Anda di halaman 1dari 68

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105

di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)


Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di bidang kesehatan tidak terlepas dari pembangunan dibidang
farmasi. Pengembangan dan peningkatan industri farmasi membutuhkan pengelolaan dan
sistem organisasi kerja yang profesional yang dapat menjamin bahwa produk-produk yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dengan kualitas dan tingkat
keamanan yang terjamin pula. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat, maka ditetapkan suatu
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Salah satu kriteria sehat adalah bebas dari penyakit
dan demi mencapai outcome yang lebih baik maka dibutuhkan obat dalam mencapai kesembuhan.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia (BPOM, 2012). Kebutuhan masyarakat akan obat mendorong
industri farmasi untuk menyediakan obat yang aman, berkhasiat, dan berkualitas tinggi.
Suatu obat dapat dikatakan berkualitas apabila suatu mutu obat tersebut dibangun dari awal,
mulai dari bahan baku (raw material) sampai dengan produk jadi yang telah dikemas dan
siap untuk diedarkan di masyarakat.
Obat sebagai produk industri farmasi harus memenuhi persyaratan kualitas akan
keamanan (safety), khasiat (efficacy), dan mutu (quality).Sehingga mutu obat merupakan
hal yang penting, maka diperlukan suatu proses pengawasan dalam pembuatan obat untuk
menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Industri farmasi sebagai sarana
penyedia obat maka perlu diatur secara ketat untuk menghasilkan produk yang aman dan
bermutu tinggi. Dalam mewujudkan penjaminan kualitas dari obat yang bermutu tinggi,
pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/VII/1989 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB adalah pedoman pembuatan obat dan syarat minimal yang harus dipahami
dan merupakan persyaratan mutlak yang wajib dipenuhi oleh semua industri farmasi di
Indonesia, untuk menjamin agar obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
1
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penerapan CPOB di Industri Farmasi
yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab
sebagaimana juga dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan tempat
diselenggarakannya kegiatan kesehatan sesuai dengan keahlian yang bersangkutan,
termasuk didalamnya adalah seorang Apoteker.
Terkait dengan pemenuhan aspek CPOB, industri farmasi bertanggung jawab untuk
menyediakan personil termasuk personil kunci yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Personil kunci dalam industri farmasi
hendaklah seorang Apoteker yang profesional dan kompeten di bidangnya. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, seorang apoteker dituntut mampu mengabdikan dan menerapkan basis
keilmuannya di berbagai ruang lingkup kerja, salah satunya di bidang industri farmasi.
Seorang apoteker dituntut untuk memahami konsep CPOB baik teoritis maupun praktis,
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai fungsi dan peranannya dalam
menerapkan aspek manajerial organisasi dan administrasi dalam pelaksanaan CPOB, serta
mengerti segala aspek permasalahan yang terjadi di industri farmasi, terutama yang
berkaitan langsung dengan profesi apoteker.
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
(UNAIR) telah bekerja sama dengan PT. Aditama Raya Farmindo untuk menyelenggarakan
Praktek Kerja Profesi. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017
hingga 30 November 2017 . Praktek Kerja Profesi di industri farmasi ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan praktis kepada mahasiswa calon apoteker tentang pekerjaan
kefarmasian di industri dengan penerapan CPOB serta diharapkan mampu bersaing dalam
dunia karier melalui bekal ilmu yang sudah didapatkan melalui PKP Industri yang telah
dilaksanakan.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker tentang
pelaksanaan CPOB dan semua kegiatan di industri farmasi khususnya di PT.
Aditama Raya Farmindo.

2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2. Mengetahui dan memahami ruang lingkup profesi secara teori dan praktek
sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai peranan apoteker
di industri farmasi.
3. Mengamati dan diharapkan mampu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang
Baik ketika berkarir dalam industri farmasi.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker


Melalui materi dan pengetahuan yang diperoleh selama Praktik Kerja Profesi di PT.
Aditama Raya Farmindo, diharapkan calon apoteker dapat memahami kondisi nyata praktik
kefarmasian di industri farmasi dan dapat meningkatkan kompetensi serta kesiapan diri
untuk menjadi apoteker yang profesional di masa yang akan datang.

3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah PT. Aditama Raya Farmindo


PT. Aditama Raya Farmindo didirikan pada tahun 1974. Pada awal berdiri bernama
PT. Adi usada, yang bertempat di Jl. Karang Asem No. 64 surabaya. Tahun 1992, PT. Adi
Usada memiliki distributor yaitu PT. Masindra Adi Surya yang terletak di Jl. Raya
diponegoro Surabaya. PT. Adi Usada kemudian direlokasikan ke kawasan industri rungkut
Surabaya atau Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) pada tahun 1995, dan kemudian
berganti nama menjadi PT. Aditama Raya Farmindo yang terletak di Jl. Rungkut Industri
II/ 45 C Surabaya. Luas tanah pabrik sebesar 3945,5 m2, dengan luas bangunan utama 2880
m2, dan luas bangunan penunjang 220,4 m2. Bangunan utama terdiri dari dua lantai, yaitu
lantai I digunakan untuk ruang administrasi, laboratorium kimia, laboratorium
mikrobiologi, gudang karantina, gudang bahan awal, gudang produk jadi dan bahan
pengemas. Lantai II digunakan untuk ruang produksi sediaan non steril (tablet, kapsul,
sirup dan suspensi, ruang pengemas, dan ruang produksi sedian steril yang masih dalam
perbaikan).
Kantor dan PBF dipindah ke lokasi pabrik yang baru pada tahun 1997, sedangkan
seluruh komponen pendukung pabrik lainnya dipindahkan tahun 1998 setelah mendapatkan
izin pemindahan dan penggantian nama pabrik oleh departemen kesehatan. Pada tahun
1998, pabrik mendapatkan sertifikat CPOB untuk 14 jenis bentuk sediaan dengan bahan
aktif antibiotika (non beta lactam) maupun non antibiotika yaitu tablet salut cairan obat
luar, kapsul keras, cairan steril injeksi, salep/ krim gel, dan cairan oral. Pada tahun 2017,
PT. Aditama Raya Farmindo mendapatkan sertifikat CPOB yang terbaru untuk 3 bentuk
sediaan yakni tablet dan tablet salut non beta laktam, kapsul keras non beta laktam, dan
cairan oral non beta laktam.

2.2 Visi PT. Aditama Raya Farmindo


Menjadi industri farmasi yang dipercaya dan membanggakan.

4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2.3 Misi PT Aditama Raya Farmindo


Menjamin bahwa suplai produk obat ke pasar atau konsumen secara kontinu dan
dengan kualitas yang memenuhi persyaratan dengan harga yang bersaing.

5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya ( 9 Oktober 30 November 2017 )
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2.4 Struktur Organisasi

Direktur Utama

Marketing Finance Pembelian HRD RnD PPIC

Spv.
Manajer Produksi Manajer Pengawasan Mutu (QC) Manajer Pemastian Mutu (QA) Gudang
1, 2 , 3

Admin Produksi Admin QC Admin QA

Spv. Prod. Spv.Prod. Spv.Prod. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv.
Liquida Liquida Solida IPC Kimia Mikrobiologi PMP & BA & BE, Kualifikasi &
Steril NonSteril TREN HULS, Validasi
TMS

Spv. Regulasi Spv. Stabilitas


Spv. Spv. Informasi &
MTC Pengemasan Registrasi
Spv. Spv. Spv. Spv.
Interna Pengendalian CAPA Training
l Audit Dokumen

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Aditama Raya Farmindo

6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Manajer Produksi
1. Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat agar memenuhi persyaratan
kualitas yang ditetapkan.
2. Menjamin bahwa pelaksanaan proses produksi memenuhi CPOB.
3. Menyusun rencana produksi, bersama dengan manajer pemasaran.
4. Monitor terhadap Out Of Specification (OOS) dan penelusurannya.
b. Manajer QA
1. Mereview dan menyetujui dokumen yang berhubungan dengan kualitas.
2. Menjamin bahwa hanya personal yang qualified dan sudah ditraining yang
menghandle aktivitas QA.
3. Menjamin bahwa semua dokumen yang berhubungan dengan Quality Management
dapat dikontrol.
4. Monitor terhadap efficiency dan compliance dari penerapan CPOB.
5. Menjamin Quality Complaint dan penanganannya.
6. Monitor penyimpangan dan penyelesaian Corrective and prevention Action
(CAPA).
7. Monitor sistem pengendalian perubahan dan penyelesaian CAPA.
8. Menjamin peralatan/mesin yang digunakan di laboratorium dan produksi termasuk
sistem yang kritis harus sudah dikualifikasi.
9. Monitor kualitas produk sampai batas kadaluwarsa.
10. Melakukan inspeksi diri setiap 6 bulan.
11. Menjamin bahwa Annual Product Review (APR) dibuat sesuai dengan data yang
ada serta melakukan evaluasi terhadap APR tersebut.
12. Monitor efisiensi product recall dengan melakukan mock recall.
13. Mereview test report (bahan baku dan bahan kemasan) dan produk.
c. Manajer QC
1. Menjamin bahwa sistem sampling sesuai dengan petunjuk sampling yang ada di
CPOB.
2. Menjamin dimana tes IPC sesuai dengan Petunjuk CPOB.

7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3. Menjalankan uji stabilitas untuk produk jadi.


4. Menjamin hanya metode pengujian yang sudah divalidasi yang digunakan.
5. Menjamin bahwa semua alat yang digunakan untuk pengujian sudah terkalibrasi.
6. Monitor kualitas purified water yang digunakan di pabrik.
7. Menjamin ketersediaan reagen, media dan referensi standar.
8. Menjamin hanya glassware yang bersih yang digunakan.
9. Monitor terhadap OOS dan penelusurannya.
10. Release produk setelah selesai testing.
d. Supervisor Produksi
1. Menjamin bahwa semua peralatan dan ruangan yg dibutuhkan selalu siap pakai dan
terjaga keadaan dan kebersihannya
2. Mengatur dan memastikan bahwa obat dibuat sesuai prosedur pembuatan yg telah
ditentukan dan sesuai jadwal
3. Menjamin pembuatan obat sesuai dengan prosedur pengolahan bets dan CPOB
4. Menerapkan Prinsip Safety, Quality dan Efficacy, mutu dibentuk kedalam produk
5. Mengatur Ketertiban/disiplin bawahan, menjaga suasana kerja yg baik dan
membimbing bawahan dalam bidan teknis
e. Supervisor QA
Tugas Supervisor QA secara umum:
1. Membuat dan mendistribusikan dokumen yang berkaitan dengan kualitas.
2. Mencatat, mendokumentasikan, serta mengkoordinasikan investigasi, dan
memonitor kelengkapan CAPA product complaint.
3. Monitoring penyelesaian penanganan penyimpangan.
4. Monitoring penyelesaian pengendalian perubahan.
5. Monitoring kualifikasi personal, untuk menjamin hanya personal yang qualified
yang menghandle aktivitas jaminan kualitas.
6. Mereview Catatan batch.
7. Mereview kesesuaian dokumen proses serta dokumen testing.
8. Mengkoordinasi pelaporan APR.
9. Mengkoordinasi inspeksi diri.

8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

10. Mengkoordinasi inspeksi supplier.


11. Mengevaluasi sistem penarikan produk (Mock Recall).
12. Menjamin bahwa semua peralatan dan mesin yang digunakan di laboratorium dan
produksi termasuk critical sistem penunjang sesuai dengan spesifikasi.
13. Memonitor kualitas produk sampai batas kadaluarsa.
14. Melakukan inspeksi diri setiap 6 bulan sekali.
15. Mencatat dokumen yang berhubungan dengan kualitas baik yang lama maupun
yang baru.
16. Melapor ke Management Team terhadap perubahan dokumen.
17. Mendistribusikan dokumen yang berhubungan dengan kualitas.
18. Menarik semua dokumen yang sudah tidak berlaku.
19. Mencatat terhadap penanganan penyimpangan dan pengendalian perubahan.
f. Supervisor QC
1. Membuat schedule testing terhadap raw material, packaging material, produk jadi,
serta stabilitas produk.
2. Monitor terhadap batas kadaluarsa reagen.
3. Monitor ketersediaan dan batas kadaluarsa referensi standar.
4. Monitor waktu jatuh tempo terhadap program stabilitas.
5. Mereview kesesuaian dan kelengkapan semua hasil testing.
6. Menjamin hanya alat yang telah terkalibrasi yang digunakan untuk testing.
7. Monitor terhadap kualitas air yang digunakan.
8. Menjamin bahwa hanya glassware yang bersih yang digunakan untuk persiapan
testing.
9. Membuat laporan OOS dan penanganan penyimpangan di laboratorium bila
ditemukan penyimpangan.
g. Supervisor Mikrobiologi
1. Membuat schedule testing mikrobiologi terhadap BBO (Bahan Baku Obat), bahan
tambahan, produk jadi, dan stabilitas produk.
2. Monitor ketersediaan dan batas kadaluarsa media.
3. Monitor kualitas air yang digunakan.

9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

4. Menjamin alat yang digunakan di laboratorium mikrobiologi sudah dikualifikasi


serta dikalibrasi.
5. Melakukan monitoring ruangan berkaitan dengan mikrobiologi.
6. Melakukan uji potensi terhadap produk antibiotika.
7. Membuat laporan OOS dan penanganan penyimpangan di laboratorium
mikrobiologi bila ditemukan OOS dan penyimpangan.
8. Membuat kultur mikroorganisme.
h. Supervisor In Process Control (IPC)
1. Membuat laporan aktivitas IPC.
2. Monitor IPC selama proses.
3. Melakukan koordinasi dengan produksi selama proses.
4. Melakukan investigasi bila ditemukan penyimpangan selama proses.
i. Supervisor Kemasan
1. Membuat laporan aktivitas pengemasan.
2. Memonitor proses pengemasan.
3. Melakukan koordinasi dengan produksi dan gudang kemasan selama proses.
j. Supervisor Gudang
Tugas Supervisor Gudang 1
- Mengawasi Bahan Baku Obat
Tugas Supervisor Gudang 2
- Mengawasi pada Bahan Kemasan
Tugas Supervisor Gudang 3
- Mengawasi penyimpanan Produk Jadi
Tugas Supervisor Gudang secara umum:
1. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang.
2. Memonitor proses penyimpanan.
3. Melakukan koordinasi dengan bagian QC, produksi, dan pengemasan selama
proses.

10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2.5 Sarana Perusahaan


Bangunan industri farmasi harus memiliki bentuk yang dapat memudahkan dalam
proses produksi. Bangunan dirancang agar dapat memenuhi ketentuan CPOB dimana
bangunan tersebut dapat menghindari adanya kontaminasi silang dan bangunan tersebut
harus mudah dibersihkan.
Tata letak ruang dalam suatu bangunan industri farmasi diatur sedemikian rupa
sesuai dengan ketentuan CPOB. Hal ini dimaksudkan agar rangkaian kegiatan produksi
dapat berlangsung secara baik dan sesuai dengan tahapan-tahapannya serta menurut kelas
kebersihan yang dipersyaratkan.
Bangunan PT. Aditama Raya Farmindo terdiri dari dua lantai. Lantai dasar
digunakan sebagai kantor, gudang penerimaan dan penyimpanan bahan baku, dan
laboratorium pengawasan mutu, lantai dua digunakan untuk kegiatan produski steril dan
non steril, baik solida maupun likuida.
Seluruh bangunan yang ada dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang baik,
sistem pengendalian udara yang baik serta selalu dimonitor (termasuk suhu, kelembaban
dan tekanan), mempunyai sistem pergantian udara khususnya untuk produksi sediaan non
steril, toilet tidak boleh terbuka langsung ke daerah produksi, saluran air yang berfungsi
secara efektif, serta pipa-pipa dan saluran diberi penandaan yang jelas. Permukaan bagian
dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) pada ruang produksi dilapisi cat epoksi
sehingga kedap air, permukaan rata, serta sudut-sudutnya dibuat melengkung agar tidak
menahan debu serta memudahkan pembersihan secara cepat dan efisien.
Untuk menjamin mutu suatu produk (steril dan non steril). Tidak hanya berdasarkan
hasil pengujian akhir tetapi harus memperhatikan semua aspek yang dapat mempengaruhi
mutu, termasuk kondisi ruangan harus tetap terkendali selama proses produksi , sehingga
dapat menghindari kontaminasi mikroba atau partikel.
Penataan ruangan yang baik untuk menghasilkan suatu produksi obat yang berkualitas
harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
2.1 Luas ruangan (minimal dua kali total luas peralatan atau mesin)
2.2 Disesuaikan dengan alur proses produksi (vertikal atau horizontal)

11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2.3 Setiap ruangan yang berbeda persyaratan kebersihan hendaknya dipisahkan dengan
ruang penyangga atau ruang antara.
2.4 Toilet tidak terbuka langsung ke daerah non produksi dan dilengkapi dengan
ventilasi yang baik (tidak ada toilet didalam ruang produksi )
2.5 Setiap ruangan produksi tidak mempunyai pintu yang berhubungan dengan ruangan
lain, tapi berhubungan dengan koridor, kecuali pintu darurat.
Ruangan produksi yang terletak dilantai dua terdiri dari :
Ruangan produksi sediaan solida (tablet, kaplet dan kapsul)
- Ruangan penimbangan
- Ruangan pembuatan mucilago
- Ruang pencampuran dan granulasi
- Ruangan v-mixer
- Ruangan cetak tablet
- Ruangan drum mixer
- Ruangan filling kapsul
- Ruangan coating
- Ruangan IPC
- Ruang karantina produk antara
- Ruang karantina produk ruahan
- Ruang pengemasan primer (strip blister)
- Ruang pembersihan alat
- Ruang kerja supervisor produksi solida
Ruangan produksi sediaan liquida non steril (sirup, suspensi)
- Ruang cuci botol, ruang pencampuran bahan
- Ruang filling, capping
Bangunan yang kegiatannya berhubungan langsung dengan daerah luar:
- Penerimaan dan penyimpanan (gudang) bahan awal (bahan baku, bahan pembantu)
dan bahan pengemas.
- Keluar masuknya karyawan.
- Tempat ganti pakaian atau seragam

12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

- Penyimpanan dan penyerahan obat jadi untuk distribusi.


Bangunan yang digunakan untuk laboratorium pengawasan mutu, antara lain,
- Laboratorium kimia
- Laboratorium mikrobiologi: Laboratorium ini terpisah dari laboratorium kimia,
Karena didalam laboratorium ini terdapat ruang kelas A, B, C, D, E.
- Laboratorium IPC : Khusus laboratorium ini terletak dilantai dua, untuk
memudahkan pengontrolan selama proses produksi yang berada dilantai dua.
- Ruang sampel pertinggal (retained sample)
- Ruang dokumentasi.
- Ruang Sampling

2.6 Jenis Produk


Jenis produk yang dihasilkan PT. Aditama Raya Farmindo meliputi sediaan tablet/
kaplet, kapsul, cair, dan injeksi. Adapun produk-produk yang dihasilkan antara lain:
Tabel 2.1 Daftar produk obat PT Aditama Raya farmindo
Bentuk sediaan Nama Obat
Tablet Adimag, Aditrim, Aditusin, Antalgin, Allopurinol 100 mg,
Allopurinol 300 mg, Cimetidine, CTM, Chloroquin 150,
Dexametason 0,5 mg, Dexametason 0,75 mg, Ibuprofen 200
mg, Ibuprofen 400 mg, Furosemid 40 mg, Phenylbutazon 200
mg
Kaplet Parasetamol, Bonapons 500, Adineuron, Adineuron plus,
Tamadex 0,5; Tamadex 0,75, Tamanopan, Tamaret, Taprocin
500 mg
Kapsul Alfatic 500, Chloramfenikol 250, Tamaret 250, Tetrasiklin
HCl, Albion, Bonatra 500
Cairan Tamanopan Syrup 60ml, Aditrim Suspensi (belum) 60ml ,
Tamaprofen(belum).

13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Selain itu Aditama Raya Farmindo juga menghasilkan produk-produk suplemen


antara lain VitaOne, VitaOne Eyes, VitaOne Calsium, VitaOne Glucosamine Chondroitine,
Alvit sirup 60 ml, Alvit drops 15 ml.

14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKPA


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di PT. Aditama Raya
Farmindo mulai tanggal 9 Oktober 2017 sampai dengan 30 November 2017, pada pukul
08.00-17.00 pada hari Senin-Jumat. Kegiatan PKPA dilakukan dengan penjelasan
mengenai masing-masing departemen, plant tour, serta pengerjaan tugas khusus.

3.2 Plant Tour Gudang (warehouse)


Bagian gudang merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap bahan dan
produk yang masuk dan keluar. Area gudang terdiri dari :
Area penerimaan barang. Area penerimaan barang merupakan area atau lokasi yang
diperuntukan untuk menerima bahan baku obat dan bahan kemas yang baru datang.
Area karantina. Area karantina merupakan area yang digunakan untuk penyimpanan
sementara barang yang datang sebelum QC memberikan keputusan mengenai hasil
pengujian yang dilakukan. Selama berada di area karantina maka bahan-bahan tersebut
belum dapat digunakan untuk proses produksi.
Area penyimpanan bahan baku obat. Area penyimpanan bahan baku obat digunakan
untuk menyimpan bahan baku obat yang telah mendapatkan label diluluskan dari
bagian QC. Barang-barang pada gudang ini sudah dapat digunakan untuk proses
produksi. Jika barang tersebut akan digunakan untuk produksi maka bagian produksi
akan memberikan surat permintaan bahan dan bagian gudang akan menyiapkan bahan
sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta dan dikirim kan ke ruang produksi.
Area penyimpanan bahan kemasan. Area penyimpanan ini digunakan untuk
menyimpan bahan kemas, baik kemasan sekunder, kemasan primer, catch cover, dan
brosur yang telah dinyatakan lulus uji oleh bagian QC.
Area penyimpanan produk jadi. Area penyimpanan produk jadi digunakan untuk
menyimpan barang hasil produksi yang sudah siap untuk dirilis dan distribusikan.
Area penyimpanan produk recall. Area penyimpanan produk recall digunakan untuk
menyimpan produk-produk hasil penarikan kembali.

15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Barang datang

Area Penerimaan Barang Pengecekan Barang

Karantina (Label Kuning) Area / Ruang Karantina

Di Uji Bagian QC
Lulus (Label Hijau)
Tidak Lulus (Label Merah)

Area Penyimpanan Barang

Produksi

Area Penyimpanan Produk Jadi


Produk Jadi

Keluar Pabrik
(Pasaran)
Area Penyimpanan
Terjadi Recall
Produk Recall

Gambar 3.1. Alur Perjalan Bahan di Gudang

3.2.1 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Baku Obat dan Bahan Pengemas
Bahan baku obat terdiri dari bahan aktif farmasi dan bahan tambahan (eksipien).
Bahan pengemas adalah tiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses
pengemasan obat tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi
atau keperluan pengiriman ke luar pabrik. Kemasan terdiri dari kemasan primer dan
kemasan sekunder. Perencanaan dan pengadaan bahan untuk produksi obat dilakukan oleh
Production Planning And Inventory Control (PPIC) dengan berkoordinasi dengan
supervisor gudang.

16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Supplier Ruang 1. Diperiksa kebenaran dan


Penerimaan kelengkapan administrasinya
2. Diperiksa dan dibersihkan kemasan
sekundernya
3. Dilaporkan ke bagian QC

Karantina Diberi label kuning KARANTINA


oleh QC

Ruang Bahan Awal:


Sampling 1. Kemasan sekunder Ruang
Penyangga
2. Bahan dalam kemasan primer
Ruang sampling
3. Sampel diambil oleh bagian QC
Kualitatif : diambil dari
semua kemasan
Kuantitatif : menggunakan
sampel dari uji kualitatif
Bahan Pengemas
Sampel bahan pengemas diambil oleh
bagian QC dengan acuan metode
Military Standard.

Pemeriksaan Bahan Awal


Laboratorium Sesuai dengan spesifikasi bahan baku
yang telah ditentukan
Bahan Pengemas
Ditolak Diluluskan Sesuai dengan spesifikasi bahan
(label merah) (label hijau) kemas

Kembali ke Ruang
Supplier Penyimpanan

Gambar 3.2 Alur Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas

Barang yang datang diterima di ruang penerimaan. Petugas gudang memeriksa


kelengkapan dan kebenaran administrasi serta kesesuaian jumlah dan jenis barang yang
datang dengan surat jalan dan Certificate of Analysis (COA). Petugas gudang juga

17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

melakukan pengisian formulir catatan penerimaan dan pemeriksaan bahan baku atau
bahan kemas berupa nama bahan, nomor batch, kode barang, jumlah barang yang datang,
pabrik pembuat, PBF atau supplier, tanggal penerimaan bahan, tanggal kadaluarsa.
Formulir tanda terima ini merupakan laporan yang kemudian diserahkan ke bagian QC
beserta COA bahan. Barang pada ruang penerimaan diberi label KARANTINA (label
kuning) oleh bagian QC kemudian disimpan dalam gudang karantina selama waktu
pengujian oleh QC.
Bila hasil uji sampel tersebut memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka
diberi label DILULUSKAN (label berwarna hijau) dan selanjutnya disimpan di gudang
penyimpanan bahan awal dan gudang bahan pengemas yang memenuhi persyaratan suhu
dan kelembaban serta kondisi penyimpanan (seperti harus diletakkan di atas palet, bahan
baku tidak boleh diletakkan menempel di tembok) harus sesuai dengan yang telah
ditetapkan untuk memastikan mutu bahan tersebut. Bila ditemukan ketidaksesuaian
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, maka diberi label DITOLAK (label merah) dan
kemudian dikembalikan ke supplier.

3.3 Plant Tour Produksi


Produksi adalah seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai dari penimbangan
bahan sampai menghasilkan produk jadi. Pada PT. Aditama Raya Farmindo terdapat
produksi solida dan produksi likuida.
3.3.1 Personalia
Bagian produksi dipimpin oleh seorang manajer produksi yang bertanggung jawab
terhadap proses produksi obat yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dan
dibuat sesuai dengan peraturan CPOB dalam batas waktu dan biaya yang telah ditentukan.
Manajer produksi membawahi supervisor dari produksi solida dan produksi liquida.
Supervisor langsung membawahi operator yang bekerja di masing-masing produksi.
Manajer produksi membuat jadwal produksi dan rencana jenis serta jumlah produk yang
akan diproduksi. Apabila didapatkan ketidaktersediaan bahan baku, maka manajer
produksi segera melakukan konfirmasi ke bagian pembelian/PPIC untuk melakukan
pembelian bahan baku. Manajer produksi akan menyerahkan jadwal produksi dan rencana
produk yang akan diproduksi kepada supervisor produksi. Rencana produk yang akan

18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

diproduksi itu meliputi nama produk, besar ukuran batch, nama dan jumlah bahan awal,
serta nomor batch.

3.3.2 Klasifikasi Ruangan


Ruang yang digunakan untuk melakukan produksi adalah ruang kelas A, B, C, D,
E umum, E khusus, F dan G. Adapun persyaratan ruang berdasarkan tiap kelas kebersihan
adalah sebagai berikut :
a. Ruang Kelas A (Berada di bawah LAF/ Laminar Air Flow)
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat operasional maupun non opersional :
0,5 m : 3520/m3 pada saat nonoperasional dan operasional
2. Jumlah maksimum cemaran partikel saat operasional maupun non opersional : 5
m : 20/m3 pada saat nonoperasional dan operasional
3. Jumlah maksimum cemaran mikroba sampel udara : < 1 cfu/m3
4. Efisiensi saringan udara : 99,995 %
5. Kecepatan aliran udara satu arah 0,36 0,54 m/detik
6. Suhu : 16-25 oC
7. Kelembaban : 45-55 %
Ruangan ini digunakan untuk pengelolaan dan pengisian secara aseptis, pengisian
salep mata steril, pengisian bubuk steril dan pengisian suspensi steril.
b. Ruang Kelas B (Ruang Steril)
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non opersional 5 m : 29/m3 dan 0,5
m : 3520/m3
2. Jumlah maksimum cemaran partikel saat operasional 5 m : 2900/m3 dan 0,5
m : 352.000/m3
3. Jumlah maksimum cemaran mikroba sampel udara : 10 cfu/m3
4. Efisiensi saringan udara : 99,995 %
5. Aliran udara turbulen dengan pertukaran udara minimal per jam : min. 20x
6. Suhu : 16-25 oC
7. Kelembaban : 45-55 %
Ruangan ini merupakan lingkungan latar belakang zona kelas A untuk pengolahan
dan pengisian aseptis.

19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

c. Ruang Kelas C (Ruang Steril)


1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non operasional 0,5 m : 352.000/m3
dan 5 m : 2900/m3
2. Jumlah maksimum cemaran partikel saat operasional 5 m : 29.000/m3 dan
0,5 m : 3.520.000/m3
3. Jumlah maksimum cemaran mikroba sampel udara: 100 cfu/m3
4. Efisiensi saringan udara : 99,95 %
5. Pertukaran udara minimal per jam : min. 20x
6. Suhu : 16-25 oC
7. Kelembaban : 45-55 %
Ruangan ini digunakan untuk pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan,
pengisian produk yang mengalami proses sterilisasi akhir, dan pembuatan larutan
yang akan disaring kemudian pengisian secara aseptis dilakukan dikelas A dengan
latar belakang kelas B.
d. Ruang Kelas D (Ruang Bersih)
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non operasional : 5 m : 29.000/ m3
dan 0,5 m : 3.520.000/m3
2. Jumlah maksimun cemaran partikel saat operasional tidak ditetapkan
3. Jumlah maksimum cemaran mikroba sampel udara : 200 cfu/m3
4. Efisiensi saringan udara akhir jika menggunakan fresh air 100% maka efisiensi
saringannya 75% sampai 90%, sedangakan untuk sistem re-sirkulasi (10-20%
fresh air) efisiensi saringannya 99,95%.
5. Pertukaran udara per jam: minimal 20x
6. Suhu : 20-27 oC
7. Kelembaban nisbi : 40-60%
Ruangan ini digunakan untuk ruang pembuatan produk yang mengalami proses
sterilisasi akhir.
e. Ruang Kelas E Umum
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non operasional : 5 m : 29.000/ m3 dan
0,5 m : 3.520.000/m3

20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

2. Jumlah maksimun cemaran partikel saat operasional tidak ditetapkan


3. Efisiensi saringan udara akhir jika menggunakan fresh air 100% maka efisiensi
saringannya 75% sampai 90%, sedangakan untuk sistem re-sirkulasi (10-20%
fresh air) efisiensi saringannya 99,95%.
4. Pertukaran udara per jam: 5 - 20x
5. Suhu : 20-27 oC
6. Kelembaban nisbi maksimun : 70%
Kelas ini digunakan untuk ruang pengelolaan dan pengemasan primer obat non steril,
pembuatan salep kecuali salep mata.
f. Ruang Kelas E Khusus
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non operasional : 5 m : 29.000/ m3 dan
0,5 m : 3.520.000/m3
2. Jumlah maksimun cemaran partikel saat operasional tidak ditetapkan
3. Efisiensi saringan udara akhir jika menggunakan fresh air 100% maka efisiensi
saringannya 75% sampai 90%, sedangakan untuk sistem re-sirkulasi (10-20% fresh
air) efisiensi saringannya 99,95%.
4. Pertukaran udara per jam: 5 - 20x
5. Suhu : 20-27 oC
6. Kelembaban nisbi maksimun : 40%
Kelas E khusus digunakan untuk pengolahan bahan higroskopis.
g. Ruang Kelas F
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non operasional dan saat operasional :
5 m dan 0,5 m tidak ditetapkan
2. Efisiensi saringan udara
Untuk pengemasan sekunder: tidak ditetapkan
Untuk ruang masuk karyawan: tidak perlu
3. Suhu :
Untuk pengemasan sekunder : 20-28 oC
Untuk ruangan masuk karyawan : suhu kamar

21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

4. Kelembaban nisbi
Untuk pengemasan sekunder: tidak ditetapkan
Untuk ruang masuk karyawan: tidak perlu
5. Pertukaran udara per jam untuk ruang pengemasan dan ruang masuk karyawan:
tidak perlu.
Ruangan ini digunakan untuk proses pengemasan sekunder dan ruang masuk
karyawan
h. Ruang Kelas G
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non opersional dan saat operasional : 5
m dan 0,5 m tidak ditetapkan
2. Pertukaran udara tidak ditetapkan
3. Suhu : suhu kamar
Ruangan ini merupakan ruangan untuk ruang penerimaan bahan awal dan obat jadi,
ruang ganti pakaian, ruang istirahat, kantin, daerah penerimaan bahan awal, gudang,
dan toilet.

3.3.3 Produksi Sediaan Solida


Kegiatan produksi Sediaan Solida di PT. Aditama Raya Farmindo dilakukan di
bawah pengawasan supervisor produksi sediaan solida yang dikepalai oleh manager
produksi. Sediaan yang diproduksi di PT. Aditama Raya Farmindo adalah sediaan tablet,
kaplet dan kapsul.
3.3.3.1 Produksi Sediaan Tablet/Kaplet
Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang dibuat dengan bahan
tambahan obat yang sesuai.
a. Alat Produksi
1. Alat Timbang
Alat timbang digunakan untuk menimbang bahan baku atau bahan tambahan
yang akan digunakan dalam proses produksi, menimbang granul yang terbentuk
sebelum dan sesudah dicetak dan untuk menimbang produk ruahan. Sebelum
penimbangan, dilakukan verifikasi timbangan pada alat timbang yang bertujuan
untuk memastikan timbangan tersebut mampu menunjukkan berat sesuai dengan
berat bahan yang ditimbang.
2. Hot Water Tank
22
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Hot Water Tank digunakan untuk memanaskan air yang akan digunakan
untuk membuat mucilago. Pembuatan mucilago menggunakan air jenis purified
water. Sistem pemanasan alat ini dengan menggunakan heater.
3. Super Mixer
Super mixer digunakan untuk pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan
dalam keadaan kering, dan juga untuk pencampuran mucilago ke dalam campuran
kering. Alat ini terdiri dari mixing bowl yang berguna sebagai wadah pencampuran
bahan, agigator kecepatan tinggi yang berputar di dasar mixing bowl yang berfungsi
untuk meratakan campuran bahan yang berada di atas dan di bawah mangkuk, serta
pisau pemotong (chopper) yang berada di dinding samping mangkuk yang
berfungsi untuk memecah bongkahan dan agregat yang terbentuk sehingga
homogenitas campuran bahan dapat tercapai.
4. Oscillating Granulator
Oscillating granulator adalah mesin yang digunakan untuk mengayak
campuran basah dan kering menjadi granul dengan ukuran tertentu yang telah
ditetapkan. Mesin ini terdiri dari ayakan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda
sesuai dengan ukuran granul yang diinginkan. Mesin ini juga digunakan untuk
memperkecil ukuran granul menjadi ukuran yang diinginkan setelah granul
melewati proses pengeringan di Fluid Bed Dryer.
5. Fluid Bed Dryer (FBD)
Fluid bed dryer digunakan untuk proses pengeringan granul basah yang
dihasilkan dari oscillating granulator. Container pengering untuk tempat granul
pada mesin ini dilengkapi dengan roda untuk memudahkan memasukkan dan
mengeluarkan granul yang dikeringkan. Mesin ini bekerja dengan cara menghisap
udara bebas oleh blower lalu disaring dengan pre filter dan medium filter, kemudian
masuk melalui evaporator steam sehingga udara menjadi panas, kemudian udara
masuk lewat HEPA Filter 99,99%. Udara difilter lagi dengan kasa FBD (300) yang
kemudian kontak dengan granul. Pre Filter dan Medium Filter dibersihkan setiap 6
bulan sekali dan setelah 5 tahun diganti dengan yang baru. Filter kasa diganti
apabila robek. Suhu dan waktu pengeringan merupakan parameter kritis pada FBD.
6. V-Mixer
V-Mixer adalah alat yang digunakan untuk proses lubrikasi granul kering.
Prinsip kerja V-Mixer yaitu mencampur bahan kering dengan proses pemutaran
mesin yang dilakukan secara terus-menerus dengan kecepatan dan waktu tertentu.
Kecepatan dan waktu pencampuran merupakan parameter kritis pada V-Mixer.
7. Mesin Cetak Tablet/Kaplet
Sebelum proses pencetakan perlu dilakukan penyesuaian tekanan punch dan
katup hopper pada mesin cetak. Bagian-bagian mesin antara lain :
- Hopper : tempat penampungan sementara granul kemudian dialirkan dalam
dyes untuk dicetak
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

- Dyes : tempat penakar bobot dan bentuk tablet/kaplet yang akan


dikompresi
- Punch : alat pengkompres tablet/kaplet dengan mekanisme kerja menekan
granul dalam dyes dari sisi atas dan bawah kemudian tablet dikeluarkan dari
cetakan
8. Mesin Coating Tablet
Mesin Coating Tablet merupakan mesin untuk menyalut tablet. Jenis
penyalutan yang digunakan adalah film coating. Bagian-bagian mesin antara lain:
- Tangki pencampuran film coated dengan pelarutnya.
- Pompa. pompa digunakan untuk menyalurkan film coated dalam mesin penyalut
dengan sistem vakum.
- Mesin tablet coated. Di dalam mesin ini dilakukan proses penyalutan tablet.
Parameter kritis pada alat ini adalah kecepatan aliran spray, jarak penyemprotan dan
suhu larutan coating.
9. Mesin Stripping
Mesin Stripping digunakan untuk mengemas produk ke dalam kemasan
primer yang berbentuk strip. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat
diatur sesuai dengan spesifikasi kemasan yang telah ditentukan.
10. Mesin Blister
Mesin blister digunakan untuk mengemas produk ke dalam kemasan primer
yang berbentuk blister. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat diatur
sesuai dengan spesifikasi kemasan yang telah ditentukan.
11. Batch Counter
Batch counter adalah alat untuk mengemas produk obat ke dalam kemasan
primer berupa pot plastik. Jumlah obat yang diisikan ke dalam kemasan primer
dapat diatur sesuai dengan jumlah yang diinginkan.

b. Proses Produksi
PT. Aditama Raya Farmindo memproduksi bentuk sediaan padat yaitu
tablet/kaplet lebih banyak dengan cara granulasi basah. Bahan awal disiapkan di ruang
kelas E. Bahan awal yang akan digunakan diperiksa kesesuaian nama bahan, jumlah,
tanggal kadaluarsa dan nomor bets bahan yang telah tercantum dalam label kelulusan
dari QC dengan yang tercantum pada kemasan bahan awal. Setelah dipastikan sesuai
maka bisa dilakukan penimbangan bahan awal di ruang penimbangan (ruang kelas E).
Dalam ruang penimbangan hanya boleh ada satu bahan awal untuk satu produk. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Titik kritis pada proses
penimbangan adalah nama bahan dan jumlah bahan yang ditimbang. Apabila
diperlukan mucilago, dilakukan pembuatan mucilago dilakukan di ruang kelas E. Titik
kritis dalam proses ini adalah jumlah air dan suhu air yang digunakan. Air yang

24
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

digunakan yaitu air (purified water) yang telah melalui proses pemurnian air yaitu
reverse osmosis.
Pencampuran bahan aktif serta bahan tambahan dilakukan di ruang kelas E.
Proses pencampuran menggunakan mesin Super Mixer dengan cara memasukkan
semua bahan ke dalam super mixer. Setelah pencampuran dilakukan IPC dengan
pengujian kadar untuk mengetahui homogenitas campuran bahan. Proses pencampuran
dilanjutkan dengan memasukkan mucilago (bila diperlukan). Setelah dilakukan
pencampuran dengan kecepatan dan waktu sesuai spesifikasi, hasil pencampuran
diayak menggunakan mesin Oscillating Granulator menghasilkan granul basah.
Granul basah selanjutnya dikeringkan dengan Fluid Bed Dryer dalam suhu dan
waktu tertentu hingga diperoleh kelembaban yang diinginkan. Sebelum dilakukan
reduksi ukuran granul menggunakan mesh ukuran tertentu, granul yang telah
dikeringkan dicek kadar air oleh petugas IPC. Setelah proses reduksi ukuran granul
dilakukan, dilakukan penimbangan bobot granul. Granul kemudian dilubrikasi dengan
alat V-Mixer dalam waktu tertentu. Pada akhir proses lubrikasi granul disimpan di
ruang antara dan dilakukan pemeriksaan kadar bahan oleh petugas IPC untuk
memastikan homogenitas granul. Sebelum dicetak granul yang sebelumnya disimpan
dicek kadar air untuk memastikan tidak ada perubahan selama penyimpanan.
Granul yang telah lulus pengujian siap untuk dicetak menggunakan mesin cetak
yang telah dilakukan penyesuaian sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Tablet/kaplet yang telah dicetak harus memenuhi persyaratan bobot, ukuran,
kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, dan disolusi. Selama proses pencetakan
berlangsung, dilakukan pemeriksaan oleh petugas IPC meliputi keragaman bobot,
kerapuhan, kekerasan, waktu hancur dan ukuran dari tablet/kaplet. Jika diperlukan
dilakukan penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut dengan IPC antara lain
pemeriksaan organoleptis, keragaman bobot, disolusi, waktu hancur dan keseragaman
kandungan. Setelah proses ini selesai dilakukan penimbangan produk obat oleh petugas
IPC.
Sebelum dikemas, produk obat dicek suhu, kelembaban, nama produk, nomor
bets dan jumlah yang ditimbang oleh petugas IPC. Setelah dipastikan memenuhi
spesifikasi tablet/kaplet siap untuk dikemas. Pengemasan dapat dilakukan dengan
mesin stripping atau mesin blister. Pada proses pengemasan dilakukan pengujian
kebocoran strip dan blister dengan menggunakan vacuum tester oleh petugas IPC.

25
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Timbang Kebenaran BBO +


bahan tambahan

BBO + bahan Pencampuran Kering Homogenitas


tambahan Super Mixer

Binder Pencampuran Basah


Super Mixer

Granulasi
Oscilating Granulator

Pengeringan Kadar air


Fluid Bed Dryer

Reduksi
Oscilating Granulator

Lubrikan Lubrikasi Kadar bahan aktif


V-Mixer
Bobot, waktu hancur,
Pencetakan kerapuhan, kekerasan
Mesin Cetak Tablet

Coating Bobot
Mesin Coating
Identifikasi, disolusi, waktu hancur,
Produk Ruahan
keragaman bobot, keseragaman
Karantina
kandungan, kadar bahan aktif

Uji Kebocoran, kebenaran


Pengemasan Primer
Blister / Stripping no.batch, ED, dan HET

Pengemasan Sekunder Kebenaran dus, no batch, expired


date, HET, dan MD

Karantina Kebenaran kemasan, no batch,


exp. date, HET, isi dus, berat,
Distribusi Gudang tanggal kontrol, no box

Gambar 3.3. Alur Proses Produksi Tablet

26
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.3.3.2 Produksi Sediaan Kapsul


a. Peralatan
1. Alat Timbang
Alat timbang digunakan untuk menimbang bahan baku atau bahan tambahan
yang akan digunakan dalam proses produksi. Sebelum penimbangan, dilakukan
verifikasi timbangan pada alat timbang yang bertujuan untuk memastikan
timbangan tersebut mampu menunjukkan berat sesuai dengan berat bahan yang
ditimbang.
2. Drum Mixer
Digunakan untuk melakukan pencampuran kering bahan aktif dan bahan
tambahan, sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul dengan kecepatan dan waktu
diatur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3. Filling Machine
Digunakan untuk pengisian cangkang kapsul.Ada dua jenis mesin pengisi
kapsul, yaitu mesin otomatis dan mesin semi otomatis. Pada mesin pengisi otomatis
setiap proses dilakukan dalam satu rangkaian secara otomatis. Proses tersebut
meliputi pembukaan cangkang kapsul, pengisian cangkang kapsul, dan penutupan
cangkang kapsul. Pada mesin semi otomatis seluruh rangkaian tersebut dilakukan
secara terpisah, dan masih membutuhkan bantuan personil untuk melakukan
pembukaan cangkang kapsul.
4. Polishing Machine
Polishing machine terdiri dari sikat dengan bulu-bulu halus yang digunakan
untuk menghilangkan debu dan mengkilapkan kapsul. Sisa debu atau serbuk
dihilangkan dengan vacuum.
5. Mesin Stripping
Mesin Stripping digunakan untuk mengemas produk ke dalam kemasan
primer yang berbentuk strip. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat
diatur sesuai dengan spesifikasi kemasan yang telah ditentukan.

27
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

6. Mesin Blister
Mesin blister digunakan untuk mengemas produk ke dalam kemasan primer
yang berbentuk blister. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat diatur
sesuai dengan spesifikasi kemasan yang telah ditentukan.

b. Proses Produksi
Proses produksi kapsul dimulai dari penimbangan, pencampuran, filling hingga
pengemasan primer. Bagian In Proses Control (IPC) melakukan pengecekan dan
pengujian untuk tiap-tiap tahapan proses produksi. Sebelum dilakukan proses produksi,
petugas IPC memeriksa temperatur, kelembaban ruangan, serta label bersih pada
ruangan dan alat yang akan digunakan.
Bahan baku obat (BBO) yang telah dinyatakan lulus oleh bagian QC ditimbang
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan pada formula di ruang penimbangan dengan
disaksikan oleh petugas IPC. Kemudian dilakukan proses pencampuran kering bahan
obat dan bahan tambahan dalam drum mixer dengan memperhatikan titik kritisnya yaitu
waktu dan kecepatan pencampuran. Parameter yang diperiksa oleh IPC adalah
homogenitas kadar bahan aktif dalam campuran. Campuran yang telah memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan siap diisikan ke dalam cangkang kapsul yang
sebelumnya telah dinyatakan lulus oleh QC.
Pada awal pengisian, dilakukan penyesuaian pada filling machine terlebih dahulu
untuk mendapatkan bobot yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Petugas
IPC melakukan uji keragaman bobot kapsul secara berkala. Setelah proses pengisian
cangkang kapsul selesai, dilakukan proses polishing untuk membersihkan debu yang
menempel pada bagian luar cangkang kapsul. Produk ruahan yang dihasilkan dikarantina
dan dilakukan pemeriksaan organoleptis, keragaman bobot, keseragaman kandungan,
waktu hancur dan disolusi. Kapsul yang telah dinyatakan lulus selanjutnya dikemas.
Seluruh proses yang dilakukan selama produksi, mulai dari penimbangan, pencampuran,
pengisian cangkang, sampai pada pengemasan didokumentasikan dalam catatan batch.

28
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Timbang Kebenaran BBO +


bahan tambahan

BBO + bahan Pencampuran Kering Homogenitas


tambahan Drum Mixer

Keragaman bobot,
Pengisian Kapsul
Filling Machine waktu hancur,
disolusi, kadar

Polishing Kapsul
Polishing Machine

Waktu hancur, disolusi, keragaman


Produk Ruahan bobot, keseragaman kandungan,
Karantina kadar bahan aktif

Pengemasan Primer Uji Kebocoran, kebenaran no.


Blister / Stripping batch, ED, HET

Kebenaran dus, no batch,


Pengemasan Sekunder
expired date, HET, MD

Karantina Kebenaran kemasan, no batch,


exp. date, isi dus, berat, tanggal
kontrol, no.box
Gudang

Distribusi

Gambar 3.4. Alur Proses Produksi Kapsul

29
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.3.4 Proses Produksi Sediaan Likuida


Pada Produksi sediaan likuida terdapat dua jenis sediaan yaitu produk larutan dan
suspensi. Peralatan yang digunakan pada proses produksi sediaan likuida antara lain :
1. Alat timbang
2. Double Jacket Tank
3. Homogenizer
4. Colloid mill
5. Storage tank
6. Mixing tank
7. Mesin filling dan capping

3.3.4.1 Proses Produksi Larutan


Semua proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku, pencampuran, filling
hingga pengemasan primer dilakukan di ruang kelas E dan bagian In Process Control
(IPC) melakukan pengecekan dan pengujian untuk tiap-tiap tahapan proses produksi.
Sebelum melakukan aktivitas produksi, petugas IPC memeriksa kesiapan ruang produksi
dengan cara memeriksa temperatur, kelembaban ruangan serta label bersih pada ruangan
dan alat yang digunakan.
Bahan pengemas primer terdiri dari botol dicuci dan dibilas dengan purified water
dan dikeringkan dalam oven selama 1,5 jam dengan suhu 130C. Bahan aktif dan bahan
tambahan ditimbang sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan pada formula di ruang
penimbangan dengan disaksikan oleh petugas IPC.
Glukosa cair dicampur dengan bahan baku obat lainnya di homogenizer. Dilakukan
pengambilan sampel untuk memeriksa homogenitas, kadar bahan aktif, pH larutan dan
viskositas. Hasil pencampuran ditampung ke dalam storage tank kemudian disaring dan
filtrate yang didapat
Produk ruahan yang memenuhi spesifikasi dikemas dalam botol dengan mesin
filling and capping. Bagian IPC melakukan pemeriksaan keseragaman volume selama
proses filling, dan pemeriksaan uji kebocoran selama proses capping kemudian
dilakukan pelabelan pada botol dan pengemasan sekunder di ruang pengemasan
sekunder.

30
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Nama dan Jumlah


Timbang yang ditimbang

Glukosa Cair Bahan Tambahan Bahan Aktif +


Pembasah

Pencampuran
Mixing Tank dan Kadar bahan aktif, pH
Homogenizer larutan, viskositas

Produk Ruahan
(Storage Tank)

kadar bahan aktif,


Penyaringan Larutan
viskositas, pH larutan
Dengan Filter 5 m

Keseragaman volume

Filling dan
Capping
Uji kebocoran

Kebenaran dus, no
Pengemasan Sekunder
batch, expired date,
Manufacturing date,
Karantina - Gudang HET

Distribusi

Gambar 3.5. Alur Proses Produksi Larutan

31
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.3.4.2 Proses Produksi Suspensi


Suspensi adalah sediaan yang mengandung partikel padat yang tidak larut yang
terdispersikan dalam fase cair. Tahap awal proses produksi adalah penyiapan bahan.
Bahan yang digunakan dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan baku dan bahan
pengemas. Bahan baku terdiri dari purified water, bahan aktif, dan bahan tambahan.
Bahan pengemas terdiri dari botol dan aluminium cap. Bahan aktif dan bahan tambahan
lainnya ditimbang sesuai dengan jumlah yang ditentukan formula di ruang penimbangan,
lalu hasil penimbangan tersebut diserahkan ke ruang produksi.
Proses awal produksi dimulai dengan melarutkan gula di double jacket tank
dengan purified water. Larutan yang dihasilkan kemudian disaring dengan penyaring.
Hasil dari penyaringan ditampung dalam mixing tank. Pembentukan musilago dilakukan
di dalam mixing tank dengan menambahkan suspending agent pada hari pertama dan
pada hari kedua bahan aktif dimasukkan ke mixing tank setelah bahan aktif dibasahi
terlebih dahulu. Proses pembasahan dilakukan di dalam colloid mill sekaligus untuk
mereduksi ukuran partikel dari bahan aktif.. Terakhir dilakukan penambahan surfaktan,
coloring agent, dan flavoring agent ke dalam homogenizer. Homogenizer dijalankan
hingga sediaan menjadi homogen. Pada akhir pencampuran, dilakukan pengambilan
sampel untuk dilakukan uji homogenitas. Pengambilan sampel dilakukan untuk
memeriksa kadar bahan aktif, viskositas, dan pH larutan, setelah didapatkan hasil
pemeriksaan, produk ruahan dipindahkan ke dalam storage tank.
Produk ruahan yang memenuhi spesifikasi dikemas dalam botol dengan mesin
filling and capping, dilakukan pemeriksaan keseragaman volume dan dilakukan uji
kebocoran. Jika produk tersebut memenuhi spesifikasi, maka dilakukan labeling pada
botol dan pengemasan sekunder di ruang pengemasan. Seluruh proses yang dilakukan
selama proses produksi harus didokumentasikan dalam batch record.

32
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Kebenaran nama dan


Timbang jumlah

Larutan Bahan Bahan Aktif + Pengembangan


Tambahan Pembasah Suspending Agent +
Bahan Tambahan Lain

Reduksi Ukuran
Partikel
Colloid Mill

Pencampuran
Mixing tank dan Kadar bahan aktif,
Homogenizer viskositas, pH

Produk Ruahan
Karantina
(Storage Tank)

Filling Keseragaman volume, uji


Dan Capping kebocoran

Kebenaran dus, no
Pengemasan Sekunder
batch, expired
dateManufacturing
Karantina - Gudang date, dan HET

Distribusi

Gambar 3.6 Alur Proses Produksi Suspensi

33
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.3.5 Pengemasan
Pengemasan masuk ke dalam proses produksi. Pengemasan produk menjadi hal
yang penting yang tercantum juga dalam CPOB. Kegiatan pengemasan berfungsi
membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah
dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan
mutu produk akhir yang dikemas.
Proses pengemasan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan
pengemasan, dan penyerahan hasil pengemasan. Pada tahap persiapan pengemasan,
begian pengemasan menuliskan bon permintaan bahan pengemas sesuai dengan jenis obat
dan jumlah yang akan dikemas, dan disetujui olah supervisor bagian pengemasan. Setelah
bahan pengemas diambil dari gudang, dicek kembali bahan yang diambil, jumlahnya dan
adanya label kelulusan dari bagian QC.
Pada tahap pelaksanaan pengemasan, sebelum memulai proses pengemasan yang
perlu diperhatikan adalah kebersihan ruangan terhadap kemasan sekunder maupun tersier
untuk produk selain yang dikerjakan, kemudian dilakukan pemberian nomor batch dan
expiration date pada kemasan sekunder, tersier dan pada etiket.
a. Botol
Botol diberi etiket kemudian dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yang
telah dilengkapi brosur. Kemasan sekunder disegel pada bagian atas, bawah, kanan,
dan kiri kemudian dimasukkan ke dalam karton yang telah dilengkapi identitas
sediaan, meliputi nama obat, nomor batch, expiration date, volume, dan tanggal
dilakukan kontrol.
b. Strip/Blister
Strip/blister diberi etiket, kemudian dimasukkan ke dalam box yang telah
dilengkapi brosur. Jumlah strip/blister yang dimasukkan ke dalam box disesuaikan
dengan ketentuan. Box disegel pada bagian atas, bawah, kanan, dan kiri. Box yang
telah disegel, dimasukkan ke dalam karton yang telah dilengkapi identitas dari
sediaan, meliputi nama obat, nomor batch, expiration date, bobot dan tanggal
dilakukan kontrol.

34
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

c. Batch Counter
Produk dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi etiket. Wadah
plastik disegel dan ditutup dengan cara menekan kuat penutupnya. Wadah plastik
dimasukkan ke dalam dus yang telah dilengkapi identitas dari sediaan, meliputi
nama obat, nomor batch, expiration date, bobot dan tanggal dilakukan kontrol.
Setiap jumlah karton yang digunakan untuk tiap batch, dihitung dan dicatat. Hasil kemas
ditulis pada bon hasil produksi dan buku pengemasan. Sisa hasil kemas dilaporkan kepada
supervisor kemasan. Untuk sisa kemasan ini akan diperiksa lagi oleh bagian QC, jika
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, dikembalikan ke gudang dengan
menggunakan bon pengembalian dan akan digunakan pada nomer batch selanjutnya.
Setelah pengemasan selesai dilakukan penimbangan terhadap kardus untuk
mengetahui apakah bobotnya sudah sesuai dengan yang dispesifikasikan, kemudian
dikarantina. Setelah mendapat persetujuan dari bagian QC, kardus dipindahkan ke gudang
obat jadi.
Penyerahan hasil kemas dilakukan oleh petugas pengiriman. Bagian pengemasan
menyerahkan obat jadi ke petugas pengiriman obat jadi disertai dengan paraf pada buku
pengemas. Jumlah dihitung dan harus sesuai dengan yang tertera pada bon hasil
pengemasan. Petugas pengiriman obat jadi menyerahkan ke bagian gudang obat jadi dan
diperiksa kesesuaian jumlah dengan bon hasil produksi dan diparaf, disaksikan petugas
pengiriman obat jadi. Pengiriman obat jadi ke gudang PBF menjadi tanggung jawab
gudang obat jadi.

3.4 Pemastian Mutu/Quality Assurance (QA)


1. Validasi dan Kualifikasi
Suatu proses produksi harus melewati proses validasi dimana proses ini bertujuan
untuk memastikan bahwa hasil yang didapatkan dari proses produksi bersifat reproducible
dan konsisten dan alat yang digunakan untuk proses produksi juga harus terkualifikasi.
Departemen QA melakukan pemantauan terhadap kedua proses tersebut dengan tujuan agar
mutu produk tetap terjamin.

35
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Kualifikasi yang tercakup adalah :


A. Kualifikasi desain yaitu kualifakasi untuk memastikan apakah alat yang dipesan
sudah sesuai dengan desain sesuai protocol dari industry tersebut
B. Kualifikasi instalasi yaitu kualifikasi untuk memastikan apakah alat sudah dipasang
sudah benar dan alat-alat yang terpasang sudah sesuai apa tidak
C. Kualifikasi operasional yaitu kualifikasi untuk memastikan bahwa menu pada alat
sudah bisa diaplikasikan apa tidak seperti tombol on off dan lain-lain
D. Kualifikasi kinerja yaitu kualifikasi dengan menggunakan bahan baik dengan bahan
aktif maupun memnggunakan placebo
Validasi yang tercakup yaitu validasi proses, validasi metode analisis, dan validasi metode
pembersihan.
2. Internal Audit
Kegiatan internal audit di PT Aditama Raya Farmindo dilakukan setiap 6 bulan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan apakah aspek produksi dan pengawasan mutu
sudah sesuai dengan CPOB dimana pada kegiatan ini tidak hanya untuk inspeksi diri
namun juga melakukan evaluasi terhadap supplier bahan kemas dan bahan baku.
Pada kegiatan ini dilakukan pemeriksaan kinerja dari personil untuk memastikan
apakah mereka sudah bekerja dengan bertanggung jawab dan mementingkan aspek mutu di
dalam obat. Internal audit dilakukan oleh tim dengan metode cross audit, yang mana suatu
bagian tidak diaudit oleh personil yang berasal dari bagian tersebut. Misalkan bagian
produksi tidak diaudit oleh orang dari bagian produksi.
3. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen bertujuan untuk memastikan bahwa semua dokumentasi dan
data (termasuk media elektronik dan dokumen dari luar, misalnya standar internasional
yang digunakan) yang mempengaruhi mutu produk dan pelayanan dikendalikan. Dimana
pengendalian dokumen meliputi :
- Diperiksa kebenaran dan kelengkapannya (termasuk identifikasi dan kode dokumen)
- Disahkan oleh yang berwenang
- Diregistrasi untuk pengendalian status revisi,
- Diberi cap controlled atau uncontrolled,

36
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

- Didistribusikan kepada personil yang memerlukan,


- Review dan pengesahan kembali atas dokumen yang mengalami perubahan,
- Pencatatan ringkasan setiap perubahan,
- Pemusnahan dokumen yang kadaluarsa
- Pendistribusian kembali dokumen yang mengalami revisi,
- Penyimpanan dan pemberian cap obsolete atas dokumen yang kadaluarsa.
Sedangkan Pengendalian dokumen eksternal dilakukan dengan cara mengikuti
perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap dokumen eksternal.
Berikut adalah dokumen-dokumen yang dikendalikan :
- Dokumen spesifikasi
- Dokumen produksi induk / formula pembuatan
- Dokumen prosedur-prosedur
- Dokumen metode dan instruksi
- Laporan serta catatan-catatan lain
4. Pelatihan
Kegiatan ini merupakan bagian dari penjaminan mutu produk. Pelatihan diberikan
kepada seluruh personil di Area produksi, Gudang, Laboratorium dan personil lain yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan yang diberikan meliputi
pelatihan dasar teori dan praktek CPOB, pelatihan berkesinambungan dan pelatihan
spesifik untuk personil yang bekerja dimana pencemaran merupakan bahaya dimana sudah
tersedia produk tetap pelatihan dan dilatih oleh orang yang terkualifikasi.
Berikut adalah tujuan dari kegiatan pelatihan :
- Mendapatkan Sumber Daya Manusia yang kompeten (cakap) di bidang tugas masing-
masing untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditetapkan.
- Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan setiap Personil dan memastikan bahwa semua
personil mengikuti pelatihan yang tepat untuk melakukan tugas-tugas yang
mempengaruhi mutu pekerjaan

37
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

5. Mengatasi Adanya Produk Yang Tidak Memenuhi Syarat


Produk-produk tidak memenuhi syarat yang dimaksud adalah penanganan penarikan
produk, produk-produk keluhan dan produk kembalian.
a. Produk Penarikan
Penarikan produk diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yaitu sbb :
- Tingkat I
Kelas I, situasi dimana ada kemungkinan yang masuk akal bahwa penggunaan atau
paparan dari produk akan menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius atau
kematian. Contohnya adalah sebagai berikut :
o Salah produk (label dan kandungan merupakan produk yang berbeda)
o Produk sesuai atau benar, tetapi kekuatan berbeda/salah, dengan konsekuensi
yang serius terhadap kesehatan
o Kontaminasi mikroba pada sediaan steril
o Kontaminasi kimia dengan konsekuensi yang serius terhadap kesehatan
o Kesalahan bahan aktif
o Tercampurnya beberapa produk
- Tingkat II
Kelas II, situasi dimana penggunaan atau paparan produk dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan merugikan sementara menyebabkan sakit atau kesalahan
pengobatan diluar kelas I. Contohnya adalah sbb :
o Kesalahan labelling, misal teks atau gambar salah/hilang
o Informasi pada leaflet hilang atau tidak benar
o Ketidaksesuaian dengan spesifikasi (kadar, stabilitas, berat/volume)
o Kontaminasi mikroba sediaan steril bukan injeksi dan oabat mata
o Kontaminasi fisika dan kimia
- Tingkat III
Kelas III, Situasi dimana penggunaan atau paparan produk tidak mungkin
menimbulkan konsekuensi kesehatan yang merugikan seperti produk kadaluarsa.
Penarikan produk harus didokumentasikan dan disimpan dengan baik. Hasil
penarikan produk dilaporkan ke Badan POM.

38
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

b. Keluhan produk
Keluhan terhadap produk dan Laporan Keluhan terhadap obat dapat menyangkut mutu,
efek samping yang merugikan atau masalah efek terapi. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan di-evaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan yang dilakukan meliputi menjawab
keluhan, mengambil tindakan pencegahan dan pengamanan yang lain (perubahan
komposisi formula, perbaikan proses produksi, perubahan kondisi penyimpanan),
Penarikan produk. Semua keluhan harus didokumentasikan dan disimpan dengan baik.
c. Produk kembalian
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa, atau alasan lain misalnya
kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu,
jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk kembalian dapat dikategorikan :
Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan.
Produk kembalian yang dapat diproses ulang.
Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Salah satu tindak lanjutnya adalah pemusnahan obat,
Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.
Bila produk harus dimusnahkan, harus ada dokumentasi yang mencakup berita
acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang
melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan.
6. Pengkajian mutu produk
Pengkajian dilakukan secara berkala untuk membuktikan konsistensi proses
produksi dan kesesuaian spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi.
Kajian Mutu Produk berisi kajian terhadap :
Bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang
dipasok dari sumber baru

39
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Hasil Pengujian In Proses dan Pengujian produk jadi


Bets yang OOS dan investigasinya
Penyimpangan dan ketidaksesuaian dan efektifitas CAPA
Perubahan (proses atau metode analisa)
Dokumen variasi atau registrasi
Hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan
Terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan
mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan
Kelayakan tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya
Komitmen pasca pemasaran pada obat yang baru mendapatkan persetujuan
pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran
Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan
Kesepakatan teknis
Data yang digunakan sbb :
Menggunakan data yang berasal dari catatan bets ; baik catatan pengolahan,
pengemasan maupun pengujian bets, serta data-data lain yang mendukung
Jumlah data minimal adalah 25 30 bets untuk dapat dianalisa secara statistik (Cp,
Cpk, trend analysis) menggunakan aplikasi Minitab
Bila dalam 1 tahun jumlah data belum mencukupi maka interval pembuatan dapat
diperpanjang [tergantung kebijakan industri farmasi.
7. Corrective Action Preventive Action (CAPA)
CAPA dilakukan ketika terjadi sesuatu masalah dan dilakukan pengatasahn masalah
maupun ketika belum ada masalah namun sudah dipikirkan solusinya. Tujuan CAPA
adalah Membantu memperbaiki implementasi sistem, perbaikan berkesinambungan
(continous improvement) / perencanaan tindakan perbaikan untuk mencapai pemenuhan
implementasi CPOB dan membantu pemenuhan persyaratan regulatori, dalam beberapa
kasus CAPA merupakan respons terhadap hasil audit (termasuk audit dari yang berwenang)
sehingga kebenaran atau akurasi dan ketepatan pelaksanaannya adalah sangat penting
(crucial). Sumber CAPA adalah oos, deviations, validation/qualification, trending, audits

40
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

inspeksi, recalls, complaints, apr, change controls, training, management review dan batch
record.
Corrective Action merupakan tindakan perbaikan terhadap suatu masalah yang telah
terjadi. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki masalah, memodifikasi
sistem mutu agar proses yang menyebabkan masalah tersebut dapat dikendalikan dan
dimonitor agar tidak terulang kembali, dan bersifat reaktif. Masalah dapat berasal dari
laporan oleh pihak eksternal atau internal. Sedangkan Preventive Action merupakan
tindakan pencegahan dengan mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menimbulkan
masalah sehingga dapat mencegah masalah menjadi kenyataan. Tindakan yang dilakukan
bersifat proaktif
Berikut adalah langkah dalam proses CAPA :
1. Identifikasi menjelaskan masalah sejelas-jelasnya
2. Evaluasi mengkaji secara menyeluruh dan dampaknya
3. Investigasi menguumpulkan data, susun rencana investigasi
4. Analysis mencari akar masalah, lakukan analisa secara seksama
5. Rencana Tindakan membuat daftar dari tindakan yang perlu dilakukan
6. Implementasi melaksanakan rencana tindakan
7. Tindak lanjut dan verifikasi melakukan verifikasi dan kaji efektifitasnya

3.5 Plant Tour Pengawasan Mutu/Quality Control (QC)


Pengawasan mutu (Quality Control/QC) berperan dalam pengawasan mutu mulai
dari bahan baku, bahan kemas, produk antara, produk ruahan sampai dengan produk jadi.
Tugas utama bagian pengawasan mutu adalah membuat, memvalidasi dan menerapkan
semua prosedur pengawasan mutu, menyiapkan sampel pembanding produk dan bahan dari
produk, memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk, memastikan
pelaksanaan pemantauan stabilitas produk dan ikut serta pada investigasi dari keluhan
terkait mutu produk. Pengujian yang dilakukan oleh bagian QC meliputi pengujian kimia di
laboratorium kimia dan pengujian mikrobiologis di laboratorium mikrobiologi dan
pengujian selama proses produksi (IPC/In Process Control).

41
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.5.1 Laboratorium Kimia


Pada laboratorium kimia dilakukan uji-uji antara lain :
1. Penetapan Kadar
Uji penetapan kadar bahan dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera pada
monografi di Farmakope Indonesia V, USP (United State Pharmacopoeia), atau
berasal dari pengembangan metode. Prosedur penetapan kadar dapat menggunakan
metode titrasi, spektofotometri, atau kromatografi sesuai dengan monografi pada
kompendia.
2. Pengujian Bahan Baku Obat dan Bahan Kemas

Pemeriksaan Bahan Baku


Obat dan Bahan Pengemas

Bahan Baku Bahan


Obat Pengemas

- Organoleptis - Jenis bahan


- Kualitatif - Bentuk
- Kuantitatif - Ukuran
- Susut Pengeringan - Warna
- Uji Mikrobologi (Uji potensi & - Penulisan/Redaksional (terutama
uji batas mikroba) nomor registrasi, logo obat)
- Sifat kimia (tutup vial dan botol)

Gambar 3.7 Pemeriksaan Bahan Awal dan Bahan Pengemas


Bahan-bahan yang datang diberi label karantina dan disimpan di gudang
karantina. Kemudian dilakukan pengambilan contoh (sampling). Sampling
dilakukan di kelas E. Untuk uji pemerian dan identifikasi bahan (kualitatif), setiap
wadah bahan awal harus disampling dan untuk uji kuantitatif digunakan sampel dari
uji kualitatif. Bahan pengemas disampling menggunakan sistem Military
Standard, yaitu metode sampling dengan penetapan jumlah sampel yang
digunakan berdasarkan pada Tabel Military yang sebelumnya telah ditentukan
terlebih dahulu tingkat pemeriksaan (tingkat I, II atau III) dan nilai AQL-nya
(Acceptable Quality Level).
Bila hasil uji sampel tersebut memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan,
maka diberi label DILULUSKAN (label berwarna hijau). Bila ditemukan

42
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, maka diberi label


DITOLAK (label merah) dan kemudian dikembalikan ke supplier.
3. Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan pada sediaan-sediaan solida (tablet dan kapsul). Uji disolusi
ini dilakukan sesuai dengan prosedur pada masing-masing monografi obat. Uji
disolusi memenuhi syarat jika jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan uji sesuai
dengan persyaratan pada masing-masing monografi dan memenuhi tabel
penerimaan kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi.
4. Uji Stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan untuk semua produk dan bila ada perubahan bahan
baku atau kemasan. Uji stabilitas dapat dilakukan dengan 2 metode, yakni metode
accelerated time (dipercepat) dan metode real time (jangka panjang). Uji stabilitas
produk dengan metode accelerated time (dipercepat) dilakukan di climatic chamber
dengan suhu dan kelembaban yang diatur pada 40 2C dan RH (relative
humidity/kelembaban relatif) 75 5%. Uji stabilitas real time (jangka panjang)
dilakukan dengan suhu 30 2C dan RH 75 5%. Uji stabilitas real time dan
accelerated digunakan untuk menentukan masa hidup obat (tanggal kadaluarsa) dan
juga kondisi penyimpanan dari produk.
Selain itu juga dilakukan uji stabilitas selama penggunaan (beyond use date), untuk
pengujian stabilitas selama masa penggunaan produk disimpan pada kondisi sesuai
dengan rekomendasi yang tertera pada label produk.
3.5.2 IPC (In Process Control)
Selain melakukan pengawasan pada bahan baku obat dan produk jadi, juga
dilakukan pengawasan selama proses produksi yang dikenal dengan istilah In Process
Control. Pengawasan dilakukan pada proses-proses berikut :
1. Kesiapan ruangan, pengawasan yang dilakukan berupa pengontrolan suhu,
kelembaban, dan kebersihan ruangan
2. Penimbangan, pada saat penimbangan staf IPC melakukan cek ulang pada
kebenaran nama dan jumlah barang yang ditimbang.

43
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3. Pencampuran, pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa pencampuran


dilakukan sesuai prosedur yang tertulis yaitu bahan-bahannya, urutan memasukkan
bahan, lama pengadukan, dan sebagainya. Dan juga melakukan sampling untuk
kontrol homogenitas dengan melakukan penetapan kadar di laboratorium QC.
4. Granulasi sediaan solida. Pada tahap granulasi dilakukan kontrol terhadap kadar air
dari granul, karena granul yang terlalu basah dapat menempel pada die dan punch,
sedangkan granul yang terlalu kering dapat membentuk tablet yang kurang kompak.
Selain itu juga melakukan pengambilan sampel granul untuk penetapan kadar di
laboratorium QC.
5. Pencetakan tablet. Pada proses pencetakan dilakukan sampling produk dan
dilakukan pengujian penampilan, keragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu
hancur, dan kadar. Melakukan sampling untuk dilakukan pengujian disolusi dan uji
keragaman kandungan di laboratorium QC.
6. Kapsulasi. Pada proses kapsulasi dilakukan pengujian pada penampilan, keragaman
bobot, dan mengambil sampel untuk pemeriksaan uji disolusi dan keseragaman
kandungan di laboratorium QC.
7. Filling sediaan likuida. Setelah pencampuran dan sebelum dilakukan filling sediaan
likuida dilakukan pemeriksaan pada penampilan, pH, dan viskositas. Pada saat
filling dilakukan uji volume terpindahkan. Melakukan sampling untuk pengujian
kadar di laboratorium QC.
8. Pengemasan. Pada saat pengemasan dilakukan pengecekan pada :
Kesiapan jalur kemas
Mesin dan ruang dalam status bersih
Change part yang dipasang
Alumunium foil strip yang dipasang sesuai
Suhu dan kecepatan mesin strip

44
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.5.3 Laboratorium Mikrobiologi


Pada laboratorium mikrobiologi dilakukan uji-uji antara lain :
1. Uji Sterilitas
Uji sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah sediaan uji memenuhi
persyaratan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Uji sterilitas
diawali dengan uji fertilitas media. Uji fertilitas media bertujuan untuk melihat apakah
media mampu menumbuhkan mikroba atau tidak. Uji sterilitas terdiri dari 2 metode, yaitu
inokulasi langsung ke dalam media uji dan uji menggunakan penyaring membran. Metode
uji yang digunakan di PT. Aditama Raya Farmindo adalah metode penyaringan membran
dengan menggunakan membran berporositas 0,47 m.
a. Kontrol Positif dan Negatif
Kontrol Positif :
- 15 ml media FTM ditambah 0,1 ml suspensi Bacillus subtilis, diinkubasi
pada suhu 30-35C selama 14 hari, kemudian diamati pertumbuhannya.
- 15 ml media TSB ditambahkan 0,1 ml suspense Candida albicans,
diinkubasi pada suhu 20-25C selama 14 hari, kemudian diamati
pertumbuhannya.
Kontrol negatif, yaitu dengan cara menanam membran filter yang sudah dibagi
dua ke dalam media FTM dan TSB.
b. Pengujian Sampel
Sampel dibuka secara aseptis.
Disaring dengan membrane filter 0,45 m menggunakan gelas vakum steril.
Filter dibilas dengan 3 x 100 ml larutan bacto peptone untuk menetralkan zat
tambahan (terutama pengawet).
Membran filter dibagi dua secara aseptis. Setengah bagian ditanam pada media
FTM (Fluid Thioglycolate Medium) 100 ml dan setengah bagian lagi ditanam
pada media TSB (Triptic Soy Broth) 100 ml.
Media FTM diinkubasi pada suhu 30-35C selama 14 hari dan media TSB
diinkubasi pada suhu 20-25C selama 14 hari.

45
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Diamati kekeruhan yang muncul (memperlihatkan adanya pertumbuhan


mikroba)

2. Uji potensi
Uji potensi ini dilakukan pada produk jadi yang mengandung antibiotika dan bahan
baku obat yang mengandung antibiotika. Dilakukan untuk mengetahui aktivitas daya
hambat bahan antibiotika terhadap mikroba. Metode untuk uji potensi ada dua cara, yaitu
metode lempeng silinder (cylinder cup) dan metode turbidimetri (menggunakan tabung).
Metode yang digunakan di PT. Aditama Raya Farmindo adalah dengan menggunakan
metode lempeng silinder (cylinder cup) yang merupakan metode yang didasarkan pada
kemampuan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam suatu media. Untuk
menentukan potensi antibiotika dalam sediaan, dilakukan dengan cara membandingkan
diameter hambatan antibiotika sediaan uji dengan diameter hambatan sediaan standar yang
telah diketahui potensinya. Cara pengujiannya :
a. Disuspensikan bakteri dari stok bakteri dengan NaCl 0,9% steril ke dalam botol
yang sudah disterilkan.
b. Diukur transmitan pada = 580 nm sehingga %T = 25 1% dan NaCl 0,9%
sebagai blanko.
Jika %T < 24% artinya suspensi terlalu pekat (bakteri terlalu banyak) sehingga
perlu diencerkan dengan NaCl 0,9% steril.
Jika %T > 26% artinya bakteri terlalu sedikit sehingga perlu ditambahkan
bakteri.
c. Bakteri yang telah disuspensikan tersebut diinokulasikan ke dalam media steril
dengan suhu 45-55C.
d. Dituang ke dalam cawan petri secara aseptis.
e. Diletakkan 6 buah cylinder cup pada setiap cawan petri (3 untuk larutan uji dan 3
untuk larutan standar)
f. Ke dalam masing-masing cylinder cup dimasukkan 0,1 ml larutan standar dengan 5
konsentrasi yang berbeda, dimana masing-masing konsentrasi untuk 1 cawan.
g. Dilakukan triplo sehingga dibutuhkan total 15 cawan petri untuk satu batch.

46
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

h. Diinkubasi pada suhu 30-35C selama 18 jam.


i. Dihitung diameter dan potensinya.
3. Uji monitoring ruangan
Uji mikrobiologi ruangan dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya kontaminasi
mikroba dalam ruangan. Uji mikrobiologi ruangan dilakukan 2 kali untuk ruangan steril
dan 1 bulan 1 kali untuk ruangan non steril dan laboratorium. Uji ini dilakukan dengan cara
a. Metode Lempeng (Setting Plate)
Media TSA (Triptic Soy Agar) yang akan digunakan disiapkan dalam cawan petri
dan diinkubasi. Jika tidak ada pertumbuhan, media dapat digunakan untuk uji.
Cawan petri yang berisi media TSA dipaparkan dalam kondisi terbuka selama 2 jam
di dalam ruangan. Kemudian diinkubasi pada suhu 20-25C selama 4 hari untuk
bakteri dan dilanjutkan pada suhu 30-35C selama 48 jam. Selanjutnya dihitung
jumlah koloni bakteri dan jamur (CFU/2 Jam)
b. Air Sampler
Sebelum melakukan pemeriksaan, siapkan media agar strip TC (Total Count).
Media agar strip dimasukkan ke dalam air sampler secara aseptis. Kemudian alat
tersebut diletakkan pada titik yang akan diperiksa dan dinyalakan selama 4 menit
yang setara dengan 160 L udara. Setelah itu , Media agar diinkubasi pada suhu 20-
25C selama 4 hari untuk bakteri dan dilanjutkan pada suhu 30-35C selama 48 jam.
Kemudian dihitung jumlah koloni bakteri dan jamur per m3 udara.
c. Contact plate
1. Siapkan media Trypticase Soy Agar, beri label dan masukkan kedalam passbox.
2. Bawa media kedalam ruangan yang akan dipantau
3. Usapkan/ swab contact plate pada objek yang akan dipantau sesuai lokasi
4. Setelah selesai tutup media dan masukkan kembali kedalam pass box
5. Inkubasi media pada suhu 20-25 C selama 4 hari kemudian lanjutkan pada suhu
30-35 C selama 48 jam
6. Hitung jumlah koloni bakteri dan jamur yangditemukan dan catat hasilnya
7. Apabila hasil positif terdapat bakteri / jamur maka, identifikasi koloni dan
jamurnya.

47
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

4. Uji Mikrobiologi Air


Air merupakan elemen produksi yang tidak boleh mengandung bakteri pathogen,
yaitu Escheria coli, Salmonella sp., Pseudomonas aeroginosa, Staphyllococcus aureus dan
tidak boleh mengandung bakteri non pathogen > 100 koloni/ml. Titik-titik pengolahan air
yaitu air pada tangki penampungan PDAM, air pada tahap pre treatment (sebelum dan
sesudah multimedia filter, air setelah water softener, air setelah carbon filter dan air setelah
break tank), air pada tahap treatment (air setelah RO, air setelah electro de-ionized, air
setelah lampu UV), air setelah purified water, water for injection yang akan menuju ruang
produksi, dan setiap air di point of use.
Pengujian mikrobiologi meliputi uji endotoksin untuk mengetahui ada atau tidaknya
pirogen dalam pembuatan water for injection. Selain itu juga ada uji angka lempeng total
dan uji dengan metode penyaringan membran untuk titik-titik pengolahan air yang disebut
di atas.
Cara pengujiannya yaitu :
Sampel air pada masing-masing titik diambil sebanyak 10 botol @ 100 ml
(dimana masing-masing titik sudah disanitasi daerah sekitarnya, dialirkan dengan
keras 10 menit, kemudian dipelankan dan ditampung di dalam botol).
Masing-masing sampel disaring dengan membran filter steril 0,45 m.
Membran filter dibilas dengan cairan pembilas sebanyak 20-30 ml.
Membran filter dipindahkan ke cawan petri secara aseptis.
Media Mac Conkey Agar (MCA) untuk Escherichia coli dan Salmonella sp.,
Cetrimide Agar (CA) untuk Pseudomonas aeruginosa, dan Manitol Salt Agar
(MSA) untuk Staphyllococcus aureus, dituang ke dalam cawan petri yang
berbeda.
Diinkubasikan pada suhu 30-35C selama 24-48 jam dan diamati perubahan
warna pada media dan ada tidaknya pertumbuhan bakteri.
Kontrol positif : membran filter dan media digores dengan bakteri.
Kontrol negatif : cairan pembilas 1 ml (larutan dapar) dengan media.
E. Coli dan Coliform

48
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Air difiltrasi dengan membrane 0.45 m dan membrane ditanamkan pada media
MCA. Diinkubasi pada suhu 30 C selama 24 jam. Hitung koloni yang tumbuh
(cfu/100 mL)
5. Uji Batas Mikroba
Uji batas mikroba dilakukan untuk menentukan jumlah mikroba aerob pada bahan
tambahan yang berasal dari alam, seperti amilum, cangkang kapsul, laktosa dan lainnya,
atau yang dipersyaratkan pada Farmakope Indonesia seperti Mg Stearat. Sebelum
melakukan uji batas mikroba terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah zat yang diuji tidak menghambat pertumbuhan mikroba yang
terdapat dalam zat uji itu sendiri. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak ada pertumbuhan
mikroba, maka pengujian tersebut tidak berlaku dan perlu dilakukan modifikasi prosedur.
Bila hasil pengujian menunjukkan ada pertumbuhan mikroba, maka dilanjutkan dengan uji
angka mikroba aerob total.
a. Uji Pendahuluan, untuk mengetahui apakah zat yang akan diuji mempunyai daya
bakterisida.
10 gram zat uji dilarutkan ke dalam 100 ml media TSB.
Dipipet 1 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml larutan TSB steril.
Diinokulasikan mikroba Staphyllococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, dan Salmonella dalam tabung yang berbeda.
Diinkubasi pada suhu 30-35C selama 24 jam dan diamati kekeruhannya.
b. Uji Angka Mikroba Aerob Total
Metode Lempeng
Untuk sampel yang larut dalam media TSB (misalnya cangkang kapsul,
Saccharum lactis).
- 10 gram sampel dilarutkan dalam 100 ml media TSB.
- Dipipet 1 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam cawan petri dan
ditambahkan 15 ml media TSA steril.
- Diinkubasi pada suhu 30-35C selama 24-48 jam dan dihitung jumlah koloni
yang ada.

49
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Metode Tabung Ganda


Untuk sampel yang tidaj larut dalam media TSB (misalnya amilum, microcell)
- 10 gram sampel dilarutkan dalam 100 ml media TSB
- Dipipet 1 ml larutan tersebut ke dalam 4 tabung reaksi yang berisi 9 ml
media TSB. Tiga tabung reaksi sebagai kelompok I dan satu tabung reaksi
sebagai Larutan A.
- Dari tabung reaksi A, dipipet 1 ml ke dalam 4 tabung reaksi yang berisi 9 ml
media TSB. Tiga tabung reaksi sebagai kelompok II dan satu tabung reaksi
sebagai larutan B.
- Dari tabung B, dipipet 1 ml ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi 9 ml media
TSB. Ketiga tabung reaksi tersebut sebagai kelompok III.
- Dibuat blanko negative yang berisi 9 ml media TSB sebanyak 3 tabung
reaksi.
- Tabung Kelompok I, II, III, dan blanko diinkubasi pada suhu 30-35C
selama 24 jam dan diamati kekeruhannya.
- Dihitung jumlah mikroba aerob total dengan table MPN.
6. Uji endotoksin bakteri
Uji endotoksin bakteri dilakukan untuk memperkirakan kadar endotoksin yang
mungkin ada dalam suatu bahan uji. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pereaksi
Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yaitu pengujian untuk mengetahui kandungan endotoksin
dengan cara membandingkan tingkat kekentalan (viskositas) antara sampel dengan standar
setelah diencerkan. Uji endotoksin dilakukan terhadap bahan baku obat, Aqua Pro Injection
dan produk jadi. Bahan dinyatakan memenuhi syarat jika kadar endotoksin tidak lebih dari
yang ditetapkan pada masing-masing monografi.
Kontrol positif/ standar
Kontrol Standar Endotoksin (CSE) diencerkan dengan air bebas pirogen (LRW)
hingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi tertentu.
Kontrol negatif : air bebas pirogen (LRW)
Cara pemeriksaan

50
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

- Masing masing larutan dari standar yang sudah diencerkan, air bebas pirogen
dan sampel, dipipet 0,2 ml dan dimasukkan dalam masing-masing tabung single
test pyrotel LAL 0,25 EU/ml (USP).
- Di vortex selama 1-2 detik, kemudian diinkubasi pada suhu 37 1C selama 60
2 menit.
- Dilakukan pemeriksaan dengan cara membalik tabung reaksi 180 dengan hati-
hati. Hasil dikatakan positif jika terbentuk gel yang stabil.
7. Uji Efektifitas Pengawet Antimikroba
Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk
melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan terutama
pada wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi. Zat antimikroba
tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viable
sebagai pengganti cara produksi yang baik. Bagaimanapun juga dapat timbul
keadaan yang memerlukan penggunaan pengawet untuk menekan
perkembangbiakan mikroba. Harus diakui bahwa adanya mikroba yang telah mati
atau hasil metabolisme mikroba yang hidup dapat menimbulkan efek negatif pada
orang yang peka.
Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat
antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara
maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar
pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan
keracunan pada manusia.
Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukkan efektivitas pengawet
antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar
atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung dan
mata yang dicantumkan pada etiket produk. Pengujian dan persyaratan hanya
berlaku pada produk di dalam wadah asli belum di buka yang di didistribusikan
oleh produsen.
Mikroba uji yang digunakan untuk biakan mikroba adalah sebagai berikut :

51
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Candida albicaus (ATCC no.10231), Aspergillus niger (ATCC no.16404),


Escherichin coli (ATCC no.8739), Pseudomonas aeruginosa (ATCC no.9027)
dan Staphylococcus aureus (ATCC no.6538). Selain mikroba yang disebut di atas,
dapat digunakan mikroba lain sebagai tambahan terutama jika dianggap mikroba
yang bersangkutan dapat merupakan kontaminan selama penggunaan sediaan
tersebut.
Media untuk biakan awal mikroba uji, pilih media agar yang sesuai untuk
pertumbuhan yang subur mikroba uji, seperti Soybean-Casein Digest Agar
Medium yang tertera pada Uji Batas Mikroba.
Pembuatan inokulasi sebelum pengujian dilakukan, inokulasi permukaan media
agar bervolume yang sesuai, dengan biakan persediaan agar mikroba yang akan
digunakan. Inkubasi biakan bakteri pada suhu 30 hingga 35 selama 18 jam
sampai 24 jam, biakan Candida albicans pada suhu 20 hingga 25 selama 48 jam
dan biakan Aspergillus niger pada suhu 20 hingga 25 selama 1 minggu.
Gunakan larutan natrium klorida P 0,9 % steril untuk memanen biakan bakteri dan
Candida albicans, dengan mencuci permukaan pertumbuhan dan hasil cucian
dimasukan ke dalam wadah yang sesuai dan tambahkan larutan natrium klorida P
0.9 % steril secukupnya untuk mengurangi angka mikroba hingga lebih kurang
100 juta per ml. Untuk memanen Aspergillus niger, lakukan hal yang sama
menggunakan larutan natrium klorida P 0,9 % steril yang mengandung polisorbat
80 P 0,05 % dan atur angka spora hingga lebih kurang 100 juta per ml dengan
penambahan larutan natrium klorida P 0,9 % steril.
Sebagai alternatif, mikroba dapat ditumbuhkan di dalam media cair yang sesuai,
dan panenan sel dilakukan dengan cara sentrifugasi, dicuci, dan di suspensikan
kembali dalam larutan natrium klorida P 0,09 % steril sedemikian rupa hingga
dicapai angka mikroba atau spora yang dikehendaki.
Tetapkan jumlah satuan pembentuk koloni tiap ml dari setiap suspensi, dan angka
ini digunakan untuk menetapkan banyaknya inokula yang digunakan pada
pengujian. Jika suspensi yang telah dibekukan tidak segera digunakan, suspensi di
pantau secara berkala dengan metode lempeng Angka Mikroba Aerob Total seperti

52
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

yang tertera pada Uji Batas Mikroba untuk menetapkan penurunan viabilitas.
Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi, gunakan
media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yang digunakan.
Prosedur jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum
suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika
wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel ke
dalam masing-masing 5 tabung baktereiologik bertutup, berukuran sesuai dan
steril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi
mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml
sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan
sedemikian rupa hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelah
inokulasi adalah antara 100.000 per ml. Tetapkan jumlah mikroba viable di dalam
tiap suspensi inokula dan hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang di uji
dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah diinokulasi pada
suhu 20 sampai 25. Amati wadah atau tabung pada hari ke 7,ke 14,ke 21 dan ke
28 sesudah inokulasi. Catat tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah
mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan
menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubahan
kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian.
Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif jika :
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0.1 %
dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau
kurang dari jumlah awal.
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap
atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.

3.6 Plant Tour Sarana Penunjang


Sarana penunjang yang digunakan PT. Aditama Raya Farmindo dalam
melaksanakan proses produksi antara lain Heating, Ventilation, Air Conditioner (HVAC),
boiler, compressed air system, dan sistem pengolahan air.

53
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.6.1 Heating, Ventilation, Air Conditioning (HVAC)


HVAC merupakan suatu sistem yang mengatur udara yang ada di industri farmasi,
meliputi pemanas (heating), sirkulasi udara (ventilation) dan AC (Air Conditioner).
Fungsi dari HVAC adalah mengkondisikan ruangan yang layak dan memadai, baik
kondisi fisik maupun kualitas. Ruangan yang sirkulasi udaranya dikendalikan antara lain
ruang produksi, ruang pengemasan, laboratorium mikrobiologi, gudang bahan baku obat,
dan ruang sampling. Proses HVAC di PT.Adhitama menggunakan sumber udara 20%
fresh air dan 80% udara return. Penambahan fresh air digunakan untuk meningkatkan
kadar oksigen dalam udara.
Bagian-bagian HVAC :
1. Filter. Filter digunakan untuk mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme
dalam udara. Filter yang digunakan terdapat beberapa jenis tergantung dari efisiensi,
a. Pre filter. Efisiensi penyaringan 35%
b. Medium filter. Efisiensi penyaringan 95%
c. HEPA filter (High Efficiency Particulate Air). Efisiensi penyaringan >99.9%
2. Cooling coil. Cooling coil digunakan untuk mengatur suhu dan kelembaban dengan
melewatkan udara ke dalam kisi-kisi evaporator yang bersuhu rendah, sehingga
didapatkan udara dengan suhu yang rendah dan uap air mengalami kondensasi.
3. Heating. Heating digunakan untuk mengatur suhu dan kelembaban udara agar
sesuai dengan persyaratan ruangan.
4. Blower. Blower digunakan untuk menggerakkan udara di sepanjang sistem
distribusi udara yang terhubung dengannya.
5. Ducting. Ducting merupakan saluran tertutup yang mengalirkan udara. Ducting
menghubungkan blower dengan ruangan produksi, terdiri dari saluran udara masuk
(ducting supply) dan saluran udara dari ruangan kembali ke sistem AHU (Air
Handling Unit) yang disebut dengan ducting return.
6. Dumper. Dumper berfungsi untuk mengatur debit udara yang dialirkan ke ruangan
sesuai dengan spesifikasi ruangan

54
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

3.6.2 Boiler
Boiler merupakan sarana penunjang yang berfungsi untuk menghasilkan panas
yang berupa uap panas (steam) hasil pemanasan air dalam mesin. Uap panas yang
dihasilkan digunakan untuk seluruh rangkaian proses di industri farmasi yang
memerlukan pemanasan. Air yang sudah diklorinasi dialirkan ke filter salcon yang berisi
resin. Kemudian air ditampung pada tangki feed water kemudian dipompa ke. Air dalam
boiler dipanaskan selama kurang lebih 1 jam, dan uap yang terbentuk ditampung dalam
tangki bejana tekan, kemudian dialirkan ke ruang produksi. Tangki penampungan juga
dilengkapi dengan pipa pembuangan untuk mengeluarkan uap yang terkondensasi.
3.6.3 Compressed Air System
Compressed air system merupakan sistem udara bertekanan yang bersifat bebas
minyak (oil free) dan di dalam alat terdapat saringan yang berfungsi untuk mencegah
masuknya debu ke dalam alat yang dapat mengkontaminasi produk yang dihasilkan.
Sistem ini banyak digunakan untuk fasilitas penunjang peralatan-peralatan yang ada di
ruang produksi yang memerlukan udara tekan seperti super mixer, Fluid Bed Dryer
(FBD), mesin cetak tablet atau kaplet.
Oil free compressor yang digunakan terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. Kompresor sebagai penghasil udara tekan
2. Filter. Digunakan untuk menyaring partikel-partikel yang ada di udara tekan
3. Refirgerant dryer. Digunakan untuk mengeringkan udara.
4. Bejana tekan (bejana penampungan)
5. Desicant + dryer
6. Filter 0,2m
7. Filter karbon
Setelah melewati proses-proses di atas barulah udara tekan dialirkan ke ruangan-ruangan
yang membutuhkan udara tekan.

3.6.4 Sistem Pengolahan Air


Sebagian besar kegiatan yang dilakukan PT. Aditama Raya Farmindo memerlukan
air, seperti melarutkan bahan aktif, bahan pengikat, mencuci dan membilas peralatan baik
peralatan laboratorium maupun peralatan produksi. Oleh karena itu, air harus tersedia

55
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

dengan cukup dan kualitasnya harus memenuhi persyaratan mutu. Sumber air di PT
Aditama Raya Farmindo berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sistem pengolahan air merupakan sistem kritis yang berdampak langsung terhadap
mutu obat jadi, sehingga perlu dilakukan kualifikasi yang mengikuti kaidah validasi yang
mencangkup kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional
(KO) dan kualifikasi kinerja (KK) sesuai dengan CPOB. KD,KI dan KO sangat
tergantung pada instalasi di industri masing-masing sehingga pada CPOB hanya
disebutkan KK yang terbagi dalam 3 fase yaitu kualifikasi fase 1,2 dan 3 yang dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Kualifikasi Kinerja Sistem Pengolahan Air

Fase Frekuensi Pengolahan


Durasi Keterangan
Kualifikasi Sampel

Kualifikasi Minimal Tiap hari di tiap titik * Pada fase ini air belum boleh
Kinerja 2-4 pemantauan digunakan untuk produksi
Fase I minggu * Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
* Tujuan :
- Menetapkan parameter sistem
pengolahan air termasuk titik
pengambilan sampel
- Menetapkan prosedur
pengoperasian, pembersihan,
sanitasi dan perawatan
- Menetapkan batas waspada dan
batas tindakan
Kualifikasi Minimal 2 Tiap hari di tiap titik * Pada fase ini, air boleh digunakan
Kinerja 4 pemantauan bila memenuhi spesifikasi yang
Fase 2 minggu ditetapkan
* Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
* Tujuan :
- Memverifikasi parameter
operasional yang ditetapkan pada
fase I
Kualifikasi Minimal Tiap hari dan dalam * Pada fase ini, air boleh digunakan

56
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Kinerja 52 minggu seminggu secara bergilir bila memenuhi spesifikasi yang


Fase 3 harus mencakup semua ditetapkan
titik pemantauan. * Parameter pengujian kimia dan
Titik pemantauan, mikrobiologi
frekuensi dan jenis * Tujuan :
pengujian sampel dapat - Memastikan konsistensi kinerja
dikurangi berdasarkan selama 1 tahun yang mencangkup
hasil pemantauan pada variasi karena pergantian musim
fase 1 dan fase 2
Prinsip pengolahan air di PT. Aditama Raya Farmindo yaitu air dilewatkan carbon
filter untuk menyaring kotoran mekanis kemudian diklorinasi dengan kadar klorin
maksimum 0,5-1 ppm, kemudian ditampung dalam tangki penampungan yang selanjutnya
dilewatkan multimedia filter. Pada tahap ini, terjadi proses penyaringan kotoran mekanis
dan penyerapan logam berat yang terbawa oleh air PDAM. Air tersebut kemudian
dilewatkan water softener yang merupakan tangki yang berisi resin anion dan berfungsi
untuk mengikat logam-logam yang bermuatan positif seperti Ca, Mg, K. Setiap satu
minggu sekali dilakukan pengecekan apakah resin masih berfungsi dengan baik atau sudah
jenuh dengan cara melihat nilai konduktivitas. Apabila sudah jenuh dilakukan regenerasi
dengan larutan NaCl. Setelah melewati water softener, air kemudian melewati carbon filter
yang berfungsi untuk menghilangkan bau klorin, warna dan rasa serta kotoran mekanis. Air
tersebut ditampung pada break tank dengan melewati filter 5 mikron, break tank digunakan
untuk menampung air yang akan dialirkan ke sistem reverse osmosis.
Setelah melewati sistem RO, air dialirkan melalui alat EDI, air hasil keluaran EDI
konduktivitasnya tidak boleh lebih dari 1,3 s/cm, kemudian masuk ke dalam air murni
tank. Air yang sudah merupakan air murni kemudian dialirkan ke destilat tank, dimana
pada tahap ini air mengalami proses destilasi 5 tingkat. Air yang merupakan destilat
kemudian dialirkan ke WFI tank dan air residunya dibuang. WFI tank merupakan tangki
double jacket di mana suhu air di dalam tangki dipertahankan sebesar 80o C dan air di
dalam tangki ini mengalami sistem looping di mana air di dalam tangki mengalami
sirkulasi secara terus menerus dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya mikroba.
Air murni dan air untuk injeksi yang dihasilkan harus sesuai dengan persyaratan
yang tertera pada literatur.

57
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Tabel 3.2 Persyaratan untuk Air Murni dan Air Steril Injeksi
Persyaratan Air Murni Air Steril untuk Injeksi
Endotoksin - Tidak boleh lebih dari 0,25 unit FI/mL
pH 5,0 7,0 -
Klorida 100 mL air murni + 5 tetes asam 20 mL air untuk injeksi + 5 tetes asam
nitrat P dan 1 mL perak nitrat LP ->
nitrat p dan 1 mL perak nitrat LP, campur
tidak terjadi opalesensi perlahan -> terjadi kekeruhan dalam
waktu 10 menit yang tidak lebih keruh
dari air dengan kemurnian tinggi 20 mL
yang mengandung 10 g Cl, diamati
dengan arah tegak lurus tabung dengan
dasar gelap dengan cahaya yang masuk
dari samping
Sulfat 100 mL + 1 mL barium klorida LP : tidak
- terjadi kekeruhan
Amonia Tidak lebih dari 0,3 bpj - Wadah dengan volume < 50 mL : 0,6
bpj
- Wadah dengan volume 50 mL : 0,3
bpj
Kalsium Pada 100 mL tambahkan 2 mL Pada 100 mL tambahkan 2 mL amonium
amonium oksalat : tidak terjadi oksalat : tidak terjadi kekeruhan
kekeruhan
Logam Pada 40 mL air murni atur pH (3,0 Pada 40 mL air murni atur pH (3,0 4,0)
Berat 4,0) dengan penambahan asam dengan penambahan asam asetat 1 N
asetat 1 N (gunakan kertas (gunakan kertas indikator dengan rentang
indikator dengan rentang pH pH pendek), tambahkan 10 mL hidrogen
pendek), tambahkan 10 mL sulfida LP yang dibuat segar, dan
hidrogen sulfida LP yang dibuat diamkan selama 10 menit ; jika diamati
segar, dan diamkan selama 10 dengan arah tegak lurus dengan dasar
menit ; jika diamati dengan arah putih, warna cairan tidak lebih tua dari
tegak lurus dengan dasar putih, warna campuran 50 mL air murni dengan
warna cairan tidak lebih tua dari asam asetat 1 N dalam jumlah yang sama
warna campuran 50 mL air murni
dengan asam asetat 1 N dalam
jumlah yang sama
Zat mudah 100 mL air murni + 10 mL asam 100 mL air steril untuk injeksi + 10 mL
teroksidasi sulfat 2 N => panaskan ad asam sulfat 2 N => panaskan ad
mendidih => + 0,1 kalium mendidih.
permanganat 0,1 N => didihkan - Wadah dengan volume < 50 mL + 0,4

58
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

selama 1 menit : warna merah mL kalium permanganat 0,1 N =>


muda tidak hilang sempurna didihkan selama 5 menit
- Wadah dengan volume 50 mL + 0,2
mL kalium permanganat 0,1 N =>
didihkan selama 5 menit
Bila terbentuk endapan dinginkan dalam
tangan es hingga suhu kamar dan saring
melalui penyaring kaca masir : warna
merah muda tidak hilang sempurna
Zat padat Tidak lebih dari 0,001% - Volume < 30 mL : Tidak lebih dari
total 0,004 %
- Volume 30 mL 100 mL : Tidak lebih
dari 0,003 %
- Volume 100 mL : Tidak leboh dari
0,002%
Karbon 25 mL air murni + 25 mL kalsium 25 mL air untuk injeksi + 25 mL kalsium
Dioksida hidroksida LP : campuran tetap hidroksida LP : campuran tetap jernih
jernih
Kemurnian Memenuhi persyaratan air minum -
bakteriologi
Bakteri Tidak boleh mengandung e-coli, Tidak boleh mengandung e-coli,
patogen staphylococcus aureus, staphylococcus aureus, pseudomonas
pseudomonas aeroginosa dan aeroginosa dan salmonella thypi
salmonella thypi
Batas < 10 cFu/mL 10 cFu/ 10 mL
Cemaran

Salah satu persyaratan untuk air murni dan air injeksi adalah kandungan mikroba e-
coli, staphylococcus aureus, pseudomonas aeroginosa dan salmonella thypi tidak boleh ada
dan terdapat batas cemaran tersebut diatas sehingga harus dilakukan pengujian bebas
patogen dan batas cemaran. Pengujian mikroba pada air yang dilakukan di PT Aditama
Raya Farmindo adalah dengan metode Angka Lempeng Total (ALT) untuk pengujian batas
cemaran dan filtrasi untuk pengujian bebas patogen. Pada pengujian ALT digunakan media
Tryptone Soya Agar (TSA) dan media Trypticase Soy Broth (TSB) sedangkan pada uji
secara filtrasi menggunakan media Chromogenic Coliform Agar (CCA). Khusus air injeksi

59
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

harus dilakukan uji endotoksin. Titik sampling untuk sistem pengolahan air ada 12 titik
pemantauan yaitu sebagai berikut :
1. Pada tanki air PDAM
2. Air sebelum multimedia filter
3. Air sebelum water softener
4. Air sebelum carbon filter
5. Air sebelum filter 5 mikron
6. Air sebelum sistem reverse osmosis
7. Air sebelum masuk EDI
8. Air sebelum masuk tangki PW
9. Air PW yang masuk ke ruang produksi/sebelum UV
10. Air kembali menuju tangki PW/masuk alat destilasi
11. Air WFI masuk produksi
12. Air kembali menuju tangki WFI
Sistem pengolahan air wfi maupun pw harus disanitasi pada waktu dan dengan
alasan tertentu, sesuai dengan hasil kualifikasi kinerja fase 1,2,3 sistem pengolahan air.

60
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

BAB IV
PEMBAHASAN

Industri farmasi harus menjamin bahwa obat yang dikonsumsi oleh masyarakat
bermutu dan aman. Salah satu hal penting dalam pembuatan obat yang bermutu adalah
memiliki personil yang berkompeten di bidang farmasi yaitu apoteker. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
seorang apoteker dituntut mampu mengabdikan dan menerapkan basis keilmuannya di
berbagai ruang lingkup kerja, salah satunya di bidang industri farmasi. Berdasarkan
peraturan tersebut diatas maka lulusan apoteker wajib memiliki kompetensi dan
pengalaman yang memadai untuk terjun ke lapangan kerja sehingga perlu diadakan
kegiatan praktek kerja profesi untuk mahasiswa profesi apoteker agar mahasiswa profesi
dapat mengamati langsung bagaimana pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang
apoteker secara nyata.
Praktek Kerja Profesi (PKP) kami dilaksanakan di PT Aditama Raya Farmindo
yang terletak di Jl. Rungkut Industri II/45 C. Kegiatan ini berlangsung mulai dari tanggal 9
Oktober 2017 30 November 2017. Selama PKP kami mendapatkan banyak ilmu dan
pengalaman yang baru. Kami mengikuti kegiatan kuliah terkait pekerjaan apoteker di
bidang produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu. Selain bagian produksi, pemastian
mutu dan pengawasan mutu dalam struktur organisasi PT Aditama Raya Farmindo terdapat
bagian Production Planning And Inventory Control (PPIC) yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pengadaan bahan untuk produksi obat yang berkoordinasi
dengan supervisor gudang. PT Aditama Raya Farmindo juga telah menerapkan prinsip
CPOB dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Pada bidang produksi, apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses
produksi obat sudah sesuai dengan prinsip CPOB. Penerapan prinsip CPOB di bidang
produksi yang diterapkan meliputi bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene
dan produksi. Bangunan dan fasilitas ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa
untuk memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara
satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas

61
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

kebersihan yang dipersyaratkan. Bangunan dan fasilitas produksi juga harus dirancang
sedemikian rupa supaya terhindar dari kontaminasi dari lingkungan sekitarnya yaitu udara,
air dan tanah dari kegiatan industri yang berdekatan dan terhindar dari serangga , binatang
pengerat atau hewan lainnya serta harus terlindung dari pengaruh cuaca.
Peralatan untuk pembuatan obat hendaknya didesain dan dikonstruksi dengan tepat,
ukuran memadai serta tempat dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mudah dibersihkan
dan terhindar dari kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran lain yang dapat
mempengaruhi mutu produk. Untuk sanitasi dan higiene hendaklah pada tingkat yang
tinggi. Sanitasi dan higiene yang dimaksud mencangkup personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi dan segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi sumber pencemaran produk. Pada prinsip CPOB sama
halnya dengan yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa apoteker harus memastikan
bahwa proses produksi sudah sesuai dengan prosedur dan prinsip CPOB agar produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin
edar
Pada bidang pengawasan mutu apoteker bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yaitu meliputi safety,efficacy
dan quality. Prinsip CPOB yang diterapkan pada bagian pengawasan mutu meliputi
pengawasan mutu. Pada pengawasan mutu dilakukan pemastian bahwa produk yang
digunakan memiliki mutu yang sesuai dengan pemakaiannya. Pengawasan mutu tidak
terbatas hanya di laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan terkait mutu
produk.
Pada saat PKP, kami mengikuti kegiatan pada pengawasan mutu, yaitu pada saat
proses sampling bahan baku dan kemasan yang datang, pengujian obat jadi dan kegiatan
pemeriksaan pada saat produksi berlangsung atau In Process Control (IPC). Sampling
bahan baku dilakukan dengan menggunakan thief sampler. sampel bahan baku yang
diambil kemudian diuji sesuai dengan pengujian yang tertera pada CoA. Hal ini bertujuan
untuk memastikan apakah bahan yang diterima sudah benar dan sudah sesuai dengan CoA.
Sedangkan sampling bahan kemasan dilakukan untuk memastikan apakah kemasan yang
datang sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu kesesuaian ukuran tulisan, isi tulisan,

62
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

warna, posisi tulisan, ukuran label/kemasan, logo obat dan nomor registrasi. Warna
kemasan dibandingkan dengan proof print yang berisi 3 standart kemasan yang merupakan
batas minimal dan maksimal untuk penerimaan bahan kemas.
Bagian pengawasan mutu juga melakukan pengujian obat jadi seperti pengujian
keragaman bobot, keseragaman kandungan dan uji disolusi. Kami juga mengamati
bagaimana cara pengoperasian alat HPLC, spektrofotometri dan Dissolution Apparatus.
Selain itu kami juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh bagian IPC di ruang produksi
solida. Beberapa kegiatan IPC yang kami amati adalah sebagai berikut :
1. Pada saat proses penimbangan dimana IPC bertugas untuk memastikan apakah
bahan yang ditimbang oleh operator sudah sesuai dan jumlahnya juga sudah sesuai
2. Pada saat proses pencampuran dimana IPC bertugas untuk memastikan apakah
bahan yang akan dicampur sudah benar
3. Pada saat pengambilan sampel di mixing tank untuk memastikan apakah bahan yang
dicampur sudah homogen
4. Pada saat granul sudah dikeringkan dengan menggunakan fluid bed dryer, IPC
melakukan pengambilan sampel untuk dicek kadar airnya
5. Setelah dilakukan lubrikasi, IPC melakukan pengambilan sampel untuk diuji kadar
bahan aktifnya
6. Pada saat pencetakan tablet, IPC melakukan pengambilan sampel untuk diuji bobot,
waktu hancur, kerapuhan dan kekerasan
7. Pada saat pengujian produk ruahan dimana IPC melakukan pengujian identifikasi,
disolusi, waktu hancur, keragaman bobot, keseragaman kandungan dan kadar bahan
aktif
8. Pada saat dilakukan striping, IPC melakukan uji kebocoran, pemastian kebenaran
no batch, tanggal kadaluarsa dan HET
IPC juga memastikan kebenaran dus, nomor batch, tanggal kadaluarsa, HET dan MD pada
kemasan sekunder. Kemudian obat yang sudah diletakkan di gudang karantina oleh IPC
juga dilakukan pemeriksaan kebenaran kemasan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, HET, isi
dus, berat, nomor kontrol dan nomor boks.

63
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

Pada bidang pemastian mutu, apoteker bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
persyaratan mutu telah terpenuhi. Pemastian mutu menerapkan prinsip CPOB yaitu
manajemen mutu, personalia, inspeksi diri, audit mutu dan audit persetujuan pemasok,
penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk kembali, dokumentasi
dan validasi dan kualifikasi.
Manajemen mutu yang dimaksud adalah perlu adanya rencana yang didesain
sedemikian rupa dan tersistematis sehingga obat yang dibuat oleh industri farmasi
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Selain itu, industri farmasi memerlukan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah memadai, memahami tanggung jawab masing-masing, memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Bagian pemastian mutu juga melakukan inspeksi diri dengan tujuan mengevaluasi
apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB. Inspeksi diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten
dan dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus misalnya terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Selain dilakukan inspeksi diri juga
dilakukan audit mutu dan audit pemasok. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya sedangkan audit pemasok dilakukan untuk member persetujuan pemasok
yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan dan dilakukan evaluasi terhadap pemasok sebelum
pemasok disetujui serta setelah disetujui tetap dievaluasi secara rutin.
Pemastian mutu juga menangani keluhan dan penarikan produk kembali. Pemastian
mutu menangani segala keluhan terkait kerusakan obat dan dapat melakukan penarikan
produk kembali dengan menunjuk personil yang bertanggung jawab dalam hal-hal tersebut.
Selain itu pemastian mutu juga melakukan pengendalian dokumen yang bertujuan untuk
memastikan bahwa semua dokumentasi dan data (termasuk media elektronik dan dokumen

64
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

dari luar, misalnya standar internasional yang digunakan) yang mempengaruhi mutu produk
dan pelayanan dikendalikan.

Apoteker bagian pemastian mutu juga harus melakukan validasi metode untuk
memastikan bahwa produksi obat bersifat reproducible dan kontinyu. Pada saat ini, PT
Aditama Raya Farmindo sedang melakukan proses validasi proses untuk pembuatan
sediaan parasetamol. Kami ikut mengamati kegiatan validasi proses tersebut. Pada saat
validasi proses dilakukan kegiatan produksi yang sesuai prosedur yang sama pada saat akan
dilakukan produksi yang sebenarnya, perbedaannya adalah pengambilan sampel lebih
banyak pada saat validasi proses, seperti pengambilan sampel pada saat pencampuran pada
mixing tank sebanyak 10 titik pada saat validasi proses pada setiap lot dan sebanyak 3 titik
setiap 3 batch pada saat proses produksi yang sesungguhnya. Pada saat produksi hanya
dilakukan pada 3 titik sebab pada saat validasi proses sebelumnya sudah dipastikan bahwa
hasilnya sudah reproducible dan kontinyu sehingga pada saat produksi hanya dilakukan
untuk monitoring saja. Selain validasi metode, alat yang digunakan juga harus
terkualifikasi. Kualifikasi yang dilakukan sesuai dengan CPOB yaitu meliputi kualifikasi
desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Pemastian mutu melakukan kegiatan Corrective Action Preventive Action (CAPA).
CAPA dilakukan ketika terjadi sesuatu masalah dan dilakukan pengatasahn masalah
maupun ketika belum ada masalah namun sudah dipikirkan solusinya. Tujuan CAPA
adalah Membantu memperbaiki implementasi sistem , perbaikan berkesinambungan
(continous improvement) / perencanaan tindakan perbaikan untuk mencapai pemenuhan
implementasi CPOB dan membantu pemenuhan persyaratan regulatori, dalam beberapa
kasus CAPA merupakan respons terhadap hasil audit (termasuk audit dari yang berwenang)
sehingga kebenaran atau akurasi dan ketepatan pelaksanaannya adalah sangat penting
(crucial).
Pada saat PKP kami juga mengikuti kegiatan plant tour di area sarana penunjang
yaitu Sistem Pengolahan Air (SPA), Boiler, HVAC dan Compressor. Pada saat plant tour
kami mendapat penjelasan terkait apa fungsi sarana penunjang tersebut dan bagaimana cara
kerjanya. SPA merupakan sistem pengolahan air untuk pembuatan air murni dan air untuk
injeksi. Boiler merupakan alat yang bekerja dengan menghasilkan panas yang biasa

65
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

digunakan untuk pengeringan granul pada Fluid Bed Dryer. Compressor bekerja
menghasilkan udara tekan. Compressor yang digunakan di PT Aditama Raya Farmindo
bersifat oil free. Alat ini digunakan pada proses pencampuran di mixing tank untuk
menggerakan rotor.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang sudah kami dapatkan diatas diharapkan PKP
ini dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa yaitu dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang industry farmasi selain itu kami juga mampu melihat secara
langsung bagaimana penerapan CPOB di industri farmasi. Setelah PKP ini diharapkan kami
sudah dapat mengetahui tentang bagaimana peran apoteker di industri farmasi sehingga
kami telah siap ketika terjun ke dunia pekerjaan.

66
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktek kerja profesi apoteker di PT. Aditama Raya Farmindo dapat diambil
kesimpulan sebagai berkut :
1. Setiap industri farmasi harus menerakan CPOB sebagai penjaminan mutu dari produk
yang dihasilkan. PT. Aditama Raya Farmindo telah menerapkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspeknya, yang meliputi aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan
obat kembalian, dan dokumentasi.
2. Mahasiswa PKPA memperoleh gambaran mengenai industri farmasi, penegtahuan
dan pengalaman mengenai penerapan aspek CPOB di industri farmasi. Serta
mengetahui peran Apoteker dalam industri farmasi, yaitu Apoteker sebagai kepala
produksi, kepala bagian pengawasan mutu (QC) dan kepala bagian pemastian mutu
(QA). Selain itu,

5.2 Saran

Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aditama Raya Farmindo,
maka diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Evaluasi terhadap penerapan CPOB perlu dipertahankan untuk memastikan bahwa
mutu produk yang dihasilkan tetap terjaga.
2. Diharapkan hubungan kerjasama antara PT. Aditama Raya Farmindo dengan
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga selalu berjalan baik dalam rangka untuk
melatih pemahaman para calon apoteker mengenai penerapan CPOB dalam industri
farmasi.

67
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI.

Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Presiden RI.

Priyambodo, B., 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

68

Anda mungkin juga menyukai