Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Titrasi Fotometri

Titrasi fotometri adalah suatu metode analisis yang menyatakan

bahwa perubahan absorbansi larutan sebanding dengan perubahan

konsentrasi konstituen pengabsorpsi radiasi elektromagnetik selama titrasi,

maka plot absorbansi terhadap volume titran terdiri dari 2 garis lurus

saling berpotongan pada kurva titrasi untuk mendapatkan volume titik

akhir titrasi. Bentuk kurva titrasi fotometri ditunjukkan pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Berbagai Jenis Kurva Titrasi Fotometri (Willard, 1988)

5
6

Kurva (a) (Gambar 2.1) adalah tipe titrasi dimana titran saja yang

mengabsorpsi misal: titrasi arsenik (III) dengan larutan bromat-bromida; kurva (b)

adalah tipe dari sistem dimana produk reaksi yang mengabsorpsi, misal: titrasi

kobalt (II) oleh EDTA; kurva (c) akan dihasilkan apabila analit diubah menjadi

produk yang tidak mengabsorpsi, misal: titrasi toludin didalam butanol oleh asam

perklorat; kurva (e) dihasilkan apabila suatu analit berwarna diubah menjadi

produk yang tidak berwarna oleh titran yang berwarna, misal: reaksi brominasi

pada zat warna; kurva (d) dan (f) mungkin dihasilkan apabila terjadi reaksi

pembentukan komplek dari ligan yang menyebabkan perubahan absorbansi

(Willard, 1988).

Titrasi fotometri mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan titrasi

langsung. Adanya spesies lain yang mengabsorbpsi pada panjang gelombang

maksimum tidak menyebabkan suatu gangguan. Presisi 0,5% atau lebih dapat

tercapai. Panjang gelombang dipilih berdasarkan 2 tinjuan, yaitu: hindari

pencapuran oleh spesies absorpsi lain dan perlukan absorpsivitas molar dimana

dapat menyebabkan perubahan dalam absorbansi selama titrasi untuk jatuh pada

rentang yang tepat. Sering panjang gelombang (λ) yang dipilih terletak jauh dari

absorpsi maksimum. Perubahan volume kadangkala dapat diabaikan dan garis

lurus akan diperoleh bila dibuat suatu koreksi. Dengan koreksi ini pengukuran

nilai absorbansi diperbesarkan dengan mengkalikannya terhadap faktor koreksi

yang diperoleh sebagai berikut:

Faktor koreksi =
7

Dimana V adalah volume larutan mula-mula dan v adalah volume titran yang

ditambahkan setiap saat. Jika koreksi tidak dibuat, garis lengkung ke bawah akan

diperoleh sehingga garis potong yang diperoleh adalah keliru (Willard, 1988).

Dalam titrasi fotometri lebih baik digunakan titran yang pekat dan

hindarkan sesatan sinar. Setelah diadakan koreksi untuk pengenceran plot

absorbansi terhadap kosentrasi maka akan dihasilkan garis lurus sampai suatu

nilai absorbansi di mana kesalahan akibat sesetan sinar mulai timbul. Metode

tersebut dapat digunakan untuk larutan dengan kekuatan ion tinggi atau pun

rendah dan juga pada pelarut bukan air. (Basset, 1994; Khopkar, 1990; Willard,

1988).

2.2. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kadar logam. Garam

dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering

digunakan. Struktur Na2EDTA ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 2.2 Struktur kimia garam Na2EDTA (European Pharmacopoeia


5.0, 2005)
8

Persamaan reaksi umum pada titrasi kompleksometri adalah:

+ Na2EDTA  +2

Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks

indikator-logam akan putus, dan menghasilkan indikator bebas dengan warna

berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara

lain: Hitam eriokrom; mureksid; jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon

karbonat; kalmagit; dan biru hidroksi naftol (Abdul Rohman dan Ibnu Gholib,

2010).

2.3. Tinjauan Timbal (Pb)

Timbal sering juga disebut sebagai timah hitam atau plumbum, logam ini

disimbolkan dengan Pb. Timbal pada tabel periodik unsur kimia termasuk dalam

kelompok logam golongan IV-A. Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dan

berat atom (BA) 207,2 merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan

dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1,725 °C. Pada suhu 550 - 600 °C (Palar,

2008). Timbal tetraetil dan timbal tetrametil digunakan sebagai senyawa antiketuk

dalam bensin untuk efisiensi energi supaya tidak banyak terbuang saat terjadi

ketukan pada mesin yang bekerja dengan kecepatan tinggi (Filov et al.1993;

Fieser dan Fieser, 1956). Timbal menguap dan membentuk oksigen dalam udara

lalu membentuk timbal oksida (Palar, 2008) adapun bentuk pokok pembuangan

timbal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mengandung

timbal adalah timbal klorobromida (Smith, 1976).


9

Timbal yang dibuang oleh kendaraan bermotor, dapat diserap oleh

tanaman. Tanaman sangat peka terhadap kandungan logam berat yang tinggi.

Kepekatan yang berlebihan dari sebagian logam berat menyebabkan penurunan

pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta kematian dalam beberapa kasus.

Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus menyebabkan

pengerdilan dan klorosis (Hughes et al., 1980). Faktor-faktor yang mempengaruhi

kadar timbal dalam tanaman yaitu umur tanaman, kandungan Pb dalam tanah

morfologi dan fisiologi tanaman, kandungan timbal dalam tanah dan faktor yang

mempengaruhi lahan seperti banyaknya tanaman penutup serta jenis tanaman

disekeliling tanaman tersebut (Darmono, 1995).

Gambar 2.3 Jalur-jalur potensial penyebaran dan perpindahan timbal dalam


ekosistem tepi jalan (Smith, 1976)
10

2.4. Analisis Timbal

Reaksi identifikasi timbal adalah seperti berikut:

 Penambahan larutan asam klorida encer: endapan putih timbal klorida

dalam larutan yang dingin dan tidak terlalu encer.

+2  ↓PbCl2

Endapan larut dalam air panas, tetapi memisah lagi sebagai kristal yang

panjang seperti jarum.

 Penambahan larutan ammonia: endapan putih timbal hidroksida

+ 2NH3 + 2H2O  ↓Pb (OH)2 + 2NH

Endapan tidak larut dalam penambahan pereaksi lebih.

 Penambahan larutan natrium hidroksida: endapan putih timbal hidroksida.

+2  ↓Pb (OH)2

Endapan larut dalam penambahan pereaksi berlebih.

 Penambahan larutan kalium kromat: endapan kuning timbal kromat.

+ Cr  ↓ PbCrO4

Asam nitrat atau natrium hidroksida melarutkan endapan.

 Penambahan larutan kalium iodida: endapan kuning timbal iodida.

+2  ↓ PbI2

(Svehla, 1990).
11

Table 2.1 Reaksi pada kation golongan I (Svehla, 1990)

HCl Endapan putih PbCl2


+NH3 Tidak berubah
+Air panas Larut
H2S (+HCl) Endapan hitam PbS
+ HNO3, dididihkan Endapan putih PbSO4
NH3, sedikit Endapan putih Pb(OH)2
+ berlebih Tidak berubah
NaOH, Endapan putih Pb(OH)2
Sedikit Larut
+ berlebih
KI, sedikit Endapan kuning PbI2
+ berlebih Tidak berubah
K2CrO4 Endapan kuning PbCrO4
+NH3 Tidak berubah

Anda mungkin juga menyukai