Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ada dua langkah dalam analisis, yaitu identifikasi dan estimasi komponen-komponen
suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif, sedangkan
langkah estimasi komponen adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk
mengidentifikasi penyusun-penyusun suatu zat, campuran zat, atau larutan-larutan yang
unsur penyusunnya bergabung antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan analisis
kuantitatif bertujuan untuk menentukan banyaknya penyusun-penyusun suatu zat atau
persenyawaan.
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur
bahan kimia cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam
sampel. Analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia
organik sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik. Analisis kualitatif
biasanya digunakan dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji spesifik.
Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen tertentu yang akan memberikan
larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.
Biasanya identifikasi zat dilakukan dengan penambahan zat lain yang susunannya telah
diketahui, sehingga terjadi perubahan (reaksi kimia).
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Cara kering biasanya digunakan pada zat padat, sedangkan cara basah
digunakan pada zat cair yang kebanyakan menggunakan pelarut air. Perubahan yang
terjadi pada cara basah adalah terjadinya endapan, perubahan warna larutan, dan
timbulnya gas. Penambahan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis ke dalam
larutan jenuh suatu garam akan menurunkan kelarutan garam tersebut karena konsentrasi
ion bertambah dan kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan garam.
Pengenalan kation anion adalah hal yang penting diketahui, karena kation anion
terdapat pada hampir semua zat yang ada di muka bumi ini. Kation merupakan ion yang
bermuatan positif karena kation melepas elektron sehingga lebih banyak jumlah proton
daripada elektron yang menyebabkan kation bermuatan positif, sedangkan anion adalah
ion yang bermuatan negatif karena anion menangkap elektron sehingga lebih banyak
jumlah elektron daripada proton yang mengakibatkan jumlah elektron lebih banyak

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 1
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

daripada jumlah proton. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat


kation itu terhadap beberapa reagensia. Sedangkan anion diklasifikasikan dalam 3
golonngan. Reagensia adalah suatu zat yang dipakai untuk mengenali karakteristik dari
suatu zat yang dianalisa. Pada analisis kualitatif kation anion, suatu kation di reaksikan
dengan reagensia dan dianalisis sehingga dapat diketahui golongan dari kation dan anion
tersebut. Reagensia yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, asam karbonat, dan ammonium klorida.
1.2 Tujuan percobaan
1. Mengetahui prinsip dari analisa kation dan anion.
2. Mengetahui sifat dan karakteristik kation dan anion yang telah dianalisa.
3. Mengetahui ciri khusus dalam penentuan golongan kation dan anion

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 2
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi keberadaan suatu
senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak diketahui. Dalam melakukan
analisis kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis
maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia, bila
ingin mengetahui tentang kandungan sampel cair itu maka yang harus dilakukan adalah
menganalisa secara kualitatif terhadap sampel cairan itu.
Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah
unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan penetapan suatu zat tertentu yang
ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen atau jenis
zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
(Siskatria. P, 2012)
Jenis analisis ada 3 macam, yaitu:
1. Analisis Makro
2. Analisis Semimikro
3. Analisis Mikro
Jenis analisis yang sering digunakan yaitu analisis semimikro, adapun keuntungan
analisis semimikro yaitu:
1. Penggunaan zat yang sedikit
2. Kecepatan analisis tinggi
3. Ketajaman pemisahan yang meningkat
4. Penggunaan asam sulfida lebih sedikit
5. Penghematan peralatan
Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif utuk mempelajari
kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode kualitatif kita
menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik.
Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 3
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan
kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah
pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji
yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (Svehla, 1985).
2.2 Analisis Kation
Analaisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik
dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan ke dalam
sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan
perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan
ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan
HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan mengendapkan klorida dari
ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini
diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat
diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan
perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan
lain.
Analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan,
berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida,
hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation
tersebut. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation. (Svehla,
1985)
2.3 Golongan-golongan Kation
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
1. Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari
golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapan kation
golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal
mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 4
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl2 larut kembali dalam
bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.
2. Golongan II
Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah
Hg, Bi, Cu, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub
golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah
kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub
golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut
dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen
sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut
dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.
3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium
klorida). Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam
suasana netral/amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-
logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan
sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam
larutan air.besi, almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau golongan
IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium
klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation golongan
IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam larutan
analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan NH4OH).
4. Golongan IV
Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
meliputi : Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+ harus diambil dari

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 5
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+.
Identifikasi dapat dilakukan dengan uji nyala. (Harjadi, 1990)
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka
setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang
massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat
pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula
dan berbeda sifat fisiknya. Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu
harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah
dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok.
Ion-ion logam pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan
dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifus, endapan dicuci untuk
membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada
harus dipisahkan. (Harjadi, 1990)
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang
berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun
sentrifus, endapan larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan
suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis
pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting
dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada
tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan
kelarutan karena suhu ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya,
pemisahan kation Ag, Hg, dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya
sebagai garam klorida kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg dengan memberikan air
panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut
sedangkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan
konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal
dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya
ion sekutu yang berlebih dan dalam praktiknya ini dilakukan dengan memberikan
konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 6
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini
terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu
tersebut. (Underwood, 1992).
2.4 Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya
kenaikan jumlah elektron. Misalnya atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu
elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai
garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan
anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion
yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah
Mg2+, Fe3+, S22-, dan N3-, Na+, dan Cl-. Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-
ion ini mengandung hanya satu atom.
Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada ion logam
yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-
2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42-
Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi Anion kompleks halida
seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion
oksa dari oksigen. (Ismail, Besari. 1982)
Klorat, bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai
pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal
adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai
pengoksida. Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom
oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian,
mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan
oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang diasamkan. (Ismail, Besari.
1982)
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-
benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam
golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut
yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 7
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya
boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode
ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion
termasuk dalam lebih dari satu sub golongan. (G. Svehla. 1985)
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa
yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam
karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan
dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat
dahulu berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu
tersebut. (Anonim. 2010)
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anionrelatif lebih
sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang adadalam larutan minimal
(dapat diabaikan).
2.5 Golongan-golongan Anion
Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan sulfat : SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33-, Cr2O42-, AsO43-, AsO33. Anion-
anionini mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2. Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-. Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam
larutan asam (HNO3).
3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-, C2H3O2.
Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis
anion tidak memiliki metode yang sistematis seperti analisis kation. Uji analisis anion
juga berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.
Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu:
1. Kelas A
Anion golongan A adalah jenis golongan anion yang dapat menguap bila bereaksi
dengan asam. Golongan anion yang menghasilakn gas bila bereaksi dengan asam klorida
encer dan asam sulfat encer seperti, karbonat, sulfit, tiosulfat, nitrit, hypoklorit, sianida
dan sianat. Golongan anion yang menghasilkan gas bila bereaksi dengan asam sulfat
pekat seperti semua anion A(1) dan fluorida, klorida, bromida, iodida, nitrat, borat,
format, asetat, oksalat, perklorat, permanganate, bromate, heksacyanoferrat (II) dan (III),
tiosianat, tartrat, dan sitrat.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 8
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer : Karbonat,
hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit,
sianida, dan sianat.
b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.
2. Kelas B
Anion golongan B adalah kelompok anion yang bereaksi didalam larutan. Anion
yang menghasilkan reaksi pengendapan (endapan) bila bereaksi didalam larutannya
misalnya, sulfa, fosfat, sussinat, arsenat, kromat, silikat, salisilat, fosfit, hipofosfit,
arsenit, dikromat, dan benzoat. Anion yang menghasilkan reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi bila bereaksi di dalam larutan seperti manganat, permanganat, kromat, dan
dikromat.
a. Reaksi pengendapan : sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat,
arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoat, dan
suksinat.
b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 9
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Erlenmeyer (100 ml) : 3 buah
 Pipet Volum : 1 buah
 Pipet Tetes : 2 buah
 Beaker glass (500 ml) : 2 buah
 Beaker glass (100 ml) : 2 buah
 Buret : 1 buah
 Corong : 1 buah
3.1.2 Bahan
 Larutan HCL (0,1 M) : ± 75 ml
 Larutan NaOH (0,1 M) : ± 150 ml
 Larutan Na2B4O7 (0.05) : ± 75 ml
 Larutan H2C2H4 (0,1) :± 75 ml
 Indikator PP : ± 3 tetes
 Indikator MO : ± 6 tetes
 Larutan Basa : ± 20 ml
 Air Kran : ± 75 ml
 Aquadest : ± 500 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 10
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.2 Skema Percobaan


3.2.1 Skema Percobaan Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Na2B4O7
Memasukkan larutan HCl kedalam buret.

Memasukkan larutan Na2B4O7 kedalam erlenmeyer.

Menambahkan 3 tetes indikator MO.

Meneteskan larutan HCl dalam buret perlahan.

Mengamati perubahan warna dan volume HCl yang diteteskan.

Mencatat volume HCl yang digunakan.

Gambar 3.1 Skema Percobaan Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan


Na2B4O7
3.2.2 Skema Percobaan Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl
Memasukkan larutan HCl kedalam buret.

Memasukkan larutan NaOH kedalam erlenmeyer.

Menambahkan 1 tetes indikator MO.

Meneteskan larutan HCl dalam buret perlahan.

Mengamati perubahan warna dan volume HCl yang diteteskan.

Mencatat volume HCl yang digunakan.

Gambar 3.2 Skema Percobaan Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 11
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.2.3 Skema Percobaan Standarisasi Larutan H2C2O4 dengan Larutan NaOH


Memasukkan larutan H2C2O4 kedalam buret.

Memasukkan larutan NaOH kedalam erlenmeyer.

Menambahkan 1 tetes indikator PP.

Meneteskan larutan H2C2O4 dalam buret perlahan.

Mengamati perubahan warna dan volume H2C2O4 yang diteteskan.

Mencatat volume H2C2O4 yang digunakan.

Gambar 3.3 Skema Percobaan Standarisasi Larutan H2C2O4 dengan


Larutan NaOH
3.2.4 Skema Percobaan Penentuan Konsentrasi Larutan Basa
Memasukkan larutan HCl kedalam buret.

Memasukkan larutan basa kedalam erlenmeyer.

Menambahkan 1 tetes indikator MO.

Meneteskan larutan HCl dalam buret perlahan.

Mengamati perubahan warna dan volume HCl yang diteteskan.

Mencatat volume HCl yang digunakan.

Gambar 3.4 Skema Percobaan Penentukan Konsentrasi Larutan Basa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 12
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.2.5 Skema Percobaan Penentukan Kadar Ion Penetral Asam Air Kran
Memasukkan larutan HCl kedalam buret.

Memasukkan larutan air kran kedalam erlenmeyer.

Menambahkan 1 tetes indikator PP.

Menambahkan 1 tetes indikator MO.

Meneteskan larutan HCl dalam buret perlahan.

Mengamati perubahan warna dan volume HCl yang diteteskan.

Mencatat volume HCl yang digunakan.

Gambar 3.5 Skema Percobaan Penentukan Kadar Ion Penetral Asam Air
Kran

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 13
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.6 Erlenmeyer 100 ml Gambar 3.7 Pipet Volum

Gambar 3.8 Pipet Tetes Gambar 3.9 Beaker glass 500 ml

Gambar 3.10 Beaker glass 1000 ml Gambar 3.11 Buret

Gambar 3.12 Corong

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 14
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1 Data Hasil Percobaan Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Na2B4O7
0,05 M (0,05 N)
Titrasi ke- Volume titrasi Hasil pengamatan

1 3,5 ml Larutan pada erlenmeyer


yang berwarna kuning
2 3,2 ml
berubah menjadi merah
3 3,2 ml muda.

Rata-rata 3,3 ml

Tabel 4.1.2 Data Hasil Percobaan Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl
Titrasi ke- Volume titrasi Hasil pengamatan

1 2,7 ml Larutan pada


erlenmeyer yang
2 3,2 ml
berwarna kuning
3 3,2 ml berubah menjadi merah
muda.
Rata-rata 3 ml

Tabel 4.1.3 Data Hasil Percobaan Standarisasi Larutan H2C2O4 dengan Larutan NaOH
Titrasi ke- Volume titrasi Hasil pengamatan

1 12 ml Larutan pada
erlenmeyer yang
2 11,7 ml
berwarna ungu berubah
3 11,5 ml menjadi bening.

Rata-rata 11,7 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 15
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

Tabel 4.1.4 Data Hasil Percobaan Standarisasi Larutan Sampel Basa dengan Larutan HCl
Titrasi ke- Volume titrasi Hasil pengamatan
1 7,9 ml Larutan pada erlenmeyer
2 8 ml yang berwarna kuning
berubah menjadi merah
muda.
Rata-rata 7,95 ml

Tabel 4.1.5 Data Hasil Percobaan Standarisasi Air Sampel (air kran) dengan Larutan HCl
Titrasi ke- Volume titrasi Hasil pengamatan

1 0,4 ml Larutan pada erlenmeyer

2 0,4 ml yang berwarna kuning


berubah menjadi merah
3 0,5 ml
muda.
Rata-rata 0,43 ml

4.2 Data Hasil Perhitungan


Tabel 4.2.1 Data Hasil Perhitungan Normalitas
Larutan Molaritas Normalitas

NaOH 0,1 M 0,1 N

Na2B4O7 0,05 M 0,05 N

HCl 0,1 M 0,1 N

H2C2O4 0,1 M 0,2 N

Tabel 4.2.2 Data Hasil Perhitungan Standarisasi


Larutan Menggunakan Larutan Molarlitas

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 16
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

HCl Na2B4O7 0,05 M 0,75 M

NaOH HCl 0,75 M 6,25 M

H2C2O4 NaOH 6,25M 13,35 M

Larutan sampel (basa) HCl 0,75 M 0,59 M

Air kran HCl 43,6 M

4.3 Pembahasan
Persamaan Reaksi
1. Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O ↔ 2NaCl + 4H3BO3
2. NaOH + HCl ↔ NaCl + H2O
3. H2C2O4 + 2NaOH ↔ Na2C2O4 + 2H2O
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan standarisasi beberapa larutan dengan
cara titrasi. Terdapat empat larutan yang disediakan antara lain, NaOH, HCl, H2C2O4, dan
Na2B4O7.Kemudian terdapat juga dua larutan sampel yaitu larutan sampel basa (dari
aslab), dan air kran. Selain itu terdapat dua indikator yang terlibat dalam proses
standarisasi ini yaitu indikator Metil orange (MO), dan indikator Phenolpthalein (PP).
Pada proses titrasi suatu larutan tahap awal yang terpenting adalah meneteskan salah satu
indikator yang dibutuhkan pada larutan yang akan distandarisasi. Karena apabila larutan
pada erlenmeyer belum ditetesi indikator, maka tidak akan terjadi perubahan warna pada
tahap selanjutnya bahkan sampai pada tahap akhir tidak akan berubah warna. Kemudian
pada tahap selanjutnya larutan tersebut dititrasi menggunakan larutan standar hingga
perubahan warna sudah terlihat.
Masing-masing larutan standar pada percobaan ini memiliki karakteristik berbeda.
Misalnya, larutan NaOH standar yang digunakan pada percobaan ini memiliki molaritas
sebesar 0,1 M dan normalitas sebesar 0,1 N. Larutan standar Na2B4O7 memiliki molaritas
0,05 M dan normalitas sebesar 0,05 N. Larutan standar HCl memiliki molaritas sebesar
0,1 M dan normalitas 0,1 N. Dan yang terakhir larutan standar H2C2O4.
Indikator berperan penting dalam proses titrasi ini, karena untuk menentukan titik
ekivalen ketika dua larutan telah mencapai netralisasi. Pada titik akhir titrasi indikator
akan menunjukkan perubahan warna yang artinya larutan tersebut sudah mencapai pH

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 17
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

asam/basa. Misalnya, titrasi larutan H2C2O4 dengan menggunakan larutan NaOH standar.
Pada titrasi ini, larutan yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer adalah larutan standar
NaOH. Kemudian, indikator PP atau Phenolpthalein diteteskan sebanyak 1 tetes pada
larutan standar NaOH. Setelah diteteskan larutan standar NaOH pada erlenmeyer tersebut
berubah warna menjadi ungu muda.
Hal ini terjadi karena apabila indikator PP diteteskan pada larutan standar basa
dengan konsentrasi besar maka warna akan berubah menjadi merah muda. Namun pada
praktikum kami, NaOH berubah warna menjadi ungu muda hal ini dikarenakan
konsentrasi NaOH yang terlalu kecil. Setelah meneteskan indikator PP pada larutan
standar NaOH lalu melakukan titrasi dengan menggunakan larutan asam oksalat. Hasil
akhir titrasi akan menunjukkan bahwa warna ungu muda pada larutan NaOH berubah
menjadi warna bening. Itu artinya, indikator PP menunjukkan bahwa pH larutan NaOH
sudah mencapai angka kurang dari 8 karena apabila warna berubah menjadi bening itu
berarti larutan tersebut tidak bersifat basa.Sebaliknya, apabila indikator PP diteteskan
pada larutan standar asam maka warna larutan tersebut tetap bening. Namun jika sudah
dititrasi dengan larutan basa, warna bening tersebut akan berubah menjadi merah muda.
Hal ini terjadi karena indikator pp akan berubah warna merah muda apabila pH sudah
mencapai 8 atau lebih.
Begitu juga saat indikator MO atau Metil orange ketika diteteskan pada larutan
standar Na2B4O7 maka warna larutan standar tersebut akan berubah dari bening ke kuning.
Hal ini terjadi karena indikator MO akan berubah warna kuning apabila pH dalam larutan
4,4 atau lebih mendekati pH netral. Setelah meneteskan indikator MO pada larutan
standar Na2B4O7 lalu melakukan titrasi dengan menggunakan larutan HCl. Hasil akhir
titrasi akan menunjukkan bahwa warna kuning berubah menjadi warna merah muda. Itu
artinya, indikator MO menunjukkan bahwa pH larutan Na2B4O7 sudah mencapai angka
kurang dari 4,4 karena apabila warna berubah menjadi merah muda itu artinya larutan
Na2B4O7 setelah dititrasi dengan HCl bersifat semakin asam atau pH dibawah 4,4.
Sebaliknya, apabila indikator MO diteteskan pada larutan standar HCl maka larutan
tersebut berwarna merah muda. Namun jika sudah dititrasi dengan larutan basa, warna
merah muda tersebut akan berubah menjadi kuning. Hal ini terjadi karena indikator MO
akan berubah warna kuning apabila pH larutan mencapai 4,4 atau lebih mendekati netral.
Namun pada percobaan yang kami lakukan, warna larutan standar tidak berubah setelah

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 18
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

dititrasi. Hal ini terjadi karena konsentrasi larutan NaOH yang digunakan untuk
standarisasi terlalu kecil.
Titrasi dilakukan lebih dari satu kali karena untuk menentukan kadar (konsentrasi)
suatu larutan. Apabila titrasi hanya dilakukan satu kali maka hasil konsentrasi larutan
yang ditentukan belum tentu akurat. Titrasi dilakukan dengan hati-hati menggunakan
buret, sampai keadaan keseimbangan diantara dua larutan diperoleh. Pada saat titik
ekivalen ini maka poses titrasi dihentikan. Kemudian volume titran yang digunakan untuk
mencapai titik akivalen dicatat. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsertasi titer maka dapat ditentukan konsentrasi titran tersebut.
Titrasi juga dapat digunakan untuk menghitung kadar ion. Data yang dapat dipakai
untuk menghitung kadar ion adalah molaritas. Kemudian dari data molaritas dapat
menghitung massa sampel. Kadar ion berbanding lurus dengan massa sampel dan
berbanding terbalik dengan massa air.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Beberapa larutan yang telah distandarisasi antara lain HCl, NaOH, H2C2O4,
larutan sampel (basa) dan air kran. Dalam praktikum ini telah diperoleh
konsentrasi secara berturut-turut yaitu 0,75 M, 6,25 M, 13,35 M, 0,59 M, dan
43,6 M.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 19
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

2. Standarisasi larutan sampel basa dan konsentrasi air kran menggunakan larutan
HCl menghasilkan konsentrasi berturut-turut sebesar 0,59 M dan 43,6 M.
3. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil titrasi yaitu reaksi yang tepat
antara titran dan analit, indikator, konsentrasi titran,dan volume titran saat
mencapai titik ekivalen.
5.2 Saran
1. Meningkatkan kebersihan alat yang akan dipakai untuk praktikum.
2. Menyediakan bahan-bahan lengkap yang digunakan dalam praktikum.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 20
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

DAFTAR PUSTAKA
Priyoanita, Siskatria. 2012. “Analis Kualitatif”. Diakses 1 Januari 2019.
https://siskaapriyoannita.wordpress.com/2012/03/03/analisis-kualitatif/
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima, Jakarta : Erlangga
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makasar : Universitas Muslim
Indonesia.
Svehla,G. 1985. Vogel Bagian I : Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan Semimakro.
Jakarta : Kalman Media Pusaka.
Besari, Ismail, dkk. 1982. Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I. Bandung : Armico
Bandung.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 21
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

APPENDIKS
Menghitung normalitas masing-masing larutan
 NaOH 0,1 M
N=axM
= 1 x 0,1
= 0,1 N
 Na2B4O7 0,05 M
N=axM
= 2 x 0,05
= 0,1 N
 HCl 0,01 M
N=axM
= 1 x 0,1
= 0,1 N
 H2C2O4 0,1 M
N=axM
= 2 x 0,1
= 0,2 N
Standarisasi
Didapatkan rata-rata volume titran pada setiap percobaan standarisasi, antara lain :
- Standarisasi larutan HCl menggunakan larutan Na2B4O7 0,05 M (0,05 N)
= 3,3 ml
- Standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan HCl 0,3 N
= 3ml
- Standarisasi larutan H2C2O4 menggunakan larutan NaOH 2,5 N
= 11,7 ml
- Standarisasi larutan sampel (basa) menggunakan larutan HCl 0,3 N
= 7,9 ml
- Standarisasi larutan HCl menggunakan air kran (0,03 N)
= 0,43 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 22
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

Maka perhitungan konsentrasinya sebagai berikut,


- Standarisasi larutan HCl menggunakan larutan Na2B4O7 0,05 M
V1 x M1 x n = V2 x M2 x n
3,3 x M1 x 1 = 25x 0,05 x 2
M1 = (25x 0,05 x 2) ÷ 3,3
M1 = 0,75 M
Ket : 1 (HCl), 2 (Na2B4O7).
- Standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan HCl 0,75 M
V1 x M1 x n = V2 x M2 x n
3 x M1 x 1 = 25x 0,75 x 1
M1 = (25x 0,75 x 1) ÷ 3
M1 = 6,25 M
Ket : 1 (NaOH), 2 (HCl).
- Standarisasi larutan H2C2O4 menggunakan larutan NaOH 6,25 M
V1 x M1 x n = V2 x M2 x n
11,7 x M1 x 2 = 25x 6,25 x 1
M1 = (25x 6,25 x 1) ÷ 11,7
M1 = 13,35 M
Ket : 1 (H2C2O4), 2 (NaOH).
- Standarisasi larutan sampel (basa) menggunakan larutan HCl 0,75 M
V1 x M1 = V2 x M2
10 x M1 = 7,9x 0,75
M1 = (7.9 x 0,75) ÷ 10
M1 = 0,59 M
Ket : 1 (sampel), 2 (HCl).
- Penentuan kadar ion penetral asam (air keran)
Mol HCl = Mol ion penetral (air keran)
V1 x M1 = V2 x M2
25 x 0,75 = 0,43 x M2
M2 = (25 x 0,75) ÷ 0,43

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 23
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

M2 = 43,6 M

Maka perhitungan kadar ionnya sebagai berikut,


M = ( massa ÷ berat molekul ) x (1000 ÷ volume)
43,6 = (massa ÷ 18) x (1000 ÷ 25)
43,6 = massa x 2,22
19,6 gram = massa
Massa air = berat jenis air x volume air
= 1 gr/ml x 25 ml
= 25 gram
Kadar ion penetral = massa zat terlarut ÷ massa air (gram)
= (19,6 ÷25) x 106 ppm
= 784000 ppm

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 24

Anda mungkin juga menyukai