Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK “REAKSI KIMIA ANORGANIK DAN


KIMIA KOORDINASI”
SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS
(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik I)

Dosen Pengampu : Indah Langitasari, S.Si., M.Pd

Disusun Oleh :
Alifa Siti Assyam Nurfatihah
(2282200063) / Kelompok 7 Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
PRAKTIKUM 8
SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS
Tanggal Praktikum : Kamis, 29 November 2022

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum kali ini praktikan dapat :
- Dapat mensintesis beberapa senyawa kompleks
- Dapat menentukan kekuatan relatif ligan dan membandingkan kestabilan beberapa
senyawa kompleks
- Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi

B. Prinsip Percobaan
Salah satu keistimewaan ion-ion logam transisi adalah memiliki warna-warna yang
khas. Ion-ion logam transisi warnanya dapat berubah-ubah jika molekul atau ion yang
bukan air mengikat ion logam membentuk senyawa kompleks. Molekul atau ion tersebut
disebut sebagai ligand yang berfungsi sebagai basalewis yang mendonorkan pasangan
elektron nya pada ion logam. Ion logam sendiri berperan sebagai atom pusat yang
menerima pasangan lektron bebas sehingga berperan sebagai asam lewis. Ikan yang terjadi
berupa ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa yang terbentuk disebut senyawa
koordinasi atau senyawa kompleks. Ikatan koordinasi antara ligan dan atom pusat
menyebabkan terjadinya perubahan tingkat energi elektronik dari ion logam. Spektrum
dari sinar tampak yang diserap oleh elektron dalam ion logam transisi akan berubah,
demikian juga dengan spektrum sinar tampak yang diteruskan, sehingga senyawa
kompleks dari ion-ion logam transisi memiliki warna yang berbeda dibandingkan warna
hidrat ion-ion logam transisi. Salah satu contoh senyawa kompleks adalah
tetraminatembaga(II) sulfat Monohidrat. Senyawa kompleks tersebut didapatkan ketika
larutan ammonia ditambahakan ke dalam larutan tembaga(II) sulfat pentahidrat.,
[Cu(H2O)4]SO4.H2O. Amonia menggantikan air sebagai ligan dan terbentuk kompleks
baru (Langitasari, 2022)

C. Reaksi Kimia

• CuSO4(aq) + 4HCl(aq) → H2[CuCl4](aq) + H2SO4(aq)


• Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4H+(aq) + 4Cl-(aq) → [CuCl4]2-(aq) + SO42-(aq) + 4H+ (aq)
• CoCl2(aq) + 2HCl(aq) → [CoCl4]2-(aq) + 2H+(aq)
• CuSO4(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4SO4](aq)
• Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4SO4]2+(aq) + SO42-(aq)
• [Cu(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(OH)2(s) → Cu(OH)2(aq) + 4NH3(aq)
• CuSO4(aq) + 4KSCN(aq) → K2[Cu(SCN)4](aq) +2KSO4(aq)
• Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4SCN-(aq) → [Cu(SCN)4]2-(aq) + SO42-(aq)

D. Kajian Teori
Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa - senyawa ini molekul
molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh (Sukardjo,
1985).
Senyawa kompleks adalah senyawa yang dalam strukturnya memiliki suatu ikatan
kovalen koordinasi anatara ion atau atom pusat dengan ligan atau disebut dengan gugus
pelindung (Cotton, 1989). Ikatan koordinasi merupakan ikatan antara dua elektron yang
mirip dengan ikatan kovalen, tetapi kedua elektron tersebut berasal dari ligan yang
berperan sebagai basa lewis yang memiliki elektron tidak berpasangan. Sementara ion
logamnya berperan sebgai asam lewis yang kekurangan elektron pada orbitalnya yang
dapat digunakan untuk membentuk sebuah ikatan (Pass & Sutchliffe, 1974).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut
ligan) memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom atau
ion lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks yang
dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).
Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom, gugusan
mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-atom atau
gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi dengan atom pusat
dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks koordinasi. Gugus
kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi
sedangkan gugus yang terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum
ion atau molekul yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut
sebagai “bilangan koordinasi”. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat,
bidentat, tridentat, dan sebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik
koordinasi yang dimiliki ligan (Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga,
ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat
menyumbangkan sepasang elekron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan
unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti
ion halide, anion poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul
kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan OH-.Ligan seperti
ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan
monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ hanya mengandung ligan
monodentat, Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-
masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang
sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini disebut juga ligan kelat (dari bahasa Latin untuk
kuku/cakar), karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih
atom donor (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diperkenalkan oleh Lewis
Sidwich. Teori ini digagalkan sebab tidak dpat menjelaskan bentuk geometri senyawa-
senyawa kompleks. Tiga teori kemudian muncul, salah satunya yaitu teori medan ligan
(Arsyad, 2001). Teori medan ligan menjelaskan tentang pembentukkan kompleks atas
dasar elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan terkoordinasi di sekeliling bularan
sebelah dalam atom pusat. Medan ligan dapat menyebabkan pengurangan tingkat energi
orbital-orbital di atom pusat yang kemudian menghasilkan energi untuk menstabilkan
kompleks (Vogel, 1990)

E. Alat dan Bahan


Alat : - Tabung reaksi (8 buah) - Pipet tetes (8 buah)
- Gelas kimia 100 ml (1 buah) - Batang pengaduk (1 buah)
- Pembakar spirtus (1 buah) - Rak tabung reaksi (1 buah)
- Spatula (1 buah) - Penjepit tabung reaksi (1 buah)
- Corong (1 buah) - Gelas ukur 5 ml (1 buah)
- Neraca analitik (1 buah) - Kaca arloji (1 buah)
- Kaki 3 (1 buah) - Botol semprot (1 buah)
- Kawat kasa (1 buah)

Bahan : - CuSO4.5H2O - Co(NO3)2 0,1 M


- CuSO4 0,1 M - NH3 pekat
- HCl pekat - Aseton
- CoCl2 0,1 M - Ethanol 96%
- KSCN 0,1 M - NaOH 1M

F. Prosedur Kerja
• Pembuatan Kompleks Kloro dari Tembaga(II), Nikel(II), dan kobalt(II)
CuSO4 0,1 M, Ni(NO3)2 0,1M, & CoCl2 0,1 M
→ 5 tetes CuSO4 0,1M, Ni(NO3)2 0,1M, & CoCl2 0,1 M dalam 3 tabung reaksi
yang berbeda
→ (+) 10 tetes HCl pekat pada masing-masing tabung
→ Dikocok dan dibandingkan dengan larutan garam asli awal
→ (+) ± 5 ml aquadest
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
Hasil

• Pembuatan Kompleks dari Ion Tembaga(II)


CuSO4 0,1 M
→ (+) 10 tetes CuSO4 kedalam 5 tabung reaksi yang berbeda
(tabung 1) + 5 tetes NH3 pekat
(tabung 2) + 5 tetes etilendiamina
(tabung 3) + 5 tetes KSCN
(tabung 4) + 5 tetes H2O
(tabung 5) sebagai pembanding
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
→ Di uji kestabilan dengan (+) 3 – 5 tetes NaOH 1M pada masing – masing
tabung
Hasil
• Pembuatan Kompleks dari Ion Kobalt(II)
(tidak dilakukan)
Co(NO3)2 0,1 M
→ (+) 10 tetes Co(NO3)2 0,1 M kedalam 4 tabung reaksi yang berbeda
→ (tabung 1) + 5 tetes NH3 pekat
(tabung 2) + 5 tetes etilendiamina
(tabung 3) + 5 tetes KSCN
(tabung 4) + 5 tetes H2O
(tabung 5) sebagai pembanding
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
→ Di uji kestabilan dengan (+) 3 – 5 tetes NaOH 1M pada masing – masing
tabung
Hasil

• Sintesis Tetraminatembaga(II) sulfat monohidrat


CuSO4.5H2O
→ Ditimbang 2 gram CuSO4.5H2O dan dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml
→ (+) 5 ml air dan dipanaskan / bila perlu dipindahkan dipindahkan kelemari
asam
→ (+) NH3 pekat sampai sampai endapan larut
→ Didinginkan dalam penangas es
→ Didinginkan dengan (+) 6 ml ethanol dalam penangas es (hingga suhu sama)
→ (+) ethanol perlahan kedalam larutan awal (biru)
→ Ditimbang kertas saring, pasang pada corong dan saring larutan dengan vakum
→ Endapan dicuci dengan 2 ml ethanol 96% dingin dan 2 ml aseton dingin
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
→ Diletakkan kertas saring dan padatan pada kaca arloji (ditimbang)
→ Endapan dikumpulkan pada wadah dan diberi label
Hasil
• Sintesis Tetraminakromium(III) klorida
(tidak dilakukan)
[Cr(H2O)6]Cl3
→ Ditimbang 2 gram [Cr(H2O)6]Cl3 dan dimasukkan kedalam gelas kimia 100
ml
→ (+) 3 ml air hangat ± 50oC dan (+) 8 ml NH3 pekat
→ Didinginkan dalam penangas es
→ Didinginkan dengan (+) 5 ml ethanol dalam penangas es (hingga suhu sama)
→ (+) ethanol perlahan kedalam larutan awal hingga mengendap
→ Ditimbang kertas saring, pasang pada corong dan saring larutan dengan vakum
→ Endapan dicuci dengan 2 ml ethanol 96% dingin dan 2 ml aseton dingin
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
→ Diletakkan kertas saring dan padatan pada kaca arloji (ditimbang)
→ Endapan dikumpulkan pada wadah dan diberi label
Hasil

G. Data Pengamatan
• Pembuatan Kompleks Kloro dari Tembaga(II), Nikel(II), dan kobalt(II)
Larutan Warna (+) HCL Rumus Kimia Pengaruh
Larutan Penambah
H2O
CuSO4 0,1 M Biru muda Hijau neon CuCl42- Biru muda
terang seulas
CoCl2 0,1 M Merah anggur/ Ungu muda CoCl4 Merah muda
merah muda jernih seulas
terang

• Pembuatan Kompleks dari Ion Tembaga(II)

Ligan Warna Rumus Kimia Pengaruh NaOH

Biru lebih tua dari


NH3 Biru muda keruh Cu(NH3)4.SO4
SCN- (muda)
SCN Hijau muda Cu(SCN-) Biru lebih keruh
(cukup muda)
Biru telur asin
H2O Biru muda terang Cu(OH)2
(sangat muda)

• Pembuatan Kompleks dari Ion Kobalt(II)


(tidak dilakukan)

• Sintesis Tetraminatembaga(II) sulfat monohidrat

Percobaan Prosedur Pengamatan

D 2 gram CuSO4.5H2O Serbuk berwarna biru


(+) 5 ml air Larutan berwarna biru muda
terang dan sukar larut dalam air
Dipanaskan Endapan larut
(+) NH3 pekat Larutan berwarna biru metalik
(endapan larut)
Didinginkan Suhu dingin larutan sama
- Larutan
- Ethanol
(+) ethanol dingin Terbentuk 2 lapisan
Lapisan 1 : berwarna biru pudar
Lapisan 2 : berwarna biru
metalik
Disaring Filtrat biru metalik jernih
Dicuci endapan Tidak ada perubahan larutan
(+) ethanol 96% tetap berwarna biru metalik
(+) aseton dingin jernih
Berat reaktan 2 gram
Berat kertas saring 0,26 gram
Penimbangan

Berat kertas saring + senyawa hasil sintesis 4,35 gram


Berat senyawa hasil sintesis 4,09 gram
Berat senyawa hasil sintesis secara teoritis 1,968 gram
Persentase senyawa hasil sintesis 2,08 %
• Sintesis Tetraminakromium(III) klorida
(tidak dilakukan)

H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan sintesis senyawa kompleks, dimana
menggunakan beberapa percobaan. Senyawa kompleks adalah senyawa yang dalam
strukturnya memiliki suatu ikatan kovalen koordinasi anatara ion atau atom pusat dengan
ligan atau disebut dengan gugus pelindung.
Pada percobaan A yang pertama yaitu kompleks kloro dari tembaga(II), nikel(II) dan
kobalt). Percobaan ini dilakukan bebapa perlakuan, pada perlakuan yang pertama (tabung
1) dengan mereaksikan 5 tetes CuSO4 dengan 10 tetes HCl pekat. Berdasarkan data hasil
percobaan larutan CuSO4 berwarna biru, kemudian setalah direaksikan dengan HCl pekat
larutan akan berubah warna menjadi hijau neon. Warna hijau yang timbul menandakan
telah terbentuknya kompleks dari ion [CuCl 4]2-.
Persamaan reaksi : CuSO4(aq) + 4HCl(aq) → H2[CuCl4](aq) + H2SO4(aq)
Kemudian larutan campuran diatas ditambahkan dengan aquades hingga warna larutan
menjadi lebih jernih. Berdasarkan literatur, saat ion [CuCl 4]2-, saat direaksikan dengan
aquades akan menghasilkan ion kompleks berupa [Cu(H2O)4]2+ yang berwarna biru. Pada
reaksinya, ligan Cl2 yang berikatan dengan ion logam Cu akan digantikan oleh ligan H2O
sehingga membentuk kompleks baru.

Reaksi ion total :


Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4H+(aq) + 4Cl-(aq) → [CuCl4]2-(aq) + SO42-(aq) + 4H+ (aq)
Pada perlakuan kedua (tabung 2) dengan mereaksikan mereaksikan CoCl 2 dengan HCl
pekat. Berdasarkan data hasil percobaan larutan CoCl 2 yang berwarna merah anggur,
ketika larutan direaksikan dengan HCl pekat warna larutan berubah warna menjadi ungu
muda. Berdasarkan literatu, ketika keduanya direaksikan akan membentuk ion kompleks
[CoCl4]2+ yang berwarna biru gelap.
Persamaan reaksi : CoCl2(aq) + 2HCl(aq) → [CoCl4]2-(aq) + 2H+(aq)
Kemudian larutan campuran diatas ditambahkan dengan aquades hingga warna larutan
menjadi lebih jernih. Berdasarkan literatur, ketika ion kompleks [CoCl 4]2- direaksikan
dengan aquades maka akan menghasilkan ion komplek ion heksaaquakobalt(II) atau
[Co(H2O)6]2+ yang berwarna merah muda. Tetapi, data hasil percobaan yang dilakuakn
tidak sesuai dengan teori, hal ini disebabkan adanya faktor-faktor kesalahan mungkin
seperti penambahan aquades yang berlebih. Pada reaksi ligan Cl 2 yang terikat pada ion
logam Co akan digantikan oleh ligan H2O.
Kemudian pada percobaan B yaitu Kompleks dari iom tembaga(II) dengan bebetapa
perlakuan. Perlakuan yang pertama (tabung 1), dimana mereaksikan CuSO 4 dengan NH3,
berdasarkan data hasil percobaan akan membentuk larutan yang berwarna biru dimana
merupakan kompleks [Cu(NH3)4]2+. Ketika dilakuakn uji ketabilan kompleks dengan
menambahkan NaOH, larutan akan berubah warna menjadi biru muda dan terdapat
endapan.
Persamaan reaksi : CuSO4(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4SO4](aq)
Reaksi ion total : Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4SO4]2+(aq) + SO42-(aq)

Saat ditambahkan NaOH, Reaksi ion total :


[Cu(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(OH)2(s) → Cu(OH)2(aq) + 4NH3(aq)
Dimana, ion tetraaaminotembaga(II)sulfat memiliki ligan monodentat yang cenderung
kurang stabil jika dibandingkan dengan ligan polidentat
Perlakuan percobaan B kedua (tabung 2) dengan meraksikan CuSO4 dengan KSCN,
berdasarkan hasil data percobaan menghasilkan larutan berwarna hijau dimana merupkan
kompleks K2[Co(SCN)4]. Ketika diuji kestabilan kompleks dengan menambahkan larutan
NaOH, hasil larutan berubah warna mnejadi biru tua dan adanya endapan. Dimana, ion
tetratiosianatembaga(II)sulfat mempunyai ligan monodentat yang cenderung akan tidak
stabil jika dibandingkan dengan ligan polidentat.
Persamaan reaksi : CuSO4(aq) + 4KSCN(aq) → K2[Cu(SCN)4](aq) +2KSO4(aq)
Reaksi ion total : Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 4SCN-(aq) → [Cu(SCN)4]2-(aq) + SO42-(aq)
Perlakuan ke tiga (tabung 3) dengan melarutkan CuSO4 dengan aquades akan
menghasilkan warna biru terang, sebab danya hidrasi dengan aquades. Saat diuji ketabilan
kompleks dengan NaOH akan menghasilkan larutan biru muda (tidak pekat)
Percobaan D yaitu sintesis tetraminakromium(III)klorida, dimana 2 gr CuSO4.5H2O
yang dilarutkan dengan aquades dan direaksikan dengan NH3 pekat, kemudian NH3 pekat
berlebih, dan etanol dingin yang kemudian dicuci endapan dengan etanol 96% dingin serta
aseton dingin. Berdasarkan hasil data percobaan ketika CuSO4.5H2O yang dilarutkan
dalam aquades, larutan menjadi berwarna biru muda dan sukar larut. Dengan dinaikan
suhu dalam pemanasan kelarutannya akan semakin cepat karena kristal hidrat akan
menguap dan akan terbentuk larutan CuSO4 murni tanpa kristal hidratnya.
Saat ditambahkan dengan NH3 pekat terbentuk endapan berwarna biru muda di dasar
gelas kimia, dan larutan biru pekat di lapisan atasnya. Ketika ditambahkan dengan NH 3
pekat berlebih, endapan akan larut dan warna larutan biru keunguan, hal ini dapat terjadi
sebab adanya senyawa kompleks yang terbentuk. Jika ditambahkan reagen ligan berlebih
akan kembali larut. Pada saat dilakukan pendinginan larutan berwarna biru pekat keunguan
diserta terdapat 2 lapisan dengan lapisan atas larutan biru pekat, dan lapisan bawah
endapan biru muda. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadinya proses penguapan.
Kemudian ketika ditambahkan etanol dingin, kaan terbentuk 3 lapisan dengan lapisan
bawah dan atas berwarna biru tua pekat, lapisan tengah berwarna biru kehitaman dan
setelah beberapa saat, lapisan tengah larutan kemudian larut menjadi homogen dengan fasa
atas dan bawahnya.
Saat dilakukan penambahan etanol berfungsi untuk mengurangi kelarutan garam
tetraaminatembaga(II)sulfat yang berwarna biru. Kemudian didiamkan selama 1 hari, akan
terbentuk 2 lapisan dengan lapisan atas berwarna biru keunguan dan apisan bawah
berwarna biru tua pekat. Selanjtunya dilakukan proses penyaringan akan menghasilkan
warna larutan biru keunguan dan warna endapan biru tua pekat. Proses selanjutnya dicuci
endapan dengan menggunakan etanol 96% dingin dan aseton dingin, dengan fungsi agar
menghasilkan endapan murni. Proses pemanasan dilakuakn unmtuk menghasilkan
endapan biru tua pekat kering yaitu kristal tetraaminatembaga(II)sulfat. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan % redamen sebesar 2,08 %

Senyawa kompleks dapat disintesis dengan dilakukannya dengan mereaksikan ion


logam transisi sebagai atom pusat dengan ligan yang berupa basa lewis dengan ikatan yang
terjadi antara kedua yaitu ikatan kovalen koordinasi.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum sintesis senyawa kompleks kali ini maka
dapat disimpulkan bahwa :
1) Senyawa kompleks dapat disintesis dengan dilakukannya dengan mereaksikan ion logam
transisi sebagai atom pusat dengan ligan yang berupa basa lewis dengan ikatan yang terjadi
antara kedua yaitu ikatan kovalen koordinasi.
2) Urutan kekuatan relatif ligan berdasarkan spektrokimia ialah : I - < Br- < S2 - < SCN- < Cl-
< NO3- < F- < OH- < Ox2- < H2O < SCN- < NH3 < en < bipy < phen < NO2 - < CN- < CO
dan kestabilan beberapa senyawa kompleks dapat dipengaruhi oleh logam pusat dan
ligannya.
3) Kestabilan reaktif NH3 lebih besar dibandungkan dengan SCN- dan SCN- lebih kuat
dibandingkan H2O hal ini sesuai dengan hasil percobaan dimana warna ligan NH 3 berwarna
biru lebih pekat dibandingkan SCN- dan warna biru SCN- lebih pekat dari H2O, begitupun
dengan kestabilan kompleksnya NH3 > SCN- > H2O
J. Daftar Pustaka

Atkins, P. W. (1990). Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Penerjemah: Irma I.


Kartohadiprodjo. Jakarta: Erlangga

Arsyad, M.N. 2001 Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta : Erlangga

Basolo, F. dan Johnson, R. C. (1986). Coordination Chemistry. Journal of Chemistry


Education, Vol. 64, Issue. 8: Page. A191

Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Erlangga.


Fessenden, R. J.. and J. S. Fessenden. (1997). Kimia Organik Edisi Ketiga. Penerjemah:
A. H. Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga
Hall. Shevla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka
Housecroft, C.E. & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd ed. England: Person
Education Limite
Langitasari, Indah.2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Serang : Untirta Press
Pass, G. & Sutchliffe, H. 1974. Pratical Inorganic Chemistry. New York : Chapman Tim
Kimia Anorganik. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik. Jurusan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Malang.
Saito, Taro.(1996). Buku Teks Anorganik Online. Tokyo: Permission of Ismunandar
Shoten.
Sariyanto, Lanjar. (2010). Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Kromium(III) dengan
Benzokain. Skripsi. Surakarta: Univesitas Sebelas Maret.
Sugiyarto, Kristian H dan Retno D. Suyanti. (2012). Dasar-dasar Kimia Anorganik
Transisi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukardjo. (1992). Kimia Koordinasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka
K. Lampiran
• Lampiran Laporan Sementara
• Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai