Anda di halaman 1dari 11

BAB II.

DASAR TEORI
2.1 Kosmetik
Kosmetik merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki. Salah satu sediaan
kosmetik yang banyak digunakan yaitu krim pemutih (Whitening Cream) wajah,
sehingga harus diproduksi dan diedarkan sesuai persyaratan keamanan,
kemanfaatan dan mutu (BPOM RI, 2011).
Menurut federal food and cosmetic act (1983) sesuai dengan defenisi dalam
peraturan menteri kesehatan R.I. No. 220/Men Kes/Per/IX/76. Kosmetik adalah
bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik dan mengubah rupa tidak termasuk golongan obat.

Gambar Berbagai Macam Kosmetik


(sumber : google.com)
Penggolongan Kosmetik Penggolongan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor 045/C/SK/1977 tanggal 22 Januari 1977 berdasarkan
kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan menjadi
13 golongan :
1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dll.
2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dll.
3. Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dll.
4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water, dll.
5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut, dll.
6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dll.
7. Preparat make-up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi, bedak muka,
dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath freshner, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan; deodorant, feminism hygiene spray, dll.
10. Preparat kuku; cat kuku, krim dan lotion kuku, dll.
11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dll.
12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelembab, pelindung, dll.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, suntan screen foundation,
dll.

Penggolongan menurut NATER,Y.P. dan kawan-kawan berdasarkan


kegunaannya :
1. Hygiene tubuh: sabun, shampoo, cleansing.
2. Rias: make-up, hair color.
3. Wangi-wangian: deodorant, parfum, after shave.
4. Proteksi: sunscreen, dll.
Pembagian yang dipakai di Bagian Kosmetologi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, berdasarkan kegunaan dan cara bekerjanya kosmetika dibagi dalam
kelompok:
1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan kulit terdiri dari:
a. Pembersih (cleansing): pembersih dengan bahan dasar air (face tonic, skin
freshner, dll), pembersih dengan bahan dasar minyak (cleansing cream,
cleansing milk, dll), pembersih dengan bahan dasar padat (masker).
b. Pelembab (moisturizing): cold cream, night cream, moisturizing, base
makeup, dll. c. Pelindung (protecting): sunscreen, foundation cream, dll.
d. Penipis (thinning): bubuk pelindung, dll.
2. Kosmetika rias (decorated cosmetic): kosmetik yang dipakai untuk makeup,
seperti: pemerah pipi, pemerah bibir, eye shadow, dll.
3. Kosmetika wangi-wangian: parfum, cologne, deodorant, vaginal spray, after
shave, dll.
Kandungan Kosmetik Preparat kosmetik 95% terdiri dari bahan dasar dan
hanya 5% bahan aktif. bahkan kadang-kadang tidak mengandung bahan-bahan
aktif. Jadi sifat dan efek dari preparat kosmetik tidaklah ditentukan oleh bahan
aktifnya, tetapi terutama oleh bahan dasarnya Efek dari bahan dasar Dari
golongan kosmetika ternyata bahan dasar yang terbanyak dipakai adalah
lemak/minyak, selain itu dipakai pula air, alkohol, dan lain-lain.
Lemak, pemakaian lemak pada preparat kosmetik disenangi karena lemak
mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai bahan dasar dan memiliki efek
tertentu pada kulit yaitu : mudah diabsorpsi oleh kulit, lemak dapat membentuk
lapisan tipis di permukaan kulit yang berfungsi sebagai lapisan pelidung
(protective film) untuk menghalangi penguapan air, sehingga mencegah
kekeringan pada kulit.
Air, air dapat diabsorpsi oleh kulit, tetapi air dan bahan-bahan yang larut air
lebih sukar mengadakan penetrasi daripada lemak dan bahan-bahan larut lemak.
Tingkat penetrasi bahan-bahan yang larut dalam air tergantung pada jumlah
(water content) dari stratum korneum. Sehingga air bukanlah bahan dasar yang
baik untuk mengantarkan bahan aktif ke dalam lapisan kulit.1
Alkohol, pemakaian bahan-bahan aktif dalam pelarut organik seperti
alkohol, aseton, ether, khloroform, dan lain-lain tidak dianjurkan karena efek
iritasinya pada kulit. Pemakaian alkohol 20-40% pada preparat pembersih
bertujuan untuk mendapatkan efeknya yaitu: dapat meningkatkan permeabilitas
kulit terhadap air, mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga daya
membasahi oleh air lebih baik, memperbaiki daya larut kotoran berlemak, dan
bersifat sebagai astringen dan disinfektan.
Efek dan bahan aktif, bahan-bahan aktif yang biasanya ditambahkan ke
dalam preparat kosmetika antara lain vitamin, hormon, protein, enzim, dan ekstrak
hewani dan tumbuhan-tumbuhan.
Vitamin A1, Vitamin A pada kulit antara lain berguna untuk
mempertahankan pertumbuhan normal dari sel epitel sebagai anti keratinisasi.
Pemakaian vitamin A secara topikal dibenarkan karena:
1). Larut dalam lemak dan mudah diabsorpsi oleh kulit,
2). Punya efek lokal yang baik, yaitu melicinkan, melunakkan kulit. Kesulitan
penggunaannya pada kosmetika adalah mudah teroksidasi sehingga harus
diberikan dalam bentuk ester alkohol yang lebih stabil, dan dilindungi dari sinar
matahari.
Vitamin B Kompleks, karena absorbsinya oleh kulit sangat sedikit, sehingga
penambahan vitamin B kompleks pada preparat kosmetika tidak dianjurkan
meskipun vitamin ini larut dalam air dan stabil terhadap oksidasi.
Vitamin C (ascorbic acid), vitamin C berfungsi pada pembentukan kolagen
dan proses pigmentasi, vitamin C dapat diabsorpsi oleh kulit. Tetapi,
pemakaiannya dalam preparat kosmetika tidak dianjurkan karena mudah
teroksidasi.
Vitamin D, vitamin D ada indikasi untuk pemakaian vitamin D secara
topikal dan tidak ada kelainan kulit yang spesifik akibat defisiensi vitamin D.
Vitamin E, Vitamin E berfungsi untuk regenerasi sel-sel epitel kulit
(peremajaan kulit). Efek pada kulit dengan pemberian peroral lebih
menguntungkan. Dalam preparat kosmetika vitamin E dipakai sebagai bahan
pelengkap yaitu sebagai antioksidan pada preparat yang mudah teroksidasi seperti
vitamin A.
Hormon, tujuan penambahan hormon dalam preparat kosmetika umumnya
untuk memperlambat proses penuaan, menghilangkan kerutan-kerutan, dan
mencegah kekeringan pada kulit sehingga didapatkan gambaran yang lebih muda.
Hormon yang biasa ditambahkan dalam preparat kosmetika adalah hormon seks
terutama estrogen.18 Protein Penggunaan protein dalam preparat kosmetika bukan
sebagai bahan aktif tetapi digunakan sebugai pembentukan lapisan film pada
protecting cream tertentu (misalnya casein), dan sebagai bahan pengental pada
preparatpreparat masker (misalnya gelatin).
Enzim, umumnya terdiri dari protein, yang biasanya aktif bila ada koenzim.
Karena itu penggunaannya sebagai preparat topikal dalam kosmetika tidak
dianjurkan meskipun memiliki efek menambah daya kerja dari bahan-bahan aktif
tertentu seperti yang terdapat dalam ekstrak plasenta.
Kompleks bahan-bahan aktif (complexes of active ingredients) , Ingredients
complex adalah sekelompok bahan-bahan aktif alamiah yang berasal dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Efek kosmetika yang dihasilkannya adalah merupakan
gabungan dari bahan-bahan aktif yang ada di dalamnya. Perlu penelitian yang
lebih lanjut mengenai efeknya terhadap kulit. Beberapa bentuk ekstrak tumbuh-
tumbuhan dan hewan yang sering ditambahkan ke dalam preparat kosmetika
antara lain : royal jelly, ekstrak plasenta, ginseng, dan lain-lain.
2.2 Krim Pemutih
Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia yang berkhasiat untuk
mengurangi hiperpigmentasi kulit sehingga kulit tampak lebih putih dan cerah
(Mona, 2018).Saat ini banyak ditemukan krim pemutih wajah yang mengandung
bahan kimia berbahaya, salah satunya adalah merkuri. Selama tahun 2018, BPOM
RI menemukan 112 miliar rupiah harga kosmetik illegal yang mengandung bahan
berbahaya didominasi oleh kandungan merkuri, hidrokuinon dan asam retinoat
(Siaran Pers BPOM RI, 2018).

Gambar Krim Pemutih


(sumber : google.com)
Pemakaian krim pemutih wajah yang mengandung merkuri awalnya
membuat kulit tampak cerah, kenyal, bersih, putih dan tidak berjerawat.Tapi,
penggunaan jangka panjang menimbulkan perubahan warna kulit, muncul flek
hitam, alergi, iritasi pada kulit, cacat pada janin, dan kanker kulit (Public
Warning, 2009).Selain itu penumpukan merkuri dalam tubuh bisa menyebabkan
gangguan metabolik dan neurologis, penurunan kecerdasan, kanker hingga
kematian (Hevira, et al, 2015).

2.3 Merkuri
Merkuri (Hg) termasuk logam berat yang sangat berbahaya karena bersifat
toksik dan karsinogen bagi tubuh walaupun digunakan dalam konsentrasi
kecil.Oleh beberapa oknum, merkuri ditambahkan dalam krim pemutih wajah
untuk bahan aktif yang berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat)
kulit.Merkuri dapat menghambat kerja enzim tirosinase dalam memproduksi
melanin oleh sel melanosit. Sehingga kadar melanin akan berkurang dan kulit
tampak lebih cerah (Ahmed dan Mahmoud, 2010).
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI nomor 17 tahun 2014 tentang
mengenai Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika
bahwa jenis cemaran merkuri (Hg) tidak boleh lebih dari 1 mg/L (1 bpj atau 1
ppm).
Kandungan merkuri pada krim pemutih wajah dapat dianalisis mengunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Alat ini digunakan untuk mengukur
kadarlogam salah satunya merkuri berdasarkan penyerapan cahaya oleh atom.
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri merupakan
salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomor atom
(NA=80) dan massa molekul relatif (MR= 200,59).
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar (250 C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam yaitu -390
C, mudah bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran
(amalgam/alloi). Merkuri merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam-logam yang lain, juga dapat digunakan sebagai
konduktor arus listrik (Alfian, 2006). Merkuri merupakan logam yang sangat
toksik terhadap organisme, dalam penggunaan atau aktivitas tertentu merkuri akan
disebarkan ke lingkungan baik berupa limbah bahan pertanian, obat-obatan, cat,
kertas, pertambangan serta sisa buangan industri. Semua bentuk merkuri baik
dalam bentuk unsur, gas, maupun dalam bentuk garam-garam merkuri adalah
beracun (Alfian, 2006). Menurut Inswiasri (2008), pada prinsipnya, merkuri dapat
dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu
1. Bentuk murni
Merkuri metal (elemental merkuri) merupakan logam berwarna putih, pada
suhu kamar berada berbentuk cair dan membentuk uap jika suhu semakin
meningkat.
2. Merkuri berbentuk senyawa anorganik
Senyawa merkuri anorganik terbentuk ketika merkuri dikombinasikan
dengan elemen lain seperti klorin (Cl ), sulfur atau oksigen dalam bentuk garam
merkuri. Senyawa merkuri anorganik seperti HgCl2 berbentuk bubuk putih atau
kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS) berwarna merah.
3. Merkuri berbentuk senyawa organik
Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon
membentuk organomerkuri atau metilmerkuri. Senyawa merkuri organik pada
hewan dan manusia diabsorbsi melalui jalur pencernaan, pernapasan, dan kulit,
hampir 90 % diabsorbsi melalui jalur pencernaan. Selama di dalam tubuh, logam
berat merkuri akan terikat pada struktur molekul protein, metalotionin-sistein dan
hemoglobin. Keracunan merkuri dapat mengganggu fungsi ginjal dan dapat
mengganggu sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi.
2.4 Spektrofotometer Serapan Atom
Metode spektrofotometri serapan atom dipilih karena memiliki tingkat
kepekaan, ketelitian dan selektivitas yang tinggi dalam analisis logam, serta waktu
pengerjaannya lebih singkat dan sederhana (Jatmiko, et al, 2011).
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metoda analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorbsi) radiasi oleh atom bebas unsur tersebut. Perkembangan yang sudah
dicapai hingga kini meliputi instrument, sumber radiasi resonans, nyala yang lebih
stabil, suhu pengatoman yang lebih tinggi, efisiensi pengatoman lebih tinggi, dan
sebagainya serta usaha untuk dapat menentukan lebih banyak unsur dari sistem
periodik.
Banyak penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan
metoda polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri, sekarang banyak
diganti dengan metoda AAS Flame. Analisis yang dapat dilakukan dengan metoda
AAS Flame adalah mulai dari analisis jumlah runutan sampai dengan analisis
komponen utama.
Metoda AAS Flame mempunyai segi-segi yang baik sebagai berikut:
Spesifik dan cukup ekonomis, batas (limit) deteksi yang rendah. dari larutan yang
sama, beberapa unsur yang berlainan dapat diukur. Pengukuran dapat langsung
dilakukan terhadap larutan sampel, output data (absorbance) dapat dibaca
langsung. dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis
sampel.dan batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (sub-ppm
hingga %).
Untuk proses yang dilakukan dalam spektrofotometri AAS adalah
Spektrofotometer AAS. Berikut rinciannya :

Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun
1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses
absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom
hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu (frekwensi),
atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi
tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi
yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini
SSA direkomendasikan sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan secara
umum (Weltz, 1976). Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
1. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
It = Io.e-(εbc), atau A = - Log It /Io = εbc
Dimana :
Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = Absorbans.
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang
lain, contoh harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini
dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan
didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum
pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan
residu padat.
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom penyusunnya
yang mulamula akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi
dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu memancarkan
energi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed dan Mahmoud. 2010. “Review Skin Whitening Agent” Khartoum
Pharmacy Journal Vol. 13, No. 1. Faculty of Pharmacy: Omdurman Islamic
University.
Alfian, Z. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Medan : USU Repository
Anggraeni, Anne, dan Faridah. 2018. “Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri
dalam Krim Pemutih Wajah yang Beredar di Pasar Tradisional dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom” Journal of Pharmacopolium, Vol.
1, No. 1. Bandung: Stifarm Bandung.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tentang Persyaratan
Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Kepala
BPOM RI.
Higuchi, T and Hanssen, E. B., 1961, Pharmaceutical Analysis, Interscience
Publisher, New-York.
Inswiasri. 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri. Jurnal Ekologi
Kesehatan 7 (2) : 775-785.
Jatmiko, Tjiptasurasa, dan Wiranti. 2011. “Analisis Merkuri dalam Sediaan
Kosmetik Body Lotion Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan
Atom” Pharmacy, Vol. 8, No. 3. Purwokerto: Fakultas Farmasi UMP.
Kemp, W., 1975, Organic Spectroscopy, ELBS, The Mamillan Press LTD.,
London. Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler,
Mona, Julius dan Paulina. 2018. “Analisis Kandunga Merkuri (Hg) pada
Beberapa Krim Pemutih Wajah Tanpa Ijin BPOM yang Beredar di Pasar
45 Manado” Pharmacon Jurnal Farmasi Ilmiah Vol. 7, No. 3. Manado:
FMIPA Universitas Sam Ratulangi.
Soedarto, Tranggono RI. Akne vulgaris di bagian Kulit (sub bagian
Kosmetik/Bedah Kulit RSCM, Jakarta). Naskah Ilmiah Lengkap Kongres
Nasional PADVI I, Jakarta: 1972.
Stanley R. Crouch, 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry .Hardcover: 992
pages, Publisher: Brooks Cole
Tranggono, Iswari, Retno, Latifah, Fatimah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2007.
Yellinex YS. Formulation and function of cosmetics 2nd ed. New York, London :
Wiley Interscience, 1970.
Willard, H. H., Merrit, L; L., and Settle Jr, F. A., 1989, Instrumental Methods of
Analysis, Wadsworth Publishing Company,'California.

Anda mungkin juga menyukai