Anda di halaman 1dari 32

A.

JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan Senyawanya

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyaannya

C. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak
bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang
mudah diperoleh adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O, dan
kryolit, Na3AlF6. Logam aluminium mempunyai banyak kegunaan dan
beberapa garamnya seperti sulfat dibuat dalam skala besar. Unsur-unsurnya
lebih bersifat logam daripada bor, kimiawi senyawaannya lebih ionik.
Meskipun demikian banyak senyawaannya yang berada pada garis batas sifat
ionik kovalen (Cotton, 1989: 287).
Aluminium (Al) merupakan unsur golongan 13 yang berada sebagai
aluminosilikat di kerak bumi. Mineral aluminium yang paling penting dalam
metalurgi adalah bauksit, AlOx(OH)3-2x (0 < x > 1). Alauminium adalah logam
mulia yang harganya sangat mahal pada abad ke 19. Logam aluminium
digunakan dengan kemurnian lebih dari 99%. Aluminium membentuk
senyawa dengan alkali sebagian besar non logam dan menunjukkan sifat
kimianya yang beragam (Saito, 1996: 112).
Sejumlah garam aluminium mengkristal dari larutannya sebagai
hidrat. Sebagian dari hidrat ini sangat larut dalam air dan bersifat delikuesen.
Selanjutnya, segi-segi kimia tertentu dari senyawa aluminium dalam air
diturunkan dari sifat ion aluminium terhidrat [Al(H 2O)6]3+. Satu ciri utamanya
adalah bahwa larutan garam aluminium dalam air bersifat asam. Karena daya
tarik elektron dari ion kecil dengan muatan yang tinggi dari Al3+, ikatan O-H
dalam molekul ligan H2O putus. Proton dilepaskan keluar dari lengkung
koordinasi. Ligan H2O yang asli berubah menjadi OH-, sedangkan ion
kompleksnya berubah menjadi [Al(H2O)5OH]2+. Adapun reaksinya yaitu :
[Al(H2O)6]3+ + H2O ⇆ H3O+ + [Al(H2O)5OH]2+
(Petrucci, 1985: 113).
Aluminium adalah logam yang berwarna putih dan dapat ditempa.
Bubuknya berwarna abu-abu. Aluminium melebur pada suhu 659°C. Bila
terkena udara objek-objek aluminium akan teroksidasi pada permukaannya,
tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida yang lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam aluminium, pelarutan akan
lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Adapaun reaksi
yang terjadi yaitu :
2 Al + 6 H+ → 2 Al3+ + 3 H2↑
(Svehla, 1985: 266).
Dua faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai kelarutan
senyawa aluminium dalam air yaitu kecilnya ukuran dan tingginya muatan
ion Al3+ dan tingginya energi hidrasi -4613 kJ/mol. Jika Al3+ bergabung
dengan anion kecil yang bermuatan tinggi, tingginya energi kisi yang
dihasilkan pada padatannya menyebabkan senyawa ini sukar larut dalam air.
Contohnya ialah Al2O3. Bahkan AlF3 yang merupakan gabungan dari Al3+ dan
anion F- bervalensi satu, menujukkan kelaruta dalam air yang rendah sekitar
0,07 M. AlCl3, AlBr3, dan AlI3 menmpunyai sifat yang kovalen dan dapt larut
dalam air (Petrucci, 1985: 112-113).
Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina, Al2O3.
Kesederhanaan senyawanya diimbangi oleh adanya bahan-bahan polimorf
dan terhidrat yang sifatnya bergantung pada kondisi pembuatannya. Terdapat
dua bentuk anhidrat Al2O3 yaitu α-Al2O3 dan γ -Al2O3. Logam-logam
trivalensi lainnya membentuk oksida-oksida yang mengkristal dalam kedua
struktur yang sama. Keduanya mempunyai tatanan terkemasrapat ion-ion
oksida tetapi berbeda dalam tatanan kation-kationnya. α-Al2O3 stabil pada
suhu tinggi dan juga menstabil tidak terhingga pada suhu rendah. Senyawa ini
dibuat dengan pemanasan γ -Al2O3 atau oksida anhidrat apapun di atas 1000°.
Sedangkan γ -Al2O3 diperoleh dengan dehidrasi oksida terhidrat pada suhu
rendah 450°. α-Al2O3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan
penyerangan asam. Sedangkan γ -Al2O3 mudah menyerap air dan larut dalam
asam (Cotton, 1989: 289).
Kelarutan hidrogen dalam aluminium murni sangat rendah, yaitu
sekitar 0,5 cm3 per 1000 g di bawah tekanan dari 1 atm dan 660°C.
Kemampuan hidrogen jenuh dalam aluminium cair secara signifikan
dipengaruhi oleh unsur-unsur paduan. Dalam sistem paduan aluminium dan
magnesium kelarutan hidrogen meningkat monoton dari aluminium murni
untuk magnesium murni dengan suhu 600-700°C (Olga, 2014: 4).
Senyawa-senyawa organoaluminium digunakan dalam jumlah besar
untuk polimerisasi olefin, dan di industri dihasilkan dari logam aluminium,
hidrogen, olefin. Senyawa ini berupa dimer kecuali yang mengandung gugus
hidrokarbon yang meruah. Senyawa organoaluminium sangat reaktif dan
terbakar secara spontan di udara. Senyawa ini bereaksi dengan hebat dan air
dan membentuk hidrokarbon jenuh, dengan aluminium berubah menjadi
aluminium hidroksida sesuai reaksi berikut :
2 Al + 3H2 + 6 CH2=CHR → Al2(CH2=CHR)6
Al(CH2CH3)3 + 3 H2O → Al(OH)3 + 3 C2H6
(Saito, 1996: 113)
2. Tinjauan Hasil
Endapan putih seperti gelatin yaitu aluminium hidroksida Al(OH)3
yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan. Kelarutannya berkurng dengan
adanya garam-garam amonium yang disebabkan oleh efek ion sekutu.
Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai aluminium
hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida). Sol ini berkoagolasi pada
pendidihan atau pada penambahan garam-garam yang larut. Misalnya
amonium klorida, denga menghasilkan aluminium hidroksida yang dikenal
sebagai gel aluminium hidroksida. Untuk menjamin pengendapan yang
sempurna dengan larutan amonia, larutan aluminium itu ditambahkan dengan
sedikit berlebihan, dan campuran dididihkan sampai cairan sedikit berbau
amonia. Bila baru diendapkan, ia mudah melarut dalama asam kuat dan basa
kuat, tetapi setelah didihkan ia menjadi sedikit larut.
Al3+ + 3 NH3 + 3 H2O → Al(OH)3↓ + 3 NH4+
(Svehla, 1985: 266-267).
Peningkatan beda potensial yang diberikan pada waktu kontak yang
sama menyebabkan pembentukan aluminium oksida meningkat. Hal ini
disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi pada noda dan reduksi pada
katoda meningkat seiring dengan peningkatan beda potesial yang diberikan.
Ketika pada elektroda diberikan bada potensial, terjadi proses migrasi muatan
pada elektrolit. Ion hidroge dari asam sulfat akan bergerak menuju katoda dan
mengalami reduksi membentuk gas hidrogen. Ion negatif yang terdapat pada
larutan seperti ion sulfat akan bergerak menuju anoda. Pada anoda logam
aluminium terjadi peristiwa oksidasi yang menyebabkan logam aluminium
teroksidasi menjadi Al3+. Ketikan ion Al3+ mulai terbentuk di permukaan
anoda, ion brgerak menuju anoda sehingga dapat terbentuk lapisan aluminium
oksida (Kusuma, 2014: 142-143).
Pembuatan aluminium yang dinitridasi adalah dimylai dari
terdeposisinya ion nitrogen ke permukaan akibat beda potensial antara anade
dan katode. Disamping terdeposisinya ion nitrogen juga terjadi tumbukan
antara ion nitrogen dengan permukaan aluminium yang selanjutnya terjadi
pemanasan dan tersputternya sebagian atom-atom aluminium dari permukaan.
Akibatnya atom-atomnya berinteraksi dengan ion nitrogen dan terbentuk
senyawa aluminiun nitride. Proses pembentukan senyawa aluminium nitride
ion khusus yang digunakan untuk material AlCu yaitu endapan Al2Cu yang
bekerja sebagai katalis untuk mengakomodasi tingkat kecepatan nitridasi
dengan rangkaian reaksi fase padat. Adapun rekasinya yaitu :
Al2Cu + 2 N → 2 AIN + Cu
Dan selanjutnya akan menjadi :
Cu + 2Al → Al2Cu
(Suprapto, 2016: 67-68).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi 12 buah
b. Pembakar spiritus 1 buah
c. Pipet tetes 3 buah
d. Botol semprot 1 buah
e. Penjepit tabung 2 buah
f. Gelas ukur 10 mL 2 buah
g. Spatula 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Gelas kimia 250 mL 1 buah
j. Rak tabung reaksi 1 buah
k. Klem kayu 1 buah
l. Pinset 1 buah
m. Corong biasa 1 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Aluminium klorida 0,1 M dan 2 M (AlCl3)
b. Magnesium klorida 0,1 M (MgCl2)
c. Aluminium oksida (Al2O3)
d. Magnesium oksida (MgO)
e. Aluminium klorida anhidrat (AlCl3)
f. Magnesium klorida anhidrat (MgCl2)
g. Asam klorida 2 M (HCl)
h. Natrium hidroksida 2 M (NaOH)
i. Aquades (H2O)
j. Amonia 2 M (NH3)
k. Kertas saring biasa
l. Metil violet
m. Indikator universal
n. Korek api
o. Tisu

E. PROSEDUR KERJA
1. Sifat Aluminium Hidroksida

a.

Diamati
apakah ada
perubahan

2 ml garam Ditambah Diamati dan


Aluminium beberapa tetes ditambah amonia
amonia hingga berlebih

b.

Diamati
apakah ada
perubahan

2 ml garam Ditambahkan Dibagi dua endapan Tabung 1 Tabung 2


Aluminium beberapa tetes yang terjadi ditambahkan ditambahkan
NaOH NaOH hingga HCl
berlebih

c.

+ Diamati
apa yang
terjadi
Larutan NaOH Endapan Disaring Dicuci Dituangi
garam encer amuminium endapan dengan air dengan
aluminium hidroksida dingin metilviolet

2. Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida


a.

Diamati apa Diamati apa


yang terjadi yang terjadi

Dipanaskan Dipanaskan
AlCl2 anhidrat MgCl2 anhidrat

b.

Diamati dan
tetntukan pH

Ditmbahkan
AlCl2
air setets
anhidrat demi setetes

Diamati dan
tetntukan pH

Ditmbahkan
MgCl2
air setets
anhidrat demi setetes

3. Membandingkan sifat asam basa Al2O3 dan MgO


a.

Diamati
dan
periksa
pH-nya
Ditimbang 0,1 gram Ditambahkan Dikocok
0,1 gram Al2O3 3 mL air
Al2O3

Diamati
dan
periksa
pH-nya
Ditimbang 0,1 gram Ditambahkan Dikocok
0,1 gram MgO 3 mL air
MgO

b.

Diamati apa
yang terjadi

Ditimbang 0,1 gram Ditambahkan Dikocok


0,1 gram Al2O3 3 mL HCl
Al2O3

Diamati apa
yang terjadi

Ditimbang 0,1 gram Ditambahkan Dikocok


0,1 gram MgO 3 mL HCL
MgO

4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium


a.

Diamati
pH larutan

3 mL larutan
garam
aluminium 0,1 M

Diamati
pH larutan

3 mL larutan
garam magnesium
0,1 M

b.

3 mL larutan Larutan NaOH Endapan larut


garam aluminium encer kembali
0,1 M
c.

3 mL larutan Larutan NaOH Endapan larut


garam magnesium encer kembali
0,1 M

Anda mungkin juga menyukai