Anda di halaman 1dari 23

1

BAB 1 PENDAHULUIAN

1.1

Latar belakang Analisis merupakan suatu proses pengamatan atau penentuan secara

kualitatif dan kuantitatif konstituen atau komponen suatu bahan atau sampel. Analisis dapat berupa pengidentifikasian suatu zat atau unsur didalam suatu sampel atau biasa disebut analisa kualitatif. Atau dapat juga analisa kuantitatif yang merupakan analisa untuk mengetahui jumlah (kuantitas) suatu zat atau unsur dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya. Dalam analisa kualitatif kation-kation digolongkan menjadi lima golongan berdasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Reagensia yang umum dipakai untuk menentukan golongan kation antara lain asam klorida, golongan hidrogen sulfida, amonium sulfida, amonium karbonat dan lain sebagainya. Klasifikasi kation-kation tersebut dapat ditentukan dengan melihat apakah kation yang diuji bereaksi dengan reagen-reagen atau sampel yang telah ditentukan yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau tidak, terjadinya perubahan warna atau tidak, dan perubahan-perubahan fisik lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penggolongan/pengklasifikasi yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfiida, dan karbonat dari larutan tersebut. Kelima golongan kation tersebut, memiliki cirri-ciri yang khas apabila direaksikan dengan sampel yang telah ditentukan. Analisa kation dalam suatu sampel mempunyai banyak mamfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika kita hendak menganalisa kation atau unsurunsur yang terdapat dalam suatu bahan pencemar, sehingga kita dapat mengetahui apa proses yang sebaiknya dilakukan untuk menanggulanginya. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui perbedaan reaksi yang dihasilkan oleh kation golongan I dan II berdasarkan sampel yang telah ditentukan, dapat mengetahui pereaksi selektif, spesifik,dan

sensitifnya serta dalam peranannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita ingin mengetahui logam yang terkandung dalam sampel air kolam unmul atau air parit gor 27 September.

1.2 Tujuan percobaan Mengetahui kation-kation dari golongan I dan II Mengetahui pereaksi selektif untuk kation golongan I dan II Mengetahui pereaksi spesifik untuk kation golongan I dan II Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan Mengetahui mengapa pada Pb2+ dilakukan dua kali reaksi, yaitu reaksi dengan HCl dan Na2S.

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA


Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisa kualitatif dan dan analisa kuantitatif. Analisa kulitatatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia yaitu mngenali unsur-unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Umumnya dalam kuliah kimia, para mahasiswa pertama kali dihadapkan dengan analisis kualitatif ketika sejumlah unsur dipisahkan dan diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Produk-produk organik yang sintesis dalam laboratorium bisa diidentifikasikan dengan menggunakan teknik-teknik instrumentasi seperti spektroskopi inframerah dan resonansi magnetik nuklir (Underwood,2002). Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang dinyatakan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagaian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa ( analit ) tersebut menyusun lebih dari sekitar 1 % dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama. Zat yang dianggap sebagai konstituen minor kika jumlahnya berkisar antara 0.01 hingga 1 % dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadir hingga kurang dari 0.01 % ddianggap sebagai konstituen penunut (frace) (Underwood,2002). Analisis kualitatif adalah metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang tidak diketahui komposisinya. Analisis kualitatif merupakan metode efektif yang dapat digunakan untuk mempelajari kandungan suatu larutan. Metode analisis kualitatif menggunakan pereaksi golongan/selektif dan pereaksi spesifik. Penggunaan pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan anion yang terdapat dalam suatu larutan (Patnaik, 2004). Reaksi yang terjadi dalam metode analisis kualitatif dapat digolongkan menjadi reaksi spesifik, reaksi sensitif,reaksi selektif. Reaksi spesifik adalah

reaksi khas yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Contoh reaksi ini adalah reaksi pada metode spot test. Reaksi sensitif adalah reaksi peka yang mampu menunjukkan keberadaan bahan yang hanya berjumlah sedikit sekali tetapi sudah tampak hasilnya dengan jelas. Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbedabeda atas suatu pereaksi serta dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang berbeda-beda . Contoh dari reaksi selektif adalah dapat dilihat pada uji golongan klorida dimana reaksi selektif yang terjadi dapat memisahkan ion golongan klorida dengan ion lainnya (Harjadi,1989). Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut dengan teagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan itu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut urutan yang ditetapkan oleh sistam golongan ini selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urutan-urutan ini juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi, karena ion-ion dengan sifat-sifat yang analog dibahas bersama-sama dalam satu golongan. Dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan mudah larutan berair. Kation-kation ini dapat dibagi kedalam 5 golongan berdasarkan hasil kali

kelarutan garam tak larutanya. Karena larutan tak diketahui mungkin mengandung lebih dari satu ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari

golongan I sampai golongan V. Sedangkan spot test pada senyawa organik dan anorganik dapat digunakan untuk menentukan bahan individu tertentu dan susunan dalam suatu campuran. Spot test ini memeriksa ion-ion dalam suatu campuran yang akan memberi efek yang khas terhadap zat tertentu yang akan dicampur dengan ion tersebut. Reaksi spot test yang spesifik akan memberi efek yang khas terhadap zat tertentu atau pada contoh yang jumlahnya sangat sedikit (Chang,2005). Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida (HCl), hidrogen sulfida (H2S), amonium sulfida

((NH4)2S), dan amonium karbonat (NH4CO3). Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan cirri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut : Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium (I) (raksa), dan perak. Golongan II : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadinium, arsenik (III), arsenik (V),

stabium (III), satabium (V), timah (II), timah (III) dan timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan II A dan keenam yang terakhir merupakan sub golongan II B,

sementara sulfida dan kation dalam golongan II A tidak dapat larut dalam amonium poli sulfida, sulfida golonga II B dapat larut. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (III), nikel (III), besi (II), besi (III), kromium (III), alumunium, zink, dan mangan (II). Golongan IV : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golonga I, II, III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini addalah kalsium, stronsium,dan barium. Beberapa sistem klasifikasi golongan

meniadakan pemakaian amonium klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan, dalam hal ini magnesium juga harus dimasukkan kedalam golongan ini. Tetapi karena dalam pengerjaan analisis yang sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak sekali ketika kation-kation golongan keempat hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak memasukkan magnesium kedalam kation golongan IV. Golongan V : Kation-kayion yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yaitu amonium, litidium dan hidrogen. ( Svehla, 1989 ) Kation golongan pertama yaitu timbal (II), merkuri (I), dan perak (I). Pereaksi golongan ini adalah asam klorida encer (2 M) dan reaksi golongannya adalah endapan putih timbal klorida (PbCl2), merkuri(I)klorida (Hg2Cl2) dan perak klorida (AgCl2). Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu campuran, ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golongan kedua. Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, sulfat timbal praktis tidak larut, sedang perak larut lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat diataa bromida dan iodida juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal klorida tidak sempurna , dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Sulfida tidak larut, asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dan larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensianya berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini terhadap amonium. ion-ion magnesium,natrium,

Timbal (II) (Pb2+) Timbal adalah golongan I yang merupakan logam berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan yang tinggi (11,48 g/ml pada suhu kamar). Ia mudah larut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M , dan terbentuk juga nitrogen oksida 3Pb + 8HNO3 3 Pb 2+ + 6 HNO3- + 2 NO + 4H2O

Timbal (Pb) dapat diidentifikasi dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan kuning perak Pb 2+ + CrO4 2Pb 2+ + 2 I PbCrO4 PbI2

Jika Pb diidentifikasikan dengan larutan KI akan menghasilkan endapan kuning

Timbal juga dapat diidentifikasi dengan assam klorida (HCl) encer yang akan menghasilkan endapan putih Pb 2+ + 2 ClPbCl2

Sedangkan jika diidentifikasi dengan hidrogen Sulfida (H2S) dalam suasana asam encer atau netral, akan menghasilkan endapan hitam Pb 2+ + H2S Merkuri (II) (Hg2+) 350 C. Merkuri tidak bereaksi PbS2 + H2

Merkuri adalah logam cair berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan memiliki masa jenis 13,354 gr/ml pada suhu

dengan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) encer, tapi merkuri dapat bereaksi dengan asam nitrat (HNO3) yang dingin. 6 Hg + 8 HNO3 endapan hitam 2 Hg22+ + NO3- + NH3 + H2O Perak (Ag+) HgO.Hg + 2 Hg + 3 NH4 3 Hg22+ + 2 NO + 6 NO3- + 4 H2O Merkuri juga dapat bereaksi dengan ammonia (NH3) yang akan menghasilkan

Perak adalah logam putih yang dapat ditempa dan diliat. Perak tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1 M) atau asam nitrat encer (2 M). Perak membentuk ion monovalen dalam larutan tidak berwarna. Ag+ dapat identifikasi dengan larutan NH3 akan menghasilkan endapan cokelat perak oksida. 2 Ag+ + 2NH3 + 3 H2O Ag2O + 2 NH4+

Sedangkan jika diidentifikasi dengan asam nitrat akan menghasilkan endapan putih. 3 Ag2S + 2 HNO3 S + 2 NO + 3 Ag2O + H2O

(Underwood,2002). Kation-kation golongan kedua menurut teori dibagi dua sub golongan yakni sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam amonium pousilfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub golongan arsenik melarut dengan membentuk garam. Sub golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbal (II), bismut (II), tembaga (II), dan cadmium (II), meskipun bagian terbesar ion timbal (II)

diendapkan dengan asam klorida encer bersama-sama ion-ion dari golongan I. Pengendapan ini agak kurang sempurna diakibatkan oleh kelarutan timbal (II) klorida yang relatif tinggi sehingga pengendapannya kurang sempurna (keenan,1989). Cadmium (II) (Cd2+) Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan diliat. Jika Cadmium (II) direaksikan dengan KCN akan terbentuk endapan putih cadmium sianida (Cd(CN)2) Cd2+ + 2 CNCd(CN)2 Bila cadmium dialirkan dengan gas hidrogen sulfida, maka cadmium sulfida akan mengendap dan menghasilkan endapan kuning. (Cd(CN)4)-2 + H2S Tembaga (II) (Cu2+) Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat sedikit larut. Jika tembaga (II) direaksikan dengan K4Fe ((CN)6)-4 akan menghasilkan endapan kemerahan coklat 2 Cu2+ + Fe((CN)6)-4 Cu(Fe(CN)6) CdS + 2 H+ + 4 CN-

Jika diendapkan dengan hidrogen sulfida maka akan menghasilkan endapan hitam

Cu2+ + H2S 2 Cu2 + 5 I( keenan, 1989 ).

CuS

+ 2 H+ + I5-

Jika diendapkan dengan Iodida maka larutannya berwarna coklat tua 2 Cu

10

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 3.1.1

Alat dan bahan Alat-alat Tabung reaksi Rak tabung reaksi Pipet tetes Sikat tabung Ag+ Pb2+ Hg22+ Cu2+ Cd2+ Hg2+ HCl 6 N K2CrO4 Na2S K4Fe(CN)6 KCN KI Akuadest Tissue gulung Sabun cair Kertas Label

3.1.2

Bahan-bahan -

3.2 3.2.1

Prosedur Percobaan Kation golongan I a. Ag+ dengan HCl 6 N

11

Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Ag+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Ag+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

b. Ag+ dengan K2CrO4 Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Ag+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Ag+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

c. Pb2+ dengan HCl 6 N Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Pb2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Pb2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

d. Pb2+ dengan K2CrO4 Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Pb2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Pb2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

e. Hg22+ dengan HCl 6 N Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Hg22+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Hg22+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi
2+

f. Hg2 dengan KI Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

12

Dimasukkan Hg22+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg22+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

3.3.2

Kation-kation Golongan II a. Cu2+ dengan Na2S Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Cu2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cu2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

b. Cu2+ dengan K4Fe (CN)6 Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Cu2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan K4Fe (CN)6 kedalam tabung reaksi berisi Cu2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

c. Cd2+dengan Na2S Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Cd2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cd2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

d. Cd2+dengan KCN Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Cd2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan KCN kedalam tabung reaksi berisi Cd2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi
2+

e. Hg dengan Na2S Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

13

Dimasukkan Hg2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Hg2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

f. Hg2+ dengan KI Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades Dimasukkan Hg2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mula Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg2+ Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 No 1

Hasil Pengamatan Perlakuan Kation Golongan I a. Ag+ - Sampel ditambahkan HCl 6 N Larutan berwarna putih dan terdapat endapan - Sampel ditambahkan K2CrO4 b. Pb2+ - Sampel ditambahkan HCl 6 N - Sampel ditambahkan K2CrO4 - Sampel ditambahkan Na2S c. Hg22+ - Sampel ditambahkan HCl 6 N - Sampel ditambahkan KI Larutan bening Larutan bening Tidak berubah, larutan bening Endapan larutan berwarna kuning tua Endapan berwarna hitam Terdapat endapan merah bata Pengamatan

2.

Kation Golongan II a. Cu2+ - Sampel ditambahkan Na2S - Sampel ditambahkan K4Fe (CN)6 b. Cd2+ - Sampel ditambahkan Na2S - Sampel ditambahkan KCN c. Hg2+ - Sampel ditambahkan Na2S - Sampel ditambahkan KI Larutan hitam Larutan orange Larutan berwarna kuning Larutan bening Larutan hitam pekat Endapan merah coklat

15

4.2 4.2.1

Reaksi Reaksi kation golongan I a. Argentium (Ag+) AgNO3 + HCl 2 Ag+ + K2CrO4 AgCl (Putih) Ag2CrO4 (Merah bata) b. Plumbum (Pb2+) Pb (NO3)2 + 2 HCl PbCl2 + K2CrO4 Pb2+ + Na2S PbS PbCl2 + 2 HNO3 (Putih) Pb CrO4 + 2 Na+ + 2 KCl + 2 K+ + HNO3

(Kuning tua) -

(Hitam) c. Merkuri (Hg22+) Hg22+ + 2 HCl Hg22+ + 2 KI Hg2Cl2 + 2H+ (Putih) Hg2I2 (Hijau) 4.2.2 Reaksi Kation Golongan II a. Cupri (Cu2+) CuSO4 + Na2S 2CuS + K4Fe(CN)6 CuS (Hitam) Cu2Fe(CN)6 + 2K2S + Na2SO4 + 2k+

(Merah coklat) b. Cadmium (Cd2+) Cd2+ + Na2S CdS (Hitam) + 2 Na+

16

Cd2+ + 2 KCN

Cd (CN)2 (Bening)

+ 2 K+

c. Merkuri (Hg2+) HgSO4 + Na2S HgS + 2 KI HgS (Hitam) HgI2 (Orange) + K2S + Na2SO4

4.3

Pembahasan Kimia analitik bisa dibagi menjadi bagian bidang-bidang yang disebut

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualntitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel, contohnya kita dapat mengetahui kadar besi secara permanganometri atau mengetahui kalsium secara kompleksometri. Sedangkan analisis kualititatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya, sebagai contoh apabila disediakan larutan sampel dapat ditentukan unsur-unsur yang terdapat dalam larutan tersebut, dapat dilakukan dengan metode uji kation. Dalam analisa kualitatif terdapat tiga macam pereaksi yaitu pereaksi selektif, pereaksi spesifik, dan pereaksi sensitif. Pereaksi selektif adalah suatu pereaksi yang hasil reaksinya dapat mengelompokkan beberapa ion-ion pada kelompok atau golongan tertentu, contohnya untuk kation golongan I seperti Ag+ dan Pb+ akan menghasilkan endapan putih bila direaksikan dengan HCl, sedangkan untuk kation golongan II seperti Cu2+ dan Cd2+ akan menghasilkan endapan hitam ketika direaksikan dengan Na2S. Pereaksi spesifik adalah pereaksi yang hasil reaksinya khas antara bahan dengan pereaksi spesifik dari bahan tersebut, contohnya Ag+ akan menghasilkan endapan merah bata ketika direaksikan dengan K2CrO4 sedangkan Pb2+ akan menghasilkan endapan kuning tua disini K2CrO4 merupakan pereaksi spesifik yang akan memberikan warna atau hasil yang khas untuk setiap kation yang direaksikan dengannya. Pereaksi sensitif adalah pereaksi yang walaupun ditambahkan sedikit bahan dengan kosentrasi

17

yang rendah akan dapat menghasilkan hasil yang jelas, contohnya nesslers merupakan pereaksi sensitif untuk NH3+ yang akan menghasilkan endapan coklat tua. Dalam kation ada beberapa golomgan yang memiliki cirri khas tertentu, dalam percobaan ini akan dilakukan percobaan kation pada golongan I dan II. Golongan I mengandung logam yang kloridanya tidak atau sukar larut dalam asam-asam encer. Kation-kation golongan I ini diendapkan dengan pereaksi HCl. Ion golongan I adalah Hg,Ag,dan Pb. Golongan II mengandung logam-logam yang kloridanya larut tetapi sulfidanya tidak larut meskipun dalam asam-asam encer. Kation-kation golongan ini membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (H2S). Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd, As, Sb dan Sn. Pada percobaan pertama yaitu analisa kualitaatif untuk kation-kation golongan I. Percobaan ini menggunakan Ag+, Pb+ dan Hg22+. Untuk Ag+ ketika ditambahkan HCl 6 N larutan menjadi berwarna putih dan terdapat endapan putih. Ag+ ditambahkan K2CrO4 larutan terdapat endapan merah hati. Untuk Pb2+ ketika ditambahkan HCl 6 N larutan berwarna bening sedangkan ketika ditambahkan Na2S larutan terdapat endapan hitam ini dikarenakan Pb2+ dapat tergolong dalam golongan I dan II tergantung kosentrasinya untuk Pb2+ dengan kosentrasi rendah masuk dalam golonga I sedangkan Pb2+ dengan kosentrasi tinggi (pekat) masuk dalam golongan II, ketika Pb2+ ditambahkan K2CrO4 larutan menjadi berwarna kuning tua. Untuk Hg22+ ketika ditambahkan HCl 6 N dan KI tidak mengalami perubahan (larutan tetap bening) pada kenyataan yang sebenarnya ketika Hg22+ direaksikan dengan HCl akan menghasilkan larutan berwarna putih dengan endapan yang berwarna putih juga, sedangkan ketika direaksikan dengan KI larutan akan menghasilkan endapan hijau, pada percobaan tidak terjadi perubahan karena terjadi kesalahan pada pembuatan reagen Hg22+ , Hg22+ hanya bereaksi dan dapat larut sempurna ketika dilarutkan dengan menggunakan aquaregia yaitu campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan 3 : 1, tetapi karena pada pembuatannya Hg22+ yang merupakan logam berat tidak dilarutkan dengan

18

aquaregia maka larutan Hg22+ yang dihasilkan tidak dapat bereaksi dengan sempurna ketika ditambahkan kedalam reagen dalam hal ini HCl dan KI. Dari percobaan pertama dapat dsampaikan bahwa HCl merupakan pereaksi selektif untuk golongan I, hal ini dapat terlihat dari hasil reaksi antar HCl dengan kation-kation golongan I akan menghasilkan larutan berwarna putih dengan endapan yang juga berwarna putih. K2CrO4 merupakan pereaksi spesifik hal ini terlihat dari hasil reaksi yang khas bila K2CrO4 direaksikan dengan kationnya, seperti Ag+ ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan merah bata sedangkan Pb2+ ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning tua (warna khas untuk kation yang berbeda). Pada percobaan kedua dilakukan analisa kualitatif untuk kation-kation golongan II. Sampel yang digunakan adalah Cu2+, Cd2+, Hg2+. Untuk Cu2+ ketika ditambahkan Na2S terdapat endapan hitam dan ketika ditambahkan K4Fe(CN)6 terdapat endapan merah coklat. Untuk Cd2+ ketika direaksikan dengan Na2S hasil reaksi berwarna kuning dan ketika direaksikan dengan KCN larutan tidak berubah warna dan tetap bening, pada kenyataan yang sebenarnya ketika Cd2+ direaksikan dengan KCN akan menghasilkan larutan berwarna kuning kenari kesalahan yang terjadi disebabkan Cd2+ yang digunakan sudah terkontaminasi dengan pengotorpengotor yang terdapat di lingkungan sekitar karena sudah terlalu lama tidak digunakan. Untuk Hg2+ ketika direaksikan dengan Na2S menghasilkan endapan hitam dan ketika direaksikan dengan KI menghasilkan endapan orange. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu larutan mengandung Hg2+ atau Hg22+ yaitu dengan mereaksikannya dengan larutan KI, apabila hasilnya terdapat endapan hijau berarti larutan tersebut positif mengandung Hg22+ sedangkan apabila hasilnya terdapat endapan orange berarti larutan tersebut positif mengandung Hg2+. Dari percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa Na2S merupakan pereaksi selektif untuk golongan II, hal ini dapat terlihat dari hasil reaksi antara Na2S dengan kation-kation golongan II akan menghasilkan larutan dengan endapan hitam, K4Fe(CN)6 merupakan pereaksi spesifik untuk Cu2+ dengan hasil reaksi

19

terdapat endapan merah cokelat dan KCN merupakan pereaksi spesifik untuk Cd2+ dengan hasil reaksi larutan berwarna kuning kenari. Kelarutan suatu unsur atau senyawa dipengaruhi oleh beberapa faktorfaktor antara lain : a. Temperatur Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat pula kelarutannya. Hal ini disebabkan tumbukan antar partikel semakin cepat sehingga mengakibatakan cepatnya suatu reaksi terjadi b. Pelarut Garam organik lebih dapat larut dalam pelarut organik. Hal ini disebabkan ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang lebih besar terhadap molekul pelarut organik c. Efek ion sekutu Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dalam air murni dan pada suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan d. Pengaruh aktifitas Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan e. Pengaruh pH Ion hidrogen yang bersenyawa dengan cairan suatu garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam itu f. Efek kompleks Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung pada kosentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu g. Tekanan dan Volume Tekanan dan volume berbanding terbalik terhadap kelarutan. Apabila tekanan kecil, volume akan membesar dan tingkat kelarutannya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Dalam percobaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang membuat hasil percobaan menjadi kurang maksimal antara lain :

20

Reagen yang digunakan sudah mendekati expired, sehingga larutan yang dihasilkan menjadi tidak baik dan hasil percobaan kurang tepat

Kosentrasi reagen yang terlalu pekat sehingga menimbulkan hasil yang tidak diinginkan

Alat-alat yang tidak bersih membuat hasil akhir kurang tepat Penambahan reagen yang terlalu sedikit atau terlalu berlebihan membuat hasil percobaan menjadi kurang maksimal.

21

BAB 5 PENUTUP

5.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan analisa kation logam-logam golongan I dan II

dapat disimpulkan bahwa : Berdasarkan percobaan kation-kation golongan I antara lain Ag+, Hg22+, dan Pb2+ sedangkan untuk kation-kation golongan II antara lain Cd2+, Hg 2+,Cu 2+ Pereaksi selektif untuk golongan I adalah HCl menghasilkan larutan dengan endapan putih ketika direasikan dengan kation golongan I, sedangkan pereaksi selektif untuk golongan II adalah Na2S yang menghasilkan endapan hitam ketika direaksikan dengan kation golongan II Pereaksi spesifik untuk Ag+ adalah K2CrO4 yang menghasilkan larutan merah hati, untuk Pb2+ adalah K2CrO4 yang menghasilkan larutan berwarna kuning, untuk Hg22+ adalah KI yang menghasilkan endapan hijau, untuk Cu 2+ adalah K4Fe(CN)6 yang menghasilkan endapan merah cokelat, untuk Cd2+ adalah KCN yang menghasilkan endapan orange Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain temperatur, pelarut, efek ion sekutu, pH, efek kompleks, tekanan dan volume Pb2+ direaksikan dengan HCl dan Na2S karena Pb2+ dapat termasuk dalam golongan I dan II tergantung dari kosentrasinya, bila Pb2+ konsentrasinya kecil (encer) maka larutan teersebut masuk golongan I tetapi jika Pb2+ kosentrasinya besar (pekat) maka larutan tersebut termasuk golongan II, dalam percobaan Pb2+ berubah warna menjadi hitam ketika direaksikan dengan Na2S itu menandakan larutan Pb2+ tersebut kosentrasinya besar sehingga masuk golongan II.

5.2

Saran Sebaiknya pada percobaan analisa kation golongan I dan II pereaksinya

ditambah menggunakan pereaksi NaOH agar praktikan dapat lebih memahami dan

22

mengetahui perbedaan antara pereaksi-pereaksi yang digunakan terhadap kationkation golongan I dan II

23

DAFTAR PUSTAKA
Day dan Underwood .2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga Harjadi,W.1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Keenan,W. K. dan Wood, J. H. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Svehla,G. 1989. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: Kalmah Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai