Anda di halaman 1dari 7

MIQGRAM-EDUKATIF (MINI QUESTIONS ON INSTAGRAM

EDUKATIF) SEBAGAI SARANA EDUKASI INFORMATIF


UNTUK MENGHILANGKAN STIGMA BURUK SEORANG
IBU DALAM PENDIDIKAN SEKS SEJAK DINI

Disusun oleh :
Ilham Maulana / Kimia UNJ/ 2019

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


JAKARTA
2021
1

Era teknologi digital pada zaman sekarang sudah menjadi hal yang terbilang
“mind blowing” terutama bagi orang tua yang memiliki anak. Akses internet yang
sudah mulai meluas ditambah kondisi pandemi saat ini mengharuskan orang tua
memfasilitasi gadget untuk keperluan kegiatan belajar mengajar sang anak. Hal ini
tentu akan memberikan kesan positif, namun di satu sisi akan menjadi kesempatan
besar sang anak untuk melakukan penyimpangan, salah satunya membuka situs-
situs pornografi yang mengakibatkan kecanduan, bahkan sampai mempraktikan
secara nyata apa yang telah dilihat dan ditonton. Berdasarkan data yang dilansir
pada Internet Pornography Statistic menyebutkan bahwa Indonesia berada di
peringkat kelima pada tahun 2007 dengan pengakses situs pornografi terbanyak di
dunia dan semakin meningkat hingga di tahun 2015 berada pada peringkat kedua
setelah Amerika (JPPN, 2016). Hal yang sangat disayangkan adalah nyatanya
rata-rata pengakses situs terlarang tersebut merupakan anak berkisar 11 tahun.
(Badan Intelijen Negara, 2012).
Praktik yang dilakukan bukan hanya meresahkan orang tua, tetapi
permasalahan ini pun akan berdampak kepada pihak yang terlibat di dalamnya.
Kasus tentang perilaku seks bukan hanya sebatas pelecehan seksual, namun ada
juga sexual abuse, dan free sex. Anak-anak akan mudah melakukannya karena
dasar pengetahuan mengenai pendidikan seksnya yang rendah (Amaliyah, 2017).
Bukan hanya itu, orang tua juga terkesan tidak mementingkan kepeduliannya
terhadap anak, sehingga anak tidak dapat terlindungi dengan baik (Gatra, 2015).
Orang tua saat ini belum sepenuhnya memberikan pendidikan yang baik
untuk anak, baik secara lahir maupun batin (Az zahrah, 2017). Berdasarkan data
yang dilansir dari pusat penelitian KPAI menyebutkan sebesat 70% orang tua
belum bisa beradaptasi dalam pemberian edukasi sesuai dengan perkembangan
zaman (KPAI, 2016). Banyaknya fakta yang beredar tentang minimnya
pendidikan seks, perlu ditegaskannya ide kreatif untuk memberikan kesan positif
kepada masyarakat terutama seorang ibu yang menjadi figur pendidik pertama
yang harus mengetahui secara menyeluruh pola pengasuhan kepada anak.
(Amaliyah, 2017).
Ide kreatif dapat datang dari hal yang sederhana, mulai dari lingkungan
ataupun dari pengalaman yang biasanya menjadi keresahan secara general. Media
2

sosial saat ini menjadi panggung untuk masyarakat, sebagaimana terdata pada
tahun 2016 bahwa Indonesia memiliki pengguna internet aktif sebanyak 88 juta
orang dengan pemain media sosial sebanyak 79 juta orang, angka yang terbilang
fantastis (Balea, 2016). Media sosial saat ini memiliki banyak jenis, ada yang
berupa posting video, audio, menulis text, dan lain-lain. Nah, dari banyaknya jenis
tersebut, Instagram dapat menjadi salah satu media yang dapat memberikan kesan
baik terhadap ide kreatif dalam menyampaikan edukasi, contohnya edukasi
pentingnya pendidikan seks pada usia dini karena dilengkapi banyak fitur
pendukung.
Fitur Polling di Indtagram
Instagram merupakan media sosial yang banyak sekali terdapat fitur-fitur
canggih nan mengasyikan.. Salah satu bentuknya adalah polling. Fitur polling
dikenal sebagai fitur “pilihan” yang dapat diklik sesuai dengan pilihan dari kedua
jawaban yang tersedia.

Gambar 1. Fitur Polling pada Instagram


(Sumber : merdeka.com)
Pembuatan jawaban dapat diedit sesuai kebutuhan dengan batas maksimal
32 karakter di setiap pilihan jawaban. Fitur ini merupakan fitur yang dapat
membantu untuk memberikan edukasi selayaknya ujian maupun ulangan yang
diadakan dalam suatu kelompok studi. Fitur polling ini pun tidak menyulitkan dan
terkesan mudah dalam pengaplikasiannya. Dengan begitu, edukasi yang dikemas
secara kreatif dalam fitur polling ini akan menjadi sasaran empuk untuk menjadi
kuda hitam dalam menarik konsumen atau masyarakat terkhusus orang tua
mengenai pentingnya pendidikan seks sejak dini (Indika, 2017).
Konsep Pembuatan Media Kreatif untuk Edukasi Pendidikan Seks
Instagram menyediakan fitur polling dapat dikreasikan dengan unik sesuai
keinginan pengguna. Dengan demikian, fitur tersebut menjadi kunci untuk
3

memberikan edukasi secara masif karena pengguna instagram yang cukup banyak
(Indika, 2017). Sebelum melakukan penerapan, tentu butuh analisis dan persiapan
hal-hal pendukung untuk memberikan deskripsi secara jelas tahapan-tahapan yang
akan dilakukan. Berikut langkah-langkahnya :

Budaya Orang
Terdahulu
Analisis penyebab
Orang Tua tidak Faktor penyebab Hasil
mengajarkan Analisis
Informasi Kurang Stigma Negatif
pendidikan seks kondisi
sejak dini

Pengalaman Pencarian
Orang Tua ide

Penyusunan dan Mencari topik


Pembuatan Rancang
Penerapan MIQGRAM permasalahan dan
desain produk Ide
pada fitur Polling referensi
Instagram

Gambar 2. Tahapan dalam Penyusunan Konsep MIQGRAM sebagai


Sarana Edukasi Ibu dalam Pengenalan Pendidikan Seks Pada Anak Sejak dini
Pada tahapan ini diperlukan analisis mengenai alasan orang tua enggan
mengajari anaknya perihal pendidikan seksual. Terdapat setidaknya tiga
penyebab, yakni budaya orang terdahulu yang masih dipegang erat untuk tidak
mengajarkan seks pada anak, lalu ada informasi mengenai pendidikan seks yang
menyimpang dan tidak lengkap, dan pengalaman orang tua yang menganggap
pendidikan seks merupakan hal yang tabu (Amaliyah, 2017). Dari ketiga hal
inilah yang mengakibatkan adanya stigma negatif di masyarakat. Dengan
mengetahui kondisi yang seperti ini, muncullah ide yang mendeskripsikan suatu
sarana yang menjadikan media sosial sebagai media edukatif yang kreatif yang
memiliki sasaran para ibu dan masyarakat yang masih memiliki persepsi buruk
terhadap pendidikan seks. Pemilihan subjek ibu dikarenakan alasan bahwa ibu
merupakan pendidik atau guru pertama yang mengajari anak berbagai hal, oleh
karena itu sasaran yang ditujukan adalah seorang ibu (Amaliyah, 2017).
4

Pengaplikasian MIQGRAM
Setelah perancangan ide dan produk dibuat, mini questions sudah dapat
dilakukan pambuatan dengan berdasar pertanyaan yang biasa dilontarkan oleh
beberapa pihak seputar pendidikan seks. Pertanyaan diselipkan pada slide
pertama, untuk slide kedua memperlihatkan jawaban dan penjelasan singkat yang
mudah dimengerti.

a. b.
Gambar 3. a. slide pertama b. slide kedua
MIQGRAM-Edukatif
Desain yang telah dibuat dapat dijadikan template untuk menuliskan
pertanyaan dan fitur polling. Ada dua contoh yang diberikan :
a. Q : Menurut Bunda, Pendidikan Seks itu wajib gak sih ?
A : Bisa dibilang Pendidikan Seks itu kebutuhan nih, bund. Alasannya :
- Pendidikan seks bukan hanya membahas mengenai hal buruk dari seks,
berhubungan badan, dan lain-lain.Tapi maknanya luas banget.
- Sebagai bentuk penjagaan dan proteksi dari bentuk pelecehan seksual.
b. Q : Menurut Bunda, Apakah Pendidikan Seks Penting untuk Anak ?
A : Pendidikan Seks itu penting loh, Bunda. Menurut Crissali, 2020 :
- Pendidikan seks dapat mengurangi perilaku seks negatif.
- Anak dapat terhindar dari apa saja yang tidak dilakukan karena
ketidaktahuannya.
- Anak menjadi paham terhadap batasan boleh dan tidak boleh dilakukan.
Dari adanya MIQGRAM-Edukatif ini tentu dapat diharapkan menjadi media
edukasi orang tua, terkhusus ibu agar tidak ragu dalam mengajarkan pendidikan
seks pada anak usia dini.
5

Dengan pemaparan yang telah terdeskripsi secara jelas, tentu ide kreatif
MIQGRAM-Edukatif perlu banyak pengembangan dan evaluasi agar dapat
berjalan dengan baik di setiap waktunya. Dukungan dari orang-orang terdekat
juga menjadi salah satu faktor utama yang membuat penyebaran informasi lebih
meluas dan valid. Oleh karena itu, diharapkan adanya MIQGRAM-Edukatif dapat
memberikan pengalaman positif dalam menekan adanya pengaruh negatif dari
stigma buruk masyarakat mengenai pendidikan seks pada usia dini, terutama bagi
seorang ibu sebagai pendidik pertama anak.

DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah S. 2017. Eksplorasi Persepsi Ibu tentang Pendidikan Seks untuk Anak.
Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 4, No. 2 (157-166)
Az Zahrah, F., dkk. 2017. Perilaku Mengakses Pornografi Pada Anak Usia
Sekolah Dasar (7-12 Tahun) (Studi Kasus di Rumah Pintar Bagjo
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 5, No. 3
Badan Intelelijen Negara. 2012.Mewaspadai Terpaan Pornografi di Internet,
(Online),
(http://www.bin.go.id/awas/detil/151/4/18/10/2012/mewaspadaiterpaan-
pornografi-di-internet,
Balea, J. 2016. The Latest Stats In Web And Mobile In Indonesia (Infographic).
www.techninasia.com/indonesia-web-mobile-statistics-we-are-social
Crisalli, L. (2010). The Early Educator‟s Role in the Prevention of Child Sexual
Abuse and Exploitation, Child Beginning Workshop Child Sexual Abuse.
www.childcareexchange.com
Indika, D. R. 2017. Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Promosi Untuk
Meningkatkan Minat Beli Konsumen. Jurnal Bisnis Terapan. Vol. 1, No. 1
JPPN. 2016. Waduh, Indonesia Pengakses Konten Pornografi Kedua Di Dunia.
(Online), (http://www.jpnn.com/read/2016/05/07/402505/WaduhIndonesia-
Pengakses-KontenPornografi-Kedua-di-Dunia-,
https://www.gatra.com/hukum-1/52038-kpai-pelecehan-seksual-akibatrendahnya-
kesadaran-perlindungananak.html (diakses pada 7 Agustus 2021)
6

http://www.kpai.go.id/berita/kpaipelecehan-seksual-pada-anakmeningkat-100/
(diakses pada 7 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai