FARMASI FISIKA II
RANGKUMAN MATERI
OLEH :
NISRINA MUSLIHIN
O1A114078
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2015
BAB 14
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai
peristiwa berikut :
1) Kestabilan dan tak tercampurkan proses laju umumnya adalah sesuatu yang
menyebabkan ketidakaktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya
khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari
obat tersebut.
2) Disolusi, di sini yang diperhatikan terutama kecapatan berubahnya obat dalam
bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekuler.
3) Proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi, beberapa proses ini berkaitan dengan laju
absorpsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh, dan laju
pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti
metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur- jalur
pelepasan.
4) Kerja obat pada tingkat molekuler obat dapat dibuat dalam bentuk yang tetap
dengan menganggap timbulnya respons dari obat merupakan suatu proses laju
(Martin, dkk, 1993).
Orde reaksi adalah besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Orde
reaksi dapat ditentukan berdasarkan data percobaan dengan menggunakan persamaan umum
laju reaksi. Adapun persamaan umum laju reaksi untuk reaksi p A+q B → r C+ s D adalah :
v = k[A]x[B]y;
keterangan : v = laju reaksi;
k = konstanta laju reaksi; dan
[A] = konsentrasi pereaksi A.
[B] = konsentrasi pereaksi B
x = orde reaksi terhadap A
y = orde reaksi terhadap B
x+y = orde reaksi total
Reaksi Orde Satu
Suatu reaksi dikatan berorde satu terhadapa salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi tersebut. Jika konsentrasi pereaksi tersebut
dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 3 1 atau tiga kalinya. Persamaan laju reaksi
yaitu v = k [A] .Pada reaksi prde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :
dA
- = k1 [A]
dt
dA
- = k1 dt
[ A]
[ A0]
ln = k1 (t – t0 )
[ A]
Bila t = 0 A = A0
ln [A] = ln [A0 ] - k1 t
[A] = [A0 ] e-k 1 t
Tetapan laju (k1 ) dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t, dengan –k 1 sebagai gradiennya.
ln [A] 0
ln [A]
gradien = -k 1
Waktu paruh (t1/2 ) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan hanya tinggal
setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh dinyatakan sebagai
1 1
k1 = ln
t1/2 1 / 2
0,693
k1 =
t1 / 2
dA
- = k2 [A]2
dt
dA
- = k2 t
[A]2
1 1
- = k2 (t – t0 )
[ A] [ A0]
Tetapan laju (k2 ) dapat dihitung dari grafik 1/A terhadap t dengan k 2 sebagai gradiennya.
gradien = -k 2
ln 1/[A]
ln 1/[A] 0
Gambar 6.2. Grafik ln 1/[A] terhadap t untuk reaksi orde dua
1
t1/2 =
k 2[ A0]
A - A0 = - k0 . t
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.
100 0
95 2
90 4
85 6
80 8
75 10
70 12
Berdasarkan data tersebut dibuat grafik hubungan konsentrasi obat terhadap waktu,
dan diperoleh suatu garis lurus sebagai berikut :
K adalah tetapan laju reaksi order ke satu dn dinyatkn dalam satuan waktu-1 (misal :
jam-1 ). Integrasi persamaan 1.3 menghasilkan persamaan berikut :
Log A = - K t + log A0 (1.4)
2,3
Berikut adalah contoh perhitungan parameter kinetika obat menggunakan order satu :
Seorang farmasis menimbang tepat 10 g obat dan dilarutkan dalam 100 ml air.
Larutan disimpan pada suhu kamar dan diambil cuplikan larutan itu secara berkala untuk
ditentukan kadarnya. Farmasis tersebut memperoleh data sebagai berikut :
Konsentrasi obat (mg/ml) Waktu (jam) Log konsentrasi
100 0 2
50 4 1,7
25 8 1,4
12,5 12 1,4
6,25 16 0,8
3,13 20 0,5
1,56 24 0,2
Berdasarkan data tersebut dibuat grafik hubungan konsentrasi obat terhadap waktu,
dan diperoleh suatu garis lurus sebagai berikut :
Gambar 4. Laju reaksi order satu
Harga t1/2 reaksi order satu adalah konstan, dan dapat diperoleh dari dua titik
manapun.
t1/2 = 0,693
K
Dalam contoh ini, t1/2 adalah 4 jam, maka ketetapan laju reaksi order satu dapat diperoleh
dengan cara (a) mengalikan 2,3 dengan slop atau (b) membagi 0,693 dengan t 1/2 .
(a) Slop = -K = log y2 – log y1 7
2,3 x2 – x1
-K = 2,3 (log 50 – log 100)
4 -0
-K = 0,173 jam-1
(b) –K = 0,693
t1/2
K = 0,693 = 0,173 jam-1
4
Dalam urutan reaksi di mana satu langkah jauh lebih lambat dibandingkan semua
langkah berikutnya yang mengarah ke produk, tingkat di yang produk terbentuk mungkin
tergantung pada tingkat semua langkah-langkah sebelumnya langkah lambat tapi tidak
tergantung pada setiap dari langkah-langkah berikut. Langkah paling lambat dalam urutan
reaksi disebut, agak menyesatkan, langkah tingkat-menentukan reaksi.
peningkatan lebih lanjut dalam pH dari sekitar 3 sampai 7 hasil di linear peningkatan
tingkat, seperti yang diharapkan dari persamaan (14-134), untuk spesifik ion hidroksida
katalisis. Dekat pH 3, minimum diamati yang tidak dapat dikaitkan baik ion hidrogen atau
partisipasi ion hidroksil dalam reaksi. minimum ini merupakan indikasi dari efek katalitik
pelarut, yaitu, un-terionisasi air dapat dianggap sebagai spesies bereaksi. Karena
kemerdekaan pH reaksi ini, hukum laju adalah diberikan oleh
dP
= Ko (S)
𝑑𝑡
Kobs = Ko
6. Memahami dasar teori tahap transisi dan aplikasi untuk kinetika kimia.
Sebuah alternatif untuk teori tabrakan adalah tahap transisi. Teori atau teori tingkat
absolut, yang menurut keseimbangan dianggap ada antara reaktan yang normal molekul dan
kompleks diaktifkan dari molekul-molekul ini. Dekomposisi dari kompleks diaktifkan
mengarah ke produk. Untuk proses bimolekular , reaksi dapat ditulis sebagai
A+B → [ A ··· B] → P
molekul reaktan molekul transisi produk rekasi
[ 𝐴 ··· 𝐵] ‡
=K‡
[ 𝐴 ][𝐵]
laju = vK‡ [ A][B]
7. Jelaskan pengaruh suhu, kekuatan ionik, pelarut, pH, dan konstanta dielektrik pada
tingkat reaksi.
1. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau
energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. dengan
frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadiya tumbukan efektif
yang mampu enghasilkan reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur juga mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat yang
energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif.
Hal ini karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi aktivasi. Dengan
menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial sehingga ketika
bertumbukan akan menghasilkan enrgi.(Utami, 2009)
Archenius, seorang ahli kimia Swedia mengemukakan persamaan empiriknya
pada tahun 1889 sebagai berikut:
𝐸 𝑙
log k = log A - 2.303 dengan:
RT
k = tetapan laju
R = tetapan gas
T = temperatur absolut
e = 2,71828
Grafik log k terhadap 1/T menghasilkan garis lurus dengan slope =- dan intersep.
(Supardi, 2008)
2. kekuatan ionik
Bronsted, Bjerrum dan other memperlihatkan bahwa laju reaksi ionik bergantung
pada kekuatan ionik dari larutan, karena kekuatan ionik dari larutan dapat dirubah
dengan penambahan garam ionic, ini dikenal sebagai efek garam primer.
Dasar teori untuk pengaruh kekuatan ionic pada konstanta laju reaksi diturunkan
sebagai berikut :
A + B X+ produk
Konstanta ketimbangan untuk reaksi ini didefinisikan dalam istilah aktivitas relatif.
Aktivitas relatif a dari suatu larutan diberikan oleh :
a c
K
aX
X
X
(8.7)
a A aB AB A B
Oleh karena :
X K AB
A B
(8.8)
X
Telah diasumsikan bahwa laju reaksi diatas hanya bergantung pada konsentrasi
komplek teraktivasi sehingga laju reaksi v ditentukan oleh
d A d B
v
dt
dt
k' X (8.9)
tapi untuk reaksi ini laju v dan konstanta laju k r dihubungkan dengan
v kr AB (8.11)
Kombinasi persamaan 8.10 dan 8.11 menghasilkan
A B
kr k ' K (8.12)
X
k 0 adalah konstanta laju pada larutan encer tak berhingga (kekuatan ionik nol) bila
koefisien aktivitas sama dengan nol. Oleh karena itu dalam kondisi ini
k0 k ' K
sehingga
A B
k r k0 (8.13)
X
Dalam bentuk logaritma
log10 kr log10 k0 log10 A B (8.14)
X
Dari hukum pembatas Debye-Hiickel, koefisien aktivitas dari ion i dengan muatan
zi dihubungkan dengan kekuatan ionik I oleh
log10 i Azi
2
I
log10
A B
X
2
A I Z A Z B Z A Z B
2 2
Karena muatan pada komplek adalah jumlah dari dua muatan pada ion-ion yang
bereaksi yaitu
A B
log10 2 AzA zB I (8.15)
X
intersep sama dengan log 10 k0 . Untuk larutan encer pada 25 c, konstanta Debye-
k
log10 r 2 AzA zB I (8.17)
ko
Oh karena itu plot log10 k r k0 terhadap I adalah linear. Gambar 8.5
Terlihat bahwa untuk reaksi antara ion muatan sama slope adalah positif. Reaksi
demikian memperlihatkan bahwa efek garam positif;yaitu laju reaksi meningkat
dengan naiknya kekuatan ionik. Untuk reaksi antara ion muatan berlawanan slope
adalah negatif. Ini sesuai dengan efek garam negatif dan laju reaksi menurun
dengan meningkatnya kekuatan ionik. Reaksi antara ion dan mulekul netral seperti
asam atau hidroliis alkalin dari estes tidak memberikan efek garam primer.
3. pelarut
semakin tinggi tetapan dielektrik semakin tinggi kepolaran, semakin SN1 disukai.
4. pH
5. konstanta dielektrik
Konstanta dielektrik berhubungan dengan suatu zat. Zat yang memiliki konstanta
dielektrik dengan nilai yang tinggi merupakan zat yang bersifat polar. Sebaliknya, zat
yang konstanta dielektriknya rendah merupakan senyawa nonpolar.
Efek konstanta dilektrik terhadap kontanta laju reaksi ionik yang diekstrapolasikan
sampai penngenceran tidak terbatas, yang pengaruh kekuatan ionnya adalah nol, sering
menjadi informasi yang diperlukan dalam pengembangan obat baru. Untuk reaksi antar
ion dengan muatan berlawanan, efek konstanta dielektrik daari pelarut mengakibatkan
penurunan konstanta laju reaksi. Ssedangkan ion-ion dengan muatan yang sama terjadi
sebaliknya, kenaikan konstanta dilektrik mengakibatkan kenaikan laju reaksi.
Menurut Dadang (2012) Konstanta dielektrik menggambarkan tingkat kepolaran
media. Konstanta dilektrik dapat diketahui dengan mengukur kemampuan media untuk
mengahantarkan listrik. Konstanta dielektrik air paling besar karena air sangat baik
menghantarkan listrik. [2]
contohnya adalah asetosal yang pelarut dibuat dalam komposisi yang
berbeda-beda seperti pada tabel berikut.
Cairan propilien glikol memiliki sifat yang lebih kental cairannya dibandingkan air
dan alkohol. Pada saat pencampuran ketiga cairan, propilen glikol tidak bisa cepat larut,
diperlukan pengocokkan untuk menghomogenkan cairan tersebut.
Dalam sebuah teks referensi yang sangat baik untuk apoteker, Connors dkk.
dijelaskan perhitungan sederhana yang memfasilitasi praktis
pemahaman efek suhu. Dengan menggunakan metode ini,
satu dapat memperkirakan efek dari 10
kenaikan suhu pada
stabilitas obat-obatan. Sama seperti yang dilakukan pada Contoh
14-7, ini disebut Q
10
◦
Metode bergantung pada rasio reaksi
konstanta tingkat di dua temperatur yang berbeda. Kuantitas Q
awalnya didefinisikan oleh Simonelli dan Dresback
15
sebagai
𝐾(𝑇 + 10)
Q10 =
𝐾𝑇
Q 10 adalah faktor dimana tingkat konstan meningkat untuk
10 ◦ C kenaikan suhu. Q Faktor dapat dihitung dari persamaan berikut:
𝐸𝑎) 1) 1
Q10 = exp[− ( − )]
R T + 10 T
Jika energi aktivasi diketahui, maka nilai Q dapat diperoleh dari persamaan (14-83). Q
metode pendekatan berguna untuk membuat perkiraan cepat. Sebagaimana dicatat
oleh Connors et al., 1 energi aktivasi untuk dekomposisi obat biasanya jatuh di
kisaran 12 sampai 24 kkal / mol, dengan nilai- nilai khas 19-20 kkal / mol. Untuk
membuat perkiraan ketika E
tidak diketahui, adalah wajar untuk menggunakan nilai-nilai khas untuk menghitung
Q
nilai- nilai. Misalnya, menggunakan Persamaan (14-83), wehaveQ 10 10 = 2, 3, dan 4
ketika E
= 12.2, 19.4, dan masing- masing, saat suhu naik dari 20 Sebuah C ke 30 C.
perhitungan sederhana ini menunjukkan bahwa degradasi tingkat agen farmasi yang
paling akan meningkat dua sampai empat kali, dengan rata-rata tiga kali, untuk 10 ◦ C
kenaikan
suhu berkisar (dari 20 ◦ C ke 30 C) yang khas konsumen akan mengalami. Lebih maju
siswa dapat tertarik generalisasi Q 10 ◦ Pendekatan untuk memperkirakan efek
meningkatkan atau menurunkan suhu dengan variabel jumlah.
1. Konsentrasi
Konsntrasi semakin besar maka jumlah partikel yang bertumbukan semakin banyak.
2. Suhu
Semua Laju reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Semakin besar
suhu, maka laju reaksi semakin besar (laju reaksi semakin cepat).
Rumus :
v1 = 2q.vo
Secara Umum :
Keterangan :
n = koefisien suatu reaksi (laju reaksi berlangsung n kali lebih cepat setiap
kenaikan a0 C)
T0 = suhu mula-mula
T1 = suhu akhir
Federal Food, Drug, dan Kosmetik Act mengharuskan produsen membangun kontrol
untuk pembuatan, pengolahan, pengepakan, dan memegang produk obat untuk memastikan
mereka keselamatan, identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian [§501 (a) (2) (B)].
Persyaratan untuk kontrol ini, juga dikenal sebagai yang baik saat ini praktek manufaktur,
ditetapkan dan dipantau oleh Food and Drug Administration (FDA). studi stabilitas
harus mencakup pengujian atribut-atribut dari zat obat atau produk obat yang rentan terhadap
perubahan selama penyimpanan dan cenderung dalam kualitas pengaruh, keselamatan, dan /
atau efficacy. Itu pengujian harus mencakup, sesuai, fisik, kimia, biologis, dan mikrobiologis
atribut, konten pengawet (misalnya, antioksidan, antimikroba pengawet), dan fungsi tes ality
(misalnya, untuk sistem pengiriman dosis). Sebagai bagian dari peraturan praktek manufaktur
saat ini baik, FDA mensyaratkan bahwa produk obat menanggung tanggal kedaluwarsa
ditentukan dengan pengujian stabilitas yang tepat .
Stabilitas produk obat perlu dievaluasi dari waktu ke waktu di sama kontainer-
penutupan sistem di mana produk obat dipasarkan. Dalam beberapa kasus,
Studi stabilitas dipercepat dapat digunakan untuk mendukung tentatif
tanggal kadaluwarsa dalam hal studi penuh rak-hidup adalah tidak tersedia. Ketika produsen
perubahan kemasan dari produk obat (misalnya, dari botol unit dosis), stabilitas pengujian
harus dilakukan pada produk dalam kemasan baru, dan berakhirnya kencan harus
mencerminkan hasil baru pengujian stabilitas. Studi stabilitas dipercepat dirancang untuk
meningkatkan laju degradasi kimia atau perubahan fisik dari zat obat atau produk obat
dengan menggunakan dibesar-besarkan kondisi penyimpanan sebagai bagian dari studi
stabilitas formal. Data dari studi ini, selain studi stabilitas jangka panjang,
dapat digunakan untuk menilai efek kimia jangka panjang di nonaccelerated kondisi dan
untuk mengevaluasi efek jangka pendek wisata di luar kondisi penyimpanan label seperti
kekuatan terjadi selama pengiriman. Hasil dari studi pengujian dipercepat tidak selalu
prediksi perubahan fisik. Stress testing bahan obat atau produk obat dapat membantu
mengidentifikasi degradasi produk mungkin, yang pada gilirannya dapat membantu
membangun jalur degradasi dan stabilitas intrinsik molekul dan memvalidasi kekuatan
stabilitas menunjukkan dari prosedur analisis yang digunakan. Sifat dari stress testing
akan tergantung pada zat obat individu dan jenis produk obat yang terlibat.
Metode pengujian dipercepat produk farmasi berdasarkan prinsip-prinsip kinetika
kimia ditunjukkan oleh Garrett dan Carper. Menurut teknik ini, nilai k untuk dekomposisi
obat dalam larutan di berbagai suhu yang tinggi diperoleh dengan memplot beberapa
fungsi konsentrasi terhadap waktu. Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas
produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui
pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan terhadap parameter–parameter
stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan netto volume sehingga dapat
ditetapkan tanggal kedaluwarsa yang sebenarnya.
Uji stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu
40±20C dan Rh 75% ± 5%). Interval pengujian dilakukan pada bulan ke – 3 dan ke-6.
Uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kadaluwarsa produk seperti
yang tertera pada kemasan. Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama
dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pengujian
dilakukan setahun sekali. Misalkan untuk produk yang memiliki ED hingga 3 tahun
pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan 36. Sedangkan produk yang
memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18 dan 20.Untuk uji
stabilitas jangka panjang, sampel disimpan pada kondisi:
Climatic chamber
Climatic chamber, suhu dan kelembapan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan. Climatic chamber ini biasa di-setting pada suhu 25±20C dan Rh 75±5%.
Uji stabilitas dilakukan terhadap produk baru atau setiap kali terjadi perubahan proses
produksi (alat baru atau metode pengolahan), perubahan formula, perubahan bahan awal dan
bahan pengemas. Sedangkan pada produk yang sudah tervalidasi namun tidak mengalami
perubahan selama proses produksi maka dilakukan post marketing stability test. Uji
ini dilakukan dengan mengambil sampel dari salah satu batch pertahun dari suatu produk,
kemudian dilakukan pengujian tiap 12 bulan sekali hingga masa kadaluwarsanya.
Pemantauan terhadap finished goods retained sample juga dilakukan. Untuk retained
sample dengan klaim penyimpanan pada suhu kamar, disimpan pada ruangan bersuhu 30 oC
dengan kelembapan yang tidak ditentukan. Retained sample diambil untuk
setiap batch dengan diambil secukupnya untuk dapat dilakukan dua kali analisis. Retained
sample yang diambil meliputi produk jadi, raw material dan bahan kemas. Finished goods
retained sample dengan klaim penyimpanan pada kondisi sejuk, disimpan di ruangan ber-
AC. Finished goods retained sample disimpan sampai satu tahun setelah kadaluwarsanya.
Dekomposisi padatan murni, sebagai kontras dengan lebih campuran kompleks bahan
dalam bentuk sediaan, telah belajar, dan sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan
bentuk kurva yang diperoleh ketika dekomposisi senyawa diplot terhadap waktu.
menggambarkan dekomposisi asam benzoat padat derivatif, seperti asam aminobenzoic, yang
rusak menjadi cair, anilin, dan gas, karbon dioksida. Plot
konsentrasi obat membusuk terhadap waktu menghasilkan sebuah sigmoidal kurva. Setelah
cairan mulai terbentuk, yang dekomposisi menjadi pertama-order reaksi dalam larutan.
Sistem farmasi single-komponen tersebut dapat menurunkan baik oleh zero-order atau
pertama-order reaksi. Hal ini sering sulit untuk menentukan pola yang
sedang diikuti ketika reaksi tidak dapat dilakukan melalui
sejumlah mencukupi setengah-hidup untuk membedakan antara nol dan ketertiban pertama.
Dosis Padat Formulir Dekomposisi obat dalam bentuk sediaan padat lebih
kompleks daripada pembusukan terjadi di negara murni individu senyawa. Reaksi mungkin
nol atau fi urutan pertama, tetapi dalam beberapa kasus, seperti dengan senyawa murni, itu
adalah sulit untuk membedakan antara keduanya. Mengamati askorbat yang
asam membusuk di tablet oleh pseudo fi reaksi pertama-order.
Di tablet dan bentuk sediaan padat lainnya, kemungkinan ada interaksi padat-padat.
Carstensen dkk. Dirancang program untuk menguji kemungkinan tidak kompatibel obat
dengan eksipien hadir dalam campuran padat. Obat ini dicampur dengan berbagai bahan
pembantu di hadapan dan tidak adanya dari 5% kelembaban, disegel dalam botol, dan
disimpan selama 2 minggu Visual observasi dilakukan dan sampel yang diuji untuk interaksi
kimia dengan kromatografi lapis tipis. Itu Metode kualitatif tetapi, di preformulation industri,
menyediakan teknik skrining yang berguna untuk mengungkap kemungkinan tidak
kompatibel antara bahan aktif farmasi dan aditif sebelum memutuskan pada bentuk sediaan
yang cocok.
solid-state
karakteristik reaksi pameran sangat berbeda dari reaksi dalam keadaan cair atau gas karena
molekul dari padat di negara kristal. Kuantitatif dan teoritis pendekatan untuk mempelajari
kinetika solid-state berada pada mereka perbatasan, yang, ketika dibuka, akan mungkin
mengungkapkan baru dan daerah berbuah kimia dan ilmu obat. Para penulis
mengklasifikasikan reaksi solid-state sebagai Selain itu ketika dua padatan, A dan B,
berinteraksi untuk membentuk padat baru, AB. Sebagai contoh, asam pikrat bereaksi dengan
naftol untuk membentuk apa yang disebut sebagai pikrat. Jenis kedua reaksi solid-state
adalah proses pertukaran, di mana padat A bereaksi dengan SM solid untuk membentuk padat
AB dan melepaskan padat C. reaksi padat-gas merupakan kelas lain, yang oksidasi askorbat
padat asam dan fumagillin padat adalah contoh terkenal. Jenis lain proses solid-state
termasuk transisi polimorfik, sublimasi, dehidrasi, dan dekomposisi termal.
Ulasan eksperimental
BAB 15
1. Bedakan antara berbagai jenis interface dan menggambarkan contoh yang relevan dalam
ilmu farmasi.
2. Memahami tegangan permukaan syarat dan tegangan antar muka dan aplikasi mereka
dalam ilmu farmasi.
Tegangan muka terdapat pada batas cairan dengan uap jenuh di udara dan juga
antara muka cairan dengan cairan lain yang tidak bercampur. Tegangan muka zat cair di
akibatkan karena gaya yang bekerja pada zat cair tersebut. dalam keadaan diam, muka zat
cair akan membuat gaya tarik ke segala arah kecuali ke ata. Hal itu yang menyebabkan
adanya tegangan muka.
Tegangan muka dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Setiap
molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya tetapi di muka cairan.
Hanya ada moleul-molekul cairan di samping dan di bawah, di bagian atas tidak ada molekul
cairan lainnya. Karena molekul cairan saling tarik menarik satu dengan yang lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya, molekul cairan yang terletak dimuka ditarik oleh molekul cairan yang berada di
samping dan di bawahnya. Akibatnya pada permukaan cairan terdapat gaya total yang
berarah ke bawah. Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang
terletak di muka cenderung memperkecil luas mukanya.
Selain pada zat cair, tegangan juga dimiliki oleh zat padat. Tegangan pada zat
padat jauh lebih besar dari pada tegangan pada zat cair. Sesuai dengan teori partikel
menjelaskan bahwa antar partikel baik zat cair, padat dan gas memiliki gaya tarik-menarik.
Pada zat padat jarak antar partikel sangat dekat dan gaya tarik-menariknya sangat kuat,
sehingga partikel-partikelnya hanya dapat bergerak ditempatnya. Hal ini akan mengakibatkan
bentuk dan volume zat padat selalu tetap.
Pada zat cair jarak antar partikelnya renggang dan gaarik-menariknya tidak begitu
kuat, sehingga partikel-partikelnya dapat bergerak bebas tetapi gerakannya tidak dapat
menginggalkan kelompoknya. Itulah sebabnya bentuk zat cair selalu berubah-ubah sesuai
dengan tempatnya. Pada gas, jarak antar partikelnya berjauhan dan gaya tarik-menarik antar
partikelnya sangat lemah. Akibatnya gerakan partikel-partikelnya sangat bebas dan tidak
teratur. Itulah sebabnya bentuk dan volume gas selalu berubah sesuai dengan bentuk
wadahnya.
Terdapat beberapa metode penentuan tegangan muka yang banyak digunakan dan
semuanya berdasar fenomena yang berkaitan dengan tegangan muka, antara lain : tekanan
maksimum gelembung, kenaikan pipa kapiler, tetes, cincin.
Pada metode tetes, jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangan permkaan
sama dengan gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri. Harus diusahakan agar
jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh berat tetesannya sendiri dan bukan oleh sebab yang
lain.
Pada metode tetes, gaya berat cairan = mg, gaya tegangan muka , maka . Pada
percobaan ini,cairan juga akan ditentukan dengan membandingkan cairan yang telah
diketahui. Diambil volume tertentu yang sama dan dihitung jumlah tetesan yang terjadi.
Misalnya volume (V), berat jenis (d), massa satu tetes zat cair (m), dan jumlah tetesadalam
volume (n) maka,
Sehingga persamaannya menjadi
Sementara itu pada metode cincin, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan
cepat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan nama tensiometer
duitog, yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada salah satu lengan timbangan. Cincin
ini dimasukkan ke dalam cairan yang akan diselidiki tegangan mukanya dengan
menggunakan kawat. Lengan lain dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat ke
permukaan cairan.Dalam percobaan kali ini hanya akan menggunakan metode tetes.
Adapun faktor yang mempengaruhi tegangan muka antara lain adalah densitas,
konsentrasi, suhu, dan viskositas.
γ = F/d
dengan γ = tegangan permukaan (N/m atay Dyne/cm)
d = panjag permukaan (m atau cm) dimana dilai d adalah = 2l
Contoh Soal
Sebtang kawat dibengkokkan seperti huru U. Kemudian kawat kecil PQ yang bermassa 0,2
gram dipasang dalam kawat tersebut(perhatikan gambar). Kemudian kawat tersebut
dicelupkan ke dalam cairan sabun dan diangkat vertikal sehingga ada lapisan tipis sabun di
antara kawat tersebut. Ketika ditarik ke atas kawa kecil mengalami gaya tarik ke atas oleh
lapisan sabung. Agar terjadi keseimbangan, maka pada kawat kecil PQ digantungkan benda
dengan massa 0,1 gram. Jika panjang kawat PQ = 10 cm dan nilai gravitasi 9,8 m/s 2 , berapa
tegangan sabun tersebut?
Pembahasan:
Diketahui : Massa kawat = 0,2 gram = 2 x 10 -4 kg; Panjang kawat (l) = 10 cm = 10-1
m; Massa benda = 0,1 gram = 1 x 10-4 kg; g = 9,8 m/s2
Rumus
γ = F/d ( d = 2l)
F = berat kawat ditambah berat benda = 3 x 10 -4 kg x 9,8 = 2,94 x 10-3 N
γ = 2,94 x 10-3 / 2x 10-1 = 1,47 x 10-2 N/m. Jadi besarnya tegangan permukaan adalah
1,47 x 10-2 N/m.
5. Memahami mekanisme adsorpsi pada cair dan interface yang solid
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Kecuali
zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara : zat padat dan zat
cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan zat cair.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan yang
mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu proses maka
ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat
maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai adsorpsi.
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-
gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan
absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yan g
diserap hanya pada permukaan.
Jenis adsorpsi
Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Physisorption
(adsorpsi fisika) Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul
antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan
larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Physisorption ini
memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat
lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contoh : adsorpsi oleh arang aktif. Aktivasi arang aktif pada temperatur yang tinggi
akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin
besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada
permukaan media adsorpsi.
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam
larutan dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik,
yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya Van der
Walls atau melalui ikatan hidrogen. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung
mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Contoh : Ion
exchange.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Pada
suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Molekul-molekul
surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila gugus
polarnya yang lebih dominan. Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non
polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat
oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-
molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam
lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit natrium dedosil sulfat dapat dilihat
pada Gambar 2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog surfaktan
rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai.
Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai cmc dan juga
memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan cmc
hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun
cmc-nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik seperti
telihat pada Gambar 3.
Jenis-Jenis Surfaktan
Surfaktan terdiri dari beberapa jenis tergantung pada jenis muatan yang terdapat pada
“kepala” surfaktan tersebut. Jenis-jenis surfaktan yakni:
1. Surfaktan anionik.
Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif. Surfaktan jenis ini banyak
digunakan pada industri laundri dan juga efektif dimanfaatkan dalam proses perbaikan
atau perawatan tanah yang tercemar minyak dan senyawa hidrofobik lainnya. Surfaktan
ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air sadah bermuatan positif seperti
kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan deaktifasi parsial pada surfaktan.
Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di dalam air maka makin banyak pula
surfaktan anionik yang akan dideaktifasi.
Surfaktan anionik yang banyak digunakan adalah senyaw alkil sulfat, alkil etoksilat
dan sabun. Gambar 4 menunjukkan beberapa contoh surfaktan anionik.
2. Surfaktan kationik
Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air. Terdapat
tiga kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi aplikasinya, yakni:
a. Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan kationik menybabkan terjadinya
kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada produk-produk laundri sebagai
pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah esterquat.
b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan packing
molekul surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air. Contoh surfaktan ini
adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen disinfektan.
Contoh-contoh surfaktan kationik ditampilkan pada Gambar 5.
3. Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi dekativasi
kesadahan air. Kebanyakan surfaktan nonionik berasal dari ester alkohol lemak. Contoh
surfaktan ini adalah ester gliserin asam lemak dan ester sorbitan asam lemak. Gambar 6
menunjukkan representasi surfaktan nonionik.
Terdapat dua jenis utama emulsi pada sistem HLB, yakni minyak dalam air (O/W) dan air
dalam minyak (W/O). Fasa O/W merupakan fasa kontinyu. Bancroft mempostulatkan jika
terdapat campuran antara dua fasa dengan keberadaan surfaktan, maka pengemulsi
membentuk fasa ketiga sebagai film pada antarmuka diantara dua fasa yang bercampur
bersama.
Pada proses emulsifikasi dengan menggunakan kombinasi beberapa pengemulsi maka hilai
HLB dihitung menggunakan persamaan:
HLB rata-rata = X1 HLB1 + X2 HLB2
dimana X1 dan X2 merupakan fraksi berat surfaktan 1 dan 2 sementara HLB1 dan HLB2
adalah harga individu HLB surfaktan 1 dan 2.
Nilai masing- masing HLB surfaktan ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Sehingga apabila suatu campuran surfaktan dengan nilai HLB rata-rata 8, yang harus dibuat
dengan 10% cetyl alcohol (HLB cetyl alcohol = 15), maka campuran surfaktan satunya
adalah sebagai berikut:
Menjadi
8 = 0,1 . 15 + 0,9 . HLB2
8 = 1,5 +0,9 HLB2
0,9 HLB2 = 6,5
HLB2 = 6,5/0,9
HLB2 = 7,2
Berdasarkan tabel diatas, surfaktan yang memiliki nilai HLB berkisar antara 7,2 adalah
Petrolatum.
Sehingga bisa disimpulkan campuran surfaktan untuk mengemulsi minyak pada lenolin
terdiri dari campuran 10% cetyl alkohol dan 90% petrolatum.
Contoh Soal 2:
(20%) Sebuah gelembung busa mengapung dalam suatu system yang mempunyai harga wSL
dan ɣL 20 erg/cm2 dan 30 erg/cm2. Hitunglah harga ΔG1, ΔG2 dan Wprakt
Jawaban:
Jawab:
a) ΔG1 = (ΔASL) . ɣL
= (π r2 ) . ɣL
= (π (0,15)2 cm2 ) . 30 erg/cm2
= 0,07065 cm2 . 30 erg/cm2
= 2,1195 erg
b) WJL = 2 (ɣS . ɣL)1/2
20 erg/cm2 = 2 (ɣS. 30 erg/cm2 )1/2
10 = (ɣS . 30)1/2
100 = ɣS. 30
ɣS = 100 /3
ɣS = 3,33 erg/cm2
ɣSL = -17,88
Bagian ini akan membicarakan beberapa prinsip yang melibatkan permukaan yang
bermuatan dalam hubungannya dengan lingkungan cairan sekelilingnya. Pembicaraan tentang
penerapan yang muncul dari fenomena ini akan dibicarakan dalam bab yang berkenaan
dengan sistem koloid dan suspensi. Partikel-partikel yang terdispersi dalam media cair bisa
menjadi bermuatan terutama dengan salah satu dari dua cara. Yang pertama melibatkan
adsorpsi selektif dari spesies ionik tertentu yang ada dalam larutan. Dalam hal ini bisa suatu
ion yang ditambahkan pada larutan tersebut atau, dalam hal air murni, dapat berupa ion
hidronium atau ion hiaroksil. Kebanyakan partikel yang terdispersi dalam air menjadi
bermuatan negatif k.arena adsorpsi yang lebih menyukai ion hidroksil. Yang kedua, muatan-
muatan pada partikel timbul dari ionisasi gugus-gugus (seperti COOH) yang mungkin
terletak pada permukaan partikel. Dalam hal ini, muatan total adalah suatu fungsi pH. Yang
ketiga, yang kurang umum (jarang), asal muatan dari suatu perrnukaan partikel dianggap
timbul bila ada suatu perbedaan konstanta dielektrik antara partikel dan medium
pendispersinya.
Lapisan Listrik Ganda.
Bayangkan suatu permukaan padat yang berhubungan dengan suatu larutan polar
yang mengandung ion-ion, misalnya, suatu larutan air dari suatu elektrolit. Lebih lanjut,
misalkan bahwa sejumlah kation diadsorbsi pada permukaan tersebut, memberikan suatu
muatan positif. Yang tertinggal dalam larutan adalah sisa kation ditambah jumlah
keseluruhan anion yang ditambahkan. Anion-anion ini ditarik ke permukaan yang bermuatan
positif oleh gaya listrik yang juga bekerja menolak pendekatan kation-kation lebih lanjut,
begitu adsorpsi permulaan sempurna. Di samping gaya listrik ini, pergerakan yang -
disebabkan oleh panas cenderung untuk menghasilkan suatu distribusi yang sama dari semua
ion dalam lanttan. Akibatnya, suatu keadaan kesetimbangan terjadi di mana sejumlah anion
yang berlebih mendekati permukaan, sedang sisanya didistribusikan dalam jumlah yang
mengecil begitu kita menjauh dari permukaan yang bermuatan tersebut. Pada suatu jarak
tertentu dari permukaan tersebut, konsentrasi anion dan kation sama, yaitu, keadaan di mana
penetralan listrik dicapai. Adalah penting untuk diingat bahwa sistem tersebut secara
keseluruhan bersifat listrik netral, walaupun ada bagian-bagian di mana distribusi dari anion dan
kation tidak sama.
BAB 16
1. Membedakan antara berbagai jenis sistem koloid dan karakteristik utama mereka.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda
dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat,
baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid sangat
berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju,
nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian
juga merupakan sistem koloid. Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan
sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya
dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Larutan Sejati(Dispersi molekuler): Diameter partikel <10-7 cm,Homogen dan
transparan,Dispersan tidak tampak di bawah ultra,Tak dapat disaring dan Contoh: air gula,
alkohol dalam air. Koloid:Diameter partikel:10-7 - 10-5 cm,Dispersan tampak dibawah
ultra,Tidak dapat menembus membran semipermiabel mikroskop,dapat disaring dengan
kertas saring ultra,dan Contoh: susu. Suspensi: Diameter partikel >10-5 cm,Campuran
heterogen,Jika dibiarkan agak lama, dispersan akan mengendap, Tidak dapat menembus
membran.
Diatas adalah penjelas sedikit, untuk penjabaran yang lebih dalam silahkan anda baca
di bawah ini tentang 3 jenis sifat koloid :
Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
a. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah
paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
b. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat,
tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
c. Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu
di udara, asap pembakaran, dll.
Sifat-Sifat Koloid SOL
a. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena
itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system
koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang
tampak berwarna biru atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat
dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel
koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki
partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit
diamati.
b. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus
dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858),
seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan
pada permukaan air dean mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut
gerak brown.
c. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas
akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar
Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan
dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
d. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki
muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid.
Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid.
Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
1. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses
adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloiddapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis
muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga
bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan
mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol
AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk
gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk
gugus – COO-. Pada ph intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan –
NH3+ dan COO- saling meniadakan.
2. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
4. Elektroforesis :
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis. Femonema
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
e. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk
gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
1. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adaalh pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode
dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan
kehilangan muatannya.
2. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan
negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk
kogulasi.
3.Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan
negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif
akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi
lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.
4.Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel
sol dengan molekul- molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid.
f. Koloid pelindung
1. Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif
besar disebut koloid liofil.
2. Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif
kecil disebut koloid liofob.
3. Koloid lioil bersifat stabil, sedangkan koloid liofob kurang stabil. Koloid liofil yang
berfungsi sebagai koloid pelindung.
KOLOID EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat padat,
cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air dengan minyak). Pada
umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi dapat terlihat pada keadaannya yang
selalu keruh seperti; susu, santan, dsb. Untuk memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap
yang disebut emulgator.
Emulsi Gas
Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium
pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan
kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang
diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC
(klorofuorokarbon atau Freon). Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek
Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang
lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut
à merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling
melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair
ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu
sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang
terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air
dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi
butiran air dalam minyak).
Bagaimana air dan minyak dapat bercampur sehingga membentuk emulsi cair?
Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
(emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah
dispersiair dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang
digunakan harus dapat larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi
tersebut adalah senyawa organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian non-polar
akan berinteraksi dengan minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan bagian
yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi
bermuatan negative, maka pertikel-partikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan
tersebut akan mengakibatkan pertikel-partikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan
bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil. Contohnya: ada sabun yang merupakan garam
karboksilat. Molekul sabun tersusun dari “ekor” alkil yang non-polar (larut dalam minyak)
dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan
sabun dan deterjen memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian,
“ekor” non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel
pada air. Sehingga tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh
lebih mudah untuk menarik kotoran.
Beberapa sifat emulsi yang penting:
- Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming
atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai
pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel
minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada
emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air
akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses
demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang
dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
- Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.
Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan
terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
KOLOID BUIH
Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau
zat padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida
yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih
(surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid
umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat
pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang
tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi
kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan
mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas
adalah polihedral.
1. pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat
cair yang jauh berbeda,
2. terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat
tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
3. rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil,
maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya
yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).
Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:
- Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.
Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis
mengelilimgi gelembung- gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
- Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
- Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium
pendisperasi polistirena.
2. Memahami sifat optik utama koloid dan aplikasi dari sifat ini untuk analisis koloid,
Menghargai sifat kinetik utama koloid, dan Mengetahui jenis utama sistem
mikroskopis digunakan untuk analisis koloid.
Pada dasarnya sifat koloid dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sifat optik dan sifat
listrik. Yang termasuk pada Sifat-sifat optik koloid adalah efek Tyndall dan gerak
Brown. Sedangkan yang termasuk pada sifat listriknya meliputi sifat elektroforesis, adsorpsi,
koagulasi, koloid pelindung, dan dialisis.
a. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu
sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid
dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang
tampak berwarna biru atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat
dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel
koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki
partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit
diamati.
b. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus
dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858),
seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan
pada permukaan air dean mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut
gerak brown.
Bagaimana gerak brown dijelaskan?
Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas. System koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-
partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel
koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar
ukuran partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin
besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown
semakin lambat.
3. Memahami sifat listrik utama koloid dan aplikasi mereka untuk stabilitas,
sensitisasi, dan pelindung tindakan koloid.
Terdapat beberapa gaya yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
Gaya tarik – menarik atau biasa dikenal dengan gaya London – Van der Waals.
Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul dan akhirnya mengendap.
Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya
tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat
meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada
permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi.
Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
Didalam kehidupan banyak sistem koloid yang kita jumpai. Air kelihatan jernih terjadi
setelah didiamkan beberapa hari terjadi endapan putih/kuning. Ternyata air ini mengandung
batu kapur atau besi yang seakan-akan larut namun sebetulnay bentuknya larutan koloidal.
Didalam farmasi system koloid banyak digunakan. Beberapa senyawa misalnya : perak
koloid/argentum proteinum dugunakan membunuh mikroorganisme dalam tetes mata merah.
Kelebihan sistem koloid dalam farmasi mempunyai sifat tidak mengiritasi karena sebetulnya
tidak larut. Plasma protein merupakan protein yang dapat mengikat obat didalam darah
sehingga obat dapat aktif. Beberapa bahan alam membentuk dispersi koloid dapat digunakan
untuk membuat system bentuk sediaan obat.
Beberapa polimer dapat digunakan untuk metoda penyalutan termasuk dispersi koloid.
Tipe koloid
1. Liofilik koloid : zat dapat menyatu dengan medium atau disebut tipe koloid yang
suka kepada medium pendispersi.. liofilik dispersi dapat dibuat dengan mudah dengan jalan
seolah olah melarutkan zat ke dalam pelarut (medium pendispersi). Bila pelarut digunakan air
disebut hidrasi. Contoh : gelatin, PGA,insulin albumin, karet polisterin
3. Asosiasi koloid : micele&CMC. Koloid ini mempunyai sifat menyukai air dan
menyukai minyak ini disebut surfaktan
Tyndal efek bila cahaya kuat dilewatkan larutan koloid maka cahaya akan terjadi
pemantulan cahaya sehingga kekuatan cahaya tersebut akan berubah.
Dengan mikroskop elektron dapat terlihat ukuran partikel yang tidak dapat dilihat
dengan mikroskop biasa.
Penyerapan cahaya
Akibat koloid cahaya intensitas akan menurun bila lewat larutan koloid.Ini disebabkan
kekeruhan koloid.Konsentrasi koloid dapat diukur berdasarkan cahaya yang intensitasnya
berkurang.
Gerakan Koloid
Gerakan Brown.Gerakan Brown ini dapat diamati di dalam mikroskop bila ukuran
partikel antara 5 mm.Lebih kecil saat diamati.Makin kecil makin sulit diamati.kena ikan
kekentalan medium pendispersi makin kecil gerakan Brown bahkan malah berhenti.Misal
bila air ditambah giserin.
Hal ini dapat digunakan untuk melihat banyak zat terlarut atau logam terlarut dalam air
Stabilitas Koloid
Stabilitas dari koloid akan dipengaruhi oleh faktor adanya muatan listrik dan medium
utuk menjaga kestabilan koloid.
Penambahan pengental akan menaikan stabilitas koloid, karena akan mencegah daya
tarik menarik atau akan menghasilkan geragak Brown ini terjadi pada koloid yang bersifat
liofilik.Koloid liofobik tidak tahan / stabil pada panas.Adanya muatan listrik akan
menyebabkan daya tarik menarik partikel membentuk gumpalan.
Dengan menambah larutan yang bersifat ionic (garam-garam) maka akan mengubah
muatan maka kestabilan koloid akan berubah.Akhirnya terjadi tarik menarik dan membentuk
aglomorat.
DAFTAR PUSTAKA