Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL PERCOBAAN
Penentuan bilangan koordinasi kompleks tembaga II

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan
CuCl2.2H2O.

C. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Umum
Istilah senyawa koordinasi, senyawa kompleks atau kompleks
digunakan secara bergantian dengan pengertian yang sama. Di mana,
senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen
koordinasi dapat dianggap sebagai senyawa koordinasi. Dalam konteks yang
lebih khusus, senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya
melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atau
atom logam dengan atom nonlogam. Senyawa kompleks dapat merupakan
senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionik. Senyawa kompleks
ionik terdiri atas ion positif dan negatif. Dalam senyawa kompleks ionik
salah satu dari ion tersebut atau keduanya dapat merupakan ion kompleks
(Effendy, 2011: 2-3).
Alfred Werner pada tahun 1891, berpendapat mengenai ikatan pada
senyawa koordinasi bahwa valensi atau nilai daya gabung atom pusat tetap
sama dengan nilai yang dinyatakan pada bentuk garam sederhana. Adapun
teori lain yang diperkenalkan oleh Werner yaitu valensi primer dan valensi
sekunder untuk atom logam pusat. Valensi primer yang dinyatakan pada
pembentukan sebuah ion. Sedangkan, valensi sekunder dinyatakan dengan
pengikat secara langsung enam ligan pada ion. Rumusan Werner dapat
meramalkan sifat-sifat senyawa, yaitu tidak membentuk endapan dengan
penambahan AgNO3 dan kemungkinan suatu nonelektrolit. Penulisan dengan
seluruh spesies yang terkoordinasi, baik kation, anion maupun molekul netral
berperan sebagai kompleks (Petrucci, 1985: 180-182)
Menurut Sukardjo (1992: 133) menyatakan bahwa senyawa-senyawa
kompleks dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Kompleks werner yang berarti kompleks yang tidak berisi ikatan logam
karbon dan kompleks sianida.
b. Kompleks logam karbonil atau senyawa organometalik yang berarti
kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan logam karbon.
Salah satu ciri dari logam transisi adalah kemampuannya membentuk
kompleks dengan molekul kecil dan ion. Contohnya padatan tembaga (II)
sulfat dibuat dengan mereaksikan tembaga dan asam sulfat pekat dan panas.
Nama lazimnya adalah vitriol biru yang menyatakan asalnya dan warnanya
yang merupakan sifatnya yang paling mudah dilihat. Senyawa tidak hanya
terdiri dari tembaga dan sulfat melainkan juga terdiri dari air. Air yang
terdapat dalam vitriol biru sangat penting dimana bila air dikeluarkan maka
akan memberikan panas yang tinggi, warna birunya akan hilang yang berganti
menjadi tembaga (II) sulfat anhidrat yang berwarna putih kehijauan. Warna
biru dari vitriol biru berasal dari kompleks koordinasi yang molekul H 2Onya
berikatan langsung dengan Cu2+ membentuk ion komposit dengan rumus
[Cu(H2O)4]2+. Sebagai asam lewis, ion Cu2+ mengkoordinasi empat molekul
air menjadi satu kelompok dengan menerima kerapatan elektron masing-
masing dari pasangan elektron menyendirinya (Oxtoby, 2003: 138).
Molekul atau ion yang mengelilingi logam atau atom pusat dalam ion
kompleks disebut ligan. Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasangan
elektron valensi yang tidak dapat dibagi. Oleh karena itu, ligan dapat
bertindak sebagai basa lewis yang menyumbangkan satu atau lebih pasangan
elektron ke logam atau atom pusat. Di sisi lain, atom logam transisi dapat
bertindak sebagai asam lewis. Atom yang terdapat dalam ligan yang terikat
langsung ke atom logam dikenal sebagai atom donor. Misalnya, nitrogen
merupakan atom donor dalam bentuk ligan NH3 dalam ion kompleks
[Cu(NH3)6]2 (Laird, 2009: 778).
Jumlah total ikatan logam dengan ligan dalam sebuah kompleks
biasanya dua sampai enam disebut bilangan koordinasi. Beberapa ligan
tersebut yang lazim ialah ion halide seperti F -, Cl-, Br-, dan I-, amonia (NH3),
karbon monoksida (CO), dan air. Setiap ligannya hanya mampu membentuk
ikatan tunggal dengan satu atom logam pusat. Sehingga disebut moodentat.
Kompleks yang ligannya berkoordinasi dengan perantaraan dua atau lebih
donor ke atom pusat yang sama dinamakan kelat, sebab ligan tersebut
mencengkeram atom pusat seperti tang. Kemudian, tanda kurung yang
terdapat pada rumus kimia senyawa kompleks-koordinasi bertujuan untuk
mengelompokkan lambang-lambang dari atom pusat beserta ligan
terkoordinasinya (Oxtoby, 2003: 139).
Bilangan koordinasi yang umum ditemukan pada beberapa atom dan
ion transisi adalah bilangan koordinasi 4. Atas dasar model VSEP, seharusnya
ada satu geometri untuk bilangan koordinasi. Werner mendedukasikan bahwa
molekul atau ion yang mempunyai komposisi yang sama, tetapi rumus
bangun yang berbeda, disebut isomer. Untuk rumus jenis MX 2Y2, werner
menjelaskan jika bentuknya adalah bujur sangkar bidang, dua susunan isomer
adalah mungkin. Seperti dalam Pt(NH3)2Cl2, yang kedua ligan kloridanya
dapat disusun sehingga berada pada kedudukan yang saling berdampingan,
yang dinamai cis, atau pada kedudukan yang berseberangan yang dinamai
dengan trans (Keenan, 1980: 207-208).
Peningkatan aktivitas kelat logam dapat dilihat dengan berkurangnya
polaritas ligan karena adanya tumpang tindih antara orbital ligan dan
pembagian parsial dari muatan positif ion logam dengan kelompok pelepas
elektron. Metode difusi digunakan untuk megevaluasi aktivitas yang terjadi
dalam ion kompleks melalui kompleks logam yang disintesis. Ligan dasar
dan kompleks disaring secara in vitro untuk mengetahui aktivitas yang terjadi
pada ion kompleks (Mahalakshmi, 2016: 3).
Beberapa contoh sintesis dan karakteristik senyawa kompleks dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan yaitu sintesis dan karakteristik
senyawa kompleks Cu (II)-EDTA dan Cu (II)-C6H8N2O2S. Sintesis senyawa
kompleks Cu (II)-EDTA dilakukan dengan mencampurkan CuSO4.5H2O dan
ligan EDTA dalam aquades, kemudian dilakukan perefluksan dengan
pengadukan menggunakan megnetik stirer, disaring, dicuci, dan dikeringkan
dalam eksikator. Hal yang serupa juga dilakukan pada pembuatan kompleks
Cu (II)-C6H8N2O2S dimana yang berbeda hanya pada penambahan pelarutan
CuSO4.5H2O dalam metanol dan C6H8N2O2S. Hasil yang diperoleh yaitu
berupa endapan senyawa kompleks Cu (II)-EDTA berwarna biru dan Cu (II)-
C6H8N2O2S berwarna kuning kecoklatan (Nurvika, 2013: 70).
2. Tinjauan hasil
Salah satu sifat senyawaan logam transisi yang menarik dan berguna
adlaah keaneka ragaman warna yag diperlihatkan. Suatu zat akan berwarna
bila menyerap beberapa panjang gelombang cahaya yang terlihat oleh mata,
dan meneruskan atau memantulkan yang sisanya. Warna yang kita lihat
adalah warn yang diserap oleh zat itu. Radiasi (penyinaran) yang terlihat
dalam daerah yang terlihat oleh mata, mempunyai energi yang cukup untuk
mengeksitasi elektron-elektron antara tingkatan energi yang berbeda karena
pemisahan oleh medan ligan (Keenan, 1980: 217).
Pembentukan kompleks logam Cu ditandai dengan terjadinya
perubahan warna, yang memiliki warna kuning terang lalu berubah menjadi
warna hijau kehitaman setelah direaksikan dengan logam Cu. Senyawa
kompleks yang didapatkan dikarakterisasi dengan menggunakan alat
spektrofometer. Untuk ikatan C=N ada senyawa kompleks menunjukkan
adanya koordinasi atau ikatan nitrogen dalam senyawa azometin (C=N)
dengan ion logam. Mekanisme reaksi yang terjadi antara senyawa kompleks
dengan bakteri yaitu melalui teori kelat, di mana ketika ion logam di kelas
dengan ligan maka polaritas dari ion logam akan berkurang karena tumpang
tindih berbagai orbital ligan dan menyumbang sebagian muatan positif ion
logam dengan gugus donor sehingga kompleksnya berpenetrasi (Sirumapea,
2016: 5-6).
Pada sturktur [Co(NH3)6]3+ seluruh ligan NH3 nya mempunyai jarak
yang sama dari ion Co3+ dan strukturnya adalah oktahedral. Adapaun struktur
ion kompleks [Cu(NH3)4(H2O)2]2+, dimana dua molekul H2O yang juga
disebut berada pada posisi aksial mempunyai jarak yang lebih jauh dari ion
Cu2+ dibandingkan keempat molekul NH3 yang pada susunan segi empat datar
(ekuatorial). Ion tersebut mempunyai struktur heksagonal yang telah berubah
yang disebut sebagai struktur tetragonal. Jika ligan aksial pada struktur
tertentu cukup jauh dari ion pusat, struktur oktahedral dengan bilangan
koordinasi 6 akan memberikan struktur segiempat datar dengan bilangan
koordinasi 4 dengan rumus senyawa yang umum ditulis adalah [Cu(NH 3)4]2+
dan digambarkan mempunyai segitiga planar (Petrucci, 1985: 183).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca Analitik 1 buah
b. Spatula 1 buah
c. Buret 50 mL 2 buah
d. Batang pengaduk 2 buah
e. Gelas kimia 100 mL 2 buah
f. Ball pipet 1 buah
g. Pipet volume 10 mL 1 buah
h. Labu takar 100 ml 1 buah
i. Statif 2 buah
j. Klem 2 buah
k. Labu Erlenmeyer 8 buah
l. Pipet tetes 3 buah
m. Gelas ukur 50 ml 1 buah
n. Termometer 110oC 1 buah
o. Corong biasa 2 buah
p. Kaca arloji 1 buah
q. Botol semprot 1 buah
r. Lap kasar 2 buah
s. Lap halus 2 buah
2. Bahan
a. Larutan Etanol 96% (C2H5OH)(aq)
b. Larutan Ammonium Hidroksida 17 M (NH4OH)(aq)
c. Kristal Tembaga (II) Klorida Dihidrat (CuCl2.2H2O)(s)
d. Kristal Natrium Boraks Dekahidrat (Na2B4O7. 10H2O)(s)
e. Larutan Asam Klorida 0,1 M (HCl)(aq)
f. Aquades (H2O)(l)
g. Indikator Metil Jingga (C14H14N3NaO3S)
h. Indikator PP (C20H14O4)
i. Aluminium Foil
j. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan bilangan koordinasi kompeks dengan bahan CuCl2.2H2O
a. Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M dan larutan NH3 8,5 M
1) Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M

4 ,2 5 g 5 0 m L a lk o h o l dikocok 50 m L
C u C l2 .2 H 2 O 96% la r u t a n
C u C l2 0 ,5 M

2) Pembuatan larutan NH3 8,5 M

25 ml larutan 25 m L 50 m L
diaduk
NH4OH 17 M a lk o h o l 9 6 % la r u t a n N H 3
8 ,5 M
b. Standarisasi Larutan NH3
1,87 g kristal dilarutkan dengan diaduk dikocok
Na2B4O7.10H2O aquades

0
1
0
2
0
3
0
4
0
5
0
2 te te s
in d ik a t o r 10 ml Na2B4O7 larutan Na2B4O7
m e t il jin g g a
0.05N

cuplikan HCl

0
1 0
0
2 1
0 0
3 titrasi 2
0
titrasi
0
4 3
0
dilakukan 0
dilakukan
5 4
0 sampai 0
5
sampai
warnanya 0 warnanya
berubah berubah
sebanyak 3 sebanyak 3
kali kali
larutan dititrasi 10 ml NH3 2 tetes
indikator PP larutan dititrasi
kemudian bilas
dengan air

2. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu(NH 3)2+ dengan Metode


Titrimometri
0 0
1 1
0
2 0
2
0
3 0
3
0
4 0
4
0
5 0
5
0 0

la r u t a n N H 3 y a n g 1 0 m L C u C l2 t a m b a h k a n N H 3 k e d a la m a m a ti d a n c a ta t b u a t k u rv a
t e la h d is t a n d a r is a s i p eru b ah an
C u C l2 s e c a r a b e r v a r ia s i
s e s u a i p e r b a n d in g a n m o l w a rn a d an su h u
p a d a s e t ia p
penam bahan N H 3

3. Penentuan absorbs, λ dam λ maks dengan metode UV-Vis

0 0
1 1
0
2 0
2
0
3 0
3
0
4 0
4
0
5 0
5
0 0

m a s in g - m a s in g d ila k u k a n b u at k u rv a
la r u t a n N H t a m b a h k a n N H 3 k e d a la m p e n g u k u ra n
e r le n m e y e r d ip ip e t 3
e r le n m e y e r 1 , 2 , 3 , d a n 4 a b s o r b s i t ia p
1 0 m L C u C l2 s e c a r a
s e c a r a b e r v a ria s i la r u t a n
k u a n t it a t if
s e s u a i p e rb a n d in g a n m o l

Anda mungkin juga menyukai