikit. Kebanyakan kromat logam-logam lain tak

larut dalam air.

4. Uji Permanganat (MnO4-)

Kelarutan semua permanganat larut dalam air,membentuk larutan ungu

(lembayung kemerahan) untukmempelajari reaksi ini gunakanlah larutan kalium

permanganat KMnO4 0,02 M. Reaksi yang digunakan yaitu larutan natrium

hidroksida dengan cara memanaskan larutan pekat kalium permanganat dengan

larutan pekat natrium hidroksida, dihasilkan suatu larutan kalium manganat yang

hijau dan dilepaskan oleh oksigen.

5. Asam asetat (CH3COO-)

Kelarutan semua asetat normal, terkecuali perak dan merkurium (I) asetat

yang sangat sedikit larut, dengan mudah larut dalam air. Beberapa asetat bas,

misalnya asetat basa ari besi, aluminium dan kromium, tak larut dalam air. Asam

bebasnya (CH3COOH) adalah cairan yang tak berwarna dengan bau yang menusuk,
8

dengan titik didih 117 ℃ , titik lebur 17 ℃ dan dapat bercampur dengan air dalam

semua perbandingan, zat ini bersifat korosif terhadap kulit manusia.

6. Uji klorida (Cl-)

Kelarutan kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium (I) klorida, perak

klorida (Hg2Cl2), timbel klorida (PbCl2) (yang ini larut sedikit dalam air dingin, tetapi

muda larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida (CuCl), bismut oksiklorida

(BiOCL), stibiumoksiklorida (SbOCL) dan merkurium (II) oksiklorida (Hg 2OCl2) tak

larut dalam air.

D. Sifat Fisik dan Kimia Bahan


1. Asam Klorida (HCl)

Larutan asam klorida (HCl) merupakan cairan kimia yang sangat korosif,

berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia

berbahaya atau B3, Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida (HCl)

dalam air.Warnanya bervariasi dan tidak berwarna hingga kuning muda. Perbedaan

warna ini tergantung pada kemurniannya (Mutia dkk., 2013: 33).

2. Besi (III) Klorida

Besi (III) Klorida memiliki rumus kimia FeCl3 merupakan senyawa kimia

yang dibuat dari beberapa unsur kimia yang disatukan. Besi (III) klorida dapat

mengikis bahan zat padat yang mengandung zat besi yang murni yang terdapat

didalam beberapa zat padat yang ada seperti aluminium, tembaga, timah dan besi,

meskipun diantaranya ada beberapa zat padat yang hanya menggunakan sedikit unsur

besi. Umumnya besi (III) klorida digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air

minum maupun sebagai katalis, baik industri maupun di laboratorium. Besi (III)
9

Klorida apabila dilarutkan ke dalam air mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi

eksotermis dengan menghasilkan panas (Sri Nengsih, 2021: 76).

3. Iodida (I2)

Iodida dalam kondisi standar merupakan padatan hitam kebiruan.Iodida mudah

larut dalam pelarut organik seperti heksana atau kloroform karena kurangnya

polaritas, tapi hanya sedikit larut dalam air. Iodide mempunyai berat atom 126,93 dan

memiliki titik didih 183℃ dengan titik lebur 144℃ . Iodida kurang reaktif terhadap

hidrogen bila dibandingkan dengan unsur halogen lainnya, tetapi sangat reaktif

terhadap oksigen. Apabila gas dialirkan kedalam larutan iodida maka terjadilah

iodium. Reaksinya serupa dengan reaksi seng dengan asam klorida, hanya ionnya

bermuatan negatif (Hasibuan, 2010: 10-13).

4. Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium permanganat merupakan suatu senyawa kimia anorganik dan obat-

obatan. Kalium permanganate sebagai obat digunakan untuk membersihkan luka dan

dermatis. Senyawa ini memiliki karakterisasi seperti diantaranya rumus kimia

KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung ion K + dan MnO4-. Senyawa ini

merupakan agen pengoksidasi yang kuat. KMnO4 larut dalam air menghasilkan

larutan berwarna merah muda atau ungu yang intens. Kalium permanganat tidak

memiliki bau memiliki rasa manis dan memiliki berat molekul 158,03 g/mol. Kalium

permanganate juga mudah larut dalam methanol, aseton dan sebagian larut daalam air

dingin, air panas serta larut dalam asam sulfat (Nur Intan dan Rahardian Z, 2016: 4).

5. Kalium Iodida (KI)


10

Kalium iodida merupakan garam kritasl putih dengan formula kimia KI, yang

digunakan dalam fotografi dan perawatan radiasi. KI bisa menjadi kuning saat

pemanasaan di udara atau saat berdiri di udara lembab dalam waktu lama, karena

oksidasi iodida menjadi yodium. Kalium iodida bersifat ionik, K+ dan I-. Senyawa ini

mengkristal dalam struktur natrium klorida.Senyawa kalium iodida diproduksi secara

industri dengan mereaksikan KOH dengan iodin. Senyawa ini merupakan suatu

garam putih, yang merupakan senyawa iodida yang paling signifikan secara

komersial (Sulistiawan, 2018: 34).

Menurut Peraturan (EC) No. 1907/2006 kalium iodida atau KI memiliki berat

molekul sebesar 166,01 g/mol. Berbentuk padatan berwarna putih tidak berbau dan

memiliki pH sekitar 6,9 pada 50 g/L pada 20ºC. KI memiliki titik lebur yaitu 680 ºC

dan titik didih 1,330 ºC.

6. Amonia (NH3)

Amonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini

ditemukan berwujud gas dengan bau tajam yang khas. Larutan biasanya terdapat

dalam bentuk larutan amonium hidroksida yang merupakan senyawa kaustik yang

dapat merusak kesehatan. Amonia memiliki massa jenis 0,6942 g/L, larut dalam air,

memiliki titik lebur sebesar -77,73℃ , serta titik didih sebesar -33,34℃

(Fahmiati,2012: 5). Ammonia dalam air mudah terdekomposisis menjadi ion

ammonium dengan persamaan sebagai berikut:

NH3 +H2O NH3H2O NH4+ + OH

7. Akuades (H2O)

Akuades merupakan cairan tak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

dengan rumus molekul H2O dan bersifat polar sehingga mmerupakan pelarut yang
11

baik untuk bermacam-macam zat. Molekul air terikat oleh ikatan hidrogen satu sama

lain, pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa atau 1 bar mempunyai titik

beku 273,15° K setara 0℃ dan titik didih 273,15° K atau setara dengan 100℃ .

Akuades memiliki rumus kimia H2O. Bentuk ion molekul akuades dapat

dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berkaitan dengan sebuah ion

hidroksida (OH-). Akuades tersusun oleh molekul-molekul triatomik sederhana yaitu

H2O tetapi tingkah laku air sangat kompleks (Ritonga, 2011: 269-270).

8. Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, yang merupakan asam mineral

(anorganik) yang kuat.Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat

100% dapat dibuat namun ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan

menghasilkan 98,3%. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam ulfat pekat.

Asam sulfat merupakan cairan yang bersifat polar. Asam sulfat memiliki tekanan uap

<10 Pa pada 20℃ (diabaikan), kesaman 1,98 pada suhu kamar dan viskositas 26,7 cP

(20℃ ) (Selfi dan Rahardian, 2016: 4).

9. Asam Nitrat (HNO3)

Asam nitrat merupakan oksida yang kuat terhadap bahan organik seperti

truphentine dan charcoal. Asam nitrat memiliki rumuss molekul (HNO3) berbentuk

cair, memiliki titik lebur sebesar -42℃ serta memiliki titik didih 86℃ . Asam nitrat

juga merupakan pengionisasi dan pengoksidasi yang kuat dan tidak stabil terhadap

panas dan juga bisa terurai. Asam nitrat biasanya digunakan untuk menghilngkan atau

membersihkan peralatan laboratorium dari kerak kalsium dan magnesium yang

menempel di dalamnya (Mulyati, 2017: 4-9).

10. Natrium Hidroksida (NaOH)


12

Natrium Hidroksida pada suhu kamar merupakan padatan tak berwarna kristal

putih yang menyerap kelembaban dari udara. Bila dilarutkan dalam air atau

dinetralkan dengan asam, NaOH membebaskan panas yang besar yang mungkin

cukup untuk menyalakan bahan yang mudah terbakar. NaOH umumnya digunakan

dalam bentuk solida atau 50% larutan. NaOH digunakan untuk memproduksi sabun,

rayon, kertas, bahan peledak, bahan pewarna dan produk minyak bumi.NaOH

memiliki berat molekul 39.9971 gr/mol, memiliki titik leleh 318℃ serta titik didih

1390℃ (Lettizia dan Maria, 2017: 16-17).

11. Kalium Dikromat (K2CrO7)

Kalium dikromat merupakan senyawa berwarna oranye ke merah, kristal,

anorganik yang mengeluarkan asap kromium beracun pada saat pemanasan. Kalium

dikromat sangat korosif dan merupakan zat pengoksidasi kuat. Bahan ini digunakan

dalam pengawetan kayu, dalam pembuatan pigmen dan proses fotomekanik, namun

telah digantikan oleh natrium dikromat (K2CrO7). Kalium dikromat memiliki berat

molekul 294,185 gr/mol, memiliki titik leleh 398 ℃ dan titik didih 500℃ . Adapun

nama lain dari kalium dikromat yaitu potassium dikromat, potassium bikromat dan

juga dipottasium dikromat (Lettizia dan Maria, 2017: 14-15).

12. Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat merupakan senyawa kimia asam organic yang dikenal sebagai

pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat memiliki rumus empiris

CH3COOH. Asam asetat merupakan cairan tidak berwarna, memiliki berat molekul

60 kg/kmol. Memiliki titik didih 117,87℃ dan titik lebur 16,6℃ . Asam asetat bila

direaksikan dengan causatic soda menghasilkan natrium asetat dan apabila

direaksikan dengan alkohol maka menghasilkan senyawa eter (Harjanto, 2017: 3-4).
13

E. Integrasi Ayat
Integrasi ayat pada percobaan analisis kualitatif anion sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam Q.s al-Baqarah ayat 22.

          

           

 

:Terjemahannya
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu
Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui”.
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa sungguh besar kekuasan Allah meliputi

langit dan bumi dan segala hamparan indah yang disusun secara cermat, indah dan

kukuh. Dialah yang menurunkan air hujan dari langit yang dijadikan sumber

kehidupan dimuka bumi ini oleh karenanya sebagai hamba-Nya kita patut bersyukur

atas segala apa yang telah Allah SWT telah ciptakan di muka bumi ini dan salah satu

wujud kita bersyukur adalah menjaga ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya dan jangan

sekali-kali untuk merusaknya (Tafsir Kemenang RI).

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa hampir sebagian besar kehidupan di bumi

selalu bergantung pada air. Air sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti

digunakan untuk menyuburkan tanaman, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan

masih banyak lagi manfaat air lainnya. Hal ini terkait dengan percobaan yang mana
14

pada percobaan ini jenis sampel yang di gunakan bermacam-macam dan semunya

berupa cairan dan selain itu air pada percobaan ini pun juga di gunakan untuk

melarutkan senyawa amilum.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat


Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Kamis, 18 November 2021

pada pukul 13.00-15.00 WITA di Laboratorium Analitik Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hotplate, pipet

tetes, tabung reaksi, bunsen, rak tabung, dan penjepit tabung.

2. Bahan

Bahan yang digunakan praktikum ini yaitu Aquades (H2O), kertas

saring, larutan asam klorida (HCI) 0,1M, larutan asam sulfat (H 2SO4) 0,1M,

larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,1M, larutan amilum 1%, larutan iod (I 2)

0,1M, larutan asam nitrat (HNO3) 0,1M, larutan kalium permanganat

(KMnO4) 1M, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1M, larutan perak nitrat

(AgNO3) 0,1M, larutan kalium dikromat (K2CrO4) 0,1M, larutan kalium

iodida (KI) 0,1M, larutan asam asetat (CH3COOH) 0,1M, larutan amonia

(NH3) 0,1M dan tissu.

C. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Tiosulfat

a. Uji dengan HCI encer

14
15

Memipet larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) kedalam tabung reaksi sebanyak

1 mL, kemudian menambahkan asam klorida (HCI encer (HCI 0,1 M)) lalu

memanaskan setelah itu menguji dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan

larutan kalium dikromat (K2CrO4) kemudian mengamati perubahan yang terjadi dan

menentukan reaksinya.

b. Uji dengan larutan iod

Memipet larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) kedalam tabung reaksi sebanyak

1 mL, kemudian menambahkan iod (I2) 0,01 M sebanyak 1 ml sehingga diperoleh

warna dan uap lalu mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan reaksinya.

2. Uji Nitrit

a. Uji dengan HCL encer

Memipet larutan asam nitrit (HNO2) kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml,

kemudian menambahkan asam klorida (HCl encer (HCI 0,1)) 1 ml sehingga

diperoleh warna uap lalu mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan

reaksinya.

b. Uji dengan kalium iodida (KI)

Memipet larutan asam nitrit (HNO2) kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml,

kemudian menambahkan larutan kalium iodida 0,1 M lalu menghomogenkan larutan

kemudian mengasamkan dengan asam asetat (CH3COOH) ,asam sulfat (H2SO4) encer

0,1 M sebanyak 1 ml setelah itu menambahkan beberapa tetes amilum 1% lalu

mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan reaksinya.

3. Uji Kromat dan Dikromat

a. Uji dengan larutan perak nitrat


16

Memipet larutan kalium kromat (K2CrO4) dan kalium dikromat (K2Cr2O7) ke

dalam 2 tabung reaksi sebanyak 1 ml. Kemudian menambahkan larutan perak nitrat

(AgNO3) 0,1 M beberpa tetes sehingga terbentuk endapan setelah itu menambahkan

masing-masing asam nitrat encer (HNO3 0,1 M), ammonia (NH3) 0,1 M dan asam

asetat (CH3COOH) 0,1 M kemudian menambahkan asam klorida (HCI) 0,1 M lalu

memanaskan, setelah itu mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan

reaksinya.

4. Uji Permanganat

a. Uji dengan NaOH

Memipet larutan kalim permanganat (KmnO4) kedalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL lalu menambahkan larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M

kemudian mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan reaksinya.

b. Uji dengan H2SO4 encer

Memipet larutan kalim permanganat (KMnO4) kedalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL lalu menambahkan larutan asam sulfat (H 2SO4) encer (H2SO4 0,1 M)).

Kemudian mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan reaksinya.

5. Uji Asetat

a. Uji dengan H2SO4 encer

Memipet larutan Asam asetat (CH3COOH) kedalam tabung reaksi sebanyak 1

mL, kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4 encer (H2SO4 0,1 M)) lalu

memanaskan campuran tersebut kemudian mengamati perubahan tersebut yang

terjadi dan menentukan reaksinya.

b. Uji dengan AgNO3


17

Memipet larutan Asam asetat (CH3COOH) kedalam tabung reaksi sebanyak 1

mL, kemudian menambahkan larutan perak nitrat (AgNO 3) 0,1 M kedalam tabung

tersebut tetes demi tetes lalu mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan

reaksinya.

c. Uji dengan FeCl3

Memipet larutan Asam asetat (CH3COOH) kedalam tabung reaksi sebanyak 1

mL, kemudian menambahkan larutan besi (III) klorida (FeCl 3)0,1 M lalu

memanaskan campuran tersebut sehingga terbentuk endapan, kemudian mengamati

perubahan yang terjadi dan menentukan reaksinya.

6. Uji Klorida

a. Uji dengan H2SO4 pekat

Memipet larutan asam klorida (HCl) kedalam 2 tabung reaksi sebanyak 1 mL,

kemudian menambahkan beberapa tetes larutan asam sulfat (H2SO4) pekat kemudian

memanaskan salah satu tabung reaksi, lalu mengamati perubahan yang terjadi dan

memutuskan reaksinya.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.I Tabel Pengamatan Uji Anion


No Uji Perlakuan Hasil Gambar

Na2S2O3 + HCl + kertas Terdapat endapan


saring (tetesi K2CrO4) (+)

1. Uji Tiosulfat
(S2O32-)

Na2S2O3 + Iod Bening


(+)

HNO3 + HCl encer Bening (-)


19

2. Uji Nitrit
(NO2-)

HNO3 + KI + CH3COOH Bening (-)


+ Amilum

HNO3+ KMnO4 Ungu (+)

Endapan merah
K2CrO4 + AgNO3 + HNO3 bata (+)
+ NH3+ CH3COOH + HCl
(Dipanaskan)

3. Uji kromat
(CrO42-)
dan dikromat
(Cr2O72-)
K2Cr2O7+ AgNO3 + HNO3
+ NH3 + CH3COOH + HCl Merah bata,
(Dipanaskan) endapan putih (+)

KMnO4 + NaOH Ungu (-)


20

KMnO4 + H2SO4 Ungu (-)


4. Uji Permanganat
(MnO4-)

CH3COOH + H2SO4 Bau cuka (+)

5. Uji Asetat CH3COOH + AgNO3 Bening (+)


(CH3COO-)

CH3COOH + FeCl3 Orange kuning


kecoklatan (+)

6 Uji klorida(Cl-)
HCl + H2SO4 Bening (+)

2. Reaksi
21

a. Reaksi Uji Tiosulfat (S2O32-)

1) Uji dengan HCl encer

S2O32- + 2H+→ S ↓ + SO2 ↑+ H2O

2) Uji dengan larutan iod

I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O52-

b. Reaksi Uji Nitrit (NO2-)

1) Uji dengan HCl encer

HNO3- + HCl →

2) Uji dengan larutan KI

HNO3+ 2I- + 2CH3COOH →

3) Uji dengan kalium permanganat (KMnO4)

5NO2- + 2KMnO4 + 6H+ → 5NO3- + 2Mn2+ + 2H2O

c. Reaksi Uji Kromat (CrO42-) dan Dikromat (Cr2O72-)

1. Uji Kromat

CrO42- + 2Ag+ → Ag2Cr2O7 ↓

2. Uji Dikromat (Cr2O72-)

Ag2Cr2O72- + H2O → AgCrO4 ↓ + CrO42- + 2H+

d. Permanganat (MnO4-)

1) Uji dengan natrium hidroksida (NaOH)

4MnO4- + 4OH →

2) Uji dengan asam sulfat (H2SO4)

MnO4- + H2SO4 →

e. Asetat (CH3COO-)
22

1) Uji dengan H2SO4

CH3COO- + H+ → CH3COOH

2) Uji dengan AgNO3

CH3COO- +Ag+ →

3) Uji dengan FeCl3

6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O → [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H+

f. Klorida (Cl-)

1) Uji dengan H2SO4

Cl- + H2SO4 → HCl + HSO4-

B. Pembahasan
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran

ada tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama.

Selanjutnya diikuti dengan proses analisis. Beberapa uji pendahuluan dan uji spesifik

dapat dilakukan dalam fasa padatan tetapi untuk memperoleh kebenaran pengujian

biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-bahan organic terutama

garam jika zat yang diketahui tidak diketahui tidak larut dalam air maka akan

dilakukan perlakuan tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut. Beberapa

anion tidak stabil dalam larutan asam apabila terjadi keadaan yang tidak stabil dalam

suasana asam maka analisis anion harus dalam suasana basa (Chadijah, 2013: 54).

Pada uji tiosulfat dengan penambahan asam klorida encer (HCl) tidak

mengalami perubahan warna tetapi terdapat endapan yang membuat kertas saring

berubah menjadi coklat. Hal ini menandakan bahwa terdapat tiosulfat dalam larutan.

Berdasarkan teori, HCl encer yang akan melepaskan sebuah ion belerang dan

menimbulkan efek dengan adanya warna coklat pada kertas saring. Sehingga, hasil
23

percobaan yang dilakukan itu positif. Sedangkan, pada pencampuran senyawa

tiosulfat dengan larutan iod tidak terdapat perubahan warna atau tetap bening.

Berdasarkan teori, ion yang melepaskan elektron dengan berlebihan akan berdampak

pada sampel sehingga berubah menjadi bening, hasil yang diperoleh pada percobaan

ini positif (Svehla, 1985: 325). Uji nitrit dengan penambahan asam klorida encer,

hasilnya sebelum dan setelah pencampuran berwarna bening sehingga negatif (-),

kesimpulannya dia tidak melepaskan uap nitrogen dioksida.Karena sesuai landasan

teori yang mengatakan bahwa pada uji nitrit dengan asam klorida (HCl) encer dengan

ditambahkan secara hati-hati kepada suatu nitrit dalam keadaan dingin, dihasilkan

cairan biru-pucat yang tak tetap (transien) (karena adanya nitrit bebas, HNO 2 atau

anhidridanya, N2O3) dan dilepaskan uap nitrogen dioksida yang coklat, uap mana

sebagian besar terjadi karena bersenyawanya nitrogen oksida dengan oksigen dari

udara (Svehla, 1985: 330). Sedangkan, uji nitrit dengan penambahan kalium iodida

ditambah asam asetat hasilnya berwarna bening sehingga hasil yang didapatkan

negatif (-). Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang mengemukakan

bahwapengidentifikasi dari warna biru yang dihasilkannya.Pada uji nitrit dengan

kalium permanganat menghasilkan warna ungu. Hal ini sesuai dengan teoriyang

dikemukakan oleh Svehla (1985: 331) yang mengatakanbahwa warna larutan akan

dihilangkan oleh larutan suatu nitrit, tetapi tidak ada gas yang akan terlepaskan. Uji

kromat dan dikromat yang dilakukan dengan penambahan peraknitrat, ammonia,

asam asetat dan asam klorida akan memuai hasil warna secara berturut-turut yaitu

jingga, endapan merah bata. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Svehla (1985: 385) yang mengatakan bahwa uji kromat akan menghasilkan warna

kuning ketika bereaksi dengan senyawa-senyawa anion. Sedangkan pada uji dikromat
24

menghasilkan merah bata dengan endapan putih sehingga hasilnya positif. Pada uji

permanganat dengan penambahan larutan natrium hidroksida dihasilkan warna ungu.

Hal ini tidak sesuai dengan teori, bahwa pada uji ini dengan larutan natrium

hidroksida (NaOH) dengan memanaskan larutan pekat natrium hidroksida, dihasilkan

suatu larutan kalium permanganat yang hijau dan dilepaskan oksigen. Bila larutan

manganat ini dituangkan kedalam air dengan volume yang besar atau diasamkan

dengan asam sulfat encer, warna ungu dari kalium permanganat pulih kembali, dan

mangan oksida mengendap. Sedangkan pada uji permanganat dengan asam sulfat

encer setelah dipanaskan berwarna ungu jernih. Hal ini tidak sesuai dengan teori

Svehla (1985: 389) yang menyatakan bahwa permanganat larut dalam reagensia

dengan menghasilkan warna atau larutan hijau yang mengandung mangan heptoksida

(anhidrida permanganat). Uji asetat dengan larutan besi(III) klorida dihasilkan warna

jingga. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa Untuk uji asetat dengan larutan besi (III)

akan membentuk ion kompleks, [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+, dengan mendidihkan larutan

yang jingga itu, ia terurai dan endapan besi (III) basa yang jingga kecoklatan. Uji

asetat dengan perak nitrat menghasilkan bening. Hal ini tidak sesuai denganteori yang

menyatakan bahwa larutan asam asetat dengan perak nitrat menghasilkan warna

bening sehinnga hasil ujinya bernilai negatif. Hal ini terjadi disebabkan alat yang

digunakan dalam pencampuran larutan telah terkontaminasi dengan senyawa yang

lain. Pada uji asetat dengan asam sulfat pekat menghasilkan warna bening dan berbau

pekat. Pada uji klorida dilakukan dua perlakuan yaitu uji klorida ditambahkan asam

sulfat pekat yang dingin menghasilkan warna bening dan setelah dipanaskan menjadi

endapan putih (+) Sedangkan pada uji klorida dengan perak nitrat menghasilkan
25

warnabening. Hal ini sesuai dengan teori, karena hasil setelah dan sebelum

dipanaskan adalah sama atau tidak ada perubahan (Svehla, 1985: 346).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah untuk menentukan jenis anion

yang terdapat dalam sampel dengan menggunakan analisis kualitatif yang

dilakukan dengan beberapa uji yaitu uji tiosulfat dengan penambahan HCl
menghasilkan larutan yang keruh dan kertas saring berubah menjadi kuning

(+) dan penambahan iod menghasilkan larutan bening (+).Uji nitrit dengan

penambahan HCl yaitu larutan bening (-), uji dengan KI menghasilkan larutan

bening (-) dan uji dengan KMnO4 menghasilkan larutan berberwarna ungu

(+).Uji kromat dengan penambahan AgNO3 dan HNO3, NH3, CH3COOH

menghasilkan endapan merah bata (+) dan uji dikromat dengan penambahan

AgNO3 dan HNO3, NH3, CH3COOH menghasilkan endapan putih (+).Uji

permanganat dengan penambahan NaOH menghasilkan larutan berberwarna

ungu (-) dan uji dengan H2SO4 menghasilkan larutan ungu jernih (-).Uji asetat

dengan penambahan H2SO4 menghasilkan larutan bening dan berbau cuka

(+), uji dengan AgNO3 menghasilkan berwarna bening (-) dan uji dengan
penambahan FeCl3 menghasilkan larutan berwarnakuning kecoklatan (+). Uji

klorida dengan penambahan H2SO4 dan di panaskan menghasilkan larutan

bening (+), penambahan AgNO3 dan NH3 menghasilkan larutan bening dan

endapan putih(+).

B. Saran
27

Saran untuk percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan berikutnya

menggunakan sampel lain seperti metanol (CH3OH) untuk memperoleh data hasil

pengamatan yang beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. Kimia Analitik Kualitatif. Yogyakarta: PT Citra Aditya Bakti,


2012.
Alauhdin, M. Kimia Analitik Dasar. UNNES Press: Yogyakarta, 2020.
Asmah, dkk., “ penentuan kadar anion dan kation pada area injeksi di WTIP( Water
Treatment Injection Plant)PT. Pertamina Ep Asset 1 Rantau Field”. Quimica,
2, no.1 (2020): h.1-10.
Chadijah, Sitti. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University Press,
2012.
Erviana, dkk. “ Analisis Kualitatif kandungan sulfat dalam aliran air dan air danau di
kawasan Jakabaring sport City Palembang”. Alkimia, 2, no.2 (2018): h.1-14.
Khopkar. Basic Concepts of Analytical Chemistry. Terj. Saptorahardjo. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press, 1990.
Mahrani dan Yusrin. “ urgensi materi instrumentasi kimia bagi mahasiswa analis
kesehatan”. Pendidikan Sains, 7,no. 2 (2019): h.188-194
Padmanigrum, Regina, Tutik. “Dasar-dasar Analisis Kimia”. Jurdik Kimia 2, no. 1
(2010) h: 1-6.
Petrucci, Ralph H. General Chemistry. Terj. Suminar Achmad. Kimia Dasar: Prinsip
dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. 1985.
Rohman, Abdul. Validasi dan Penjamin Mutu Metode Analisis Kimia. Yogyakarta:
Gadjah Mada Universty Press, 2014.
Shevla, G. Vogels Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Anorganic
Analysis. Terj.Setiono.Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka, 1985.
Sumardjo, Daemin. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Egc, 2008.
Yusuf, Yusnidar. Belajar Mudah Kimia Analisis . Jakarta: EduCenter Indonesia,
2019.

Anda mungkin juga menyukai