Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan
material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara
tradisional kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, yaitu kualititaif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau
senyawa kimia baik organik maupun anorganik, sedangkan analisis kuantitatif
bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu
cuplikan.

Analisis kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara yang dilakukan
untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat
zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada
suatu sampel cairan dalam gelas kimia, bila ingin mengetahui tentang kandungan
sampel cair itu maka yang harus dilakukan adalah menganalisa kualitatif terhadap
sampel cairan itu.

Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi


sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan penetapan
banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia
dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
1.2 Rumusan masalah

1) Bagaimana cara mengidentifikasi dan mempreparasi sampel.


2) Bagaimana cara analisa kualitatif kation suatu sampel anorganik dengan
metoda reagen spesifik.
3) Bagaimana cara analisa kualitatif anion suatu sampel anorganik dengan metoda
Reagen spesifik.
4) Bagaimana cara analisa kualitatif unsur utama karbon dan unsur penyusun
suatu sampel organik dengan metoda reagen spesifik.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum kimia analitik 1 ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 2 Oktober
2016, bertempat di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi.
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

2.1 MODUL I (IDENTIFIKASI DAN PREPARATIF SAMPEL)

2.1.1 Prinsip Percobaan

Mengidentifikasi sample yang meliputi pengamatan secara wujud, rupa,


warna, bau, sifat hidroskopis, dan sifat keasaman, serta mengidentifikasi karakter
sampel tersebut guna mengetahui pelarut mana yang tepat untuk melarutkan
sample tersebut.

2.1.2 Tujuan Percobaan

Dapat mengidentifikasi karakter dari sampel organik dan anorganik, serta


dapat mengelompokan senyawa organik dan anorganik dengan cara menganalisis
sampel tersebut, mulai dari wujud, bau, konsistensi, sifat keasaman, dan pelarut
yang tepat.

2.1.3 Manfaat Percobaan

Mahasiswa mengetahui cara identifikasi sampel dan cara preparatifnya,


serta dapat digunakan untuk melakukan analisis pada suatu sampel baik organik
maupun anorganik.
2.1.4 Dasar Teori Modul I (Identifikasi dan Preparatif Sampel)

Identifikasi sampel merupakan langkah awal sebelum melakukan analisis


kimia untuk menetapkan jenis atau karakter atau golongan dari sampel yang akan
dianalisis, apakah dari senyawa anorganik atau senyawa organik, sekaligus pula
dapat menetapkan metode atau prosedur kerja analisisnya.
Identifikasi meliputi pengamatan secara makro tentang wujud, rupa,
warna, bau, dan sifat hidroskopis. Dalam praktikum ini jenis atau golongan
sampel adalah sampel dari golongan senyawa anorganik misalnya dari mineral
berasal dari batu-batuan, pasir, tanah dan air, sedangkan dari sampel organik
misalnya dari alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sintetis dari jenis
polimer.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi
mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan
organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting
dalam biokimiaSenyawa anorganik didefinisikan sebagai senyawa pada alam (di
tabel periodik) yang pada umumnya menyusun material / benda tak hidup.
Senyawa anorganik didefinisikan sebagai senyawa pada alam (di tabel
periodik) yang pada umumnya menyusun material / benda tak hidup. Senyawa
anorganik berasal dari mineral digolongkan dalam senyawa anorganik.
Pada analisa kualitatif sampel anorganik, sampel dapat berbentuk padat,
larutan atau cair yang memberikan warna khas sesuai dengan unsur penyusunnya,
warnanya ada yang berwarna dan bening. Jika berwarna, memberikan beberapa
kemungkinan ada unsur seperti tabel dibawah ini :

WARNA SAMPEL KEMUNGKINAN UNSUR / SENYAWA YANG ADA


HIJAU Ni(II), Fe(II), Cr (II), Cu(II), Cr2O3, Hg2Cl2, KMnO4
BIRU Cu(II), Co(II), HgO, HgI2, HgS, Sb2S3, CrO4, Cu2O,
K4Fe(CN)6, Cr2O7
MERAH Pb3O4, As2O3
MERAH JAMBU Mn(II), Co(II)
KUNING Fe(III), As2O3, HgO, CdS, PbI2, CrO4, K4Fe(CN)4.3H2O
COKLAT Fe(III), PbO, CdO, Fe2O4, Ag3AsO4, SnS, Fe2O3, Fe(OH)3
HITAM PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, Co3O4, CoS, NiS, Ni2O3,
Ag2S, C

Selain identifikasi diatas, zat atau senyawa dapat diketahui dari warna khas
yang keluar saat dibakar. Zat atau senyawa dapat memberikan warna khas sesuai
dengan unsur atau logam penyusunnya, karena logam mempunyai jumlah elektron
yang berbeda-beda, sehingga valensi elektronnya berbeda-beda. Eksitasi elektron
pada elektron valensi akibat dirangsang oleh pembakaran dengan bunsen,
memberikan eksitasi elektron yang berbeda untuk setiap logam, sekaligus akan
memberikan panjang gelombang yang dicirikan oleh warna yang muncul. Warna
dapat dilihat melalui pembakaran dengan bantuan kawat Ni-Cr yang sebelumnya
dibersihkan dulu menggunakan HCl pekat. Spesifik panjang gelombang atau
warna dapat terlihat dengan bantuan kaca kobalt atau kaca biru tua.
Berikut daftar warna yang muncul jika senyawa dibakar :
LOGAM PEWARNAAN NYALA PEWARNAAM NYALA DENGAN
KACA KOBALT
NATRIUM KUNING KEEMASAN TIDAK ADA WARNA
KALIUM LEMBAYUNG MERAH TUA AGAK
KEUNGUAN
KALSIUM MERAH BATA HIJAU MUDA
STRONSIUM MERAH TUA UNGU
BARIUM HIJAU KEKUNINGAN HIJAU KEBIRUAN

Pengenalan sifat asam dan basa (anorganik dan organik)


1. Dengan kertas lakmus
2. Dengan asam sulfat

Untuk mengetahui uji pendahuluan anion bisa menggunakan reaksi asam


sulfat. Asam sulfat yang digunakan asam sulfat encer (1M) dan pekat. Asam sulfat
adalah asam kuat sehingga asam lemah yang terkandung dalam zat atau senyawa
tersebut akan terdesak keluar dan menghasilkan gas. Berikut gas yang akan
muncul jika direaksikan dengan asam sulfat:
 1 gram sampel + 0,5 mL H2SO4 encer
Tidak Karakter unsur / senyawa
berwarna
SO2 Bau merangsang dan dapat terjadi dari reaksi dengan H2SO4 encer
bila memberi warna hijau berarti sulfit, tetapi endapan S berarti
tiosulfat
CO2 Dapat mengeruhkan setets Ba(OH)2 berarti adanya karbonat, oksalat
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna hitam dan S
berarti adanya polisulfida
HOAc Dapat memerahkan kertas lakmus, berarti adanya oksalat
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang dan dapat membirukan kertas
benzidina berarti adanya nitrit
Br2 Warna coklat, bau merangsang dan dapat membirukan kertas KI +
kanji, berarti adanya hipobromit
Cl2 Warna kuning, bau merangsang, membirukan kertas KI + kanji berarti
adanya hipoklorit

 1 gram sampel + 0,5 mL H2SO4 pekat


Tidak Karakter unsur / senyawa yang ada
berwarna
CO2 Dapat mengeruhkan setets Ba(OH)2 berarti adanya karbonat, oksalat
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna hitam dan S
berarti adanya polisulfida
HOAc Dapat memerahkan kertas lakmus, berarti adanya oksalat
HCl Bau merangsang yang dapat dicirikan bila batang pengaduk yang
dibasahi HCl dicelupkan kedalam NH4Cl berarti adanya garam-garam
klorida
HF Bau merangsang, dalam keadaan dingin seperti berminyak, bila
dipanaskan mengeluarkan gas, berarti adanya garam-garam flourida
atau silicon flourida
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang dan dapat membirukan kertas
benzidina berarti adanya nitrit
BR2 dan Warna coklat, bau merangsang dan dapat membirukan kertas KI +
HBr kanji, berarti adanya hipobromit
Cl2 Warna kuning, bau merangsang, membirukan kertas KI + kanji berarti
adanya hipoklorit
NO3 Bau merangsang, warna coklat, membirukan kertas KI + kanji berarti
adanya garam-garam nitrat
ClO2 Gas kuning, dapat meledak berarti adanya garam garam klorat
I2 Gas ungu, bau merangsang, memutihkan kertas lakmus, membirukan
kertas KI + kanji berarti adanya garam-garam iodida

Untuk identifikasi ion ammonia, dapat menggunakan NaOH. Sama halnya


dengan asam kuat, dengan basa kuat juga akan mendesak basa lemah dan
mengeluarkan gas yang dapat ditandai dari baunya. Identifikasi dibuktikan
menggunakan kertas lakmus merah, jika terdapat ion NH3 maka kertas lakmus
akan berubah dari warna merah menjadi warna biru. Selain itu menggunkan
pereaksi Nessler, dibuktikan akan timbul warna coklat

2.1.5 Prosedur Kerja

Alat yang digunakan :


 Tabung Reaksi  Kawat Nikrom
 Rak Tabung  Kaca Arloji
 Batang Pengaduk  Botol Semprot
 Plate Test  Penjepit Tabung
 Pipet tetes  Botol Warna (penyimpan
 Gelas Kimia 250 ml sampel)
 Gelas Kimia 500 ml
Bahan yang digunakan :
 Sampel Anorganik  NaOH 1M
 Sampel Organik  Etil alcohol
 Aquadest  Acetone
 HCl 2M  Benzene
 HCl pekat  Eter
 HNO3 2M  Kloroform
 HNO3 pekat  Karbon tetraklorida
 Aquaregia  H2O2
 H2SO4 pekat  n-Heksan
 H2SO4 1M

Cara Kerja

Identifikasi Sampel
1. Sampel yang disiapkan terdiri dari sampel anorganik dan organik. Sampel
anorganik dan organik diberikan oleh asisten.

2. Periksa kedua sampel ini secara makro terhadap :


a. Pengenalan wujud : padat, cair atau gas
b. Pengenalan rupa : untuk padat : bungkahan, butiran, serbuk halus. Untuk
cair : larutan, koloid
c. Pengenalan warna
 Sampel anorganik
Sampel padat, larutan atau cair memberikan warna yang khas sesuai
dengan unsur penyusunnya, warnanya : berwarna dan bening
 Sampel organic : berwarna, tidak berwarna
d. Pengenalan bau
Pengenalan bau : untuk anorganik/organik : berbau/tidak berbau.

3. Pengenalan sifat zat hidroskopis (anorganik/Organik)


a. Ambil beberapa bagian dari masing-masing sampel simpan dalam kaca
arloji, biarkan beberapa lama.
b. Catat waktu mulai menyimpannya dan mulai saat terjadi peristiwa
hidroskopis.
c. Cari perbandingan waktu dari kedua sampel tersebut dan nyatakan mana
dari sampel tersebut yang hidroskopis.

4. Pengenalan sifat asam dan basa (anorganik/organik)


a. Dengan kertas lakmus
Sifat zat/senyawa dapat diperiksa sifat keasamannya dan
kebasaannya dengan menggunakan kertas lakmus. Amati apa yang
terjadi dari kedua sampel tersebut
b. Dengan asam sulfat
Asam sulfat yang digunaka H2SO4 1M dan pekat. Asam sulfat
adalah asam kuat sebagai hasil reaksinya dengan asam lemah akan
terdesak keluar dan menghasilkan gas.

Identifikasi Reaksi H2SO4 encer / H2SO4 pekat


1. Sampel yang sudah dilarutkan, diidentifikasi dengan menggunakan H2SO4
encer / H2SO4 pekat.
2. Sampel dimasukan kedalam tabung reaksi.
3. Kemudian sampel ditambahkan H2SO4 encer / H2SO4 pekat.
4. Gas yang timbul diamati.
5. Setelah melihat cirri khas dari gas yang timbul, dicek dengan perekasi
khusus untuk meyakinkan gas yang terkandung didalamnya.
Identifikasi Reaksi NaOH 1M
1. Sampel yang sudah dilarutkan, diidentifikasi dengan menggunakan reaksi
NaOH.
2. Sampel dimasukan kedalam tabung reaksi.
3. Kemudian sampel ditambahkan NaOH 1M
4. Gas yang timbul diamati dengan menggunakan lakmus merah, jika
berubah warna dari merah menjadi biru, maka sampel mengandung gas
NH3.
5. Untuk lebih meyakinkan sampel ditambahkan pereaksi Nessler, jika timbul
warna warna coklat, sampel positif mengandung gas NH3.

Identifikasi Reaksi Nyala


1. Sampel yang sudah dilarutkan, diidentifikasi reaksi nyala.
2. Kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam larutan HCl pekat.
3. Setelah dicelupkan, kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam sampel.
4. Kemudian sampel dibakar menggunakan pembakar bunsen.
5. Senyawa yang dibakar akan keluar warna. Warna yang keluar bisa diamati
dengan menggunakan kaca kobalt.

Preparatif sampel

Pelarutan Sampel Anorganik


1. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 6 buah, sampel dimasukan kedalam
masing-masing tabung reaksi dengan banyak atau jumlah yang sama.
2. Tabung reaksi pertama yang berisi sampel ditambahkan aquadest, tabung
reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut, sampel
yang sudah diberi aquadest dipanaskan sambil dikocok.
3. Tabung reaksi kedua yang berisi sampel ditambahkan HCl 2M, tabung
reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut, sampel
yang sudah diberi HCl 2M dipanaskan sambil dikocok.
4. Tabung reaksi ketiga yang berisi sampel ditambahkan HCl pekat, tabung
reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut, sampel
yang sudah diberi HCl pekat dipanaskan sambil dikocok.
5. Tabung reaksi keempat yang berisi sampel ditambahkan HNO3 2M,
tabung reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut,
sampel yang sudah diberi HNO3 2M dipanaskan sambil dikocok.
6. Tabung reaksi kelima yang berisi sampel ditambahkan HNO3 pekat,
tabung reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut,
sampel yang sudah diberi HNO3 pekat dipanaskan sambil dikocok.
7. Tabung reaksi keenam yang berisi sampel ditambahkan aquaregia, tabung
reaksi dikocok hingga larut. Jika sampel masih tidak dapat larut, sampel
yang sudah diberi aquaregia dipanaskan sambil dikocok.
8. Setelah ditemukan pelarut yang cocok, sampel anorganik dilarutkan
menggunakan pelarut yang cocok dan disimpan dalam botol coklat. Botol
sampel diberi label.

Pelarutan Sampel Organik


1. Siapkan 6 buah test tube yang bersih, beri label
2. Masing-masing test tube masukkan sampel kira-kira 1 g
3. Tambahkan ke masing-masing test tube 5 tetes berurut turut pelarut etanol,
aceton, benzene, eter, kloroform, karbon tetraklorida dan dikocok
4. Lanjutkan penambahan pelarut sampai volume 5 ml dan kocok
5. Biarkan 30 menit, perhatikan mana yang terlarut sempurna (pelarut yang
melarutkan sampel dengan sempurna di pakai sebagai pelarut yang cocok
untuk percobaan selanjutnya).
2.1.6 DATA PENGAMATAN

Hasil Percobaan
No Dokumentasi Hasil
1.

Sampel yang saya


dapatkan :
Anorganik dengan
nomer sampel BS17
Organik dengan nomor
sampel BS10

2.
Sampel Anorganik
berwarna abu dan
coklat kekuningan
Tidak berbau
Dan berbentuk serbuk
padat

Sampel Organik
Berwarna kuning
Bau seperti minyak
goreng
Dan berbentuk cairan
kental
3.

Pengecekan Sifat
hidroskopis, kedua
sampel (anorganik dan
organik) masing-
masing diletakan d kaca
arloji.
Didiamkan mulai dari
pukul 10.23 s/d 11.00
kedua sampel tersebut
tidak mengalami
perubahan, sehingga
dapat dikatakan kedua
sampel tersebut non
hidroskopis

4. Pengecekan sifat
keasaman untuk sampel
anorganik,
menggunakan kertas
lakmus, dimana sampel
di tambahkan air
aquades sedikit lalu di
masukan kertas lakmus,
dengan hasil netral
cenderung basa yang
ditandai dengan kertas
lakmus setelah di
masukan kedalam
sampel, yang warna
biru tetap berwarna
biru, kemudian kertas
lakmus merah berubah
menjadi putih

Kemudian untuk
pengecakan sifat
keasaman pada sampel
organik, menggunakan
kertas lakmus juga,
dengan hasil netral
cenderung basa, dengan
di tandai kertas lakmus
biru tetap berwarna
biru, dan kertas lakmus
merah berubah menjadi
putih kebiruan

5. Pemeriksaan gas pada


sampel organik dan
anorgaik menggunakan
asam / H2SO4 lemah
dan H2SO4 pekat tidak
memberikan perubahan
/ tidak dapat di amati
reaksi yang terjadi
6. Pemeriksaan gas pada
sampel anorgaik dan
organik menggunakan
basa NaOH tidak
memberikan perubahan
/ tidak dapat diamati
reaksi yang terjadi
7.

Sampel anorganik
dilakukan tes reaksi
nyala memberikan
warna oranye
kemerahan

8.
Untuk preparatif
sampel, pelarut yang
dapat melarutkan
sampel anorganik
adalah aquaregia,
sampel anorganik
ketika dilarutkan
dengan air, HCL 2M,
HCL pekat, HNO3 2
M, HNO3 pekat,
sampel anorganik
tersebut tidak larut.
Preparatif sampel
organik : mula-mula
sampel didestruksi oleh
HNO3 pekat sehingga
menghasilkan larutkan
2 fasa, kemudian untuk
fasa bagian atas dicari
pelarut organik yang
tepat, dan pelarut
organik yang tepat
adalah klorofom.

2.1.7 Pembahasan
Untuk melarutkan sampel diharuskan memilih pelarut yang dapat
melarutkan sampel secara sempurna. Pengelompokan pelarut: air, pelarut organik,
pelarut asam (encer, kuat, campuran) serta peleburan.

2.1.8 Kesimpulan
Untuk sampel anorganik = sampel tersebut tidak memiliki sifat
hidroskopis, bersifat netral kebasaan, membutuhkan pelarut yang kuat yaitu
aquaregia, kemudian berdasarkan wujud (terutama warna yang berwarna abu
coklat kekuningan) sampel tersebut diduga mengandung Fe(III), As3+, Pb2+, Hg2+,
Cd3+, Cr3+, K+.
Untuk sampel organik = sampel tersebut tidak memiliki sifat hidroskopis,
bersifat netral kebasaan, pelarut organik yang tepat untuk melarutkan sampel
tersebut adalah klorofom (karena jika menggunakan pelarut organik lainnya
seperti etil alkohol, aceton, benzen, eter, karbon tetraklorida, maka sampel
tersebut tidak larut / membentuk 2 fasa), kemudian berdasarkan dari wujud
(terutama warna yang berwarna kuning) sampel tersebut diduga mengandung
Fe(III), As3+, Pb2+, Hg2+, Cd3+, Cr3+, K+.
2.1.9 Pertanyaan

1. Kenapa identifikasi sampel sangat penting dilakukan sebelum mengerjakan


analisa suatu sampel?
Jawaban : Agar dapat mengetahui langkah awal untuk menetapkan jenis atau
karakteristik atau golongan dari sampel yang dianalisis dan sekaligus dapat
menetapkan metode atau prosedur kerja analisanya.

2. Jelaskan kenapa unsur / atom dan senyawa mempunyai warna yang khas?
Jawaban : Karena atom-atom sampel yang terpisah dalam nyala api dapat
mengalami emisi hanya karena transisi elektron antara tingkat energi atom.
Transisi tersebut mengemisikan cahaya dengan frekuensi yang sangat spesifik,
yang tidak lain merupakan karakteristik unsur kimia itu sendiri. Oleh karena itu,
nyala api menjadi berwarna, yang ditentukan terutama oleh sifat-sifat unsur kimia
yang dimasukkan ke dalam nyala.

3. Kenapa dalam percobaan reaksi nyala dicelupkan terlebih dahulu dengan HCl?
Apakah warna Cl yang terlihat pada waktu memanaskan sampel?
Jawaban : Dalam percobaan ini digunakan HCl untuk membersihkan kawat
nikrom, karena HCl dapat melarutkan pengotor-pengotornya / zat pengganggu
yang mungkin menempel pada kawat nikrom, sehingga pengotor tersebut akan
mudah menguap dari kawat, sehingga kawat benar-benar bersih.
Kenudian pembakaran HCl tidak memberikan warna sehingga tidak
mempengaruhi atau mengganggu warna nyala logam alkali dan alkali tanah ketika
diamati.
HCl digunakan untuk membuat sampel menjadi kental sehingga mudah menempel
dalam kawat nikrom.

4. Cari jenis asam kuat yang dapat digunakan sebagai pelarut senyawa organik!
Jawaban : Asam sulfat dan Asam Klorida
5. Cari jenis pelarut organik sebanyak mungkin, lengkapi karakternya!
Jawaban :
GOLONGAN ALKOHOL
Gliserol (propana – 1,2,3, triol)
Kadar : 98 %
BJ : 1,26 kg/lt
BM : 92,10 gr/mol

Ethanol
BJ : 0,790 kg/lt
BM : 46,07 gr/mol
Tanda pd kemasan : Highly Flammable

1- butanol
Rumus : CH3–CH2–CH2–CH2–OH
Kadar : 99,5 %
BJ : 0,81 kg/lt
BM : 74,12 gr/mol
Tanda pd kemasan : Harmful

Methanol
Rumus : CH3–OH
BJ : 0,79 kg/lt
BM : 32,04 gr/mol
Tanda pd kemasan : Highly Flammable, Toxic
GOLONGAN ALKOKSIALKANA (ETER)
Diethyl Ether
Rumus : CH3–CH2–O–CH2–CH3
BJ ` : 0,71 kg/lt
BM : 74,12 gr/mol
Tanda pada kemasan : Harmful, Extremely Flammable

GOLONGAN KETON ( ALKANON )


Ethyl Methyl Keton (butanon)
Kadar : 99,5 %
BJ : 0,80 kg/lt
BM : 72,11 gr/mol
Tanda pada kemasan : Iritant, Highly Flammeble

GOLONGAN ALDEHID ( ALKANAL )


Formaldehyde Solution
Kadar : 37 %
BJ : 1,08 kg/lt
BM : 30,03 gr/mol
Tanda pada kemasan : Toxic

GOLONGAN AROMATIK
Toluene (Toluol)
Kadar : 99,5 %
BJ : 2,51 kg/lt
BM : 92,14 gr/mol
Tanda Pada kemasan : Harmful, Highly Flammeble
6. Apakah yang dimaksud dengan preparatif sampel?
Jawaban : Preparatif sampel adalah mempersiapkan sampel, yang kemudian
agar sampel dapat diketahui bagiamana teknik dalam pengambilannya yang benar,
dan juga mengetahui cara menganalis agar sampel tersebut memperoleh hasil
yang akurat demi keberhasilan suatu analisa

7. Kenapa sangat diperlukan preparatif sampel?


Jawaban :
a. Pemekatan analit
b. untuk memperoleh larutan yang homogen, dan meningkatkan keterukuran analit
melalui perubahan bentuk, reaksi kimia, derivatisasi, agar kompatibel dengan
metode analisis yang digunakan.
c. untuk menghilangkan komponen pengganggu analisis melalui pemisahan,
pemurnian (clean-up, filtrasi, dan lain-lain)
d. melindungi instrumen ukur dari kerusakan dan kontaminasi

8. Wujud sampel harus sesuaikan dengan alat ukur yang dipakai, kenapa
demikian?
Jawaban : agar hasil akurasi dan presisi asnalisa suatu sampel memiliki
ketepatan yang tinggi, dan meminimalisir penyimpangan / kesalahan pada suatu
analisa.
9. Bagaimana Merubah wujud sampel menjadi cair, bila :
a. Sampel berwujud padat b. Sampel berwujud cair c. Sampel berwujud gas
Jawaban :
a. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh peristiwa padat
menjadi cair yaitu pada batu es yang berubah menjadi air, lilin yang dipanaskan.
b. Sampel sudah berwujud cair hanya perlu kita diamkan agar berubah atau tetap
menjadi cair.
c. Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat
melepaskan energi panas. Contoh mengembun adalah ketika kita menyimpan es
batu dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di
lapangan pada pagi hari menjadi basah padahal sore harinya tidak hujan

Anda mungkin juga menyukai