Anda di halaman 1dari 15

A.

JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan cis dan trans kalium dioksalatodiakuokromat (III)

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menmpelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans daru garam
kompleks kalium dioksalatodiakuokromat (III)

C. LANDASAN TEORI
Ion oksalat merupakan ligan yang istimewa karena mampu membentuk
senyawa kompleks dengan berbagai ion logam transisi menghasilkan senyawa
dengan berbagai ion logam transisi menghasilkan senyawa dengan sifat dan
karakter yang bervariasi. Ion oksalat memiliki empat atom donor namun hanya
dua atom yang menjadikannya sebagai ligan bidentat yang berikatan dengan ion
logam membentuk senyawa ion kompleks momo, bis dan tris oksalat. Ion oksalat
juga dapat berfungsi sebagai ligan jembatan yang menghubungkan lebih dari satu
inti ion logam transisi, baik ion logam yang sejenis maupun berbedah jenis
sehingga membentuk kompleks primer berdimensi satu , dua bahkan tiga.
Senyawa komples oksalat dengan satu ion pusat disebut senyawa kompleks
mononuklir oksalat dan senyawa kompleks binuklir oksalat (Kurnia, 2010: 7).
Pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak diguankan reaksi-reaksi
yang menghasilkan pembentukan koompleks. Suatu ion (atau pun
molekul)ko,pleks yang terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang
terikakt erat dengan atom atau ion pusat itu. Atom pusat ditandai oleh bilangan
koordinasi, stu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (modentat) yang
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom puat. Pada kebanyakan
kasus, bialngan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+, Zn2+, Cr3+, Co3+,
Ni2+, Cd2+), kadang-kadng 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+) tetapi bilangan-bilangan (Ag+) dan 8
(beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat (Svehla, 1985: 95).
Ligan monodentat, ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang
electron, kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi, misalnya
ammonia, air, dan PR3, SCN-, CN-. Ligan yang mempunyai dua atom donor
sehingga mampu memberikan dua pasang electron disebut bidentat, misalnya
diamin, difosfin, disulfit, oksalat, karboksilat, nitrit, ditiokarbonat atau glisin.
Ligan polidentat meliputi ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor.
Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksa dentat bergantung pada jumlah
atom donor yang ada (Ramlawati, 2005: 8).
Isomerisme geometri, ada ion kompleks octahedral yang dapt juga
menunjukkan isomerisme optis (artinya, menghasilkan isomer optis). Suatu
gambar yang memperlihatkan cis dan trans dari ion diklorobis (etilen diamina)
kobalt (III) dan bayangan cerminnya dapat ditempuh (superimpesible), tetapi
isomer cis dan bayangan cerminnya tidak, jadi, isomer cis dan bayangan
cerminnya adalah isomer optis atau enantiomer (Chang, 2004: 244).
Gejala isomerisme optic timbul apabila suatu senyawa kompleks tidak
dapat menggandakan penindihtetapan (superimposition) dengan bayangan
cerminnya. Isomerisme ini banyak terjadi pada senyawa kompleks yang berbentuk
trigonalbipiramida, bujur sangkar, dan tetrahedral. Contoh senyawa kompleks
octahedral yang menunjukkan gejala isomerisme adalah ion cis-tetraamin
diklorokobalt (III). Ion trans-tetraamin diklorokobalt (III) tidak menunjukkan
gejala isomerisme optis (Effendy, 2007: 64).
Campuran kompleks yang berbentuk cis dan trans dapat dibuat juga
dengan cara mencampurkan komponen-komponen non-kompleks (penyusun
kompleks). Berdasarkan pada perbedaan kelarutan antara bentuk cis dengan trans
maka kedua jenis isomer itu dapat dipisahkan. Sebagai contoh trans-
dioksalatodiakuokrom(II) klorida dapat dikristalkan secara perlahan dengan
melakukan penguapan larutan yang mengandung campuran bentuk cis dan trans.
Dengna penguapan kesetimbangan bentuk cis  trans dapat digeser kekanan
karena kelarutan isomer trans lebih rendah. Selain itu, pemisahan isomer cis dan
trans dapat dilakukan dengan cara mengatur kondisi larutan sedemikian ruap,
sehingga kelarutan kompleks cis dan trans berbeda. Misalnya, kompleks cis-
diklorobis (trietilstibin) paladium dapat dikristalkan dalam larutan benzene
meskipun dalam larutan hanya ada sekitar 6% bentuk cis (Tim Dosen, 2017: 30).
Isomer cis dan trans bergantung pada gugus yang terkandung dalam ligan.
Untuk kompleks octahedral, isomer cis-trans terjadi pada senyawa-senyawa
dengan rumus umum:

[MA4X2] : Contoh [Cr(NH3)4 Cl2]+


[M(AA)2X2] : Contoh [Co(en)2 Cl2]+
[MA4XY] : Contoh [Co(NH3)4 Cl Br]+
[M(AA)2XY] : Contoh [Co(en)2 Cl Br]+
M adalah logam-logam Co(III), Cr(III), Rh(III), Ir(III), Pt(IV), Ru(II) dan OS(II).
[Cr(NH3)4 Cl2]+ mempunyai isomer trans berwarna hijau dan isomer cis berwarna
violet. Struktur cis dan trans dan kompleks ini digambarkan pada gambar
dibaewah ini:

NH3 Cl
Cl NH3 H3N NH3
Cr Cr
H3N NH3 H3N N3 H
Cl Cl
Gambar: struktur cis-trans diklorotetraamin Kromium (III)
(Ramlawati, 2005: 21-22).
Isomerisme cis-trans banyak dijumpai pada senyawa- senyawa kompleks
yang berrbentuk bujur sangkar atau okathedral seperti pada isomer cis-tdua ligan
tyang sama posisinya berdekatan sedangkan pada isomer trans dua ligan tersebut
posisinya berlawanan. Ion kompleks octahedral denagn tiga jenis ligan yang
berbeda juga menunjukkan gejala isomerisme cis-trans. Isomerisme fasialnya
hanya terjadi pada molekul dan ion kompleks octahedral yang memiliki 3 ligan
yang sama dan 3 ligan lain yang sama pula. Salah satu senyawa kompleks yang
menunjukkan gejala isomer ini adalah triaquatriklororutenium (III),
[Ru(H2O)3Cl3]. Pada isomer fac-tiga ligan yang sama terletak pada segitiga sama
sisi yang merupakan salah satu muka octahedral, sedangkan pada isomer mer-tiga
ligan yang sama terletak pada segitiga sama kaki (Effendy, 2007: 61-62).
Aquokompleks adalah kebanyakan ion yang umum berada dalam larutan
air (dan beberapa juga dalam keadaan kristalin) dalam bentuk aquokompleks. Ion-
ion demikian adalah:
[Ni(H2O)6]2+ Heksaakuonikelat (II)
[Al(H2O)6]3+ Heksaakuoaluminat
[Cu(H2O)4]2+ Tetraakuokuprat (II)
[Zn(H2O)4]2+ Tetraakuozinkat (II)
Ion hidronium H3O+ sendiri sebenarnya merupakan suatu akuo kompleks dan
dapat ditulis sebagai [H(H2O)]+. Meskipun faktanya semua akuo kompleks ini
benar-benar ada, kita biasanya mengabaikan molekul-molekul air yang
terkoordinasi itu dalam rumus-rumus dan persamaan-persamaan. Jadi sebagai
ganti rumus-rumus kita akan hanya menuliskan Ni2+ , Al3+, Cu2+, Zn2+, SO42- dan
H+ saja, kecuali bila pembentukan atau penguraian akuokompleks itu memainkan
peranan yang spesifik dalam reaksi kimia ( Svehla, 1985 : 104-105)
Sintetis senyawa kompleks Cu (II) dan Co (II) dengan ligan 8-
hidroksikuinolin menghasilkan senyawa kompleks Cu (II)- 8-hidroksikuinolin
berwarna kuning. Hasil yang diperoleh dilakukan karakterisasi menggunakan
beberapa instrument yaitu spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan panjang
gelombang maksimum. FTIR untuk mengtahui pergeseran gugus fungsi yang ada
pada senyawa kompleks dan dapat memperkirakan gugus atom dari ligan
terkoordinasi pada atom pusat dan AAS untuk mengukur suatu konsentrasi logam
pada senyawa kompleks yang terbentuk untuk mengetahui banyaknya logam yang
terikat dengan ligan (Sriatun, 2013: 151-152).
Sintesis K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O yang dilakuakn melalui dua teknik
sintesis yang berbeda ternyata menghasilkan dua padatan senyawa kompleks yang
berbeda. Pada metode pertama dihasilkan padatan berwarna merah-ungu,
sedangkan pada metode yang kedua dihasilkan padatan berwarna ungu. Padatan
berwarna merah-ungu relative mudah terbentuk tetapi kelarutannya cukup tinggi
dalam air sehingga rendemen yang diperoleh hanya 68%. Senyawa kiral selalu
mempunyai enantiomer, dengan molekul aslinya Sedangkan padatan berwarna
ungu, relative sulit terbentuk dan kelarutannya juga cukup tinggi dalam air
sehingga rendemen yang diperoleh berkisar 64%. Senyawa kompleks binuklir
yang telah disintesis berupa serbuk berwarna kuning kemasan, dengan rumus
kimia [N(n-C4H9)4][Cr Fe (C2O4)3]. H2O yang dihitung atas dasar hasil analisis
ion dan gugus pendukungnya (Kurnia, 2010: 8).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Kaca arloji 2 buah
b. Gelas kimia 100 ml 1 buah
c. Gelas kimia 25 ml 1 buah
d. Pembakar spritus 1 buah
e. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
f. Labu Erlenmeyer 1 buah
g. Corong biasa 1 buah
h. Corong Buchner 1 buah
i. Cawan penguap 1 buah
j. Batang pengaduk 1 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Lumping dan alu 1 buah
m. Gelas ukur 50 ml 1 buah
n. Neraca analitik 1 buah
o. Pompa vakum 1 buah
p. Pipet tetes 3 buah
q. Sparula 2 buah
r. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kalium dikromat (K2Cr2O7)
b. Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O)
c. Etanol (C2H5OH)
d. Aquades (H2O)
e. Amoniak (NH4OH)
f. Kertas saring biasa
g. Kertas saring wathman
h. Korek api
i. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuo kromat (III)
a. Ditimbang asam oksalat dihidrat sebanyak 12 gram, kemudian dilarutkan
dengan aquades diaduk sampai larut
b. Ditimbang kalium dikromat sebanyak 4 gram, kemudian dilarutkan dengan
aquades yang sudah dipanaskan, kemudian diaduk sampai larut
c. Kemudian kedua larutan tersebut dicampur, setelah itu ditutup kaca arloji
pada gelas kimia
d. Diuapkan larutan hingga volumenya tinggal separuh, kemudian diuapkan lagi
pada suhu kamar hingga tinggal 1/3 volumenya
e. Didinginkan larutan dengan es batu, sampai terbentuk Kristal
f. Kristal kemudian disaring corong Buchner, kemudian dicuci dengan aquades,
stelah itu dicuci juga dengan alcohol
g. Kristal dikringkan, kemudian ditimbang
2. Pembuatan isomer cis kalium dioksalatodiakuokromar (III)
a. Ditimbang asam oksalat dihidrat sebanyak 12 gram, kemudian ditimbang juga
kalium dikromat sebanyak 4 gram
b. Kemudian dicampur kedalam cawan penguap, setelah itu ditambahkan satu
tets aquades kemudian ditutup dengan kaca arloji
c. Kemudian ditambahkan etanol sebanyak 20 ml, kemudian diaduk sampai
mengendap
d. Kemudian didekantir, setelah itu cawan penguap dicuci dengan etanol dan
dicuci lagi dengan air
e. Kristal disaring menggunakan corong Buchner
f. Kristal dikeringkan, kemudian ditimbang
3. Uji kemurnian isomer
a. Kristal diambil sedikti pada kertas saring
b. Kristal dicuci dengan ammonium hidroksida
c. Mengamati perubahan warna

F. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat(III)
No Aktivitas Hasil
1 Timbang asam oksalat dihidrat dan 12,0043 gram asam oksalat dihidrat
kalium dikromat (sebuk putih) dan 4,0156 gram
kalium dikromat (serbuk orange)
2 Dilarutkan dengan aquades Kalium dikromat bewarna orange
asam oksalat dihidrat berwarna
bening
3 Larutan kalium kromat Larutan berwarna hitam dan terjadi
dicampurkan dengan asam reaksi ditandai dengan adanya
oksalato dihidrat (ditutup kaca gelembung
arloji)
4 Diuapkan hingga setengah dari Larutan berwana hitam
volume larutan lalu dibiarkan pada
suhu kamar sampai seprtiga
volumenya
5 Disaring dan dicuci dengan Terdapat Kristal kecil berwarna
aquades dingin dan etanol hitam
Massa kertas saring = 0,9856 gram
6 Ditimbang Berat kertas saring = 0,9856 g
Berat Kristal + kertas saring =
1,0016 g
Berat Kristal = (1,0016-0,9856) g
= 0,0151 g
7 Diuji dengan mikroskop Berbentuk serbuk
2. Pembuatan isomer cis kalium dioksalatodiakuokromat(III)
No Aktivitas Hasil
1 Ditimbang asam oksalt dihidrat Asam oksalato dihidrat (berwarna
dan kalium dikromat putih) = 12,009 gram
Kalium dikromat (berwarna orange)
= 4,436 gram
2 Asam oksalat dihidrat dan aklium Larutan berwarna hitam
dikromat kemudian ditambahkan
1 tetes aquades (ditutuo kaca
arloji)
3 Lelehan hitam ditambahkan 20 ml Gumpalan berwarna hitam
etanol kemudian diaduk
4 Gumpalan hitam kemudian Endapan berwarna hitam
didekantir lalu ditambahkan
etanaol
5 Endapan berwarna hitam lalu Gumpalan hitam
dicuci dengan aquades
6 Gumpalan hitam dikeringkan Cairan kental berwarna hitam dan
diperoleh Kristal

3. Uji kemurnian isomer


No Aktivitas Hasil
1. Kristal kompleks trans ditetesi Kristal terlihat menyebar dalam
dengan ammonia hidroksida kertas saring

G. ANALISIS DATA
DIK : m H2C2O4.2H2O = 12,0043 gram
Mm H2C2O4.2H2O = 126 g/mol
m K2Cr2O7 = 4,0156 gram
Mm K2Cr2O7 = 294 g/mol
Mm K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = 303 g/mol
m praktikum kristal trans = 0,0151 gram
DIT: rendemen = ....?
peny:
n H2C2O4.2H2O = m H2C2O4.2H2O
Mr H2C2O4.2H2O
= 12,0043 gram
126 g/mol
= 0,0952 mol
n K2Cr2O7 = m K2Cr2O7
Mm K2Cr2O7
= 4,0156 gram
294 g/mol
= 0,0136 mol
7 H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6O2 + 17 H2O
M: 0,0952 mol 0,0136 mol - - -
B: 0,0952 mol 0,0136 mol
0,0271 mol 0,0814mol 0,2307 mol
S: - - 0,0271 mol 0,814 mol 0,2307 mol
M K[Cr(C2O4)2(H2O)2] (teori) = (n x Mm) K[Cr(C2O4)2(H2O)2]
= 0,0271mol x 303 g/mol
= 8,2113 gram
% Rendemen kristal trans = m K[Cr(C2O4)2(H2O)2] (praktik)
x 100 %
m K[Cr(C2O4)2(H2O)2] (teori)
= 0,0151 gram
x 100 %
8,2113 gram
= 0,1839%

H. PEMBAHASAN
1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III) dilakukan
dengan mereaksikan larutan H2C2O4.2H2O dengan larutan K2Cr2O7 dimana
oksalat menghasilkan larutan bening dan kalium bikromat menghasilkan larutan
orange. Masing-masing padatan oksalat dan kalium bikromat terlebih dahulu
dilarutkan dengan menggunakan air panas dengan tujuan untuk mempercepat
reaksi pada pembuatan trans dilakukan proses pelarutan terlebih dahulu dilarukan
dengan disebabkan karena trans lebih stabil dibandingkan dengan cis, sehingga
ikatan pada trans lebih kuat dan sukar untuk diputuskan, sehingga untuk
mengantisipasi hal ini maka sebelum pencampuran kedua zat masing-masing
dilarutkan. Kemudian kedua larutan tersebut dicampurkan dalam gelas kimia dan
ditutup dengan kaca arloji ketika reaksi berlangsung tujuannya yaiut untuk
menghindari letupan-letupan yang menyertai reakis ini akan melepaskan CO2 dan
H2O dan campuran akan berwarna hitam, dibiarkan beberapa menit sampai kedua
larutan bereaksi sempuran. Setelah reaksi selesai kemudian penutupnya dibuka.
Perubahan larutan menjadi hitam disebabkan karena terbentukkanya senyawa
kompleks kalium doksalatodiakuokromat (III) dimana dalam senyawa kompleks
tersebut terdapat dua macam ligan yaitu ligan akuo dan oksalato dan satu atom
pusat dari logam transisi yaitu krom(Cr). Reaksi yang berlangsung:
K2Cr2O7 + 7H2C2O4.2H2O 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2 + 17 H2O
Campuran tersebut kemudian diuapkan dengan menggunakan pembakar
spiritus dan kaki tiga srta kasa asbes, hingga setengah dari volume awal dan
dilanjutkan diuapkan disuhu kamar selama beberpa menit hingga volumenya 1/3
dari volume awal. Proses penguapan ini bertujuan agar H2O yang tidak diperlukan
tidak berlebih, karena senyawa kompleks tersebut hanya mengandung 2 molekul
H2O dan 2 molekul C2O42- sebagai ligan dan jika dalam larutan tersebut masih
banyak mengandung air kemungkinan ligan H2O bertambah jumlahnya sehingga
untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan penguapan. Setelah didiamkan
larutan tersebut disaring dengan corong Buchner, bertujuan untuk memisahkan air
yang terikat pada Kristal, kemudian dicuci dengan aquades dan dicuci juaga
dengan alcohol, bertujuan untuk membuang sisa-sisa air dan zat pengotor yand
terbentuk agar diperoleh Kristal murni. Kemudian Kristal yang diperoleh
dikeringkan, setelah itu ditimbang bertujuan untuk mengetahui prolehan massa
Kristal yaitu 0,0151 gram dengan rendemen 0,1839%, hal inimenunjukkan Kristal
yang diperoleh sangat sedikit, warna Kristal yang diperoleh adalah coklat tua.
Berdasarkan teori hal ini sudah sesuai dengan teori karena warna Kristal yang
dapat diperoleh coklat. Ada pun hibridisasinya dari K[Cr(C2O4)2(H2O)2] dalah
sebagai berikut:
Cr dalam K[Cr(C2O4)2(H2O)2]
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4
24Cr = [Ar] 3d4 4s2
3+
24Cr = [Ar] 3d3 4s0
↿ ↿ ↿
3d3 4s0
↿ ↿ ↿ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂

d2sp3
Adapun struktur geometrinya yaitu octahedral:

H H
O

O C O O
K+ C O
Cr

O C O O C O

O
H H

Bentuk geometri isomer trans-


Kalium dioksalatodiakuokromat (III)

2. Pembuatn isomer cis kalium dioksaltodiakuokromat (III)


Pembuatan cis kalium dioksalatodiakuokromat (III) dilakukan dengan
mereaksikan H2C2O4.2H2O dengan K2Cr2O7 dalam cawing penguap. Diaduk
sampai bercampur dengan baik. Kemudian ditambahkan dengan setets aquades
dan tutup cawan penguap dengan kaca arloji yang berfungsi untuk mencega agar
CO2 dan H2O yang dihasilkan tidak bebas ke udara. Setelah itu ditambahkan
dengan etanol yang untuk memadatkan seluruh endapan yang berwarna hitam.
Selanjutnya didekantir dengan etanol sehingga diperoleh Kristal seluruhnya. Pada
prose penyaringan air dilakukan dengan pompa vakum. Kristal berbentuk cairan
kental berwarna hitam. Selanjutnya didekantir dengan etanol sehingga diperoleh
Kristal yang diinginkan, karena adanya kesalahan dan penambahan pada saat
pencucian dengan aquades. Adapun reaksi yang terjadi:
7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2+ 17H2O
Dari hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dikarenkan dengan kurang
ketelitian dalam melakukan praktikum. Ada pun hibridisasinya dari
K[Cr(C2O4)2(H2O)2] dalah sebagai berikut:
Cr dalam K[Cr(C2O4)2(H2O)2]
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4
24Cr = [Ar] 3d4 4s2
3+
24Cr = [Ar] 3d3 4s0
↿ ↿ ↿
3d3 4s0
↿ ↿ ↿ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿⇂

d2sp3
Adapun struktur geometrinya adalah oktaheral:

H H
O
H

O
K+ C O O H

Cr

O C O O

C O

O
C O

Bentuk geometri isomer cis-


kalium dioksalatodiakuokromat (III)
3. Uji kemurnian isomer
Uji ini bertujuan untuk membedakan yang mana isomer cis dan trans
kalium dioksalatodiakuokromat(III). Kristal kompleks yang diproleh dari
percobaan diletakkan pada kertas saring, lalu dilakukan penelitian ammonium
hidroksida encer (NH4OH) yang berfungsi untuk mendistribusi ligan oksalat
ataupun air. Akibatnya dalam penambahan ini pada Kristal kompleks, terdapat
suatu bagian yang dideteksi dengan cepat menyebar merata dalam kertas saring.
Bagian ini disebut sebagai trans kalium dioksalatodiakuokromatt (III) sedangkan
untuk cis kalium dioksalatodiakuokromatt (III) tidak dilakukan karena pada
pembuatan tidak diperoleh Kristal. Tetapi menurut teori sifat isomer trans akan
memebntuk padatan berwarna coklat mudah dan tidak larut karena kelarutannya
rendah dan kristalnya keras. Sedangkan isomer cis akan menyebar pada kertas
saring dan kristalnya kenyal berwarna birutua karena kelarutannya tinggi. Adapun
reaksi yang terjadi:
Untuk isomer trans:
K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + NH4OH
Untuk isomer cis
K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + NH4OH K[Cr(C2O4)2(NH3)2] + 4 H2O

I. PENUTUP
a. Kesimpulan
1) Pembuatan isomer cis dan trans senyawa kompleks kalium
dioksalatodiakuokromat (III) dapat dilakukan dengan mencampurkan kristakl
kalium dikromat dan asam oksalat dihidrat dengan bantuan aquades
2) Massa Kristal isomer cis trans yang diperoleh 0,0151 gram dengan rendemen
0,1839% dan tidak dihasilkan Kristal cis.
3) Kristal trans lebih stabil dibandingkan cis, Kristal trans agak keras
dibandingkan cis yang kenyal
4) Sifat yang membedakan cis dan trans yaitu kelarutannya dimana cis
kelarutannya tinggi sehingga kristalnya menyebar dan hijau tua, sedangkan
trans kelarutan rendah sehingga membentuk padatan berwarna coklat mudah
b. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih
memperhatikan proses penyaringan untuk menghasilkan hasil yng baik.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Effendi. 2007. Kimia Koordinasi Jilid 1. Malang: Bayu Media

Kurnia, Kiki Adi, Djulia Onggo, Dave Patrick, dan k.L. Stevenson. 2010. Sintesis
Senyawa Kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan [N(n-C4H9)4][Cr Fe
(C2O4)3] H2O. Jurnal Kimia Indonesia. Vol.1

Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makassar: UNM

Svehla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima
Bagian 1. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Sriatun, Laelastri Agustina, dan Suhartana. 2013. Sintesis dan Karakterisasi


Senyawa Kompleks Cu (II)-8-Hidroksikuinolin dan Co(II)-8-
Hidroksikuinolin. Chem Info. Vol.1. No.1

Tim Dosen Anorganik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar:


UNM

Anda mungkin juga menyukai