Disusun Oleh :
Alifa Siti Assyam Nurfatihah
(2282200063) / Kelompok 7 Kelas A
A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum kali ini praktikan dapat :
- Dapat mensintesis beberapa senyawa kompleks
- Dapat menentukan kekuatan relatif ligan dan membandingkan kestabilan beberapa
senyawa kompleks
- Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi
B. Prinsip Percobaan
Salah satu keistimewaan ion-ion logam transisi adalah memiliki warna-warna yang
khas. Ion-ion logam transisi warnanya dapat berubah-ubah jika molekul atau ion yang
bukan air mengikat ion logam membentuk senyawa kompleks. Molekul atau ion tersebut
disebut sebagai ligand yang berfungsi sebagai basalewis yang mendonorkan pasangan
elektron nya pada ion logam. Ion logam sendiri berperan sebagai atom pusat yang
menerima pasangan lektron bebas sehingga berperan sebagai asam lewis. Ikan yang terjadi
berupa ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa yang terbentuk disebut senyawa
koordinasi atau senyawa kompleks. Ikatan koordinasi antara ligan dan atom pusat
menyebabkan terjadinya perubahan tingkat energi elektronik dari ion logam. Spektrum
dari sinar tampak yang diserap oleh elektron dalam ion logam transisi akan berubah,
demikian juga dengan spektrum sinar tampak yang diteruskan, sehingga senyawa
kompleks dari ion-ion logam transisi memiliki warna yang berbeda dibandingkan warna
hidrat ion-ion logam transisi. Salah satu contoh senyawa kompleks adalah
tetraminatembaga(II) sulfat Monohidrat. Senyawa kompleks tersebut didapatkan ketika
larutan ammonia ditambahakan ke dalam larutan tembaga(II) sulfat pentahidrat.,
[Cu(H2O)4]SO4.H2O. Amonia menggantikan air sebagai ligan dan terbentuk kompleks
baru (Langitasari, 2022)
C. Reaksi Kimia
D. Kajian Teori
Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa - senyawa ini molekul
molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh (Sukardjo,
1985).
Senyawa kompleks adalah senyawa yang dalam strukturnya memiliki suatu ikatan
kovalen koordinasi anatara ion atau atom pusat dengan ligan atau disebut dengan gugus
pelindung (Cotton, 1989). Ikatan koordinasi merupakan ikatan antara dua elektron yang
mirip dengan ikatan kovalen, tetapi kedua elektron tersebut berasal dari ligan yang
berperan sebagai basa lewis yang memiliki elektron tidak berpasangan. Sementara ion
logamnya berperan sebgai asam lewis yang kekurangan elektron pada orbitalnya yang
dapat digunakan untuk membentuk sebuah ikatan (Pass & Sutchliffe, 1974).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut
ligan) memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom atau
ion lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks yang
dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).
Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom, gugusan
mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-atom atau
gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi dengan atom pusat
dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks koordinasi. Gugus
kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi
sedangkan gugus yang terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum
ion atau molekul yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut
sebagai “bilangan koordinasi”. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat,
bidentat, tridentat, dan sebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik
koordinasi yang dimiliki ligan (Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga,
ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat
menyumbangkan sepasang elekron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan
unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti
ion halide, anion poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul
kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan OH-.Ligan seperti
ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan
monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ hanya mengandung ligan
monodentat, Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-
masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang
sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini disebut juga ligan kelat (dari bahasa Latin untuk
kuku/cakar), karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih
atom donor (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diperkenalkan oleh Lewis
Sidwich. Teori ini digagalkan sebab tidak dpat menjelaskan bentuk geometri senyawa-
senyawa kompleks. Tiga teori kemudian muncul, salah satunya yaitu teori medan ligan
(Arsyad, 2001). Teori medan ligan menjelaskan tentang pembentukkan kompleks atas
dasar elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan terkoordinasi di sekeliling bularan
sebelah dalam atom pusat. Medan ligan dapat menyebabkan pengurangan tingkat energi
orbital-orbital di atom pusat yang kemudian menghasilkan energi untuk menstabilkan
kompleks (Vogel, 1990)
F. Prosedur Kerja
• Pembuatan Kompleks Kloro dari Tembaga(II), Nikel(II), dan kobalt(II)
CuSO4 0,1 M, Ni(NO3)2 0,1M, & CoCl2 0,1 M
→ 5 tetes CuSO4 0,1M, Ni(NO3)2 0,1M, & CoCl2 0,1 M dalam 3 tabung reaksi
yang berbeda
→ (+) 10 tetes HCl pekat pada masing-masing tabung
→ Dikocok dan dibandingkan dengan larutan garam asli awal
→ (+) ± 5 ml aquadest
→ Dibandingkan warna larutan – larutan tersebut dengan larutan awal
Hasil
G. Data Pengamatan
• Pembuatan Kompleks Kloro dari Tembaga(II), Nikel(II), dan kobalt(II)
Larutan Warna (+) HCL Rumus Kimia Pengaruh
Larutan Penambah
H2O
CuSO4 0,1 M Biru muda Hijau neon CuCl42- Biru muda
terang seulas
CoCl2 0,1 M Merah anggur/ Ungu muda CoCl4 Merah muda
merah muda jernih seulas
terang
H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan sintesis senyawa kompleks, dimana
menggunakan beberapa percobaan. Senyawa kompleks adalah senyawa yang dalam
strukturnya memiliki suatu ikatan kovalen koordinasi anatara ion atau atom pusat dengan
ligan atau disebut dengan gugus pelindung.
Pada percobaan A yang pertama yaitu kompleks kloro dari tembaga(II), nikel(II) dan
kobalt). Percobaan ini dilakukan bebapa perlakuan, pada perlakuan yang pertama (tabung
1) dengan mereaksikan 5 tetes CuSO4 dengan 10 tetes HCl pekat. Berdasarkan data hasil
percobaan larutan CuSO4 berwarna biru, kemudian setalah direaksikan dengan HCl pekat
larutan akan berubah warna menjadi hijau neon. Warna hijau yang timbul menandakan
telah terbentuknya kompleks dari ion [CuCl 4]2-.
Persamaan reaksi : CuSO4(aq) + 4HCl(aq) → H2[CuCl4](aq) + H2SO4(aq)
Kemudian larutan campuran diatas ditambahkan dengan aquades hingga warna larutan
menjadi lebih jernih. Berdasarkan literatur, saat ion [CuCl 4]2-, saat direaksikan dengan
aquades akan menghasilkan ion kompleks berupa [Cu(H2O)4]2+ yang berwarna biru. Pada
reaksinya, ligan Cl2 yang berikatan dengan ion logam Cu akan digantikan oleh ligan H2O
sehingga membentuk kompleks baru.
Arsyad, M.N. 2001 Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta : Erlangga