Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I

" SENYAWA KARBONIL "

DISUSUN OLEH :
TEKNIK KIMIA 2015/ SHIFT 2

ASISTEN :
TEGUH SETYAWAN, S.Si
DOSEN PEMBIMBING :
IRA GALIH PRABASARI, S.T., M.Si

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JAMBI

2016
PERCOBAAN V

I.
II.

JUDUL

: SENYAWA KARBONIL

HARI, TANGGAL

: JUMAT, 25 NOVEMBER 2016


III.

TUJUAN
: 1. MENENTUKAN
PERBEDAAN ALDEHID DAN KETON
2. MENGIDENTIFIKASIKAN
SENYAWA
KARBONIL
3. MENGETAHUI SIFAT KIMIA ALDEHID
DAN KETON

IV.

MANFAAT

DENGAN MELAKUKAN PERCOBAAN INI MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI


PERBEDAAN

ALDEHID

DAN

KETON,

MENGIDENTIFIKASIKAN

SENYAWA

KARBONIL SERTA MENGETAHUI SIFAT KIMIA DARI ALDEHID DAN KETON.


V.

LANDASAN TEORI
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika kedua yang menempel

pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah
satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, senyawa tersebut termasuk golongan
aldehida. Oksigen parsial dari alkohol yang menghasilkan aldehid menjadi asam karboksilat.
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air
dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan volatif (titik didih 65 0C) dan
mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa
organik banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik.
Aldehid dan keton yang dilarutkan dalam air dapat membentuk hidrat (yang disebut
gem diol) dan mengadakan keseimbangan meskipun tetapan keseimbangan hidrasi untuk
sebagian senyawa karbonil sangat kecil, namun kesetimbangan diantara aldehid dan keton
dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh
asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air
dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan
ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen karbonil sehingga mengakibatkan gugus
karbonil itumenjadi elektrofil yang lebih reaktif. (Tim Kimia Organik, 2015)
Senyawa karbonil. Gugus karbonil (C = O) mengandung atom karbon SP 2 yang
dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan rangkap. Orang cenderung berpendapat
bahwa oksigen karbonil berada dalam keadaan hibrida SP 2 seperti halnya karbon karbonil,

namun demikian ahli kimia tak terlalu yakin mengenai hibridasi oksigen karbonil, karena tak
ada sudut ikatan yang dapat diukur.
Geometri gugus karbonil ditentukan oleh karbon SP2 trigonal. Gugus karbonil adalah
planar sekeliling karbon SP3 trigonal. Ikatan karbon oksigen mengandung sepasang
elektron tersingkap. Oksigen juga mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Gambar
2.21 menunjukkan geometri gugus karbonil.

Gambar 2.21
Gugus karbonil lebih polar daripada gugus C O dalam alkohol atau efer. Alasan yang
mungkin untuk pembesaran kepolaran ini adalah bahwa elektron pi yang mobil lebih mudah
tertarik ke oksigen yang elektronegatif daripada elektron sigma dari C O.
Gugus karbonil merupakan bagian dari bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi
dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang terikat pada karbon karbonil. Bila
salah satu dari atom terikat pada karbon karbonil adalah aldehida senyawanya jika itu
hidrogen. Bila dua karbon terikat pada karbon karbonil, maka senyawanya adalah keton.

(Pandangan samping dari struktur ikatan sigma planar, semua sudut ikatan kira-kira
1200)
Aldehida dan Keton

Karena sebuah aldehida (R CHO) mengandung suatu gugus karbonil yang terikat
pada sebuah atom hidrogen, maka gugus aldehida haruslah menjadi ujung suatu rantai
karbon. Karbon aldehida itu dianggap karbon T; Jadi tak diperlukan nomor untuk
menyatakan posisinya. Akhiran nama ladehida ialah al.
O
CH
Gugus Aldehida

O
CH3CH2CH
Propanal

CH3
CH3CHCH2

O
CH

3 metil butanol

(Fessenden, 1982)
Perlindungan gugus aldehida melalui pembentukan asetal umumnya dilakukan dengan
metanol atau etanol terkatalis asam. Sitronelal memiliki gugus aldehida dan gugus alkena.
Transformasi sitronelal menjadi turunannya ditentukan oleh kereaktifan kedua gugus fungsi
tersebut. Permasalahan muncul jika transformasi melibatkan gugus alkena dengan
mempertahankan gugus aldehida. Dalam suasana asam sitronelal memiliki kecenderungan
untuk mengalami reaksi intramolekular menjadi isomer isopulegol. Untuk itu perlu
dilakukan perlindungan gugus (protecting groups) aldehida. Metode perlindungangugus
fungsi aldehida umumnya dilakukan dengan pembentukan asetal dan enamina. Asetal
dibentuk oleh reaksi antara gugus karbonil dengan alkohol pada kondisi anhidrat dengan
adanya katalis asam (Iwasaki et al. 2002). Katalis asam yang umum digunakan adalah gas
asam klorida, gas asam sulfat, BF3.OEt2 atau p-toluena sulfonat. Ketal atau asetal stabil
pada pH 4-12.
Pembentukan asetal sitronelal dengan suatu alkohol dituliskan pada Gambar 1. Karena
pembentukan asetal merupakan reaksi kesetimbangan, maka penambahan pendehidrasi untuk
mengikat air dari sistem akan meningkatkan pembentukan asetal.

Gambar 5.1 Pembentukan asetat sitronelai dengan suatu alkohol


Dengan azas Le Chtelier, telah disintesis beberapa asetal dengan adanya timah
klorida dihidrat, cerium klorida heksahidrat dan bismut klorida yang diaplikasikan untuk
mensintesis asetal yang kurang stabil dengan adanya air (Iwata et al. 2002). Diantara reaksi
tersebut adalahsintesis isovaleral dimetil asetal dengan hasil 90,5% dan sitronelal difenil
asetal dengan hasil 91,4%.
Beberapa peneliti mengembangkan metode untuk meindungi gugus aldehid dan keton,
diantaranya dengan o-nitrofeniletilenaglikol, basa N-hidroksibenzena-sulfonamida, litium
pentametilsiklopentadienida, dengan aldehida aromatik menghasilkan karbinol yang sesuai
dengan hasil yang sangat baik, karbinol mudah dikembalikan lagi menjadi senyawa
aldehidanya. (Cahyono, 2013)
Reaksi Mannich telah banyak digunakan untuk mengubah senyawa aminometilen
tersubstitusi menjadi berbagai senyawa organik lain yang lebih bermanfaat. Reaksi Mannich
terdiri atas pembentukan basa Mannich yang terjadi dari kondensasi formaldehida, suatu
amina dengan suatu senyawa yang memiliki atom hidrogen aktif. Reaksi Mannich telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat dan telah banyak digunakan untuk memperoleh
bahan-bahan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya antibiotik, obat
penahan rasa sakit, pembuatan polimer, dan sintesis antioksidan yang dewasa ini sedang
menjadi pusat perhatian.
Senyawa fenol merupakan senyawa yang memiliki atom hidrogen aktif sehingga
dimungkinkan berkondensasi dengan formaldehida dan suatu amina untuk membentuk basa
Mannich.

Reaksi mannich telah banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Reaksi Mannich
menggambarkan dengan baik sekali kerumitan dan keragaman reaksi senyawa karbonilamina. Rangkaian reaksi keseluruhan melibatkan penggabungan antara suatu amina, suatu
aldehida (biasanya formaldehida) dan suatu keton yang memiliki atom hidrogen (suatu
keton yang terenolisasi). Sebagai hasil reaksi diperoleh senyawa aminoketon, yang
dikenal sebagai basa Mannich.
Tahap awal pada reaksi Mannich diyakini sebagai tahap pembentukan suatu kation
iminium dari amina dan formaldehida. Kation iminium menyerupai suatu imina, tetapi
memiliki muatan positif. Kation iminium merupakan elektrofil yang sangat reaktif. Bentuk
enol dari keton, meskipun biasanya ada dalam konsentrasi rendah merupakan elektrofil
karbon potensial. Reaksi antara dua komponen menghasilkan produk basa Mannich.
Vanilin (4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida) merupakan kristal berwarna putih atau
putih kekuningan yang banyak digunakan sebagai pewangi makanan. Vanilin dihasilkan dari
buah panili ( Vanilla fragrans).
Vanilin merupakan senyawa aldehida aromatik dengan rumus molekul C 8H8O3. Dilihat
dari struktur kimianya, vanilin merupakan senyawa fenol tersubstitusi gugus metoksi pada
posisi orto dan gugus aldehida pada posisi para, sehingga vanilin dapat dikelompokkan
sebagai senyawa antioksidan. Apabila vanilin dikenai reaksi reduksi akan diperoleh senyawa
vanilil alkohol menurut persamaan reaksi berikut:

Vanilil alkohol juga merupakan senyawa fenolik, sehingga memiliki potensi


sebagai antioksidan. Posisi orto terhadap gugus hidroksil yang kosong pada vanilil
alkohol sangat peka terhadap serangan elektofil. Elektrofil pada reaksi Mannich adalah
ion iminium yang terbentuk dari kondensasi suatu amina dan formaldehida, yang
selanjutnya bereaksi dengan senyawa vanilil alkohol. Dibandingkan dengan vanilin,
maka reaktivitas vanilil alkohol terhadap serangan elektofil akan lebih besar. Pada

vanilin, adanya gugus aldehida yang terikat pada cincin benzena akan mengurangi
reaktivitas cincin terhadap serangan elektrofil karena bersifat menarik elektron.
Adanya gugus hidroksil (OH) dana mina (NH2) yang terikat pada cincin aromatic
memegang peranan penting dalam aktivitas antioksidan. Potensi antioksidan tersebut
diperbesar oleh adanya substitusi gugus lain yang terikat pada cincin aromatik.
Penelitian mengenai pembuatan senyawa antioksidan turunan amina dari bahan
dasar vanilin telah dilakukan. vanilil alkohol diperoleh dari reduksi senyawa vanillin,
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Senyawa 4-hidroksi-5-dimetilaminometil-3-metoksibenzil alkohol yang diperoleh


diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan senyawa 5dimetilaminometil-4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida, yaitu dengan diubahnya gugus
aldehida pada cincin benzena menjadi gugus alkohol primer. (Budimarwanti, 2009)
Senyawa bibenzil (dihidrostilbena) merupakan produk bahan alam yang penting
dan menarik perhatian, hal ini disebabkan oleh aktivitas biologis yang dimiliki. Sejumlah
senyawa bibenzil dilaporkan memiliki aktivitas antimitotik, antileukimia, dan sedang
dilakukan penelitian penggunaan senyawa bibenzil sebagai agen sitotoksik pada alkohol.
Keberadaan senyawa bibenzil di alam dalam jumlah terbatas, hanya ditemukan dalam spesies
tumbuhan yang relatif sukar diperoleh. Usaha-usaha untuk memperoleh senyawa bibenzil dan
turunannya melalui sintesis telah dikembangkan. Sintesis yang telah banyak dilakukan adalah

melalui reaksi hidrogenasi stilbena dan turunannya dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Senyawa stilbena dapat diperoleh dari reaksi olefinasi Wittig. Pada tahun 1954.
George Wittig mengemukakan sintesis umum senyawa alkena dari senyawa karbonil dengan
menggunakan fosfonium ilida.
Vanilin merupakan senyawa yang terkandung pada tanaman vanili (Vanili planifolia).
Vanilin dapat diperoleh dari tanaman vanili yang diekstrak dengan pelarut etanol atau dari
kayu lunak yang dioksidasi dengan nitrobenzena dalam alkali. Vanilin secara luas digunakan
sebagai flavouring agent pada industri pangan. Di bidang pengawetan pangan, vanilin
dipakai sebagai antimikroba dan antioksidan. Vanilin berpotensi sebagai antioksidan karena
mempunyai struktur sebagai fenol tersubstitusi. Rumus struktur vanilin digambarkan sebagai
berikut:

Vanilin merupakan senyawa aldehida yang mempunyai gugus benzene. Hidroksida


dan metoksi. Gugus aldehida pada vanillin dapat dikenai reaksi lebih lanjut. (Budimarwanti,
2007)
Aldehida dan keton
Pada kondisi oksidasiyang lemah, alkohol mungkin diubah menjadi aldehida dan
keton:
CH3OH + O2

H3C = O + H2O

Formaldehida
C2H5OH + O2

H3C
C = O + H2O
H

Gugus fungsi senyawa ini adalah gugus karbonil C = O pada aldehida sedikitnya satu
atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton atom karbon pada
gugus karbonil, pada keton terikat dua gugus hidrokarbon.
Aldehida yang paling sederhana, formaldehida, (H2C = O) mempunyai kecenderungan
untuk berpolimerasi yaitu setiap atom bergabung satu sama lain untuk membentuk senyawa
dengan massa molar tinggi. Reaksi ini melepaskan banyak kalor dan seringkali meledak,
akhirnya formaldehida dibuat dan disimpan dalam larutan air. Cairan yang baunya agak
tidak enak ini digunakan sebagai bahan dasar di industri polimer dan laboratorium sebagai
bahan pengawet dan contoh binatang. Yang menarik, aldehida yang massa molarnya lebih
tinggi seperti aldehida sinamat mempunyai bau yang menyenangkan dan digunakan dalam
pembuatan parfum.

Karena biasanya kurang reaktif dibandingkan dengan aldehida keton yang paling
sederhana adalah keton aseton suatu senyawa berbau sedap yang digunakan sebagai pelarut
organik dan pembersih cat kuku. Aldehida dan keton mengandung komponen karbonil,
kumpulan yang karbonnya terikat kepada oksigen mempunyai ikatan ganda dua (C = O).
dalam aldehid, kumpulan karbonil terikat kepada atom hidrogen dan suatu kumpulan alkil.

Kebanyakan aldehida dan keton mempunyai aroma dengan haruman tertentu dimana
aldehid memberi bahan kepada kayu manis manakala bau kapur barus disebabkan oleh
komfor. (Chang, 2005)
VI.
1.

2.

VII.

ALAT DAN BAHAN


ALAT
Tabung reaksi
Pipet tetes
Lampu spiritus
Kaki tiga
Kasa
Cawan penguapan
Pemanas air
BAHAN
Formalin
Aseton
Pereaksi fehling
Pereaksi benedict
NaOH 10%
Amoniak pekat

SKEMA KERJA
1. UJI FEHLING
a. Sampel formalin
Pereaksi Fehling
-

Formalin
-

Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan

Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang trejadi

Hasil
b. Sampel aseton
Pereaksi Fehling

Aseton
-

Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
2. UJI BENEDICT
a. Sampel formalin
Pereaksi Benedict
-

Formalin
-

Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan

Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
b. Sampel aseton
Pereaksi Benedict
-

Aseton
-

Hasil

Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan

Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi

3. UJI AMMONIA
a. Sampel formalin
Formalin
-

Diukur 1 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Ditambahkan

Ammonia pekat
-

Diukur 2 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Diuapkan sampai kering menggunakan
penangas air

Hasil
b. Sampel aseton
Aseton
-

Diukur 1 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Ditambahkan

Ammonia pekat
-

Diukur 2 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Diuapkan sampai kering menggunakan
penangas air

Hasil

4. UJI NaOH
a. Sampel formalin
NaOH 10%
-

Formalin

Diukur 5 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan

Diukur 1 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
b. Sampel aseton
NaOH 10%
-

Diukur 5 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan

Aseton
-

Diukur 1 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

VIII.

DATA HASIL PENGAMATAN


1. UJI FEHLING
a. Aseton (Fehling A)

No
1.
2.

3.

Perlakuan
Pereaksi fehling A diukur, dimasukkan

Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna biru

ke tabung reaksi
Aseton ditambahkan

tabung

Sebanyak 2 tetes dan terdapat tidak

tersebut
Tabung reaksi tersebut dipanaskan

berubah
Tidak terdapat perubahan warna, hanya

secara perlahan

volume bertambah dan memiliki bau yang

ke

menyengat.
b. Aseton (Fehling B)

No
1.
2.

3.

Pereaksi

Perlakuan
fehling
B

dimasukkan ke tabung reaksi


Aseton ditambahkan ke

Pengamatan
diukur, Sebanyak 10 ml dan memiliki warna
tabung

bening
Sebanyak 3 tetes dan terdapat tidak

tersebut
Tabung reaksi tersebut dipanaskan

berubah
Tidak terdapat perubahan warna, hanya

secara perlahan

terdapat uap hasil pemanasan tak bau


Volume larutan bertambah

c. Formalin (Fehling A)
No
1.
2.
3.

Perlakuan
Mengukur pereaksi fehling A
Menambahkan 5 tetes formalin

Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna biru
Larutan hanya berbau khas formalin dan

Memanaskan larutan

tidak ada perubahan signifikan


Terdapat gelembung dan larutan berwarna
biru kekuningan

d. Formalin (Fehling B)
No
1.
2.
3.

Perlakuan
Mengukur pereaksi fehling B

Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna

Menambahkan 5 tetes formalin

bening kekuningan
Larutan hanya berbau khas formalin dan

Memanaskan larutan

tidak ada perubahan.


Terdapat gelembung dan larutan berwarna
bening kekuningan

2. UJI BENEDICT
a. Formalin
No
1.
2.
3.

Perlakuan
Memasukkan 10 ml pereaksi benedict

Pengamatan
warna biru dan tidak ada bau

ke tabung reaksi
Menambahkan 3 tetes formalin

Warna biru dan memiliki bau yang harum

Dipanaskan secara perlahan

(beraroma harum / menyengat)


Warna biru pekat dan memiliki bau
harum / menyengat

b. Aseton
No
1.
2.
3.

Perlakuan
Memasukkan 10 ml pereaksi benedict

Pengamatan
warna biru dan tidak ada bau

ke tabung reaksi
Menambahkan 3 tetes cairan
Dipanaskan secara perlahan

Tidak ada perubahan apapun


Warna biru pekat dan tidak beraroma

3. UJI AMMONIA
a. Formalin
No
1.
2.

Perlakuan
Mengukur formalin sebanyak 1 ml

Pengamatan
Formalin berwarna bening

dalam cawan penguapan


Menambahkan 2 ml ammonia

Ammonia berwarna bening dan larutan

Memanaskan larutan

menjadi larut (bereaksi)


Larutan menguap, uap berwarna putih,

3.

larutan memiliki bau, dan larutan kering


dengan Kristal putih

b. Aseton
No
1.
2.

Perlakuan
Mengukur aseton sebanyak 1 ml

Pengamatan
Aseton berwarna bening

dalam cawan penguapan


Menambahkan 2 ml ammonia

Ammonia berwarna bening dan larutan

Memanaskan larutan

larut
Larutan

3.

mendidih,

larutan

menguap

dengan uap putih dan larutan menjadi


kering

4. UJI NaOH
a. Formalin
No
1.
2.
3.

No
1.
2.
3.

IX.

Perlakuan
Masukkan 5 ml NaOH 10% ke tabung
reaksi
Menambahkan 1 ml formalin
Dipanaskan
b. Aseton

Pengamatan
Warna bening dan tidak ada bau
Warna bening dan beraroma harum
Beraroma harum dan warna kekuningan

Perlakuan
Masukkan 5 ml NaOH 10% ke tabung

Pengamatan
Warna bening dan tidak ada bau

reaksi
Menambahkan 1 ml aseton
Dipanaskan

Warna bening dan tidak ada perubahan


kekuningan

PENGOLAHAN DATA

Pada praktikum senyawa karbonil ini, tidak ada perhitungan dikarenakan tujuan dari
praktikum ini yaitu menentukan perbedaan aldehid dan keton, mengidentifikasi senyawa
karbonil dan mengetahui sifat kimia aldehid dan keton.
X.

PEMBAHASAN
Aldehid dan Keton
Pada kondisi oksidasi yang lemah, alkohol mungkin di ubah menjadi aldehid dan

keton.
CH3OH + O2

H3C = O + H2O
Formaldehida

C2H5OH + O2

H3C
C = O + H2O
H

Gugus fungsi senyawa ini adalah gugus karbonil C = O pada aldehida sedikitnya satu
atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton atom karbon pada
gugus karbonil, pada keton terikat dua gugus hidrokarbon.
Aldehida yang paling sederhana, formaldehida, (H2C = O) mempunyai kecenderungan
untuk berpolimerasi yaitu setiap atom bergabung satu sama lain untuk membentuk senyawa
dengan massa molar tinggi. Reaksi ini melepaskan banyak kalor dan seringkali meledak,
akhirnya formaldehida dibuat dan disimpan dalam larutan air. Cairan yang baunya agak
tidak enak ini digunakan sebagai bahan bakar dasar sebagai bahan pengawaet untuk contoh
binatang. Keton biasanya kurang reaktif dibandingkan aldehida, keton yang paling
sederhana adalah aseton, suatu cairch berbau sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut
untuk senyawa organic, dan pembersih kuku. (Mahmud, 2002)
Kebanyakan aldehid dan keton mempunyai aroma dengan harum tertentu. Aldehid dan
keton mengandung ikatan

, maka ia mengalami balas penambahan walau

bagaimanapun, tidak balas penambahan ini berbeda dari tindakan balas penambahan alkena
karena ikatan karbonil bersifat kutub sedangkan ikatan ganda dua alkena tidak berkutub.
(Chang, 2005)

Dalam uji fehling, pereaksi yang digunakan adalah pereaksi fehling. Pereaksi fehling
adalah oksidator lemah yang merupakan

perekasi khusus untuk mengenali aldehida.

Pereaksi fehling ion terdiri dari dua bagian yaitu fehling A dan fehling B. fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan Kalium
natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu 2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O. dengan
larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berukuran merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%.
Endapan yang tejadi berwarna hijau kekuningan. (Saadah, 2012)
Pereaksi benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat (natrium
karbonat dan natrium sulfat) glukosa dapat mereduksi ion Cl+ kuprisulfat menjadi ion Cu+
yang kemudian mengendap sebagai Cu 2O. adamya natrium karbonat dan natrium sulfat
membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat
yang diperiksa.
Perekasi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urin daripada
pereaksi fehling karena beberapa alasan: apabila dalam urin terdapat asam urat atau
kereaktifan kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi fehling tetapi tidak dapat
mereduksi pereaksi benedict. Disamping itu pereaksi benedict lebih peka dariapda pereaksi
fehling. Penggunaan pereaksi benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu
macam larutan, sedangkan perekasi fehling terdiri atas dua macam larutan. (Pasaribu, 2011)
Pada uji ammoniak. Pereaksi yang digunakan adalah amoniak pekat. Amoniak sendiri
adalah larutan gas ammonia (NH3) dalam air, berbau khas menusuk hidung. Bila uap
ammonia bercampur engan uap asam klorida maka akan terbentuk kabut putih yang
mengendap. Endapat putih tersebut adalah NH4Cl padat yang disebut salmiak. Dapat dalam
dunia perdagangan dapat dijumpai larutan ammonia pekat harus disimpan ditempat yang
sejuk agar konsentrasinya tidak menurun karena menguap.
Dilaboratorium, jika diperlukan gas amoniak dalam jumlah sedikit dapat dibuat
dengan membebaskan garam-garam ammonium dengan kapus (mic NH 4Cl + Ca(OH)2.
Kegunaannya yaitu sebagai pereaksi analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif. (Brady,
1999)

Uji yang terakhir yaitu uji NaOH. Dalam pengujian ini, pereaksi yang digunakan yaitu
NaOH 10%. NaOH sendiri atau biasa disebut soda api adalah
senyawa bersifat basa anorganik. Bentuk kristalnya memiliki
warna putih terang agak transparan, dibuat dalam bentuk flake,
pellet, atau granular. Bentuk cairnya tidak memiliki warna (bening
transparan). Natrium hidroksida termasuk bahan berbahaya yang
dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan mata. (Mardzuki,
1990)
Awalnya itu pada percobaan kali ini dilakukan tes / uji
fehling, benedict, ammonia dan NaOH. Sampel yang akan diuji
disetiap tes sama yaitu aseton dan formalin.
Pada gambar 10.1 aseton dieraksikan dengan pereaksi fehling
A yang berwarna biru tidak ada perubahan warna, yaitu tetap warna
biru, bisa dikatakan pereaksi fehling A yang ditetesi 3 tetes aseton
tidak menghasilkan reaksi pada gambar 10.1 ini, namum aseton
yang direaksikan dengan pereaksi fehling A ini menghasilkan bau
menyengat. Hasil percobaan ini bisa dikatakan gagal atau tidak
sesuai dengan literature, karena seharusnya pada sampel aseton

Gambar 10.1

yang dicampur pereaksi fehling Am setelah dipanaskan kurang

(Larutan Aseton +
Fehling A)

lebih 2 menit akan terbentuk endapan


biru tua. Hal ini menunjukkan bahwa uji
fehling dan aseton adalah negative.
Kenapa harus ada endapan, karena pada literature, aseton

merupakan gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H


bebas sehingga tidak terjadi masalah dalam uji fehling. Kesalahan
ini

terjadi

mungkin

kurang

lamanya

praktikum

dalam

memanaskan larutan, karena takut tabung reaksi akan pecah.


Persaamaan reaksi yaitu:
H3C

CH3 + 2CuO
O

Tidak terjadi reaksi

Pada gambar 10.2, aseton direaksikan dengan pereaksi


fehling B berwarna bening yang merupakan larutan NaOH dan
kalium tartrat, dapat dilihat larutan telah di tetesi pereaksi fehling
tidak bereaksi. Persamaan reaksi yaitu bisa dilihat sebagai berikut:
H3C

CH3 + CuO

Tidak bereaksi

O
Gambar 10.2
(Larutan Aseton +
Fehling B)

Pada gambar 10.3 merupakan fehing A ditambahkan 3 tetes


formalin. Dalam hal ini larutan berbau khas formalin, terdapat
gelembung dan larutan berwarna biru kekuningan. Persamaan
reaksi sebagai berikut:
H
C = O + CuO

Tidak bereaksi

H
Pada gambar 10.4 merupakan campuran dari pereaksi
fehling B ditambahkan dengan formalin. Hasil yang didapat yaitu
wangi khas formalin, terdapat gelembung dan warna menjadi

Gambar 10.3
(Larutan Formalin +
Fehling A)

bening kekuningan. Reaksi yang didapat yaitu sebagai berikut:


H
C = O + CuO

Tidak bereaksi

H
Dalam hal ini, praktikum yang dilakukan mengalah salah
paham, seharusnya fehling Aditambahkan fehling B untuk
melakukan uji fehling ini. Baru ditambahkan dengan sampel yang
akan diuji.

Gambar 10.4

Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion


kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap larutan CuO.

(Larutan Formalin +
Fehling B)

Jadi, reaksi aldehid dengan pereaksi fehling menghasilkan endapan merah bata dari
CuO. Aldehid disini yaitu formalin.
H

H
C = O + CuO

H
Bila keton, yaitu aseton

C OH + Cu2O + H2O
H

Aseton = H3C

CH2 + CuO

Tidak ada reaksi

O
Pada

gambar

10.5

merupakan

pereaksi

benedict

ditambahkan dengan 3 tetes formalin. Dimana hasil yang


didapatkan oleh praktikan yaitu memiliki bau harum, warna
larutan biru pekat. Dalam hal ini hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan literature, dikarenakan mungkin dalam pemanasan
larutan kurang lama, bisa juga dalam menganalisis perubahan
yang terjadi, seharusnya keadaan ini jika pereaksi benedict
direaksikan dengan formalin tidak menghasilkan perubahan
apapun (literature yang tealh dibaca, lebih kurang es benedict
memberikan hasil positif bila terbentuk endapan mereah bata.
Persaamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

Gambar 10.5
(Formalin +
Benedict)

H
C = O + 2Cu2 + 5OH

H2 COO- + Cu2O + 3H2O

H
Pada gambar 10.6 yaitu pereaksi benedict direaksikan dengan
aseton. Dalam literature seharusnya menghasilkan biru pekat dan
ada gelembung, hal ini sesaui dengan praktikan dapatkan dalam
praktikum. Tetapi lagi-lagi pada literature lain seharusnya pereaksi
benedict ketika diereaksikan dengan aseton tidak akan terjadi reaksi
karena yang bereaksi hanya ion Cu (II) menjadi Cu 2O. persamaan
reaksi nya adalah sebagai berikut.

Gambar 10.6
(Aseton + Benedict)

H3C

CH3 + 2Cu2 + 5OH

(CH3)5 COO- + Cu2O + 3H2O

O
Pada gambar 10.7 merupakan formalin yang direaksikan dengan amoniak. Hasil
yang didapatkan yaitu larutan menguap, memiliki bau dan uap yang dihasilkan berwarna
putih. Hal ini sesuai dengan literature yang diberikan oleh asisten laboratorium.

Menurut literature yang lain, formalin direaksikan dengan


pereaksi benedict menghasilkan perubahan warna menjadi merah
muda, dan setelah dipanaskan menghasilkan endapan yang
berwarna endapan putih heksametilen tetra amina. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut:
H
C = O + 4NH3

H2O + (CH2)6N4

Gambar 10.7

Pada gambar 10.8 merupakan hasil uji amoniak yang

(Formalin +
Ammoniak)

direaksikan dengan keton dihasilkan yaitu larutan menguap dengan


uap putih, larutan menjadi kering atau menjadi Kristal. Hal ini
sesuai dengan literature yang diberikan oleh asisten laboratorium
dimana akan menghasilkan uap putih.
Ketika

aseton

ditambahkan

dengan

amoniak

akan

menghasilkan uap putih. Sebelum dipanaskan maka didapatkan


yaitu larutan berawrna bening, percobaan ini diakatakan berhasil.
Dikarenakan praktikan melakukan prosedur dengan benar, dengan
menggunakan cawan penguap dan dipanaskan dengan Bunsen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
cH3C

CH3 + NH3

H2O + (CH2)6N4

O
Pada gambar 10.9 merupakan formalin ditambahkan dengan
NaOH. Larutan menghasilkan warna uning kecoklatan ketika
sesudah dipanaskan. Hal ini sesuai dengan literature yang diberikan
oleh asisten laboratorium.
Pembentukan kuning kecoklatan pada formalin pada uji ini
lebih cepat terbentuk warnaa kuning kecoklatan (kekuningan)

Gambar 10.8
(Aseton +
Ammoniak)

daripada aseton. Dikarenakan formalin lebih cepat bereaksi dengan


NaOH, sehingga warna yang diahasilkan juga cepat terbentuk
dibandingkan dengan mereaksikan aseton ditambah NaOH.

Gambar 10.9
(Formalin + NaOH)

Persamaan reaksi adalah sebagai berikut:


H
C = O + NaOH

CH3OH + HCOONa

H
Pada gambar 10.10 yaitu merupakan reaksi aseton dan
NaOH, hasil yang didapatkan yaitu kekuningan ( kuning
kecoklatan). Hal ini sesuai dengan literature ang diberikan oleh
asisten laboratorium. Tetapi pembentukan warna kekuningan ini
baik

dan

lebih

lama

dibandingkan

dengan

pembentukan

kekuningan dari formalin dan NaOH. Hail ini dikarenakan aseton


lama bereaksi dengan NaOH. Persamaan reaksi adalah sebagai
berikut:
H3C

Gambar 10.9
(Aseton + NaOH)

CH3 + NaOH

CH3OH + CH3COONa

O
Pada praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan ini banyak mengalami kegagalan,

dikarenakan praktikan tidak memanaskan dalam waktu yang lama. Tetapi ada juga
percobaan yang berhasil. Hail ini karena praktikan lebih teliti.
XI.

PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat formalin? (Sebutkan 2 cara)
a. Secara indusri formaldehida dibuat dari oksidasi katalistik methanol yang paling
sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksidasi besi yang paling sering
digunakan yaitu proses fermak, reaksi etanol dan oksigen terjadi pada 25 0C dan
menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia:
CH3OH + O2
2H2CO + 2H2O
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperature yang lebih
tinggi, kira-kira 6500C, dalam hal ini aka nada dua reaksi kimia sekaligus yang
menghasilkan formaldehida. Suatu reaksi yang seperti diatas di sederhanakan satu
lagi adalah reaksi dehidrogenisasi

CH3OH
H2CO + H2
b. Didalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konveksi etanol
yang secara komersial tidak menguntungkan. (Brady, 1999)
2. Sebutkan beberapa kegunaan formalin!
Formalin dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri sehingga sering
digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Formaldehida juga
dipakai sebagai pengawet dalam valunisasi. Dalam bidang medis formaldehida
digunakan untuk mengawetkan kulit. Berikut adalah beberapa kegunaan lain dari
formalin:
a. Pengawet mayat.
b. Pembasmi lalat dan serangga.
c. Bahan pembuatan sutera sintesis, zat pewarna, cermin
d. Pengeras lapisan gelatin dan keras.
e. Bahan campuran parfum
f. Bahan pengawet kosmetik (Chang, 2006)
3. Apakah yang dimaksud dengan reaksi Cannizaro dan kondensasi aldol?
Reaksi Cannizaro adalah reaksi kimia yang melibatkan aldehida tanpa hidrogen pada
posisi alka yang diinduksi oleh basa. Reaksi ini melibatkan basakuat, salah satunya
NaOH.
Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organic antara ion enolat dengan senyawa
karbonat membentuk senyawa hidrokaldehida atau B hidroksi keton dan diikuti
dengan dehidrasi menghasilkan sebuah atom terkonjugasi. (Fessenden, 1982)
4. Tuliskan reaksi masing-masing antara formaldehida, asetaldehida dan aseton dengan
etil mangnesium bromide, serta produk hidrolisis hasil reaksinya.
a. Formaldehid + etil magnesium bromide
C2H5MgBr + O
C
H

C2H5 + CH2OH
2HBr

2H3O

b. Asetaldehida + etil magnesium bromide


C2H5MgBr + O

C2H5 + CH3CHO

C
CH3

c. Etil magnesium bromide + aseton


C2H5MgBr + O
C2H5
C
C
H2C
CH3 CH3

OH
CH3(Mardzuki, 1990)

5. Bagaimana cara stanohidrin dari aseton?


Aeton stanohidrin dihasilkan oleh reaksi langsung antara asam sianida dengan aseton
sebagai katalis basa, secara umum disuatu proses kontinu. Aseton stanohidri adalah
satu bahan antara didalam pembuatan metil metalium.
CH3COCH3 +HCN
CH3 (COH CN) CH (Yanto, 2010)
6. Bagaimana cara membedakan aldehid dan keton?
Aldehid dan keton adalah senyawa yang berbeda, aldehid memiliki sebuah atom
hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya ini. Menyebabkan aldehida sangat
mudah teroksidasi, sebagai contoh etanol, CH3CHO sangat mudah dioksidasi baik
menjadi asam etanoat CH3COOH atau ion etanuat CH3COO.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan reagen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutuskan ikatan-ikatan karbon. (Sarjono, 2010)
XII.

KESIMPULAN
1. Perbedaan antara aldehid dan keton yaitu ditinjau dari gugusnya, gugus karbonil
aldehid terikat pada hidrogen dari satu ujung, tetapi pada keton, gugus karbonil terikat
pada atom karbon dari kedua belah pihak. Oleh karena itu gugus fungsional keton
selalu terlihat ditengah molekul, dan gugus aldehid selalu diujung.
Dalam nomenklatur terseburt, aldehid memiliki akhiran al dan keton akhiran on.
Aldehid dapat dengan mudah teroksidasi dibandingkan keton.
2. Ada beberapa jenis reaksi untuk senyawa karboni, atnara lain uji Tollens, uji fehling,
uji benedict, adisi bisulfat, kenil hidratin, uji NaOH dan uji almonia. Namun pada
percobaan hanya 4 uji yaitu fehling, Benedict, NaOH, dan ammonia. Keton tidak
bereaksi baik terhadap pereaksi benedict, fehling karena keton tidak mampu
teroksidasi terhadap reaksi yang telah diberikan. Pada uji ammonia menghasilkan uap
putih dan aseton menghasilkan warna kekuningan lebih dapat.
3. Sifat kimia aldehid yaitu oksidasi oleh larutan fehling. Aldehida tidak membentuk
ikatan hidrogen, sedangkan aseton merupakan reduktiv yang lebih lemah daripada
aldehid dan keton dapat menghasilkan alkohol sekunder.

XIII.

DAFTAR PUSTAKA

Budimarwanti, C. 2007. Sintesis Senyawa Bibenzil dari Bahan Awal Vanilin Melalui Reaksi
Witttig dan Hidrogenasi Katalitik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Https://staff.uny.ac.id(diakses pada tanggal 30 November 2016)
Budidarmawanti, C. 2009. Sintesis Senyawa 4 Hidroksi 5 Dimetil Aminometil 3
Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Https://staff.uny.ac.id(diakses pada


tanggal 30 November 2016)
Brady. 1999. Kimia Organik Dasar I. Yogyakarta: UGM Press
Cahyono, E. 2013. Sintesis Dimetil Aseral Sitronelat dengan Katalis Gas HCl. Semarang:
Universitas

Negeri

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM/article/view/2960/2980(diakses

Semarang.
pada

tanggal 30 November 2016)


Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ke tiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Fessenden, Ralph. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Mahmud. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Tetapan Modern Edisi Empat Jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Madzuki. 1990. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Parlan. 2005. Kimia Organik I. Malang: UM Press
Pasaribu. 2011. Dasar-dasar Ilmu untuk Universitas. Jakarta: Aksara Baru
Saadah. 2012. Pengantar Kimia Organik. Bandung: ITB
Sarjono. 2010. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
TIM Kimia Organik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi: Universitas Jambi
Yanto. 2010. Kimia Dasar Jilid III. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai