Gambar 1.8 Mereaksikan AlCl3 dengan air dan MgCl2 dengan air
3. Membandingkan sifat-sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
Percobaan ini diawali mereaksikan kristal aluminium oksida (Al 2O3) dengan air (H2O)
dan kristal magnesium oksida (MgO) dengan air (H2O). Hal ini bertujuan untuk melihat
perbandingan kelarutan diantara kedua senyawa tersebut. Pada pelarutan kristal aluminium
oksida (Al2O3) diperoleh kristal yang tidak larut dalam air dengan perolehan pH yaitu 6. Hal
ini sesuai dengan teori, dimana kristal aluminium hanya sedikit larut dalam reagensia dalam
hal ini adalah air (Svehla, 1985: 266) dan larutan garam bersifat asam (Sugiyarto, 2003: 126).
Adapun reaksinya yaitu :
Al2O3 + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2O
Sedangkan pada pelarutan magnesium oksida (MgO) diperoleh kristal yang larut dalam
pelarut air (H2O) dengan pH yaitu 9. Hal ini sesuai dengan teori, dimana penambahan air
(H2O) pada larutan magnesium oksida (MgO) akan menghasilkan larutan yang bersifat basa.
Adapun reaksinya yaitu :
MgO + H2O → Mg(OH)2↓
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi antara aluminium oksida (Al2O3) dengan larutan
asam klorida (HCl) dan reaksi antara magnesium oksida (MgO) dengan larutan asam klorida
(HCl). Pada pereaksian antara aluminium oksida (MgO) dengan larutan asam klorida (HCl)
menghasilkan yang larutan yang tidak larut dalam asam klorida (HCl) dengan pH yaitu 1. Hal
ini tidak sesuai dengan teori dimana aluminium mudah melarut dalam asam kuat dalam hal ini
adalah larutan asam klorida (HCl) (Svehla, 1985: 266). Akan tetapi, pH dari larutan ini sesuai
dengan teori dimana aluminium bersifat asam (Sugiyarto, 2003: 126). Adapun reaksi yang
terjadi :
Al2O3 + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2O
Sedangkan pada reaksi antara magnesium oksida (MgO) dengan larutan asam klorida (HCl)
menghasilkan larutan yang larut dalam asam klorida (HCl) dengan pH 9. Hal ini menandakn
bahwa larutan magnesium oksida (MgO) mudah larut dalam asam kuat dan larutan MgO
bersifat basa yang dilihat dari pH nya sebasar 9. Adapun reaksinya yaitu :
MgO + HCl → MgCl2 + H2O
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi antara aluminium oksida (Al2O3) dengan larutan
natrium hidroksida (NaOH) dan reaksi antara magnesium oksida (MgO) dengan larutan
natrium hidroksida (NaOH). Pada pereaksian antara aluminium oksida (MgO) dengan larutan
natrium hidroksida (NaOH) menghasilkan yang larutan yang tidak larut dalam natrium
hidroksida (NaOH) dengan pH yaitu 12. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana aluminium
mudah melarut dalam basa kuat dalam hal ini adalah larutan natrium hidroksida (NaOH)
(Svehla, 1985: 266) dan sifat larutan ini tidak sesuai dengan teori dimana aluminium bersifat
basa sedangkan pada teori aluminium bersifat asam (Sugiyarto, 2003: 126). Adapun reaksi
yang terjadi yaitu :
Al2O3 + 2NaOH → 2NaAlO2 + H2O
Sedangkan pada reaksi antara magnesium oksida (MgO) dengan larutan natrium hidroksida
(NaOH) menghasilkan larutan yang larut dalam natrium hidroksida (NaOH) dengan pH 13.
Hal ini menandakn bahwa larutan magnesium oksida (MgO) mudah larut dalam basa kuat dan
larutan MgO bersifat basa yang dilihat dari pH nya sebasar 13. Adapun reaksinya yaitu :
MgO + NaOH → MgOH + NaO
4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
Percobaan ini diawali dengan mengukur pH larutan aluminium klorida (AlCl 3) dan
magnesium klorida (MgCl2). Dimana dari masing-masing larutan tersebut diperoleh pH 3 dan
6. Hal ini sesuai dengan teori dimana aluminium bersifat asam (Sugiyarto, 2003: 126).
Kemudian masing-masing larutan ditambahkan larutan natrium hidorksida (NaOH). Pada
pereaksian antara aluminium klorida (AlCl3) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH)
menghasilkan pH 4 dan pereaksian antara magnesium klorida (MgCl2) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH) menghasilkan pH 10. Hal ini sesuai dengan teori dimana aluminium
bersifat asam dan magnesium bersifat basa (Sugiyarto, 2003: 126). Adapun reaksi yang terjadi
yaitu :
AlCl3 + 3NaOH → Al(OH)3 + 3NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2 + NaCl