Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 FAX 0451-422844 PALU

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ANALISIS KATION

LAPORAN

DISUSUN OLEH :

ALYA DWI FADHIYAH


F 121 18 052

PALU

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Senyawa-senyawa di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses
ionisasi sehingga senyawa-senyawa di alam dapat mengalami ionisasi menjadi
kation. Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara langsung tanpa suatu
proses analisis.Secara garis besarnya analisis suatu senyawa kimia dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu analisis “kualitatif" dan analisis “kuantitatif”
langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-
komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis
kualitati" sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kualitatif". Analisis
kualitati" berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu saat tertentu yang
terkandung dalam satu sampel. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan
dilakukan indentfiikasi kation dan anion ini. (G. Svehla : 1985).

Analisis kuantitatif biasanya digunakan dalam identifikasi kation dan anion


dengan melakukan uji spesifikakasi kation banyak dilakukan terutama terhadap
sampel yang berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam,
misalnya pasir, besi dan lain-lain. Dengan uji ini, bahan-bahan galian tersebut
dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu yang terlalu lama, serta reaksi
identifikasi adalah suatu cara untuk mengenal ion-ion, baik kation maupun
anion dalam larutan dengan menggunakan pereaksi-peraksi tertentu. Setiap ion
akan memberikan hasil reaksi tertentu yang dapat membedakan dengan ion-ion
yang lain. Dengan adanya pemisahan suatu unsur berguna untuk memisahkan
bahan galian yang tercampur. (Underwood,1986).

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana teknik analisis kation dan rekasi khas yang yang di tunjukkan oleh
kation dari berbagai golongan ?
1.3. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui bagaimana teknik analisis kation dan rekasi khas yang yang
di tunjukkan oleh kation dari berbagai golongan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Kation

Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu
jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka
akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya
terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G.
Svehla : 1985).

Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk
golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO 3
yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982).

Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti


oksalat misalnya CO(C2O4)33- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari :
1982).

Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama
dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang
digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO 4) dan
kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail Besari : 1982).

Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu
zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993).
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom
oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun
demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion
dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO 4
yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).

2.2. Metode Analisis Anion

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema
yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion
yang umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan
menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-
anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya.
Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini.
Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion
termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (G. Svehla : 1985).

Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk


senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah
larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air,
sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau
memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda,
kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim :
2011).

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah
untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat
dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk
untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya
endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla : 1985).

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas
identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat
dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif
adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif
berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel
atau contoh (Underwood,1986).

Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara


konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan.
Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-
ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokan dilakukan dalam
bentuk pengendapan di mana penambahan pereaksi tertentu mampu
mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang
namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk
mengendapkan kelompok ion tersebut. Kelompok ion-ion tersebut adalah:
golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III),
golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI)
(Anonim,2010).

Dalam metode analisis kualitatif ini, kita menggunakan beberapa pereaksi


diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini
dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation (Wiro, 2009).

Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah
dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut
yang cocok. Ion-ion logam pada golongan-golongan diendapakan satu
persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar
dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok
atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan.
Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation
itu terhadap beberapa reagensia (Cokrosarjiwanto,1977).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam


analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan
dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan
dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah
sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung
pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis
pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti
penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam
wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat
memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti
kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat
digunaan sebagai dasar.

pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat


dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian
memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan
suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut
sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat
dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain
tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan
endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam
prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang
berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa
memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi
karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu
tersebut (Masterton,1990)

2.3. Golongan Kation

1. Golongan I

Kation golongan I        : Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)

Pereaksi golongan      : Asam klorida encer(2M)

Reaksi golongan       : Endapan putih timbal klorida (PbCl2), Merkurium(I)


klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl)

Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal


klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap
dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan
ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam
suasana asam bersama-sama kation golongan II Nitrat dari kation-kation
golongan I sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, timbal praktis tidak larut,
sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak
diantara kedua zat diatas.

Bromida dan iodida juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal halida
tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali larut dalam air panas. Sulfida
tidak larut, asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa
mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan
diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, Tetapi pada
reagensia berlebih, ia dapat bergerak dengan bermacam-macam cara dimana
ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini terhadap ammonia. ( Mulyono HAM,
2005).

2. Golongan II

Kation golongan II       : Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II),
kadmium (II),   arsen (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)

Reagensia golongan   : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)


Reaksi golongan         : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam),
PbS (hitam), Bi2S3(coklat), AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2 (coklat)
dan SnS2 (kuning).

Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu sub.


Golongan tembaga dan sub.

Golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida


dalam ammonium polisulfida.

sub. Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfida dari sub.
Golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio. ( Mulyono HAM,
2005).

3. Golongan III

Kation golongan III      : Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Cr6+, Ni2+, Cu2+, Mn2+,
dan Mn7+, Zn2+.

Reagensia golongan  : H2S (gas/larutan air jenuh) dengan adanya ammonia


dan ammonium klorida atau larutan ammonium sulfida

Reaksi golongan         : endapan dengan berbagai warna FeS (hitam),


Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (Hitam), CoS (hitam), MnS (merah
jambu), dan Zink sulfat (putih).

Logam golongan ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk


golongan I dan II tetapi semua diendapkan dengan adanya ammonium klorida
oleh H2S dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan ammonia.
Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida, kecuali Al3+ dan chromium
yang

diendapkan sebagai hidroksida, karena hidroksida yang sempurna dari sulfide


dalam larutan air, besi, aluminium, dan kromium(sering disertai sedikit
mangan) juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan
adanya ammonium klorida, sedangkan logam-logam lain dari golongan ini
tetap berada dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfide oleh H2S.
maka golongan ini bisa dibagi menjadi golongan besi (besi, aluminium,
mangan dan zink) atau golongan IIIB. ( Mulyono HAM, 2005).

4. Golongan IV

Kation golongan IV      : Barium, Stronsium, dan Kalsium


Reagensia golongan      : terbentuk endapan putih

Reaksi golongan            : terbentuk endapan putih

Reagensia mempunyai sifat:

– tidak berwarna dan memperlihatkan reaksi basa

– terurai oleh asam-asam (terbentuk gas Co2)

– harus dipakai pada suasana netral/ sedikit basa

Kation-kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagen HCl, H2S, ataupun


ammonium sulfida, sedang dengan ammonium karbonat (jika ada ammonia
atau ion ammonium dalam jumlah yang sedang) akan terbentuk endapan putih
(BaCO3, SrCO3, CaCO3). ( Mulyono HAM, 2005).

5. Golongan V

Kation golongan V    : Magnesium, Natrium, Kalium dan Amonium

Reagensia golongan : tidak ada reagen yang umum untuk ketiga golongan V
ini.

Reaksi golongan        : tidak bereaksi dengan HCl, H2S, (NH4)2S, atau


(NH4)2CO3

Reaksi-reaksi khusus dan uji nyala dapat dipakai untuk mengidentifikasi ion-
ion dan kation golongan ini.

Magnesium memperlihatkan reaksi-reaksi yang serupa dengan reaksi-reaksi


dari golongan keempat. Magnesium karbonat dengan adanya garam
ammonium dapat larut. Reaksi magnesium tak akan mengendap bersama
kation golongan IV. Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-
reaksi ion kalium, karena jari-jari ion dari kedua ion ini hampir identik.
( Mulyono HAM, 2005).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 November 2019 pukul 15.30
WITA- selesai, berlokasi di laboratorium kimia analitik, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Tadulako (UNTAD), Palu.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Alat
a. Pipet
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung
d. Tisu
e. Handscoon
f. Masker

3.2.1 Bahan
a. PbNO3 l. K4[Fe(CN)6]
a. NaOH m. FeCl3
b. K2CrO4 n. Garam aluminium
c. HgNO3 o. Garam Mangan
d. HCl p. ZnSO4
e. NH4OH q. CaCl2
f. AgNO3 r. H2SO4
g. KI s. BaCl2
h. CuSO4 t. MgCl2
i. H2S u. NH4Cl
j. KCl

3.3 Prosedur Kerja

 Identifikasi kation golongan I (Ag+, Hg2+, Pb2+)


1. Pb2+ : Masukkan 1-2 tetes larutan PbNO 3 ke dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan NaOH hingga terbentuk endapan putih. Kemudian
tambahkan K2CrO4 maka akan terbentuk endapan kuning.
2. Hg2+ : Masukkan 1-2 tetes larutan HgNO 3 ke dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan HCl hingga terbentuk endapan puti jika
ditambahkan NH4OH maka endapan putih berubah menjadi hitam.
3. Ag+ : Masukkan 1-2 tetes larutan dan tambahkan beberapa tetes larutan
KI terbentuk endapan kuning muda yang sukar larut dalam HNO3 encer.

 Identifikasi kation golongan II (Cu2+)


1. Masukkan larutan CuSO4, masukkan dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan H2S hingga terbentuk endapan hitam dan tambahkan
K4[Fe(CN)6] ke dalam larutan yang asam atau netral hingga membentuk
endapan berwarna merah coklat, endapan larut dalam ammonia
membentuk larutan berwarna biru.

 Identifikasi kation golongan III (Fe3+, Al3+, Mn2+, Zn2+)


1. Fe3+ : Masukkan larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
NaOH hingga terbentuk endapan coklat yang dapat larut dalam asam.
2. Al3+ : Masukkan larutan garam aluminium ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan ammonia maka akan terbentuk endapan putih yang sedikit
larut dalam air.
3. Mn2+ : Masukkan larutan garam mangan ke dalam tabung reaksi lalu
tambahkan NaOH hingga terbentuk endapan putih yang akan berubah
menjadi coklat dengan adanya udara.
4. Zn2+ : Masukkan larutan ZnSO4 ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
NaOH maka akan terbentuk endapan putih, endapan larut dalam pereaksi
berlebih.

 Identifikasi kation golongan IV (Ca2+, Ba2+)


1. Ca2+ : Masukkan larutan CaCl 2 ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
H2SO4 encer hingga terbentuk endapan putih.
2. Ba2+ : Masukkan barium klorida ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
kalium kromat hingga terbentuk endapan kuning.

 Identifikasi kation golongan sisa (Mg2+, K+, NH4+)


1. Mg2+ : Masukkan magnesium klorida dan tambahkan NaOH hingga
terbentuk endapan putih.
2. K+ : Masukkan larutan KCl ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
asam pikrat hingga terbentuk endapan kuning.
3. NH4+ : Masukkan larutan NH4Cl ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan
NaOH jika di atas tabung di beri sebatang pengaduk gelas yang dibasahi
HCl maka akan terbentuk kabut putih.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


No Perlakuan Hasil
1. FeCl3 + NaOH Terbentuk endapan coklat
2. ZnSO4 + NaOH Perubahan warna menjadi putih susu
CaCl2 + H2SO4 Terbentuk endapan putih
3.
2BaCl + K2CrO4 Terbentuk endapan kuning
MgCl2 + NaOH Terbentuk endapan putih
4. KCl + C6H3N3O7 Tidak terbentuk endapan
NH4Cl + NaOH + HCl Tidak terbentuk endapan

4.2. Persamaan Reaksi

a) Golongan I
Tidak diujikan

b) Golongan II
Tidak diujikan

c) Golongan III

FeCl3 + 3NaOH 3NaCl + Fe(OH)

ZnSO4 + NaOH Na2SO4 + Zn(OH)2

d) Golongan IV

CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl

2BaCl + K2CrO4 Ba2CrO4 + 2KCl

e) Golongan sisa

MgCl2 + NaOH NaCl + Mg(OH)2


KCl + C6H3N3O7 HCl + C6H2KN3O7
NaOH + HCl NaCl + H2O
NH4Cl + NaOH NaCl + NH3 + H2O
4.3 Pembahasan
Pada praktikum analisis kation bertujuan untuk mengetahui teknik analisis
kation dan rekasi khas yang di tunjukkan oleh kation dari berbagai golongan
menggunakan beberapa indikator kation yaitu kation golongan I, II, III, IV dan
golongan sisa. Masing-masing larutan, kami reaksikan dengan volume 1 ml.
Pada praktikum kali ini dinyatakan belum berhasil karena hasil uji yang
dihasilkan masih ada yang tidak sesuai dengan literatur.

Pada pengujian kation golongan I kami tidak melakukan pengujian. Hal ini
dikarenakan bahan yang akan diuji tidak tersedia di laboratorium.
Pengujian kation golongan II tidak kami lakukan. Hal ini dikarenakan larutan
yang akan digunakan tidak tersedia pada laboratorium.

Pada golongan III yang menggunakan indikator Fe3+ dalam senyawa FeCl3
yang direaksikan dengan NaOH yang akan menghasilkan endapan coklat.
Dalam pengujian ini endapan yang dihasilkan larut dalam senyawa asam. Pada
indikator Zn2+ dalam senyawa ZnSO4 yang berwarna bening setelah
ditambahkan dengan NaOH menghasilkan perubahan warna menjadi putih
susu.

Pada pengujian kation golongan IV digunakan dua indikator yaitu Ca2+ dan
Ba2+. Ca2+ pada larutan CaCl2 yang direaksikan dengan H2SO4 akan
menimbulkan endapan putih. sedangkan Ba2+ dalam larutan BaCl2 ditambahkan
dengan K2CrO4 akan menghasilkan endapan berwarna kuning. Dari hasil
praktikum yang kami lakukan dihasilkan endapan yang sesuai dengan literatur.

Pada pengujian golongan sisa, digunakan indikor Mg 2+ K+ dan NH4+. Pada


senyawa MgCl2 yang direaksikan dengan NaOH akan menghasilkan endapan
berwarna putih. Senyawa KCl yang ditambahkan dengan C 6H3N3O7 dalam
literature tertulis akan menghasilkan endapan berwarna kuning tetapi ketika
kita melakukan pengujian tidak terdapat endapan berwarna kuning. Dan
senyawa terahir yaitu NH4Cl direaksikan dengan NaOH yang kemudian basahi
dengan HCl dalam literature akan membentuk kabut putih tetapi ketika kita
melakukan pengujian tidak terjadi pembentukan kabut putih. Jadi pada
golongan sisa ada dua indicator yang tidak sesuai dengan literature yaitu
indicator K+ dan NH4+. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dari
praktikan sehingga menyebabkan hal tersebut tidak sesuai dengan literature.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
melakukan analisis kualitatif untuk mengidentifikasi keberadaan kation dan
anion di dalam suatu sampel digunakan uji spesifik. Dengan penambahan
reagen tertentu pada larutan yang di uji, dapat di amati ciri berupa endapan dan
perubahan warna dari masing-masing larutan yang menunjukan ada tidaknya
kation dalam larutan sampel.

5.2. Saran
Adapun saran yang saya ajukan setelah melakukan praktikum ini yaitu
sebaiknya dalam uji kation dan anion ini larutan yang akan dijadikan sampel
sebaiknya dilakukan penambahan, guna dapat menambah pengetahuan
mengenai larutan sampel yang terjadi perubahan saat dilakukan pengujiannya.
Selain itu disarankan kepada para praktikan agar lebi teliti dalam melakukan
pengamatn sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan literature.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Karimah, Nurul. 2017.Laporan Praktikum Kation.https://www.academia.edu/97396


59 /Laporan_ Praktikum_Kation

Melinda, Ayu. 2016. Laporan Praktikum Kimia Analisis Kation. https://www.


academia.edu/19160843/Laporan_Praktikum_Kimia_Analisis_Kation

Anda mungkin juga menyukai