Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NORMAN DYANTO

NPM : 2143700154
MATA KULIAH : FARMASI KLINIK
DOSEN PENGAMPU : DR. DIANA LAILA RAMATILLAH, M.FARM.,
PhD.CLIN.PHARM

STUDI KASUS HIV/AIDS


Seorang perempuan berusia 45 tahun dengan BB 55 kg dan TB 160 cm datang ke rumah sakit
dengan keluhan batuk sudah lebih dari 5 hari disertai demam dan merasakan dada yang terasa
sesak.
Riwayat penyakit terdahulu ; Sering mengalami demam dan flu
Riwayat penyakit keluarga ; Ibu meninggal karena stroke dan ayah meninggal karena PJK
Pengobatan yang sedang dijalani ; -
Data Vital sign
T ; 39 C
TD ; 130/90 mmHg
N ; 105/menit
P ; 33/menit

Data Lab
CD4 ; 200 cells/mm3
Leukosit ; 15000/mm3
HB; 10 mg/dl
Di bawah adalah gambar Rontgen Paru Pasien

Pertanyaan;
1. Dari nilai CD4 pasien diketahui pasien menderita,…?
2. Pada nilai CD4 berapa ART (anti retroviral) dimulai ?
3. Untuk pengobatan pertama diperlukan 3 ART, jelaskan apa saja ?
4. Apakah yg dimaksud dengan infeksi opportunistic?
5. Apa bedanya false positive dan false negative untuk pemeriksaan pasien dengan kasus
diatas?
6. Apakah efek samping utama obat ART?
7. Jelaskan penggolongan obat ART!
8. Apakah beda HIV dan AIDS?
9. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
10. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
11. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!
Jawaban
1. Infeksi HIV kategori defisiensi sedang (200-500 cells/mm3)
2. < 200 cells/mm3
3. ARV dimulai dengan kombinasi tiga obat, disebut terapi antiretroviral yang sangat
manjur (highly active antiretroviral therapy / HAART). Terapi ini umumnya mencakup
dua jenis obat dari golongan yang disebut NRTI, dan satu dari golongan NNRTI atau
satu dari golongan PI
Protease Inhibitor Kombinasi NRTI (2 NRTI)

Indinavir Zidovudin+didanosin
Nelfinavir Zidovudin+Zalcitabin
Ritonavir Zidovudin+lamivudin
Saquinavir Stavudin+lamivudin
Stavudin+didanosin

NNRTI NRTI
Nevirapin Zidovudin+lamivudin

4. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penurunan sistem
kekebalan tubuh (Agarwal, et al., 2015). Infeksi tersebut umumnya tidak menyebabkan
penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, namun dapat berakibat
fatal pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti pada penderita
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).
5. Hasil negatif palsu adalah adanya kegagalan dalam mendeteksi antibodi atau antigen
pada seseorang yang ternyata terinfeksi HIV (yaitu kekeliruan mengidentifikasi orang
HIV positif sebagai HIV negatif). Ini kemungkinan besar terjadi selama periode jendela,
ketika antibodi dan antigen belum bisa terdeteksi. Untuk mendapatkan hasil yang benar-
benar akurat, perlu menunggu setidaknya 3 bulan (dan sebaiknya 6 bulan) setelah
kemungkinan terakhir terpapar virus sebelum diuji. Sistem kekebalan dapat memakan
waktu antara 3 hingga 12 minggu untuk membuat antibodi setelah terpapar HIV.
Sebaliknya, tes yang secara keliru mengembalikan hasil positif pada orang yang
sebenarnya HIV negatif dikenal sebagai positif palsu. Ini mungkin terjadi jika antibodi
non-HIV salah diidentifikasi sebagai antibodi terhadap HIV. Risiko hasil positif dari tes
tunggal pada kenyataannya bisa menjadi positif palsu. Pada pemeriksaan radiologi diatas,
menunjukkan hasil rontgen merujuk kepada Tuberkulosis dimana dari keluhan yang
dirasakan pasien yaitu batuk yang disertai sesak di dada kemudian demam. Hal ini dapat
menyebabkan false positive pada pemeriksaan HIV melalui hasil CD4 pasien.
6. Hepatotoksisitas dan Ruam
7. Ada tiga golongan utama ARV yaitu
A. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
- analog thymin: zidovudin (ZDV/AZT), stavudin (d4T), Emtristabin
- analog cytosin : lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ddC)
- analog adenin : didanosine (ddI)
- analog guanin : abacavir (ABC)
B. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
- nevirapin (NVP), efavirenz (EFV), delavirdin
C. Penghambat enzim protease (PI)
- ritonavir (RTV), saquinavir (SQV), indinavir (IDV), nelfinavir (NFV)
Senyawa Mekanisme kerja Spektrum
antivirus

Nucleoside Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) diubah secara HIV (dan
reverse intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat dan retrovirus
transcriptas selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat lainnya)
e inhibitor Reverse Transcriptase (RT) sehingga perubahan RNA menjadi DNA
(NRTI) terhambat. Selain itu NRTI juga menghentikan pemanjangan DNA.

Non-nucleoside reverse Menghambat HIV-1 reverse trasncriptase melalui interaksi dengan HIV-1
transcriptase inhibitor allosteric pocket site.
(NNRTI)

Protease Inhibitor Bekerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi


berikatan langsung dengan reseptor pada RT dan tidak
berkompetisi dengan nukleotida natural

8. Perbedaan HIV dengan AIDS

9. Data Vital sign


a. T ; 39 C (Tinggi, Normalnya : 36,5 – 37,5 derajat C)
b. TD ; 130/90 mmHg (Pra Hipertensi)
c. N ; 105/menit (Tinggi, Normalnya : 60 – 100x permenit)
d. P ; 33/menit (Tinggi, Normalnya : 10 – 20x permenit)
Data Lab
a. CD4 ; 200 cells/mm3 (Tidak normal - HIV defisiensi sedang, Normalnya : 500 – 1500
cell/mm3
b. Leukosit ; 15000/mm3 (Tinggi, Normalnya : 5.000 – 10.000/mm3)
c. HB; 10 g/dl (Rendah, Normalnya : 12,1 – 15,1 g/dl)
Hasil Rontgen : Menunjukkan filtrat/plak pada kedua bagian paru-paru

10. Konseling yang diberikan kepada pasien


a. Memberikan informasi kepada pasien seputar HIV dan AIDS.
b. Apabila hasil tes negatif, apoteker tetap akan memberi pemahaman mengenai
pentingnya menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya, mengedukasi pasien untuk
melakukan hubungan seksual dengan lebih aman dan menggunakan kondom.
c. Namun, bila hasil tes positif, apoteker akan memberikan dukungan emosional agar
penderita tidak patah semangat. Apoteker juga akan memberikan informasi tentang
langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang
perlu dijalani.
d. Apoteker juga akan memberi petunjuk agar pasien dapat senantiasa menjalani pola
hidup sehat dan melakukan beberapa langkah pencegahan HIV agar tidak
menularkannya kepada orang lain.
e. Memastikan penderita HIV tetap mendapatkan pengobatan secara teratur. Atasi dulu
infeksi oportunistik terutama TBC si pasien.
11. SOAP
a. Subjektif (S) : Seorang perempuan datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk
sudah lebih dari 5 hari disertai demam dan merasakan dada yang terasa sesak.
Riwayat penyakit terdahulu ; Sering mengalami demam dan flu
Riwayat penyakit keluarga ; Ibu meninggal karena stroke dan ayah meninggal karena
PJK
Pengobatan yang sedang dijalani ; -
b. Objektif (O)
Data base pasien : Usia 45 tahun dengan BB 55 kg dan TB 160 cm
Data Vital sign
T ; 39 C
TD ; 130/90 mmHg
N ; 105/menit
P ; 33/menit
Data Lab
CD4 ; 200 cells/mm3
Leukosit ; 15000/mm3
HB; 10 mg/dl

Di bawah adalah gambar Rontgen Paru Pasien

c. Assessment (A)
Ketika datang ke Rumah Sakit, pasien mengeluh batuk sejak 5 hari yang lalu disertai
dengan demam dan sesak di bagian dada (laju pernafasan tinggi). Hasil rontgen
menunjukkan adanya filtrasi/plak pada kedua bagian paru. Kemudian dari hasil lab
CD4 menunjukkan adanya ketidaknormalan/rendah dan leukosit yang tinggi. Dapat
dikatakan bahwa pasien terinfeksi HIV dengan defisiensi sedang disertai dengan
infeksi oportunistik yaitu tuberkulosis.
d. Plan (P)
1. Memperbaiki keadaan umum ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
2. Gizi yang berkecukupan
3. Dukungan psikososial yang baik
4. Obat simtomatik seperti parasetamol untuk demam
5. Atasi dulu infeksi oportunistik terutama TBC, obat ARV dapat ditunda beberapa
bulan
6. Obat profilaksis :
Kotrimoksazol minimal 1 x 1 tab, dihentikan setelah CD4 > 200 selama 3 bulan
berturut-turut
7. Pencegahan paparan TB paru: hindari kontak dengan penderita.
8. Vaksinasi

Anda mungkin juga menyukai