Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel
(contoh). Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat
tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai
konstituen yang diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian
besar dari contoh yang dianalisis (Day dan Underwood, 1986).
Analisis kualitatif berkaitan dengan idenifikasi zat-zat kimia : mengenali
unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Umumnya dalam kuliah
kimia, mahasiswa pertama kali dihadapkan dengan analisis kualitatif ketika sejumlah
unsur dipisahkan dan diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida.
Produk-produk organik yang disintesis dalam laboratorium bisa diidentifikasi dengan
menggunakan teknik-teknik instrumentasi seperti spektroskopi inframerah dan
resonansi magnetik nuklir. (Underwood, 1998)
Ada 2 aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan
identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman pembentukan
senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini
sebagai sifat periodik menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfida,
hidroksida, karbonat sulfat dan garam-garam lainnya dari logam. (Diana Barsasella,
2012)
Analisis ini dinamakan kualitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada
dalam campuran. Analisis tak selalu perlu menyatakan sumber senyawa yang
menghasilkan ion, atau banyaknya (kualitas) ion (misalnya, bukan massa atau
konsentrasi senyawa). Dibandingkan perangkat prosedur laboratorium lainnya,
analisis kualitatif menggambarkan seluruh konsep kesetimbangan dalam larutan.
Analisis kualitatif berlaku untuk anion dan kation. (Petrucci, 1985)
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing
golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam
golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi
yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. (Diana
Barsasella, 2012)
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan ciri-
ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut :
Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium(I) (raksa) dan
perak
Golongan II Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium,
arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(III) (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan Iia dan keenam yang
terakhir sub-golongan Iib. Sementara sulfida dari kation dalam Golongan IIa
tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam Golongan
Iib justru dapat larut.
Golongan III Kation golongan ini tak beraksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,
kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana mineral
netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II),
besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV Kation golongan ini tak beraksi dengan reagensia Golongan I,
II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat
dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral ata sedikit asam. Kation-
kation golongan ini adalah : kalsium, strontium dan barium.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan
reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang
terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium
dan hidrogen. (Svehla, 1990)
Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium
klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan; dalam hal ini,
magnesium harus juga dimasukkan dalam ke dalam golongan ini. Tetapi, karena
dalam pengerjaan analisis yang sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak
sekali ketion-kation golongan keempat hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk
tidak memasukkan magnesium ke dalam Golongan IV. (Svehla, 1990)
Untuk analisis kation, bahan (bila padat) dilarutkan dahulu, sedang jika sudah
berupa cairan/larutan, langsung digunakan. Semua kombinasi kation-anion yang
yang termasuk dalam daftar di atas larut dalam air dan/atau HCl encer. Oleh karena
itu, pelarut yang dipakai ialah air atau HCl. (Harjadi W, 1990)
Pendekatan yang digunakan untuk memisahkan kation ke dalam golongan-
golongannya (biasanya lima) ialah melalui pengendapan. Setelah pemisahan kation
ke dalam lima golongan utama, pemisahan lanjutan dan pengujian harus dilakukan
dalam setiap golongan. Hasil akhir dari analisis suatu contoh adalah penetapan ada
atau tidaknya masing-masing ion. (Petrucci, 1985)
Ketepatan (accuracy) hasil analisa menyatakan, apakah hasil analisa itu sama
dengan nilai sebenarnya yang dicari atau tidak. Apabila ada perbedaan, maka selisih
antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya itu disebut kesalahan (durasi standard).
Ketelitian (precision) hasil analisa menyatakan, apakah nilai antara hasil analisa yang
dilakukan berulang kali ada persesuaian antara satu dengan yang lainnya atau tidak.
Semakin baik persesuaian antara hasil analisa itu semakin baik pada ketelitiannya.
(Cut Aisyah, 2007)
Analisa kation kualititatif merupakan metode yang tidak sepenting dahulu,
sebab sekarang kebanyakan analisa kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan
instrumen. Nilainya saat ini adalah dalam berlimpahnya contoh-contoh yang
memberikan kesetimbangan pengendapan (dan pelarutan), kesetimbangan asam-basa
dan reaksi oksidasi reduksi. Juga, di laboratorium kimia dasar, metode ini
menawarkan tantangan untuk menyikapi misteri-menyelesaikan analisis kualitatif
untuk “hal yang tidak diketahui”. (Petrucci, 2011)
Ilmu Kimia Analitik adalah ilmu kimia yang mendasari pemisahan-
pemisahan dan analisa bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan,
baik secara kualitatif, secara kuantitatif, maupun struktur. Susunan kualitatif
merupakan komponen-komponen bahan; susunan kuantitatif adalah berapa
banyaknya/setiap komponen tersebut, dan struktur adalah bagaimana rumus molekul
zat itu dan juga bagaimana rumus bangunnya. Dalam dunia modern, kedua hal ini
penting karena perlu untuk mensintesis zat yang bersangkutan. (W. Harjadi, 1990)
DAFTAR PUSTAKA
Day R.A, Jr dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Iis Sopyan, M. Eng. Jakarta: Erlangga.
Barsasella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Trans Info Media.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh : Ir. Setiono dan Dr. A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Moders Edisi
Keempat Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Suminar Achmadi, Ph.D. Jalarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 2011. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Moders Edisi
Kesembilan Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Prof. Suminar Setiati Achmadi.
Jalarta: Erlangga.
Z. Jamil, Hj. Cut Aisyah. 2007. Kimia Analisa untuk Teknik Kimia. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.