Oleh:
Mariana Dwi Anggraeni
1120160039
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
• Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia
sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata
Yunani “kosmein” artinya berhias. Kosmetik
digunakan secara luas baik untuk kecantikan
maupun untuk kesehatan. Masyarakat di zaman
Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri pada
abad ke 18. Dunia kedokteran memakai merkuri
sebagai obat sifilis, tapi sekarang semua bahan obat
dokter yang mengandung merkuri sudah
ditinggalkan karena merkuri adalah logam berat
yang berbahaya bagi kesehatan (BPOM, 2009).
• Saat ini beberapa kosmetik terutama terutama krim
pemutih wajah ditemukan mengandung logam berat.
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik
umumnya merupakan zat pengotor (impuritis) pada
bahan dasar pembuatan kosmetik. Kandungan logam
berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetik baik
yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak
sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam berat
tersebut akan kontak dengan kulit secara berulang dan
apabila terabsorbsi, logam berat akan masuk ke dalam
darah dan menyerang organ-organ tubuh sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan. Logam berat yang
perlu diwaspadai sering terkandung dalam kosmetik
adalah merkuri (Tresna, 2010).
• Kadar maksimum merkuri dalam kosmetik yang
dapat diterima yaitu 1 μg/g berdasarkan United
States Food and Drug Administration (US FDA).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 445/MENKES/PER/V/1998 tentang
Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan
Tabir Surya pada Kosmetika, raksa dan senyawanya
dilarang digunakan dalam kosmetika kecuali
fenilraksa nitrat dan tiomersal sebagai pengawet
dalam sediaan sekitar mata, maksimum 0,007%
dihitung sebagai Hg. Merkuri termasuk logam berat
berbahaya yang dalam konsentrasi kecil pun dapat
bersifat racun (BPOM, 2009).
• Penggunaan kosmetik yang mengandung
komposisi zat berbahaya terutama pada krim
pemutih wajah perlu diperhatikan. Karena
apabila digunakan dalam jangka waktu panjang
dan berlebihan dikhawatirkan dapat
membahayakan kesehatan. Maka berdasarkan
hal tersebut penulis tertarik untuk menganalisis
kandungan merkuri pada krim pemutih wajah
yang di jual di Toko Kosmetik Kabupaten
Bojonegoro tahun 2018.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada kandungan merkuri pada krim
pemutih dari toko kosmetik di kabupaten
Bojonegoro ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui keberadaan kandungan
merkuri pada krim pemutih dari toko kosmetik
di kabupaten Bojonegoro .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang keberadaan
kandungan merkuri kepada masyarakat untuk lebih
berhati-hati dan bijak dalam memilih kosmetik dan
produk kecantikan lainnya, khususnya seperti krim
pemutih wajah.
2. Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan
BPOM agar dilakukan pemantauan kembali produk
kosmetik khususnya krim pemutih wajah yang beredar
di masyarakat.
3. Memberikan pengetahuan tambahan dan pengalaman
dalam menganalisis adanya kandungan merkuri pada
sediaan kosmetik bagi peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
2.1.1 Pengertian Kosmetika
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian
luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan,
menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Tranggono & Latifah, 2007).
• Kosmetika berasal dan kata kosmein (Yunani)
yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam
usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu
dari bahan-bahan alami yang terdapat di
sekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak
hanya dan bahan alami tetapi juga bahan buatan
untuk maksud meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 2011).
2.1.2 Penggolongan Kosmetika
• Kosmetika yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat
dengan berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya.
Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,
kosmetika dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu
kosmetika tradisional dan kosmetika modern (Retno, 2012).
1. Kosmetika Tradisional
Kosmetika tradisional adalah kosmetika alamiah atau
kosmetika asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-
bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahaan dan
tanam-tanaman. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan
atau tradisi yang diwariskan turun-temurun dan leluhur atau
nenek moyang sejak dulu (Retno, 2012).
2. Kosmetika Modern
Kosmetika modem adalah kosmetik yang diproduksi secara
pabrik (laboratorium), di mana telah dicampur dengan zat-zat
kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut agar tahan
lama, sehingga tidak cepat rusak (Retno, 2012).
• Selain berdasarkan bahan yang digunakan dan cara
pengolahannya, kosmetika juga dapat digolongkan
berdasarkan kegunaannya bagi kulit, yaitu:
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
• Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya
sabun, susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (fresh ner)
• Kosmetik untuk melernbabkan kulit (mouisturizer), misalnya
mouisterizer cream, night cream.
• Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
• Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit
(peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran
halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
(Retno, 2012).
2. Kosmetik riasan (dekoratfatau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada
kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik.Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat
pewangi sangat besar (Retno, 2012).
2.1.3 Jenis-Jenis Reaksi Negatif oleh Kosmetik
Ada beberapa reaksi negatif yang disebabkan oleh
kosmetik yang tidak aman, baik pada kulit maupun pada
sistem tubuh, antara lain (Tranggono & Latifah, 2007) :
1. Iritasi
• Reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama
kosmetik karena salah satu atau lebih bahan yang
dikandungnya bersifat iritan.
2. Alergi
• Reaksi negatif pada kulit muncul setelah kosmetik
dipakai beberapa kali, kadang-kadang setelah bertahun-
tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang
bersifat alergenik bagi seseorang meskipun mungkin
tidak bagi yang lain.
3. Fotosensitisasi
• Reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar
matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna atau zat
pewangi yang dikandung oleh kosmetik itu bersifat photosensitizer.
4. Jerawat (Acne)
• Beberapa kosmetik pelembab kulit (moisturizer) yang sangat berminyak
dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di
iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang
berminyak, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia karena
kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran
dan bakteri. Jenis kosmetik demikian disebut kosmetik aknegenik.
5. Intoksikasi
• Keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui penghirupan
lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit, terutama jika
salah satu atau lebih bahan yang dikandung oleh kosmetik itu bersifat
toksik.
6. Penyumbatan Fisik
• Penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada di dalam
kosmetik tertentu, seperti pelembab (moisturizer) atau dasar bedak
(foundation) terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian-
bagian tubuh yang lain.
2.1.4 Faktor Reaksi Negatif Kosmetik pada Kulit