KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
TEKNIK KIMIA 2015/ SHIFT 2
ASISTEN :
TEGUH SETYAWAN, S.Si
DOSEN PEMBIMBING :
IRA GALIH PRABASARI, S.T., M.Si
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2016
PERCOBAAN V
I.
II.
JUDUL
: SENYAWA KARBONIL
HARI, TANGGAL
TUJUAN
: 1. MENENTUKAN
PERBEDAAN ALDEHID DAN KETON
2. MENGIDENTIFIKASIKAN
SENYAWA
KARBONIL
3. MENGETAHUI SIFAT KIMIA ALDEHID
DAN KETON
IV.
MANFAAT
ALDEHID
DAN
KETON,
MENGIDENTIFIKASIKAN
SENYAWA
LANDASAN TEORI
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika kedua yang menempel
pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah
satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, senyawa tersebut termasuk golongan
aldehida. Oksigen parsial dari alkohol yang menghasilkan aldehid menjadi asam karboksilat.
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air
dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan volatif (titik didih 65 0C) dan
mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa
organik banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik.
Aldehid dan keton yang dilarutkan dalam air dapat membentuk hidrat (yang disebut
gem diol) dan mengadakan keseimbangan meskipun tetapan keseimbangan hidrasi untuk
sebagian senyawa karbonil sangat kecil, namun kesetimbangan diantara aldehid dan keton
dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh
asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air
dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan
ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen karbonil sehingga mengakibatkan gugus
karbonil itumenjadi elektrofil yang lebih reaktif. (Tim Kimia Organik, 2015)
Senyawa karbonil. Gugus karbonil (C = O) mengandung atom karbon SP 2 yang
dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan rangkap. Orang cenderung berpendapat
bahwa oksigen karbonil berada dalam keadaan hibrida SP 2 seperti halnya karbon karbonil,
namun demikian ahli kimia tak terlalu yakin mengenai hibridasi oksigen karbonil, karena tak
ada sudut ikatan yang dapat diukur.
Geometri gugus karbonil ditentukan oleh karbon SP2 trigonal. Gugus karbonil adalah
planar sekeliling karbon SP3 trigonal. Ikatan karbon oksigen mengandung sepasang
elektron tersingkap. Oksigen juga mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Gambar
2.21 menunjukkan geometri gugus karbonil.
Gambar 2.21
Gugus karbonil lebih polar daripada gugus C O dalam alkohol atau efer. Alasan yang
mungkin untuk pembesaran kepolaran ini adalah bahwa elektron pi yang mobil lebih mudah
tertarik ke oksigen yang elektronegatif daripada elektron sigma dari C O.
Gugus karbonil merupakan bagian dari bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi
dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang terikat pada karbon karbonil. Bila
salah satu dari atom terikat pada karbon karbonil adalah aldehida senyawanya jika itu
hidrogen. Bila dua karbon terikat pada karbon karbonil, maka senyawanya adalah keton.
(Pandangan samping dari struktur ikatan sigma planar, semua sudut ikatan kira-kira
1200)
Aldehida dan Keton
Karena sebuah aldehida (R CHO) mengandung suatu gugus karbonil yang terikat
pada sebuah atom hidrogen, maka gugus aldehida haruslah menjadi ujung suatu rantai
karbon. Karbon aldehida itu dianggap karbon T; Jadi tak diperlukan nomor untuk
menyatakan posisinya. Akhiran nama ladehida ialah al.
O
CH
Gugus Aldehida
O
CH3CH2CH
Propanal
CH3
CH3CHCH2
O
CH
3 metil butanol
(Fessenden, 1982)
Perlindungan gugus aldehida melalui pembentukan asetal umumnya dilakukan dengan
metanol atau etanol terkatalis asam. Sitronelal memiliki gugus aldehida dan gugus alkena.
Transformasi sitronelal menjadi turunannya ditentukan oleh kereaktifan kedua gugus fungsi
tersebut. Permasalahan muncul jika transformasi melibatkan gugus alkena dengan
mempertahankan gugus aldehida. Dalam suasana asam sitronelal memiliki kecenderungan
untuk mengalami reaksi intramolekular menjadi isomer isopulegol. Untuk itu perlu
dilakukan perlindungan gugus (protecting groups) aldehida. Metode perlindungangugus
fungsi aldehida umumnya dilakukan dengan pembentukan asetal dan enamina. Asetal
dibentuk oleh reaksi antara gugus karbonil dengan alkohol pada kondisi anhidrat dengan
adanya katalis asam (Iwasaki et al. 2002). Katalis asam yang umum digunakan adalah gas
asam klorida, gas asam sulfat, BF3.OEt2 atau p-toluena sulfonat. Ketal atau asetal stabil
pada pH 4-12.
Pembentukan asetal sitronelal dengan suatu alkohol dituliskan pada Gambar 1. Karena
pembentukan asetal merupakan reaksi kesetimbangan, maka penambahan pendehidrasi untuk
mengikat air dari sistem akan meningkatkan pembentukan asetal.
Reaksi mannich telah banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Reaksi Mannich
menggambarkan dengan baik sekali kerumitan dan keragaman reaksi senyawa karbonilamina. Rangkaian reaksi keseluruhan melibatkan penggabungan antara suatu amina, suatu
aldehida (biasanya formaldehida) dan suatu keton yang memiliki atom hidrogen (suatu
keton yang terenolisasi). Sebagai hasil reaksi diperoleh senyawa aminoketon, yang
dikenal sebagai basa Mannich.
Tahap awal pada reaksi Mannich diyakini sebagai tahap pembentukan suatu kation
iminium dari amina dan formaldehida. Kation iminium menyerupai suatu imina, tetapi
memiliki muatan positif. Kation iminium merupakan elektrofil yang sangat reaktif. Bentuk
enol dari keton, meskipun biasanya ada dalam konsentrasi rendah merupakan elektrofil
karbon potensial. Reaksi antara dua komponen menghasilkan produk basa Mannich.
Vanilin (4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida) merupakan kristal berwarna putih atau
putih kekuningan yang banyak digunakan sebagai pewangi makanan. Vanilin dihasilkan dari
buah panili ( Vanilla fragrans).
Vanilin merupakan senyawa aldehida aromatik dengan rumus molekul C 8H8O3. Dilihat
dari struktur kimianya, vanilin merupakan senyawa fenol tersubstitusi gugus metoksi pada
posisi orto dan gugus aldehida pada posisi para, sehingga vanilin dapat dikelompokkan
sebagai senyawa antioksidan. Apabila vanilin dikenai reaksi reduksi akan diperoleh senyawa
vanilil alkohol menurut persamaan reaksi berikut:
vanilin, adanya gugus aldehida yang terikat pada cincin benzena akan mengurangi
reaktivitas cincin terhadap serangan elektrofil karena bersifat menarik elektron.
Adanya gugus hidroksil (OH) dana mina (NH2) yang terikat pada cincin aromatic
memegang peranan penting dalam aktivitas antioksidan. Potensi antioksidan tersebut
diperbesar oleh adanya substitusi gugus lain yang terikat pada cincin aromatik.
Penelitian mengenai pembuatan senyawa antioksidan turunan amina dari bahan
dasar vanilin telah dilakukan. vanilil alkohol diperoleh dari reduksi senyawa vanillin,
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
melalui reaksi hidrogenasi stilbena dan turunannya dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Senyawa stilbena dapat diperoleh dari reaksi olefinasi Wittig. Pada tahun 1954.
George Wittig mengemukakan sintesis umum senyawa alkena dari senyawa karbonil dengan
menggunakan fosfonium ilida.
Vanilin merupakan senyawa yang terkandung pada tanaman vanili (Vanili planifolia).
Vanilin dapat diperoleh dari tanaman vanili yang diekstrak dengan pelarut etanol atau dari
kayu lunak yang dioksidasi dengan nitrobenzena dalam alkali. Vanilin secara luas digunakan
sebagai flavouring agent pada industri pangan. Di bidang pengawetan pangan, vanilin
dipakai sebagai antimikroba dan antioksidan. Vanilin berpotensi sebagai antioksidan karena
mempunyai struktur sebagai fenol tersubstitusi. Rumus struktur vanilin digambarkan sebagai
berikut:
H3C = O + H2O
Formaldehida
C2H5OH + O2
H3C
C = O + H2O
H
Gugus fungsi senyawa ini adalah gugus karbonil C = O pada aldehida sedikitnya satu
atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton atom karbon pada
gugus karbonil, pada keton terikat dua gugus hidrokarbon.
Aldehida yang paling sederhana, formaldehida, (H2C = O) mempunyai kecenderungan
untuk berpolimerasi yaitu setiap atom bergabung satu sama lain untuk membentuk senyawa
dengan massa molar tinggi. Reaksi ini melepaskan banyak kalor dan seringkali meledak,
akhirnya formaldehida dibuat dan disimpan dalam larutan air. Cairan yang baunya agak
tidak enak ini digunakan sebagai bahan dasar di industri polimer dan laboratorium sebagai
bahan pengawet dan contoh binatang. Yang menarik, aldehida yang massa molarnya lebih
tinggi seperti aldehida sinamat mempunyai bau yang menyenangkan dan digunakan dalam
pembuatan parfum.
Karena biasanya kurang reaktif dibandingkan dengan aldehida keton yang paling
sederhana adalah keton aseton suatu senyawa berbau sedap yang digunakan sebagai pelarut
organik dan pembersih cat kuku. Aldehida dan keton mengandung komponen karbonil,
kumpulan yang karbonnya terikat kepada oksigen mempunyai ikatan ganda dua (C = O).
dalam aldehid, kumpulan karbonil terikat kepada atom hidrogen dan suatu kumpulan alkil.
Kebanyakan aldehida dan keton mempunyai aroma dengan haruman tertentu dimana
aldehid memberi bahan kepada kayu manis manakala bau kapur barus disebabkan oleh
komfor. (Chang, 2005)
VI.
1.
2.
VII.
SKEMA KERJA
1. UJI FEHLING
a. Sampel formalin
Pereaksi Fehling
-
Formalin
-
Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang trejadi
Hasil
b. Sampel aseton
Pereaksi Fehling
Aseton
-
Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
2. UJI BENEDICT
a. Sampel formalin
Pereaksi Benedict
-
Formalin
-
Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
b. Sampel aseton
Pereaksi Benedict
-
Aseton
-
Hasil
Diukur 10 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 3 5 tetes
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi
3. UJI AMMONIA
a. Sampel formalin
Formalin
-
Diukur 1 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Ditambahkan
Ammonia pekat
-
Diukur 2 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Diuapkan sampai kering menggunakan
penangas air
Hasil
b. Sampel aseton
Aseton
-
Diukur 1 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Ditambahkan
Ammonia pekat
-
Diukur 2 ml
Dimasukkan ke cawan penguapan
Diuapkan sampai kering menggunakan
penangas air
Hasil
4. UJI NaOH
a. Sampel formalin
NaOH 10%
-
Formalin
Diukur 5 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Diukur 1 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
b. Sampel aseton
NaOH 10%
-
Diukur 5 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan
Aseton
-
Diukur 1 ml
Dimasukkan ke tabung reaksi
Dipanaskan secara perlahan
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
VIII.
No
1.
2.
3.
Perlakuan
Pereaksi fehling A diukur, dimasukkan
Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna biru
ke tabung reaksi
Aseton ditambahkan
tabung
tersebut
Tabung reaksi tersebut dipanaskan
berubah
Tidak terdapat perubahan warna, hanya
secara perlahan
ke
menyengat.
b. Aseton (Fehling B)
No
1.
2.
3.
Pereaksi
Perlakuan
fehling
B
Pengamatan
diukur, Sebanyak 10 ml dan memiliki warna
tabung
bening
Sebanyak 3 tetes dan terdapat tidak
tersebut
Tabung reaksi tersebut dipanaskan
berubah
Tidak terdapat perubahan warna, hanya
secara perlahan
c. Formalin (Fehling A)
No
1.
2.
3.
Perlakuan
Mengukur pereaksi fehling A
Menambahkan 5 tetes formalin
Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna biru
Larutan hanya berbau khas formalin dan
Memanaskan larutan
d. Formalin (Fehling B)
No
1.
2.
3.
Perlakuan
Mengukur pereaksi fehling B
Pengamatan
Sebanyak 10 ml dan memiliki warna
bening kekuningan
Larutan hanya berbau khas formalin dan
Memanaskan larutan
2. UJI BENEDICT
a. Formalin
No
1.
2.
3.
Perlakuan
Memasukkan 10 ml pereaksi benedict
Pengamatan
warna biru dan tidak ada bau
ke tabung reaksi
Menambahkan 3 tetes formalin
b. Aseton
No
1.
2.
3.
Perlakuan
Memasukkan 10 ml pereaksi benedict
Pengamatan
warna biru dan tidak ada bau
ke tabung reaksi
Menambahkan 3 tetes cairan
Dipanaskan secara perlahan
3. UJI AMMONIA
a. Formalin
No
1.
2.
Perlakuan
Mengukur formalin sebanyak 1 ml
Pengamatan
Formalin berwarna bening
Memanaskan larutan
3.
b. Aseton
No
1.
2.
Perlakuan
Mengukur aseton sebanyak 1 ml
Pengamatan
Aseton berwarna bening
Memanaskan larutan
larut
Larutan
3.
mendidih,
larutan
menguap
4. UJI NaOH
a. Formalin
No
1.
2.
3.
No
1.
2.
3.
IX.
Perlakuan
Masukkan 5 ml NaOH 10% ke tabung
reaksi
Menambahkan 1 ml formalin
Dipanaskan
b. Aseton
Pengamatan
Warna bening dan tidak ada bau
Warna bening dan beraroma harum
Beraroma harum dan warna kekuningan
Perlakuan
Masukkan 5 ml NaOH 10% ke tabung
Pengamatan
Warna bening dan tidak ada bau
reaksi
Menambahkan 1 ml aseton
Dipanaskan
PENGOLAHAN DATA
Pada praktikum senyawa karbonil ini, tidak ada perhitungan dikarenakan tujuan dari
praktikum ini yaitu menentukan perbedaan aldehid dan keton, mengidentifikasi senyawa
karbonil dan mengetahui sifat kimia aldehid dan keton.
X.
PEMBAHASAN
Aldehid dan Keton
Pada kondisi oksidasi yang lemah, alkohol mungkin di ubah menjadi aldehid dan
keton.
CH3OH + O2
H3C = O + H2O
Formaldehida
C2H5OH + O2
H3C
C = O + H2O
H
Gugus fungsi senyawa ini adalah gugus karbonil C = O pada aldehida sedikitnya satu
atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton atom karbon pada
gugus karbonil, pada keton terikat dua gugus hidrokarbon.
Aldehida yang paling sederhana, formaldehida, (H2C = O) mempunyai kecenderungan
untuk berpolimerasi yaitu setiap atom bergabung satu sama lain untuk membentuk senyawa
dengan massa molar tinggi. Reaksi ini melepaskan banyak kalor dan seringkali meledak,
akhirnya formaldehida dibuat dan disimpan dalam larutan air. Cairan yang baunya agak
tidak enak ini digunakan sebagai bahan bakar dasar sebagai bahan pengawaet untuk contoh
binatang. Keton biasanya kurang reaktif dibandingkan aldehida, keton yang paling
sederhana adalah aseton, suatu cairch berbau sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut
untuk senyawa organic, dan pembersih kuku. (Mahmud, 2002)
Kebanyakan aldehid dan keton mempunyai aroma dengan harum tertentu. Aldehid dan
keton mengandung ikatan
bagaimanapun, tidak balas penambahan ini berbeda dari tindakan balas penambahan alkena
karena ikatan karbonil bersifat kutub sedangkan ikatan ganda dua alkena tidak berkutub.
(Chang, 2005)
Dalam uji fehling, pereaksi yang digunakan adalah pereaksi fehling. Pereaksi fehling
adalah oksidator lemah yang merupakan
Pereaksi fehling ion terdiri dari dua bagian yaitu fehling A dan fehling B. fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan Kalium
natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu 2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O. dengan
larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berukuran merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%.
Endapan yang tejadi berwarna hijau kekuningan. (Saadah, 2012)
Pereaksi benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat (natrium
karbonat dan natrium sulfat) glukosa dapat mereduksi ion Cl+ kuprisulfat menjadi ion Cu+
yang kemudian mengendap sebagai Cu 2O. adamya natrium karbonat dan natrium sulfat
membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat
yang diperiksa.
Perekasi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urin daripada
pereaksi fehling karena beberapa alasan: apabila dalam urin terdapat asam urat atau
kereaktifan kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi fehling tetapi tidak dapat
mereduksi pereaksi benedict. Disamping itu pereaksi benedict lebih peka dariapda pereaksi
fehling. Penggunaan pereaksi benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu
macam larutan, sedangkan perekasi fehling terdiri atas dua macam larutan. (Pasaribu, 2011)
Pada uji ammoniak. Pereaksi yang digunakan adalah amoniak pekat. Amoniak sendiri
adalah larutan gas ammonia (NH3) dalam air, berbau khas menusuk hidung. Bila uap
ammonia bercampur engan uap asam klorida maka akan terbentuk kabut putih yang
mengendap. Endapat putih tersebut adalah NH4Cl padat yang disebut salmiak. Dapat dalam
dunia perdagangan dapat dijumpai larutan ammonia pekat harus disimpan ditempat yang
sejuk agar konsentrasinya tidak menurun karena menguap.
Dilaboratorium, jika diperlukan gas amoniak dalam jumlah sedikit dapat dibuat
dengan membebaskan garam-garam ammonium dengan kapus (mic NH 4Cl + Ca(OH)2.
Kegunaannya yaitu sebagai pereaksi analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif. (Brady,
1999)
Uji yang terakhir yaitu uji NaOH. Dalam pengujian ini, pereaksi yang digunakan yaitu
NaOH 10%. NaOH sendiri atau biasa disebut soda api adalah
senyawa bersifat basa anorganik. Bentuk kristalnya memiliki
warna putih terang agak transparan, dibuat dalam bentuk flake,
pellet, atau granular. Bentuk cairnya tidak memiliki warna (bening
transparan). Natrium hidroksida termasuk bahan berbahaya yang
dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan mata. (Mardzuki,
1990)
Awalnya itu pada percobaan kali ini dilakukan tes / uji
fehling, benedict, ammonia dan NaOH. Sampel yang akan diuji
disetiap tes sama yaitu aseton dan formalin.
Pada gambar 10.1 aseton dieraksikan dengan pereaksi fehling
A yang berwarna biru tidak ada perubahan warna, yaitu tetap warna
biru, bisa dikatakan pereaksi fehling A yang ditetesi 3 tetes aseton
tidak menghasilkan reaksi pada gambar 10.1 ini, namum aseton
yang direaksikan dengan pereaksi fehling A ini menghasilkan bau
menyengat. Hasil percobaan ini bisa dikatakan gagal atau tidak
sesuai dengan literature, karena seharusnya pada sampel aseton
Gambar 10.1
(Larutan Aseton +
Fehling A)
terjadi
mungkin
kurang
lamanya
praktikum
dalam
CH3 + 2CuO
O
CH3 + CuO
Tidak bereaksi
O
Gambar 10.2
(Larutan Aseton +
Fehling B)
Tidak bereaksi
H
Pada gambar 10.4 merupakan campuran dari pereaksi
fehling B ditambahkan dengan formalin. Hasil yang didapat yaitu
wangi khas formalin, terdapat gelembung dan warna menjadi
Gambar 10.3
(Larutan Formalin +
Fehling A)
Tidak bereaksi
H
Dalam hal ini, praktikum yang dilakukan mengalah salah
paham, seharusnya fehling Aditambahkan fehling B untuk
melakukan uji fehling ini. Baru ditambahkan dengan sampel yang
akan diuji.
Gambar 10.4
(Larutan Formalin +
Fehling B)
Jadi, reaksi aldehid dengan pereaksi fehling menghasilkan endapan merah bata dari
CuO. Aldehid disini yaitu formalin.
H
H
C = O + CuO
H
Bila keton, yaitu aseton
C OH + Cu2O + H2O
H
Aseton = H3C
CH2 + CuO
O
Pada
gambar
10.5
merupakan
pereaksi
benedict
Gambar 10.5
(Formalin +
Benedict)
H
C = O + 2Cu2 + 5OH
H
Pada gambar 10.6 yaitu pereaksi benedict direaksikan dengan
aseton. Dalam literature seharusnya menghasilkan biru pekat dan
ada gelembung, hal ini sesaui dengan praktikan dapatkan dalam
praktikum. Tetapi lagi-lagi pada literature lain seharusnya pereaksi
benedict ketika diereaksikan dengan aseton tidak akan terjadi reaksi
karena yang bereaksi hanya ion Cu (II) menjadi Cu 2O. persamaan
reaksi nya adalah sebagai berikut.
Gambar 10.6
(Aseton + Benedict)
H3C
O
Pada gambar 10.7 merupakan formalin yang direaksikan dengan amoniak. Hasil
yang didapatkan yaitu larutan menguap, memiliki bau dan uap yang dihasilkan berwarna
putih. Hal ini sesuai dengan literature yang diberikan oleh asisten laboratorium.
H2O + (CH2)6N4
Gambar 10.7
(Formalin +
Ammoniak)
aseton
ditambahkan
dengan
amoniak
akan
CH3 + NH3
H2O + (CH2)6N4
O
Pada gambar 10.9 merupakan formalin ditambahkan dengan
NaOH. Larutan menghasilkan warna uning kecoklatan ketika
sesudah dipanaskan. Hal ini sesuai dengan literature yang diberikan
oleh asisten laboratorium.
Pembentukan kuning kecoklatan pada formalin pada uji ini
lebih cepat terbentuk warnaa kuning kecoklatan (kekuningan)
Gambar 10.8
(Aseton +
Ammoniak)
Gambar 10.9
(Formalin + NaOH)
CH3OH + HCOONa
H
Pada gambar 10.10 yaitu merupakan reaksi aseton dan
NaOH, hasil yang didapatkan yaitu kekuningan ( kuning
kecoklatan). Hal ini sesuai dengan literature ang diberikan oleh
asisten laboratorium. Tetapi pembentukan warna kekuningan ini
baik
dan
lebih
lama
dibandingkan
dengan
pembentukan
Gambar 10.9
(Aseton + NaOH)
CH3 + NaOH
CH3OH + CH3COONa
O
Pada praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan ini banyak mengalami kegagalan,
dikarenakan praktikan tidak memanaskan dalam waktu yang lama. Tetapi ada juga
percobaan yang berhasil. Hail ini karena praktikan lebih teliti.
XI.
PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat formalin? (Sebutkan 2 cara)
a. Secara indusri formaldehida dibuat dari oksidasi katalistik methanol yang paling
sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksidasi besi yang paling sering
digunakan yaitu proses fermak, reaksi etanol dan oksigen terjadi pada 25 0C dan
menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia:
CH3OH + O2
2H2CO + 2H2O
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperature yang lebih
tinggi, kira-kira 6500C, dalam hal ini aka nada dua reaksi kimia sekaligus yang
menghasilkan formaldehida. Suatu reaksi yang seperti diatas di sederhanakan satu
lagi adalah reaksi dehidrogenisasi
CH3OH
H2CO + H2
b. Didalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konveksi etanol
yang secara komersial tidak menguntungkan. (Brady, 1999)
2. Sebutkan beberapa kegunaan formalin!
Formalin dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri sehingga sering
digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Formaldehida juga
dipakai sebagai pengawet dalam valunisasi. Dalam bidang medis formaldehida
digunakan untuk mengawetkan kulit. Berikut adalah beberapa kegunaan lain dari
formalin:
a. Pengawet mayat.
b. Pembasmi lalat dan serangga.
c. Bahan pembuatan sutera sintesis, zat pewarna, cermin
d. Pengeras lapisan gelatin dan keras.
e. Bahan campuran parfum
f. Bahan pengawet kosmetik (Chang, 2006)
3. Apakah yang dimaksud dengan reaksi Cannizaro dan kondensasi aldol?
Reaksi Cannizaro adalah reaksi kimia yang melibatkan aldehida tanpa hidrogen pada
posisi alka yang diinduksi oleh basa. Reaksi ini melibatkan basakuat, salah satunya
NaOH.
Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organic antara ion enolat dengan senyawa
karbonat membentuk senyawa hidrokaldehida atau B hidroksi keton dan diikuti
dengan dehidrasi menghasilkan sebuah atom terkonjugasi. (Fessenden, 1982)
4. Tuliskan reaksi masing-masing antara formaldehida, asetaldehida dan aseton dengan
etil mangnesium bromide, serta produk hidrolisis hasil reaksinya.
a. Formaldehid + etil magnesium bromide
C2H5MgBr + O
C
H
C2H5 + CH2OH
2HBr
2H3O
C2H5 + CH3CHO
C
CH3
OH
CH3(Mardzuki, 1990)
KESIMPULAN
1. Perbedaan antara aldehid dan keton yaitu ditinjau dari gugusnya, gugus karbonil
aldehid terikat pada hidrogen dari satu ujung, tetapi pada keton, gugus karbonil terikat
pada atom karbon dari kedua belah pihak. Oleh karena itu gugus fungsional keton
selalu terlihat ditengah molekul, dan gugus aldehid selalu diujung.
Dalam nomenklatur terseburt, aldehid memiliki akhiran al dan keton akhiran on.
Aldehid dapat dengan mudah teroksidasi dibandingkan keton.
2. Ada beberapa jenis reaksi untuk senyawa karboni, atnara lain uji Tollens, uji fehling,
uji benedict, adisi bisulfat, kenil hidratin, uji NaOH dan uji almonia. Namun pada
percobaan hanya 4 uji yaitu fehling, Benedict, NaOH, dan ammonia. Keton tidak
bereaksi baik terhadap pereaksi benedict, fehling karena keton tidak mampu
teroksidasi terhadap reaksi yang telah diberikan. Pada uji ammonia menghasilkan uap
putih dan aseton menghasilkan warna kekuningan lebih dapat.
3. Sifat kimia aldehid yaitu oksidasi oleh larutan fehling. Aldehida tidak membentuk
ikatan hidrogen, sedangkan aseton merupakan reduktiv yang lebih lemah daripada
aldehid dan keton dapat menghasilkan alkohol sekunder.
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C. 2007. Sintesis Senyawa Bibenzil dari Bahan Awal Vanilin Melalui Reaksi
Witttig dan Hidrogenasi Katalitik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Https://staff.uny.ac.id(diakses pada tanggal 30 November 2016)
Budidarmawanti, C. 2009. Sintesis Senyawa 4 Hidroksi 5 Dimetil Aminometil 3
Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich.
Negeri
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM/article/view/2960/2980(diakses
Semarang.
pada