Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Hasil Kali


Kelarutan” yang disusun oleh :
nama : Nur Afifah Rais
NIM : 1813042011
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok : I (satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.
Makassar, November 2020
Koordinator Asisten Asisten

Nurul Annisa Fitri Nurul Annisa Fitri


NIM. 1713141003 NIM. 1713141003

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Ahmad Fudhail, S.Pd, M.Si


NIP. 19870807 201504 1 002
A. Judul Percobaan
Hasil Kali Kelarutan
B. Tujuan Percobaan
Setelah dilakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat menghitung
kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut, dan menghitung panas kelarutan
PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
C. Landasan Teori
Secara umum, hasil kali kelarutan suatu senyawa adalah hasil kali dari
konsentrasi molar dari ion-ion prsenyawaannya, dimana masing-masing
dipangkatkan dengan koefisiennya di dalam persamaan kesetimbangan. Nilai Ksp
dapat menyatakan bahwa kelarutan senyawa ionik semakin kecil nilainya
semakin sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air. Namun dalam
menggunakan nilai Ksp untuk membandingkan kelarutan sebaiknya memiliki
senyawa yang lebih memiliki rumus yang sama misalnya AgCl dengan ZnS atau
CaF2 dengan Fe (OH)2. Adapula yang menyatakan bahwa kelarutan dan kelarutan
molar yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh (mol per liter) dan
kelarutan yaitu jumlah gram zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh (mol gram per
liter) Namun sebuah pernyataan itu mengacu pada konsentrasi dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu (biasanya 25oC). Baik kelarutan molar maupun kelarutan
dapat dinyatakan untuk menentukan Ksp (Chang, 2004: 145-147).
Endapan adalah suatu zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat
dikeuarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk
jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s)
suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari
larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu,
tekanan, konsentrasi, maupun bahan-bahan lain dala larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya (Svehlah, 1985:72).
Campuran yang berupa endapan sangat halus sulit dipisahkan melalui
penyaringan dengan kertas saring. Agar campuran tersebut dapat terpisahkan,
maka dapat digunakan proses penyaringan dengan corong Buchner. Penyaringan
dengan corong Buchner dilakukan ketika endapan yang dihasilkan berupa koloid.
Endapan koloid susah disaring dengan corong biasa dan memerlukan waktu yang
sangat lama (Pursitasari, 2014: 77).
Peningkatan daya jerap terjadi karena semakin lama waktu kontak
mengakibatkan interaksi antara arang hayati kulit pisang raja dengan ion timbal
dan tembaga terjadi secara efektif. proses adsorpsi juga dipengaruhi oleh besar
kecilnya ukuran adsorben yang digunakan yang menyebabkan luas permukaan
sentuhnya relatif besar sehingga kemungkinan terjadinya interaksi yang sangat
efektif antara sisi aktif pada adsorben dengan ion logam. Efisiensi penjerapan
menurun diduga karena terjadi proses desorpsi. Hal ini merupakan fenomena
dalam adsorpsi fisika yang menyatakan bahwa proses adsorpsi bersifat reversible.
Hal ini karena, ikatan lemah yang terjadi antara adsorben dengan ion logam akan
lepas kembali ke dalam larutannya karena semakin lama waktu kontak. Waktu
kontak antara ion logam dengan adsorben sangat mempengaruhi daya jerap.
Setelah adsorpsi mencapai titik optimum maka selanjutnya akan terjadi proses
penguraian yang disebut desorpsi. Kondisi optimum ini disebut dengan keadaan
kesetimbangan adsorpsi. Pada waktu kontak adsorpsi yang optimum, kapasitas
logam terjerapnya maksimal. Namun setelah melewati titik kesetimbangan
tersebut logam tersebut mengalami proses desorpsi, logam terjerapnya kembali
berkurang (Tanggebono, 2018: 59).
Menurut Khopkar (1990: 30), ada beberapa aturan-aturan umum keadaan
optimum untuk pengendapan:
1. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi.
2. Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang
tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan Kristal yang teratur. Untuk
kesempuraan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih.
3. Pendendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil
pada temperatur tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacammacam
endapan organik.
4. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya kopresipitasi.
5. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
6. Dilakukan pengendapan ulang

Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam tersebut yang
tak terlarut. Misalnya endapan timbal (II) klorida ada dalam kesetibangan dengan
larutan jenuhnya, maka kesetibangan yang berikut terjadi:
PCl2 Pb2+ + 2Cl-

Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena PbCl2 ada dalam fase pada
sedang ion-ion Pb2+ dan 2Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangan
dapat ditulis sebagai:

Ka =

Konsentrasi timbal (II) klorida dalam fase padat tidak berubah, dan karenanya
dapat dimasukkkan ke dalam suatu teatapan baru, Ksp yang dinamakan hasil kali
kelarutan.
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AVA, BUB, yang terion menjadi VA Am+ dan
VB Bn-:
m+
AVA BVB VA A + VB Bn-

Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatkan sebagai:


Ksp = [Am+]VA [Bn-]VB
Jadi dapat dinyatakan bahwa dalam suatu larutan jenuh suatu elektrolit yang
sangat sedikit larut, hasil kali kelarutan dari pada ion-ion pembentuknya untuk
setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan
dengan bilangan yang sama dengan jumlah pada masing-masing ion yang
telah bersangkutan elektrolit (Svehla, 1985:73-74).
pH yang lebih tinggi sisi adsorpsi menjadi tidak aktif. Tidak aktifnya sisi
adsorpsi ini disebabkan oleh reaksi antara kation logam dengan ion HO- sehingga
terbentuk hidroksida logam. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan.
Fe sebagai adsorbat, dimana pada pH yang relatif tinggi baik %Adsorpsi maupun
kapasitas adsorpsi mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa larutan Fe
mulai mengalami pengendapan membentuk Fe(OH)2 yang ditandai dengan
adanya warna kuning pada larutan, sehingga proses adsorpsi sulit terjadi.
Terbentuknya senyawa logam hiroksida pada pengaturan pH yang relatif tinggi
sebagai akibat dari adanya ion OH yang bermuatan negatif dengan ion logam
yang bermuatan positif juga dikemukaan. Kecenderungan pengaruh variasi pH
terhadap hasil %Adsorpsi pada penelitian ini mirip dengan kecenderungan pada
penelitian yang dilakukan (Arifiyana, 2020: 6).
Kelarutan bergantung pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama
ion-ion dalam capuran itu. Ada perbedaan yang menonjol antara efek dari apa
yang disebut ion sekutu dan ion asing. Ion sekutu adalah suatu ion yang juga
merupakan salah satu bahan endapan. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan
suatu endapan berkurang banyak sekali jika salah satu ion sekutu terdapat dengan
berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbang dengan pembentukan suatu
kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu yang berlebihan itu. Dengan adanya
ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi penambahan ini umumnya sedikit,
kecuali bila terjadi reaksi kimia (reaksi asam basa) antara endapan dan ion asing
dimana pertambahan kelarutan lebih menonjol (Svehla, 1985: 73).
Menurut Sharma (2019: 987), nilai Kd adalah pedoman kasar untuk
prediksi urutan nilai Ksp, terutama saat mereka sangat berbeda satu sama lain
karena:
1. Nilai Ksp dari logam arsenat dll, diambil untuk tujuan urutan dan bukan untuk
arsenosilicates logam, di mana Kd nilai-nilai telah ditentukan. Hal yang sama
juga berlaku untuk garam ganda lainnya dari Sn (IV) digunakan untuk kolom
kromatografi.
2. Beberapa ion logam yang diteliti berinteraksi dalam a cara yang berbeda
dengan bahan tukar.
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai