Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN IV
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

OLEH:
NAMA

: DWI ANNISA AGRIYFANI

STAMBUK

: F1C1 15 084

KELOMPOK

: IX (SEMBILAN)

ASISTEN

: FAJRIN ERIKA ROSA

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Natrium termasuk kedalam salah satu logam alkali pembentukan garam
yang bersifat basa. Natrium merupakan konduktor listrik yang baik dan biasanya
disimpan didalam minyak untuk mencegah agar natrium tidak dapat bereaksi
dengan air yang dapat berasal dari udara. Ion tiosulfat dapat diperoleh dengan cara
mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion
ditionit.
Garam natrium tiosulfat (Na2S2O3) adalah senyawa tiosulfat yang berasal
dari dari alkali yaitu natrium yang bersifat hidroskopis, dimana larutan ini mudah
menyerap air dari udara. Karena garam natrium tiosulfat sangat mudah untuk
menyerap air dari udara maka garam ini lebih sering dijumpai dalam bentuk
hidratnya daripada murninya.
Bidang industri biasanya garam alkali tiosulfat digunakan untuk pembuat
larutan baku sekunder, sebagai anti klor untuk mengganti sisa klor yang dapat
merusak sisa tekstil, untuk kebutuhan dibidang fotografi/penyablonan, dimana
garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam
suatu emulsi. Selain itu, dapat digunakan untuk memindahkan rasa dari minuman
yang berklorinasi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks [Ag(S2O3)]- dan
[Ag(S2O3)2]3- dan ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion
logam lain.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka perlu dilakukan percobaan
pembuatan natrium tiosulfat dengan maksud agar pemahaman tentang natrium

tiosulfat ini tidak hanya sebatas teori. Namun, juga didasari oleh pengmatan
langsung melalui praktikum dalam skala laboratorium. Selain itu, dengan
melakukan percobaan ini juga dapat melatih skill mahasiswa dalam pembuatan
garam kompleks dengan skala laboratorium. Sehingga, kebutuhan akan bahan
seperti garam kompleks natrium tiosulfat ini tidak lagi mengeluarkan biaya untuk
membelinya dari luar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan pembuatan natrium tiosulfat ialah
bagaimana membuat garam natrium tiosulfat serta sifatsifatnya?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan pembuatan natrium tiosulfat ialah untuk
mengetahui cara pembuatan garam natrium tiosulfat serta sifatsifatnya.
D. Manfaat Percobaan
Manfaat pada percobaan pembuatan natrium tiosulfat ialah agar dapat
mengetahui pembuatan garam natrium tiosulfat serta sifatsifatnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Natrium tiosulfat merupakan senyawa kimia yang bekerja dengan
mekanisme percepatan eliminasi. Dalam tubuh sulfur persulfida akan berikatan

dengan sianida diubah menjadi senyawa yang tidak toksik yaitu tiosianat.
Kemudian tiosianat akan diekskresikan melalui urin (Suudah dkk., 2015).
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang
memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan pembentukan SO32-, SO42- dan belerang kolodial. Belerang ini akan
menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Natrium
tiosulfat merupakan pereduksi yang cukup kuat, sehingga dengan konsentrasi
kecil sudah mampu mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Amalia bahwa pada kondisi pH 4,5 Na 2S2O3 11 ppm sudah mampu
mereduksi larutan Fe (III) 5 ppm. (Underwood, 2002).
Pencucian tiosulfat diperiksa sehubungan dengan kemungkinan efisiensi
pencucian dan proses optimasi parameter tertinggi. Efek dari konsentrasi ion
tiosulfat dengan kisaran dari 0.25 sampai 1.00 mol/dm3 pada konsentrasi amonia
yang konstan, dan konsentrasi amonia dengan kisaran dari 0.40 sampai 1.00
mol/dm3 pada konsentrasi tiosulfat konstan pada pencucian pemulihan logam
yang dipilih diperiksa (Gibas dkk., 2015).
Belerang mempunyai kesamaan sifat dengan oksigen antara lain yaitu,
kedua membentuk senyawa ionik dengan logam aktif, dan keduanya membentuk
senyawa ionik dengan logam aktif,dan keduanya membentuk senyawa kovalen
seperti H2S dan H2O, CS2, SCl2,dan Cl2O. Tetapi,beberapa faktor yang membuat
berbeda antara lain adalah panjang ikatan kovalen tunggal O adalah 74 pm dan S
adalah 104 pm, elektronegatifitas O adalah 3,5 dan S hanya 2,6 (Sugiarto, 2004).

Temperatur atau suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas


dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
thermometer. Menurut pendapat lain temperatur adalah ukuran energi kinetik ratarata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang
menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan atau transfer panas
ke bendabenda lain atau menerima panas dari bendabenda lain tersebut. Dalam
sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu
lebih tinggi (Kristanto dan Dyah, 2013).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Natrium Tiosulfat dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 17 November 2016, pukul 07.30-09.55 WITA. Bertempat di Laboratorium
Kimia Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, Universitas
Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu 1 set alat refluks,
neraca analitik, gelas kimia 150 mL dan 250 mL, gelas ukur 25 mL, pipet tetes,
spatula, statif, klem, batang pengaduk, dan cawan penguap.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serbuk
belerang, natrium sulfit, metanol, aluminium foil, tisu, dan akuades.

C. Prosedur Kerja
Pembuatan Natrium Tiosulfat pentahidrat
- dimasukkan
kedalam labu refluks
3 gram natrium
sulfit
- ditambahkan 20 mL akuades dan 0,3
serbuk belerang
- diaduk hingga larut
- dipanaskan dua kali dalam refluks selama
30 menit
- didinginkan dan disaring

Filtrat

Residu

dipindahkan filtrat kedalam


cawan penguapan dan
- diuapkan sampai volume
setengah
- dibiarkan sampai larutannya
Randemen =dingin
26,4 %
- dikeringkan
- ditimbang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1.

2.
3.
3.

0,3 g serbuk belerang + 3


gram natrium sulfit + 20
mL akuades (dipanaskan)
di refluks
Campuran dipanaskan
selama 30 menit pertama
Campuran dipanaskan
selama 30 menit kedua
Larutan disaring dan
fitratnya dipanaskan

4.

filtratnya diuapkan

5.

Ditimbang kristal

Larutan berwarna kuningkuning


Larutan berwarna kuning
Larutan menjadi bening
Larutan bening
Terbentuk kristal, tidak
terbentuk warna
4,21 gram

2. Analisis data
a. Berat teoritis
Diketahui :

Berat Na2SO3

= 3 gram

Mr Na2SO3.5H2O

= 248 g/mol

Berat S

= 0,3 g

Mr S

= 32 g/mol

Mr Na2S2O3
Ditanyakan: berat teoritis Na2S2O3 ....?
Penyelesaian:
Reaksi :8 Na2SO3 + S8 + 5H2O
Berat secara teori
8Na2SO3 + S8 + 5H2O
mol Na2SO3

= 158 g/mol
8 Na2S2O3.5H2O

8Na2S2O3.5H2O
gr Na 2 SO 3
= Mr Na 2 SO3
=

3 gr
126 gr /mol

0,02 mol
mol S8
mol

gr S 8
Mr S 8

0,3 gr
256 gr /mol = 0,001

mol 8Na2S2O3.5H2O

8
1

Mol 8Na2SO3 yang bereaksi

8Na2SO3

S8

mula-mula

0,16 mol

0,008 mol

reaksi

0,064 mol

0,008 mol

setimbang

0,096 mol

x mol S8

= 8 x 0,001 mol

= 0,008 mol
= 8 x mol Na2SO3
= 8 x 0,02 mol
= 0,16 mol
+ 5H2O
8Na2S2O3. 5H2O

0,064 mol
0,064 mol

gram Na2S2O3 = Mol Na2S2O3 x Mr Na2S2O3.5H2O


= 0,064 mol x 249 gr/Mol
= 15,936 g
Jadi, berat teoritis Na2S2O3 adalah sebesar 1,992 gram.
b. % Rendamen
Diketahui : Berat kristal Na2S2O3 = 4,21 g (secara praktek)
Ditanyakan : % Rendamen....?
Penyelesaian:
berat praktik
x 100
% Rendamen =
berat teori

4,21 g
x 100
15,936 g

= 26,4 %

3. Reaksi yang terjadi


Na2SO3 direaksikan dengan S dengan bantuan pemanasan.
Na2SO3 + S Na2S2O3
2Na+ + S2O32-

Na2S2O3

Adapun reaksi Na2S2O3 jika direaksikan dengan larutan iodin, yaitu:


Reduksi :

I2

+ 2e 2I-

Oksidasi :

2S2O32- S4O62- +
2S2O32- + I2

2e

S4O62- + 2I-

Jadi : 2 Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6


B. Pembahasan
Natrium tiosulfat merupakan garam berhidrat dengan rumus kimia
Na2S2O3.5H2O, berbentuk padatan kristal tak berwarna, larut dalam air, dan dapat
berfungsi sebagai zat pereduksi. Natrium tiosulfat ini dapat digunakan untuk
pembuatan larutan baku sekunder, sebagai anti klor (untuk mengganti sisa klor
yang dapat merusak sisa tekstil), dan dalam fotografi/penyablonan, larutan garam
ini dikenal dengan hypo sebagai fiksir untuk melarutkan senyawa perak halida.
Percobaan pembuatan natrium tiosulfat ini menggunakan larutan natrium
sulfit dan serbuk belerang sebagai bahan baku pembuatannya. Dalam percobaan
ini larutan natrium sulfit dan serbuk belerang dimasukkan kedalam labu alat bulat
atau labu refluks agar zat-zatnya tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang berasal
dari udara. Kemudian larutan tersebut direfluks agar volume cairan didalamnya
tetap ada selama proses berlangsung, hal ini dikarenakan natrium tiosulfat
sangatlah mudah untuk menyerap air yang berasal dari udara. Selain itu, kegunaan
dari alat refluks ini yaitu dapat menyempurnakan reaksi kimia ketika berlangsung
pada suhu diatas suhu kamar atau pada titik didih pelarut yang digunakan pada
sistem reaksi.
Ketika proses refluks selesai diperoleh endapan dari natrium tiosulfat.
Endapan adalah suatu zat yang memisah sebagai suatu fase padat yang dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan natrium tiosulfat

didinginkan agar larutan tersebut dapat mudah untuk disaring. Filtrat yang berasal
dari larutan natrium tiosulfat tersebut diuapkan agar lebih mudah diperoleh
kristalnya. Secara umum, apabila dilakukan proses pemadatan pada zat cair maka
akan terbentuk kristal. Setelah itu kristal natrium tiosulfat tersebut dikeringkan
dengan menekan kristal tersebut diantara kertas saring, lalu ditimbang dan
dihitung persen rendamennya.
Kemurnian suatu zat ditentukan oleh rendamen yang diperoleh, semakin
tinggi rendamen suatu zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan
apabila nilai rendamen yang diperoleh semakin kecil dari suatu zat maka tingkat
kemurnian semakin rendah. Dari hasil rekristalisasi tersebut dengan mengalikan
jumlah zat dari natrium tiosulfat dengan massa molekul relatifnya maka diperoleh
berat natrium tiosulfat secara teori yakni sebesar 15,936 gram dan berat secara
praktek yaitu 4,21 gram, maka persen rendamen yang diperoleh yaitu 26,4 %.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa percobaan pembuatan natrium tiosulfat ini
masih kurang berhasil, mengingat persentasi rendemnnya bahkan tidak
mencukupi 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa Kristal natrium tiosulfat yang
diperoleh masih jauh dari hasil yang seharusnya. Sebab, berat teori dan praktek
yang begitu berbeda.
Percobaan selanjutnya yaitu mempelajari sifat dari natrium tiosulfat,
yaitu dengan mereaksikan natrium tiosulfat dengan larutan iod. Hasil reaksi yang
diperoleh antara natrium tiosulfat N2S2O3 dengan iod menghasilkan NaI yang tidak
berwarna, sehingga yaitu larutan campuran yang awalnya berwarna cokelat
berubah warna menjadi jernih atau tidak berwarna (bening). Dalam hal ini dapat

diketahui bahwa, larutan natrium tiosulfat dapat mereduksi iod yaitu I 2 menjadi I-,
hal ini berarti bahwa natrium tiosulfat bersifat reduktor yang dalam arti lainnya
natrium tiosulfat mudah untuk teroksidasi.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa natrium tiosulfat dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dan
serbuk belerang. Berdasarkan hasil pengamatan kristal natrium tiosulfat yang
diperoleh sebanyak 4,21 gram dengan rendamen sebesar 26,4 %. Dan ketika
direaksikan dengan larutan iod dapat diketahui bahwa natrium tiosulfat
merupakan zat yang mudah untuk teroksidasi serta merupakan konduktor yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Gibas, K.W., Tomasz, C., Kamil, B., Krzysztof, G., Magdalena, J. dan Jerzy, W.,
2015, Thiosulfate Leaching Of Silver From A Solid Residue After
Pressure Leaching Of Industrial Copper Sulfides Flotation Concentrates,
Jurnal Physicochem Miner Process, 5 (2).
Kristanto, M.K. dan Dyah R., 2013, Analisis Pengaruh Kebisingan Dan
Temperatur Terhadap Produktivitas Pembuatan Spare Part Motor Pada
UD.Sinar Abadi Waru Sidoarjo, Jurnal Kebisingan dan Temperatur
Terhadap Produktivitas, 1 (2).
Sugiyarto, K., 2004, Kimia Anorganik I, Universitas Negeri Malang, Malang.
Suudah, E.N., Chinthia, S.Y. dan Trisna, D.N., 2015, Uji Efektifitas Ketepatan
Waktu
Pemberian Kombinasi Natrium Tiosulfat Dan Natrium
Nitrit Sebagai
Antidotum Ketoksikon Akut Kalium Sianida Pada
Mencit (Mus Musculus), Jurnal Permata Indonesia, 6 (1).
Underwood, D., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai