DASAR TEORI
2.1 Kosmetik
Kosmetik merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki. Salah satu sediaan
kosmetik yang banyak digunakan yaitu krim pemutih (Whitening Cream) wajah,
sehingga harus diproduksi dan diedarkan sesuai persyaratan keamanan,
kemanfaatan dan mutu (BPOM RI, 2011).
Menurut federal food and cosmetic act (1983) sesuai dengan defenisi dalam
peraturan menteri kesehatan R.I. No. 220/Men Kes/Per/IX/76. Kosmetik adalah
bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik dan mengubah rupa tidak termasuk golongan obat.
2.3 Merkuri
Merkuri (Hg) termasuk logam berat yang sangat berbahaya karena bersifat
toksik dan karsinogen bagi tubuh walaupun digunakan dalam konsentrasi
kecil.Oleh beberapa oknum, merkuri ditambahkan dalam krim pemutih wajah
untuk bahan aktif yang berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat)
kulit.Merkuri dapat menghambat kerja enzim tirosinase dalam memproduksi
melanin oleh sel melanosit. Sehingga kadar melanin akan berkurang dan kulit
tampak lebih cerah (Ahmed dan Mahmoud, 2010).
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI nomor 17 tahun 2014 tentang
mengenai Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika
bahwa jenis cemaran merkuri (Hg) tidak boleh lebih dari 1 mg/L (1 bpj atau 1
ppm).
Kandungan merkuri pada krim pemutih wajah dapat dianalisis mengunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Alat ini digunakan untuk mengukur
kadarlogam salah satunya merkuri berdasarkan penyerapan cahaya oleh atom.
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri merupakan
salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomor atom
(NA=80) dan massa molekul relatif (MR= 200,59).
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar (250 C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam yaitu -390
C, mudah bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran
(amalgam/alloi). Merkuri merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam-logam yang lain, juga dapat digunakan sebagai
konduktor arus listrik (Alfian, 2006). Merkuri merupakan logam yang sangat
toksik terhadap organisme, dalam penggunaan atau aktivitas tertentu merkuri akan
disebarkan ke lingkungan baik berupa limbah bahan pertanian, obat-obatan, cat,
kertas, pertambangan serta sisa buangan industri. Semua bentuk merkuri baik
dalam bentuk unsur, gas, maupun dalam bentuk garam-garam merkuri adalah
beracun (Alfian, 2006). Menurut Inswiasri (2008), pada prinsipnya, merkuri dapat
dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu
1. Bentuk murni
Merkuri metal (elemental merkuri) merupakan logam berwarna putih, pada
suhu kamar berada berbentuk cair dan membentuk uap jika suhu semakin
meningkat.
2. Merkuri berbentuk senyawa anorganik
Senyawa merkuri anorganik terbentuk ketika merkuri dikombinasikan
dengan elemen lain seperti klorin (Cl ), sulfur atau oksigen dalam bentuk garam
merkuri. Senyawa merkuri anorganik seperti HgCl2 berbentuk bubuk putih atau
kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS) berwarna merah.
3. Merkuri berbentuk senyawa organik
Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon
membentuk organomerkuri atau metilmerkuri. Senyawa merkuri organik pada
hewan dan manusia diabsorbsi melalui jalur pencernaan, pernapasan, dan kulit,
hampir 90 % diabsorbsi melalui jalur pencernaan. Selama di dalam tubuh, logam
berat merkuri akan terikat pada struktur molekul protein, metalotionin-sistein dan
hemoglobin. Keracunan merkuri dapat mengganggu fungsi ginjal dan dapat
mengganggu sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi.
2.4 Spektrofotometer Serapan Atom
Metode spektrofotometri serapan atom dipilih karena memiliki tingkat
kepekaan, ketelitian dan selektivitas yang tinggi dalam analisis logam, serta waktu
pengerjaannya lebih singkat dan sederhana (Jatmiko, et al, 2011).
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metoda analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorbsi) radiasi oleh atom bebas unsur tersebut. Perkembangan yang sudah
dicapai hingga kini meliputi instrument, sumber radiasi resonans, nyala yang lebih
stabil, suhu pengatoman yang lebih tinggi, efisiensi pengatoman lebih tinggi, dan
sebagainya serta usaha untuk dapat menentukan lebih banyak unsur dari sistem
periodik.
Banyak penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan
metoda polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri, sekarang banyak
diganti dengan metoda AAS Flame. Analisis yang dapat dilakukan dengan metoda
AAS Flame adalah mulai dari analisis jumlah runutan sampai dengan analisis
komponen utama.
Metoda AAS Flame mempunyai segi-segi yang baik sebagai berikut:
Spesifik dan cukup ekonomis, batas (limit) deteksi yang rendah. dari larutan yang
sama, beberapa unsur yang berlainan dapat diukur. Pengukuran dapat langsung
dilakukan terhadap larutan sampel, output data (absorbance) dapat dibaca
langsung. dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis
sampel.dan batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (sub-ppm
hingga %).
Untuk proses yang dilakukan dalam spektrofotometri AAS adalah
Spektrofotometer AAS. Berikut rinciannya :
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun
1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses
absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom
hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu (frekwensi),
atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi
tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi
yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini
SSA direkomendasikan sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan secara
umum (Weltz, 1976). Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
1. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
It = Io.e-(εbc), atau A = - Log It /Io = εbc
Dimana :
Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = Absorbans.
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang
lain, contoh harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini
dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan
didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum
pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan
residu padat.
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom penyusunnya
yang mulamula akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi
dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu memancarkan
energi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed dan Mahmoud. 2010. “Review Skin Whitening Agent” Khartoum
Pharmacy Journal Vol. 13, No. 1. Faculty of Pharmacy: Omdurman Islamic
University.
Alfian, Z. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Medan : USU Repository
Anggraeni, Anne, dan Faridah. 2018. “Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri
dalam Krim Pemutih Wajah yang Beredar di Pasar Tradisional dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom” Journal of Pharmacopolium, Vol.
1, No. 1. Bandung: Stifarm Bandung.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tentang Persyaratan
Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Kepala
BPOM RI.
Higuchi, T and Hanssen, E. B., 1961, Pharmaceutical Analysis, Interscience
Publisher, New-York.
Inswiasri. 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri. Jurnal Ekologi
Kesehatan 7 (2) : 775-785.
Jatmiko, Tjiptasurasa, dan Wiranti. 2011. “Analisis Merkuri dalam Sediaan
Kosmetik Body Lotion Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan
Atom” Pharmacy, Vol. 8, No. 3. Purwokerto: Fakultas Farmasi UMP.
Kemp, W., 1975, Organic Spectroscopy, ELBS, The Mamillan Press LTD.,
London. Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler,
Mona, Julius dan Paulina. 2018. “Analisis Kandunga Merkuri (Hg) pada
Beberapa Krim Pemutih Wajah Tanpa Ijin BPOM yang Beredar di Pasar
45 Manado” Pharmacon Jurnal Farmasi Ilmiah Vol. 7, No. 3. Manado:
FMIPA Universitas Sam Ratulangi.
Soedarto, Tranggono RI. Akne vulgaris di bagian Kulit (sub bagian
Kosmetik/Bedah Kulit RSCM, Jakarta). Naskah Ilmiah Lengkap Kongres
Nasional PADVI I, Jakarta: 1972.
Stanley R. Crouch, 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry .Hardcover: 992
pages, Publisher: Brooks Cole
Tranggono, Iswari, Retno, Latifah, Fatimah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2007.
Yellinex YS. Formulation and function of cosmetics 2nd ed. New York, London :
Wiley Interscience, 1970.
Willard, H. H., Merrit, L; L., and Settle Jr, F. A., 1989, Instrumental Methods of
Analysis, Wadsworth Publishing Company,'California.