BAB I
PENDAHULUAN
ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penerapan CPOB di Industri Farmasi
yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab
sebagaimana juga dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan tempat
diselenggarakannya kegiatan kesehatan sesuai dengan keahlian yang bersangkutan,
termasuk didalamnya adalah seorang Apoteker.
Terkait dengan pemenuhan aspek CPOB, industri farmasi bertanggung jawab untuk
menyediakan personil termasuk personil kunci yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Personil kunci dalam industri farmasi
hendaklah seorang Apoteker yang profesional dan kompeten di bidangnya. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, seorang apoteker dituntut mampu mengabdikan dan menerapkan basis
keilmuannya di berbagai ruang lingkup kerja, salah satunya di bidang industri farmasi.
Seorang apoteker dituntut untuk memahami konsep CPOB baik teoritis maupun praktis,
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai fungsi dan peranannya dalam
menerapkan aspek manajerial organisasi dan administrasi dalam pelaksanaan CPOB, serta
mengerti segala aspek permasalahan yang terjadi di industri farmasi, terutama yang
berkaitan langsung dengan profesi apoteker.
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
(UNAIR) telah bekerja sama dengan PT. Aditama Raya Farmindo untuk menyelenggarakan
Praktek Kerja Profesi. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017
hingga 30 November 2017 . Praktek Kerja Profesi di industri farmasi ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan praktis kepada mahasiswa calon apoteker tentang pekerjaan
kefarmasian di industri dengan penerapan CPOB serta diharapkan mampu bersaing dalam
dunia karier melalui bekal ilmu yang sudah didapatkan melalui PKP Industri yang telah
dilaksanakan.
2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
2. Mengetahui dan memahami ruang lingkup profesi secara teori dan praktek
sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai peranan apoteker
di industri farmasi.
3. Mengamati dan diharapkan mampu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang
Baik ketika berkarir dalam industri farmasi.
3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo Surabaya ( 9 Oktober 30 November 2017 )
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Direktur Utama
Spv.
Manajer Produksi Manajer Pengawasan Mutu (QC) Manajer Pemastian Mutu (QA) Gudang
1, 2 , 3
Spv. Prod. Spv.Prod. Spv.Prod. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv.
Liquida Liquida Solida IPC Kimia Mikrobiologi PMP & BA & BE, Kualifikasi &
Steril NonSteril TREN HULS, Validasi
TMS
6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Manajer Produksi
1. Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat agar memenuhi persyaratan
kualitas yang ditetapkan.
2. Menjamin bahwa pelaksanaan proses produksi memenuhi CPOB.
3. Menyusun rencana produksi, bersama dengan manajer pemasaran.
4. Monitor terhadap Out Of Specification (OOS) dan penelusurannya.
b. Manajer QA
1. Mereview dan menyetujui dokumen yang berhubungan dengan kualitas.
2. Menjamin bahwa hanya personal yang qualified dan sudah ditraining yang
menghandle aktivitas QA.
3. Menjamin bahwa semua dokumen yang berhubungan dengan Quality Management
dapat dikontrol.
4. Monitor terhadap efficiency dan compliance dari penerapan CPOB.
5. Menjamin Quality Complaint dan penanganannya.
6. Monitor penyimpangan dan penyelesaian Corrective and prevention Action
(CAPA).
7. Monitor sistem pengendalian perubahan dan penyelesaian CAPA.
8. Menjamin peralatan/mesin yang digunakan di laboratorium dan produksi termasuk
sistem yang kritis harus sudah dikualifikasi.
9. Monitor kualitas produk sampai batas kadaluwarsa.
10. Melakukan inspeksi diri setiap 6 bulan.
11. Menjamin bahwa Annual Product Review (APR) dibuat sesuai dengan data yang
ada serta melakukan evaluasi terhadap APR tersebut.
12. Monitor efisiensi product recall dengan melakukan mock recall.
13. Mereview test report (bahan baku dan bahan kemasan) dan produk.
c. Manajer QC
1. Menjamin bahwa sistem sampling sesuai dengan petunjuk sampling yang ada di
CPOB.
2. Menjamin dimana tes IPC sesuai dengan Petunjuk CPOB.
7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
2.3 Setiap ruangan yang berbeda persyaratan kebersihan hendaknya dipisahkan dengan
ruang penyangga atau ruang antara.
2.4 Toilet tidak terbuka langsung ke daerah non produksi dan dilengkapi dengan
ventilasi yang baik (tidak ada toilet didalam ruang produksi )
2.5 Setiap ruangan produksi tidak mempunyai pintu yang berhubungan dengan ruangan
lain, tapi berhubungan dengan koridor, kecuali pintu darurat.
Ruangan produksi yang terletak dilantai dua terdiri dari :
Ruangan produksi sediaan solida (tablet, kaplet dan kapsul)
- Ruangan penimbangan
- Ruangan pembuatan mucilago
- Ruang pencampuran dan granulasi
- Ruangan v-mixer
- Ruangan cetak tablet
- Ruangan drum mixer
- Ruangan filling kapsul
- Ruangan coating
- Ruangan IPC
- Ruang karantina produk antara
- Ruang karantina produk ruahan
- Ruang pengemasan primer (strip blister)
- Ruang pembersihan alat
- Ruang kerja supervisor produksi solida
Ruangan produksi sediaan liquida non steril (sirup, suspensi)
- Ruang cuci botol, ruang pencampuran bahan
- Ruang filling, capping
Bangunan yang kegiatannya berhubungan langsung dengan daerah luar:
- Penerimaan dan penyimpanan (gudang) bahan awal (bahan baku, bahan pembantu)
dan bahan pengemas.
- Keluar masuknya karyawan.
- Tempat ganti pakaian atau seragam
12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Barang datang
Di Uji Bagian QC
Lulus (Label Hijau)
Tidak Lulus (Label Merah)
Produksi
Keluar Pabrik
(Pasaran)
Area Penyimpanan
Terjadi Recall
Produk Recall
3.2.1 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Baku Obat dan Bahan Pengemas
Bahan baku obat terdiri dari bahan aktif farmasi dan bahan tambahan (eksipien).
Bahan pengemas adalah tiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses
pengemasan obat tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi
atau keperluan pengiriman ke luar pabrik. Kemasan terdiri dari kemasan primer dan
kemasan sekunder. Perencanaan dan pengadaan bahan untuk produksi obat dilakukan oleh
Production Planning And Inventory Control (PPIC) dengan berkoordinasi dengan
supervisor gudang.
16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Kembali ke Ruang
Supplier Penyimpanan
Gambar 3.2 Alur Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
melakukan pengisian formulir catatan penerimaan dan pemeriksaan bahan baku atau
bahan kemas berupa nama bahan, nomor batch, kode barang, jumlah barang yang datang,
pabrik pembuat, PBF atau supplier, tanggal penerimaan bahan, tanggal kadaluarsa.
Formulir tanda terima ini merupakan laporan yang kemudian diserahkan ke bagian QC
beserta COA bahan. Barang pada ruang penerimaan diberi label KARANTINA (label
kuning) oleh bagian QC kemudian disimpan dalam gudang karantina selama waktu
pengujian oleh QC.
Bila hasil uji sampel tersebut memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka
diberi label DILULUSKAN (label berwarna hijau) dan selanjutnya disimpan di gudang
penyimpanan bahan awal dan gudang bahan pengemas yang memenuhi persyaratan suhu
dan kelembaban serta kondisi penyimpanan (seperti harus diletakkan di atas palet, bahan
baku tidak boleh diletakkan menempel di tembok) harus sesuai dengan yang telah
ditetapkan untuk memastikan mutu bahan tersebut. Bila ditemukan ketidaksesuaian
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, maka diberi label DITOLAK (label merah) dan
kemudian dikembalikan ke supplier.
18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
diproduksi itu meliputi nama produk, besar ukuran batch, nama dan jumlah bahan awal,
serta nomor batch.
19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
4. Kelembaban nisbi
Untuk pengemasan sekunder: tidak ditetapkan
Untuk ruang masuk karyawan: tidak perlu
5. Pertukaran udara per jam untuk ruang pengemasan dan ruang masuk karyawan:
tidak perlu.
Ruangan ini digunakan untuk proses pengemasan sekunder dan ruang masuk
karyawan
h. Ruang Kelas G
1. Jumlah maksimum cemaran partikel saat non opersional dan saat operasional : 5
m dan 0,5 m tidak ditetapkan
2. Pertukaran udara tidak ditetapkan
3. Suhu : suhu kamar
Ruangan ini merupakan ruangan untuk ruang penerimaan bahan awal dan obat jadi,
ruang ganti pakaian, ruang istirahat, kantin, daerah penerimaan bahan awal, gudang,
dan toilet.
Hot Water Tank digunakan untuk memanaskan air yang akan digunakan
untuk membuat mucilago. Pembuatan mucilago menggunakan air jenis purified
water. Sistem pemanasan alat ini dengan menggunakan heater.
3. Super Mixer
Super mixer digunakan untuk pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan
dalam keadaan kering, dan juga untuk pencampuran mucilago ke dalam campuran
kering. Alat ini terdiri dari mixing bowl yang berguna sebagai wadah pencampuran
bahan, agigator kecepatan tinggi yang berputar di dasar mixing bowl yang berfungsi
untuk meratakan campuran bahan yang berada di atas dan di bawah mangkuk, serta
pisau pemotong (chopper) yang berada di dinding samping mangkuk yang
berfungsi untuk memecah bongkahan dan agregat yang terbentuk sehingga
homogenitas campuran bahan dapat tercapai.
4. Oscillating Granulator
Oscillating granulator adalah mesin yang digunakan untuk mengayak
campuran basah dan kering menjadi granul dengan ukuran tertentu yang telah
ditetapkan. Mesin ini terdiri dari ayakan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda
sesuai dengan ukuran granul yang diinginkan. Mesin ini juga digunakan untuk
memperkecil ukuran granul menjadi ukuran yang diinginkan setelah granul
melewati proses pengeringan di Fluid Bed Dryer.
5. Fluid Bed Dryer (FBD)
Fluid bed dryer digunakan untuk proses pengeringan granul basah yang
dihasilkan dari oscillating granulator. Container pengering untuk tempat granul
pada mesin ini dilengkapi dengan roda untuk memudahkan memasukkan dan
mengeluarkan granul yang dikeringkan. Mesin ini bekerja dengan cara menghisap
udara bebas oleh blower lalu disaring dengan pre filter dan medium filter, kemudian
masuk melalui evaporator steam sehingga udara menjadi panas, kemudian udara
masuk lewat HEPA Filter 99,99%. Udara difilter lagi dengan kasa FBD (300) yang
kemudian kontak dengan granul. Pre Filter dan Medium Filter dibersihkan setiap 6
bulan sekali dan setelah 5 tahun diganti dengan yang baru. Filter kasa diganti
apabila robek. Suhu dan waktu pengeringan merupakan parameter kritis pada FBD.
6. V-Mixer
V-Mixer adalah alat yang digunakan untuk proses lubrikasi granul kering.
Prinsip kerja V-Mixer yaitu mencampur bahan kering dengan proses pemutaran
mesin yang dilakukan secara terus-menerus dengan kecepatan dan waktu tertentu.
Kecepatan dan waktu pencampuran merupakan parameter kritis pada V-Mixer.
7. Mesin Cetak Tablet/Kaplet
Sebelum proses pencetakan perlu dilakukan penyesuaian tekanan punch dan
katup hopper pada mesin cetak. Bagian-bagian mesin antara lain :
- Hopper : tempat penampungan sementara granul kemudian dialirkan dalam
dyes untuk dicetak
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
b. Proses Produksi
PT. Aditama Raya Farmindo memproduksi bentuk sediaan padat yaitu
tablet/kaplet lebih banyak dengan cara granulasi basah. Bahan awal disiapkan di ruang
kelas E. Bahan awal yang akan digunakan diperiksa kesesuaian nama bahan, jumlah,
tanggal kadaluarsa dan nomor bets bahan yang telah tercantum dalam label kelulusan
dari QC dengan yang tercantum pada kemasan bahan awal. Setelah dipastikan sesuai
maka bisa dilakukan penimbangan bahan awal di ruang penimbangan (ruang kelas E).
Dalam ruang penimbangan hanya boleh ada satu bahan awal untuk satu produk. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Titik kritis pada proses
penimbangan adalah nama bahan dan jumlah bahan yang ditimbang. Apabila
diperlukan mucilago, dilakukan pembuatan mucilago dilakukan di ruang kelas E. Titik
kritis dalam proses ini adalah jumlah air dan suhu air yang digunakan. Air yang
24
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
digunakan yaitu air (purified water) yang telah melalui proses pemurnian air yaitu
reverse osmosis.
Pencampuran bahan aktif serta bahan tambahan dilakukan di ruang kelas E.
Proses pencampuran menggunakan mesin Super Mixer dengan cara memasukkan
semua bahan ke dalam super mixer. Setelah pencampuran dilakukan IPC dengan
pengujian kadar untuk mengetahui homogenitas campuran bahan. Proses pencampuran
dilanjutkan dengan memasukkan mucilago (bila diperlukan). Setelah dilakukan
pencampuran dengan kecepatan dan waktu sesuai spesifikasi, hasil pencampuran
diayak menggunakan mesin Oscillating Granulator menghasilkan granul basah.
Granul basah selanjutnya dikeringkan dengan Fluid Bed Dryer dalam suhu dan
waktu tertentu hingga diperoleh kelembaban yang diinginkan. Sebelum dilakukan
reduksi ukuran granul menggunakan mesh ukuran tertentu, granul yang telah
dikeringkan dicek kadar air oleh petugas IPC. Setelah proses reduksi ukuran granul
dilakukan, dilakukan penimbangan bobot granul. Granul kemudian dilubrikasi dengan
alat V-Mixer dalam waktu tertentu. Pada akhir proses lubrikasi granul disimpan di
ruang antara dan dilakukan pemeriksaan kadar bahan oleh petugas IPC untuk
memastikan homogenitas granul. Sebelum dicetak granul yang sebelumnya disimpan
dicek kadar air untuk memastikan tidak ada perubahan selama penyimpanan.
Granul yang telah lulus pengujian siap untuk dicetak menggunakan mesin cetak
yang telah dilakukan penyesuaian sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Tablet/kaplet yang telah dicetak harus memenuhi persyaratan bobot, ukuran,
kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, dan disolusi. Selama proses pencetakan
berlangsung, dilakukan pemeriksaan oleh petugas IPC meliputi keragaman bobot,
kerapuhan, kekerasan, waktu hancur dan ukuran dari tablet/kaplet. Jika diperlukan
dilakukan penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut dengan IPC antara lain
pemeriksaan organoleptis, keragaman bobot, disolusi, waktu hancur dan keseragaman
kandungan. Setelah proses ini selesai dilakukan penimbangan produk obat oleh petugas
IPC.
Sebelum dikemas, produk obat dicek suhu, kelembaban, nama produk, nomor
bets dan jumlah yang ditimbang oleh petugas IPC. Setelah dipastikan memenuhi
spesifikasi tablet/kaplet siap untuk dikemas. Pengemasan dapat dilakukan dengan
mesin stripping atau mesin blister. Pada proses pengemasan dilakukan pengujian
kebocoran strip dan blister dengan menggunakan vacuum tester oleh petugas IPC.
25
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Granulasi
Oscilating Granulator
Reduksi
Oscilating Granulator
Coating Bobot
Mesin Coating
Identifikasi, disolusi, waktu hancur,
Produk Ruahan
keragaman bobot, keseragaman
Karantina
kandungan, kadar bahan aktif
26
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
27
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
6. Mesin Blister
Mesin blister digunakan untuk mengemas produk ke dalam kemasan primer
yang berbentuk blister. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat diatur
sesuai dengan spesifikasi kemasan yang telah ditentukan.
b. Proses Produksi
Proses produksi kapsul dimulai dari penimbangan, pencampuran, filling hingga
pengemasan primer. Bagian In Proses Control (IPC) melakukan pengecekan dan
pengujian untuk tiap-tiap tahapan proses produksi. Sebelum dilakukan proses produksi,
petugas IPC memeriksa temperatur, kelembaban ruangan, serta label bersih pada
ruangan dan alat yang akan digunakan.
Bahan baku obat (BBO) yang telah dinyatakan lulus oleh bagian QC ditimbang
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan pada formula di ruang penimbangan dengan
disaksikan oleh petugas IPC. Kemudian dilakukan proses pencampuran kering bahan
obat dan bahan tambahan dalam drum mixer dengan memperhatikan titik kritisnya yaitu
waktu dan kecepatan pencampuran. Parameter yang diperiksa oleh IPC adalah
homogenitas kadar bahan aktif dalam campuran. Campuran yang telah memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan siap diisikan ke dalam cangkang kapsul yang
sebelumnya telah dinyatakan lulus oleh QC.
Pada awal pengisian, dilakukan penyesuaian pada filling machine terlebih dahulu
untuk mendapatkan bobot yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Petugas
IPC melakukan uji keragaman bobot kapsul secara berkala. Setelah proses pengisian
cangkang kapsul selesai, dilakukan proses polishing untuk membersihkan debu yang
menempel pada bagian luar cangkang kapsul. Produk ruahan yang dihasilkan dikarantina
dan dilakukan pemeriksaan organoleptis, keragaman bobot, keseragaman kandungan,
waktu hancur dan disolusi. Kapsul yang telah dinyatakan lulus selanjutnya dikemas.
Seluruh proses yang dilakukan selama produksi, mulai dari penimbangan, pencampuran,
pengisian cangkang, sampai pada pengemasan didokumentasikan dalam catatan batch.
28
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Keragaman bobot,
Pengisian Kapsul
Filling Machine waktu hancur,
disolusi, kadar
Polishing Kapsul
Polishing Machine
Distribusi
29
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
30
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Pencampuran
Mixing Tank dan Kadar bahan aktif, pH
Homogenizer larutan, viskositas
Produk Ruahan
(Storage Tank)
Keseragaman volume
Filling dan
Capping
Uji kebocoran
Kebenaran dus, no
Pengemasan Sekunder
batch, expired date,
Manufacturing date,
Karantina - Gudang HET
Distribusi
31
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
32
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Reduksi Ukuran
Partikel
Colloid Mill
Pencampuran
Mixing tank dan Kadar bahan aktif,
Homogenizer viskositas, pH
Produk Ruahan
Karantina
(Storage Tank)
Kebenaran dus, no
Pengemasan Sekunder
batch, expired
dateManufacturing
Karantina - Gudang date, dan HET
Distribusi
33
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
3.3.5 Pengemasan
Pengemasan masuk ke dalam proses produksi. Pengemasan produk menjadi hal
yang penting yang tercantum juga dalam CPOB. Kegiatan pengemasan berfungsi
membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah
dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan
mutu produk akhir yang dikemas.
Proses pengemasan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan
pengemasan, dan penyerahan hasil pengemasan. Pada tahap persiapan pengemasan,
begian pengemasan menuliskan bon permintaan bahan pengemas sesuai dengan jenis obat
dan jumlah yang akan dikemas, dan disetujui olah supervisor bagian pengemasan. Setelah
bahan pengemas diambil dari gudang, dicek kembali bahan yang diambil, jumlahnya dan
adanya label kelulusan dari bagian QC.
Pada tahap pelaksanaan pengemasan, sebelum memulai proses pengemasan yang
perlu diperhatikan adalah kebersihan ruangan terhadap kemasan sekunder maupun tersier
untuk produk selain yang dikerjakan, kemudian dilakukan pemberian nomor batch dan
expiration date pada kemasan sekunder, tersier dan pada etiket.
a. Botol
Botol diberi etiket kemudian dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yang
telah dilengkapi brosur. Kemasan sekunder disegel pada bagian atas, bawah, kanan,
dan kiri kemudian dimasukkan ke dalam karton yang telah dilengkapi identitas
sediaan, meliputi nama obat, nomor batch, expiration date, volume, dan tanggal
dilakukan kontrol.
b. Strip/Blister
Strip/blister diberi etiket, kemudian dimasukkan ke dalam box yang telah
dilengkapi brosur. Jumlah strip/blister yang dimasukkan ke dalam box disesuaikan
dengan ketentuan. Box disegel pada bagian atas, bawah, kanan, dan kiri. Box yang
telah disegel, dimasukkan ke dalam karton yang telah dilengkapi identitas dari
sediaan, meliputi nama obat, nomor batch, expiration date, bobot dan tanggal
dilakukan kontrol.
34
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
c. Batch Counter
Produk dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi etiket. Wadah
plastik disegel dan ditutup dengan cara menekan kuat penutupnya. Wadah plastik
dimasukkan ke dalam dus yang telah dilengkapi identitas dari sediaan, meliputi
nama obat, nomor batch, expiration date, bobot dan tanggal dilakukan kontrol.
Setiap jumlah karton yang digunakan untuk tiap batch, dihitung dan dicatat. Hasil kemas
ditulis pada bon hasil produksi dan buku pengemasan. Sisa hasil kemas dilaporkan kepada
supervisor kemasan. Untuk sisa kemasan ini akan diperiksa lagi oleh bagian QC, jika
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, dikembalikan ke gudang dengan
menggunakan bon pengembalian dan akan digunakan pada nomer batch selanjutnya.
Setelah pengemasan selesai dilakukan penimbangan terhadap kardus untuk
mengetahui apakah bobotnya sudah sesuai dengan yang dispesifikasikan, kemudian
dikarantina. Setelah mendapat persetujuan dari bagian QC, kardus dipindahkan ke gudang
obat jadi.
Penyerahan hasil kemas dilakukan oleh petugas pengiriman. Bagian pengemasan
menyerahkan obat jadi ke petugas pengiriman obat jadi disertai dengan paraf pada buku
pengemas. Jumlah dihitung dan harus sesuai dengan yang tertera pada bon hasil
pengemasan. Petugas pengiriman obat jadi menyerahkan ke bagian gudang obat jadi dan
diperiksa kesesuaian jumlah dengan bon hasil produksi dan diparaf, disaksikan petugas
pengiriman obat jadi. Pengiriman obat jadi ke gudang PBF menjadi tanggung jawab
gudang obat jadi.
35
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
36
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
37
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
38
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
b. Keluhan produk
Keluhan terhadap produk dan Laporan Keluhan terhadap obat dapat menyangkut mutu,
efek samping yang merugikan atau masalah efek terapi. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan di-evaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan yang dilakukan meliputi menjawab
keluhan, mengambil tindakan pencegahan dan pengamanan yang lain (perubahan
komposisi formula, perbaikan proses produksi, perubahan kondisi penyimpanan),
Penarikan produk. Semua keluhan harus didokumentasikan dan disimpan dengan baik.
c. Produk kembalian
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa, atau alasan lain misalnya
kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu,
jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk kembalian dapat dikategorikan :
Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan.
Produk kembalian yang dapat diproses ulang.
Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Salah satu tindak lanjutnya adalah pemusnahan obat,
Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.
Bila produk harus dimusnahkan, harus ada dokumentasi yang mencakup berita
acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang
melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan.
6. Pengkajian mutu produk
Pengkajian dilakukan secara berkala untuk membuktikan konsistensi proses
produksi dan kesesuaian spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi.
Kajian Mutu Produk berisi kajian terhadap :
Bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang
dipasok dari sumber baru
39
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
40
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
inspeksi, recalls, complaints, apr, change controls, training, management review dan batch
record.
Corrective Action merupakan tindakan perbaikan terhadap suatu masalah yang telah
terjadi. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki masalah, memodifikasi
sistem mutu agar proses yang menyebabkan masalah tersebut dapat dikendalikan dan
dimonitor agar tidak terulang kembali, dan bersifat reaktif. Masalah dapat berasal dari
laporan oleh pihak eksternal atau internal. Sedangkan Preventive Action merupakan
tindakan pencegahan dengan mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menimbulkan
masalah sehingga dapat mencegah masalah menjadi kenyataan. Tindakan yang dilakukan
bersifat proaktif
Berikut adalah langkah dalam proses CAPA :
1. Identifikasi menjelaskan masalah sejelas-jelasnya
2. Evaluasi mengkaji secara menyeluruh dan dampaknya
3. Investigasi menguumpulkan data, susun rencana investigasi
4. Analysis mencari akar masalah, lakukan analisa secara seksama
5. Rencana Tindakan membuat daftar dari tindakan yang perlu dilakukan
6. Implementasi melaksanakan rencana tindakan
7. Tindak lanjut dan verifikasi melakukan verifikasi dan kaji efektifitasnya
41
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
42
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
43
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
44
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
45
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
2. Uji potensi
Uji potensi ini dilakukan pada produk jadi yang mengandung antibiotika dan bahan
baku obat yang mengandung antibiotika. Dilakukan untuk mengetahui aktivitas daya
hambat bahan antibiotika terhadap mikroba. Metode untuk uji potensi ada dua cara, yaitu
metode lempeng silinder (cylinder cup) dan metode turbidimetri (menggunakan tabung).
Metode yang digunakan di PT. Aditama Raya Farmindo adalah dengan menggunakan
metode lempeng silinder (cylinder cup) yang merupakan metode yang didasarkan pada
kemampuan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam suatu media. Untuk
menentukan potensi antibiotika dalam sediaan, dilakukan dengan cara membandingkan
diameter hambatan antibiotika sediaan uji dengan diameter hambatan sediaan standar yang
telah diketahui potensinya. Cara pengujiannya :
a. Disuspensikan bakteri dari stok bakteri dengan NaCl 0,9% steril ke dalam botol
yang sudah disterilkan.
b. Diukur transmitan pada = 580 nm sehingga %T = 25 1% dan NaCl 0,9%
sebagai blanko.
Jika %T < 24% artinya suspensi terlalu pekat (bakteri terlalu banyak) sehingga
perlu diencerkan dengan NaCl 0,9% steril.
Jika %T > 26% artinya bakteri terlalu sedikit sehingga perlu ditambahkan
bakteri.
c. Bakteri yang telah disuspensikan tersebut diinokulasikan ke dalam media steril
dengan suhu 45-55C.
d. Dituang ke dalam cawan petri secara aseptis.
e. Diletakkan 6 buah cylinder cup pada setiap cawan petri (3 untuk larutan uji dan 3
untuk larutan standar)
f. Ke dalam masing-masing cylinder cup dimasukkan 0,1 ml larutan standar dengan 5
konsentrasi yang berbeda, dimana masing-masing konsentrasi untuk 1 cawan.
g. Dilakukan triplo sehingga dibutuhkan total 15 cawan petri untuk satu batch.
46
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
47
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
48
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Air difiltrasi dengan membrane 0.45 m dan membrane ditanamkan pada media
MCA. Diinkubasi pada suhu 30 C selama 24 jam. Hitung koloni yang tumbuh
(cfu/100 mL)
5. Uji Batas Mikroba
Uji batas mikroba dilakukan untuk menentukan jumlah mikroba aerob pada bahan
tambahan yang berasal dari alam, seperti amilum, cangkang kapsul, laktosa dan lainnya,
atau yang dipersyaratkan pada Farmakope Indonesia seperti Mg Stearat. Sebelum
melakukan uji batas mikroba terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah zat yang diuji tidak menghambat pertumbuhan mikroba yang
terdapat dalam zat uji itu sendiri. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak ada pertumbuhan
mikroba, maka pengujian tersebut tidak berlaku dan perlu dilakukan modifikasi prosedur.
Bila hasil pengujian menunjukkan ada pertumbuhan mikroba, maka dilanjutkan dengan uji
angka mikroba aerob total.
a. Uji Pendahuluan, untuk mengetahui apakah zat yang akan diuji mempunyai daya
bakterisida.
10 gram zat uji dilarutkan ke dalam 100 ml media TSB.
Dipipet 1 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml larutan TSB steril.
Diinokulasikan mikroba Staphyllococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, dan Salmonella dalam tabung yang berbeda.
Diinkubasi pada suhu 30-35C selama 24 jam dan diamati kekeruhannya.
b. Uji Angka Mikroba Aerob Total
Metode Lempeng
Untuk sampel yang larut dalam media TSB (misalnya cangkang kapsul,
Saccharum lactis).
- 10 gram sampel dilarutkan dalam 100 ml media TSB.
- Dipipet 1 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam cawan petri dan
ditambahkan 15 ml media TSA steril.
- Diinkubasi pada suhu 30-35C selama 24-48 jam dan dihitung jumlah koloni
yang ada.
49
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
50
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
- Masing masing larutan dari standar yang sudah diencerkan, air bebas pirogen
dan sampel, dipipet 0,2 ml dan dimasukkan dalam masing-masing tabung single
test pyrotel LAL 0,25 EU/ml (USP).
- Di vortex selama 1-2 detik, kemudian diinkubasi pada suhu 37 1C selama 60
2 menit.
- Dilakukan pemeriksaan dengan cara membalik tabung reaksi 180 dengan hati-
hati. Hasil dikatakan positif jika terbentuk gel yang stabil.
7. Uji Efektifitas Pengawet Antimikroba
Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk
melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan terutama
pada wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi. Zat antimikroba
tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viable
sebagai pengganti cara produksi yang baik. Bagaimanapun juga dapat timbul
keadaan yang memerlukan penggunaan pengawet untuk menekan
perkembangbiakan mikroba. Harus diakui bahwa adanya mikroba yang telah mati
atau hasil metabolisme mikroba yang hidup dapat menimbulkan efek negatif pada
orang yang peka.
Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat
antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara
maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar
pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan
keracunan pada manusia.
Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukkan efektivitas pengawet
antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar
atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung dan
mata yang dicantumkan pada etiket produk. Pengujian dan persyaratan hanya
berlaku pada produk di dalam wadah asli belum di buka yang di didistribusikan
oleh produsen.
Mikroba uji yang digunakan untuk biakan mikroba adalah sebagai berikut :
51
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
52
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
yang tertera pada Uji Batas Mikroba untuk menetapkan penurunan viabilitas.
Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi, gunakan
media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yang digunakan.
Prosedur jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum
suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika
wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel ke
dalam masing-masing 5 tabung baktereiologik bertutup, berukuran sesuai dan
steril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi
mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml
sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan
sedemikian rupa hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelah
inokulasi adalah antara 100.000 per ml. Tetapkan jumlah mikroba viable di dalam
tiap suspensi inokula dan hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang di uji
dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah diinokulasi pada
suhu 20 sampai 25. Amati wadah atau tabung pada hari ke 7,ke 14,ke 21 dan ke
28 sesudah inokulasi. Catat tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah
mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan
menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubahan
kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian.
Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif jika :
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0.1 %
dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau
kurang dari jumlah awal.
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap
atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
53
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
54
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
3.6.2 Boiler
Boiler merupakan sarana penunjang yang berfungsi untuk menghasilkan panas
yang berupa uap panas (steam) hasil pemanasan air dalam mesin. Uap panas yang
dihasilkan digunakan untuk seluruh rangkaian proses di industri farmasi yang
memerlukan pemanasan. Air yang sudah diklorinasi dialirkan ke filter salcon yang berisi
resin. Kemudian air ditampung pada tangki feed water kemudian dipompa ke. Air dalam
boiler dipanaskan selama kurang lebih 1 jam, dan uap yang terbentuk ditampung dalam
tangki bejana tekan, kemudian dialirkan ke ruang produksi. Tangki penampungan juga
dilengkapi dengan pipa pembuangan untuk mengeluarkan uap yang terkondensasi.
3.6.3 Compressed Air System
Compressed air system merupakan sistem udara bertekanan yang bersifat bebas
minyak (oil free) dan di dalam alat terdapat saringan yang berfungsi untuk mencegah
masuknya debu ke dalam alat yang dapat mengkontaminasi produk yang dihasilkan.
Sistem ini banyak digunakan untuk fasilitas penunjang peralatan-peralatan yang ada di
ruang produksi yang memerlukan udara tekan seperti super mixer, Fluid Bed Dryer
(FBD), mesin cetak tablet atau kaplet.
Oil free compressor yang digunakan terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. Kompresor sebagai penghasil udara tekan
2. Filter. Digunakan untuk menyaring partikel-partikel yang ada di udara tekan
3. Refirgerant dryer. Digunakan untuk mengeringkan udara.
4. Bejana tekan (bejana penampungan)
5. Desicant + dryer
6. Filter 0,2m
7. Filter karbon
Setelah melewati proses-proses di atas barulah udara tekan dialirkan ke ruangan-ruangan
yang membutuhkan udara tekan.
55
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
dengan cukup dan kualitasnya harus memenuhi persyaratan mutu. Sumber air di PT
Aditama Raya Farmindo berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sistem pengolahan air merupakan sistem kritis yang berdampak langsung terhadap
mutu obat jadi, sehingga perlu dilakukan kualifikasi yang mengikuti kaidah validasi yang
mencangkup kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional
(KO) dan kualifikasi kinerja (KK) sesuai dengan CPOB. KD,KI dan KO sangat
tergantung pada instalasi di industri masing-masing sehingga pada CPOB hanya
disebutkan KK yang terbagi dalam 3 fase yaitu kualifikasi fase 1,2 dan 3 yang dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Kualifikasi Kinerja Sistem Pengolahan Air
Kualifikasi Minimal Tiap hari di tiap titik * Pada fase ini air belum boleh
Kinerja 2-4 pemantauan digunakan untuk produksi
Fase I minggu * Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
* Tujuan :
- Menetapkan parameter sistem
pengolahan air termasuk titik
pengambilan sampel
- Menetapkan prosedur
pengoperasian, pembersihan,
sanitasi dan perawatan
- Menetapkan batas waspada dan
batas tindakan
Kualifikasi Minimal 2 Tiap hari di tiap titik * Pada fase ini, air boleh digunakan
Kinerja 4 pemantauan bila memenuhi spesifikasi yang
Fase 2 minggu ditetapkan
* Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
* Tujuan :
- Memverifikasi parameter
operasional yang ditetapkan pada
fase I
Kualifikasi Minimal Tiap hari dan dalam * Pada fase ini, air boleh digunakan
56
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
57
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Tabel 3.2 Persyaratan untuk Air Murni dan Air Steril Injeksi
Persyaratan Air Murni Air Steril untuk Injeksi
Endotoksin - Tidak boleh lebih dari 0,25 unit FI/mL
pH 5,0 7,0 -
Klorida 100 mL air murni + 5 tetes asam 20 mL air untuk injeksi + 5 tetes asam
nitrat P dan 1 mL perak nitrat LP ->
nitrat p dan 1 mL perak nitrat LP, campur
tidak terjadi opalesensi perlahan -> terjadi kekeruhan dalam
waktu 10 menit yang tidak lebih keruh
dari air dengan kemurnian tinggi 20 mL
yang mengandung 10 g Cl, diamati
dengan arah tegak lurus tabung dengan
dasar gelap dengan cahaya yang masuk
dari samping
Sulfat 100 mL + 1 mL barium klorida LP : tidak
- terjadi kekeruhan
Amonia Tidak lebih dari 0,3 bpj - Wadah dengan volume < 50 mL : 0,6
bpj
- Wadah dengan volume 50 mL : 0,3
bpj
Kalsium Pada 100 mL tambahkan 2 mL Pada 100 mL tambahkan 2 mL amonium
amonium oksalat : tidak terjadi oksalat : tidak terjadi kekeruhan
kekeruhan
Logam Pada 40 mL air murni atur pH (3,0 Pada 40 mL air murni atur pH (3,0 4,0)
Berat 4,0) dengan penambahan asam dengan penambahan asam asetat 1 N
asetat 1 N (gunakan kertas (gunakan kertas indikator dengan rentang
indikator dengan rentang pH pH pendek), tambahkan 10 mL hidrogen
pendek), tambahkan 10 mL sulfida LP yang dibuat segar, dan
hidrogen sulfida LP yang dibuat diamkan selama 10 menit ; jika diamati
segar, dan diamkan selama 10 dengan arah tegak lurus dengan dasar
menit ; jika diamati dengan arah putih, warna cairan tidak lebih tua dari
tegak lurus dengan dasar putih, warna campuran 50 mL air murni dengan
warna cairan tidak lebih tua dari asam asetat 1 N dalam jumlah yang sama
warna campuran 50 mL air murni
dengan asam asetat 1 N dalam
jumlah yang sama
Zat mudah 100 mL air murni + 10 mL asam 100 mL air steril untuk injeksi + 10 mL
teroksidasi sulfat 2 N => panaskan ad asam sulfat 2 N => panaskan ad
mendidih => + 0,1 kalium mendidih.
permanganat 0,1 N => didihkan - Wadah dengan volume < 50 mL + 0,4
58
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Salah satu persyaratan untuk air murni dan air injeksi adalah kandungan mikroba e-
coli, staphylococcus aureus, pseudomonas aeroginosa dan salmonella thypi tidak boleh ada
dan terdapat batas cemaran tersebut diatas sehingga harus dilakukan pengujian bebas
patogen dan batas cemaran. Pengujian mikroba pada air yang dilakukan di PT Aditama
Raya Farmindo adalah dengan metode Angka Lempeng Total (ALT) untuk pengujian batas
cemaran dan filtrasi untuk pengujian bebas patogen. Pada pengujian ALT digunakan media
Tryptone Soya Agar (TSA) dan media Trypticase Soy Broth (TSB) sedangkan pada uji
secara filtrasi menggunakan media Chromogenic Coliform Agar (CCA). Khusus air injeksi
59
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
harus dilakukan uji endotoksin. Titik sampling untuk sistem pengolahan air ada 12 titik
pemantauan yaitu sebagai berikut :
1. Pada tanki air PDAM
2. Air sebelum multimedia filter
3. Air sebelum water softener
4. Air sebelum carbon filter
5. Air sebelum filter 5 mikron
6. Air sebelum sistem reverse osmosis
7. Air sebelum masuk EDI
8. Air sebelum masuk tangki PW
9. Air PW yang masuk ke ruang produksi/sebelum UV
10. Air kembali menuju tangki PW/masuk alat destilasi
11. Air WFI masuk produksi
12. Air kembali menuju tangki WFI
Sistem pengolahan air wfi maupun pw harus disanitasi pada waktu dan dengan
alasan tertentu, sesuai dengan hasil kualifikasi kinerja fase 1,2,3 sistem pengolahan air.
60
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
BAB IV
PEMBAHASAN
Industri farmasi harus menjamin bahwa obat yang dikonsumsi oleh masyarakat
bermutu dan aman. Salah satu hal penting dalam pembuatan obat yang bermutu adalah
memiliki personil yang berkompeten di bidang farmasi yaitu apoteker. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
seorang apoteker dituntut mampu mengabdikan dan menerapkan basis keilmuannya di
berbagai ruang lingkup kerja, salah satunya di bidang industri farmasi. Berdasarkan
peraturan tersebut diatas maka lulusan apoteker wajib memiliki kompetensi dan
pengalaman yang memadai untuk terjun ke lapangan kerja sehingga perlu diadakan
kegiatan praktek kerja profesi untuk mahasiswa profesi apoteker agar mahasiswa profesi
dapat mengamati langsung bagaimana pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang
apoteker secara nyata.
Praktek Kerja Profesi (PKP) kami dilaksanakan di PT Aditama Raya Farmindo
yang terletak di Jl. Rungkut Industri II/45 C. Kegiatan ini berlangsung mulai dari tanggal 9
Oktober 2017 30 November 2017. Selama PKP kami mendapatkan banyak ilmu dan
pengalaman yang baru. Kami mengikuti kegiatan kuliah terkait pekerjaan apoteker di
bidang produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu. Selain bagian produksi, pemastian
mutu dan pengawasan mutu dalam struktur organisasi PT Aditama Raya Farmindo terdapat
bagian Production Planning And Inventory Control (PPIC) yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pengadaan bahan untuk produksi obat yang berkoordinasi
dengan supervisor gudang. PT Aditama Raya Farmindo juga telah menerapkan prinsip
CPOB dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Pada bidang produksi, apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses
produksi obat sudah sesuai dengan prinsip CPOB. Penerapan prinsip CPOB di bidang
produksi yang diterapkan meliputi bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene
dan produksi. Bangunan dan fasilitas ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa
untuk memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara
satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
61
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
kebersihan yang dipersyaratkan. Bangunan dan fasilitas produksi juga harus dirancang
sedemikian rupa supaya terhindar dari kontaminasi dari lingkungan sekitarnya yaitu udara,
air dan tanah dari kegiatan industri yang berdekatan dan terhindar dari serangga , binatang
pengerat atau hewan lainnya serta harus terlindung dari pengaruh cuaca.
Peralatan untuk pembuatan obat hendaknya didesain dan dikonstruksi dengan tepat,
ukuran memadai serta tempat dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mudah dibersihkan
dan terhindar dari kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran lain yang dapat
mempengaruhi mutu produk. Untuk sanitasi dan higiene hendaklah pada tingkat yang
tinggi. Sanitasi dan higiene yang dimaksud mencangkup personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi dan segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi sumber pencemaran produk. Pada prinsip CPOB sama
halnya dengan yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa apoteker harus memastikan
bahwa proses produksi sudah sesuai dengan prosedur dan prinsip CPOB agar produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin
edar
Pada bidang pengawasan mutu apoteker bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yaitu meliputi safety,efficacy
dan quality. Prinsip CPOB yang diterapkan pada bagian pengawasan mutu meliputi
pengawasan mutu. Pada pengawasan mutu dilakukan pemastian bahwa produk yang
digunakan memiliki mutu yang sesuai dengan pemakaiannya. Pengawasan mutu tidak
terbatas hanya di laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan terkait mutu
produk.
Pada saat PKP, kami mengikuti kegiatan pada pengawasan mutu, yaitu pada saat
proses sampling bahan baku dan kemasan yang datang, pengujian obat jadi dan kegiatan
pemeriksaan pada saat produksi berlangsung atau In Process Control (IPC). Sampling
bahan baku dilakukan dengan menggunakan thief sampler. sampel bahan baku yang
diambil kemudian diuji sesuai dengan pengujian yang tertera pada CoA. Hal ini bertujuan
untuk memastikan apakah bahan yang diterima sudah benar dan sudah sesuai dengan CoA.
Sedangkan sampling bahan kemasan dilakukan untuk memastikan apakah kemasan yang
datang sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu kesesuaian ukuran tulisan, isi tulisan,
62
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
warna, posisi tulisan, ukuran label/kemasan, logo obat dan nomor registrasi. Warna
kemasan dibandingkan dengan proof print yang berisi 3 standart kemasan yang merupakan
batas minimal dan maksimal untuk penerimaan bahan kemas.
Bagian pengawasan mutu juga melakukan pengujian obat jadi seperti pengujian
keragaman bobot, keseragaman kandungan dan uji disolusi. Kami juga mengamati
bagaimana cara pengoperasian alat HPLC, spektrofotometri dan Dissolution Apparatus.
Selain itu kami juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh bagian IPC di ruang produksi
solida. Beberapa kegiatan IPC yang kami amati adalah sebagai berikut :
1. Pada saat proses penimbangan dimana IPC bertugas untuk memastikan apakah
bahan yang ditimbang oleh operator sudah sesuai dan jumlahnya juga sudah sesuai
2. Pada saat proses pencampuran dimana IPC bertugas untuk memastikan apakah
bahan yang akan dicampur sudah benar
3. Pada saat pengambilan sampel di mixing tank untuk memastikan apakah bahan yang
dicampur sudah homogen
4. Pada saat granul sudah dikeringkan dengan menggunakan fluid bed dryer, IPC
melakukan pengambilan sampel untuk dicek kadar airnya
5. Setelah dilakukan lubrikasi, IPC melakukan pengambilan sampel untuk diuji kadar
bahan aktifnya
6. Pada saat pencetakan tablet, IPC melakukan pengambilan sampel untuk diuji bobot,
waktu hancur, kerapuhan dan kekerasan
7. Pada saat pengujian produk ruahan dimana IPC melakukan pengujian identifikasi,
disolusi, waktu hancur, keragaman bobot, keseragaman kandungan dan kadar bahan
aktif
8. Pada saat dilakukan striping, IPC melakukan uji kebocoran, pemastian kebenaran
no batch, tanggal kadaluarsa dan HET
IPC juga memastikan kebenaran dus, nomor batch, tanggal kadaluarsa, HET dan MD pada
kemasan sekunder. Kemudian obat yang sudah diletakkan di gudang karantina oleh IPC
juga dilakukan pemeriksaan kebenaran kemasan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, HET, isi
dus, berat, nomor kontrol dan nomor boks.
63
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
Pada bidang pemastian mutu, apoteker bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
persyaratan mutu telah terpenuhi. Pemastian mutu menerapkan prinsip CPOB yaitu
manajemen mutu, personalia, inspeksi diri, audit mutu dan audit persetujuan pemasok,
penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk kembali, dokumentasi
dan validasi dan kualifikasi.
Manajemen mutu yang dimaksud adalah perlu adanya rencana yang didesain
sedemikian rupa dan tersistematis sehingga obat yang dibuat oleh industri farmasi
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Selain itu, industri farmasi memerlukan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah memadai, memahami tanggung jawab masing-masing, memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Bagian pemastian mutu juga melakukan inspeksi diri dengan tujuan mengevaluasi
apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB. Inspeksi diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten
dan dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus misalnya terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Selain dilakukan inspeksi diri juga
dilakukan audit mutu dan audit pemasok. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya sedangkan audit pemasok dilakukan untuk member persetujuan pemasok
yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan dan dilakukan evaluasi terhadap pemasok sebelum
pemasok disetujui serta setelah disetujui tetap dievaluasi secara rutin.
Pemastian mutu juga menangani keluhan dan penarikan produk kembali. Pemastian
mutu menangani segala keluhan terkait kerusakan obat dan dapat melakukan penarikan
produk kembali dengan menunjuk personil yang bertanggung jawab dalam hal-hal tersebut.
Selain itu pemastian mutu juga melakukan pengendalian dokumen yang bertujuan untuk
memastikan bahwa semua dokumentasi dan data (termasuk media elektronik dan dokumen
64
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
dari luar, misalnya standar internasional yang digunakan) yang mempengaruhi mutu produk
dan pelayanan dikendalikan.
Apoteker bagian pemastian mutu juga harus melakukan validasi metode untuk
memastikan bahwa produksi obat bersifat reproducible dan kontinyu. Pada saat ini, PT
Aditama Raya Farmindo sedang melakukan proses validasi proses untuk pembuatan
sediaan parasetamol. Kami ikut mengamati kegiatan validasi proses tersebut. Pada saat
validasi proses dilakukan kegiatan produksi yang sesuai prosedur yang sama pada saat akan
dilakukan produksi yang sebenarnya, perbedaannya adalah pengambilan sampel lebih
banyak pada saat validasi proses, seperti pengambilan sampel pada saat pencampuran pada
mixing tank sebanyak 10 titik pada saat validasi proses pada setiap lot dan sebanyak 3 titik
setiap 3 batch pada saat proses produksi yang sesungguhnya. Pada saat produksi hanya
dilakukan pada 3 titik sebab pada saat validasi proses sebelumnya sudah dipastikan bahwa
hasilnya sudah reproducible dan kontinyu sehingga pada saat produksi hanya dilakukan
untuk monitoring saja. Selain validasi metode, alat yang digunakan juga harus
terkualifikasi. Kualifikasi yang dilakukan sesuai dengan CPOB yaitu meliputi kualifikasi
desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Pemastian mutu melakukan kegiatan Corrective Action Preventive Action (CAPA).
CAPA dilakukan ketika terjadi sesuatu masalah dan dilakukan pengatasahn masalah
maupun ketika belum ada masalah namun sudah dipikirkan solusinya. Tujuan CAPA
adalah Membantu memperbaiki implementasi sistem , perbaikan berkesinambungan
(continous improvement) / perencanaan tindakan perbaikan untuk mencapai pemenuhan
implementasi CPOB dan membantu pemenuhan persyaratan regulatori, dalam beberapa
kasus CAPA merupakan respons terhadap hasil audit (termasuk audit dari yang berwenang)
sehingga kebenaran atau akurasi dan ketepatan pelaksanaannya adalah sangat penting
(crucial).
Pada saat PKP kami juga mengikuti kegiatan plant tour di area sarana penunjang
yaitu Sistem Pengolahan Air (SPA), Boiler, HVAC dan Compressor. Pada saat plant tour
kami mendapat penjelasan terkait apa fungsi sarana penunjang tersebut dan bagaimana cara
kerjanya. SPA merupakan sistem pengolahan air untuk pembuatan air murni dan air untuk
injeksi. Boiler merupakan alat yang bekerja dengan menghasilkan panas yang biasa
65
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
digunakan untuk pengeringan granul pada Fluid Bed Dryer. Compressor bekerja
menghasilkan udara tekan. Compressor yang digunakan di PT Aditama Raya Farmindo
bersifat oil free. Alat ini digunakan pada proses pencampuran di mixing tank untuk
menggerakan rotor.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang sudah kami dapatkan diatas diharapkan PKP
ini dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa yaitu dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang industry farmasi selain itu kami juga mampu melihat secara
langsung bagaimana penerapan CPOB di industri farmasi. Setelah PKP ini diharapkan kami
sudah dapat mengetahui tentang bagaimana peran apoteker di industri farmasi sehingga
kami telah siap ketika terjun ke dunia pekerjaan.
66
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja profesi apoteker di PT. Aditama Raya Farmindo dapat diambil
kesimpulan sebagai berkut :
1. Setiap industri farmasi harus menerakan CPOB sebagai penjaminan mutu dari produk
yang dihasilkan. PT. Aditama Raya Farmindo telah menerapkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspeknya, yang meliputi aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan
obat kembalian, dan dokumentasi.
2. Mahasiswa PKPA memperoleh gambaran mengenai industri farmasi, penegtahuan
dan pengalaman mengenai penerapan aspek CPOB di industri farmasi. Serta
mengetahui peran Apoteker dalam industri farmasi, yaitu Apoteker sebagai kepala
produksi, kepala bagian pengawasan mutu (QC) dan kepala bagian pemastian mutu
(QA). Selain itu,
5.2 Saran
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aditama Raya Farmindo,
maka diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Evaluasi terhadap penerapan CPOB perlu dipertahankan untuk memastikan bahwa
mutu produk yang dihasilkan tetap terjaga.
2. Diharapkan hubungan kerjasama antara PT. Aditama Raya Farmindo dengan
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga selalu berjalan baik dalam rangka untuk
melatih pemahaman para calon apoteker mengenai penerapan CPOB dalam industri
farmasi.
67
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Periode 105
di PT. Aditama Raya Farmindo (9 Oktober 30 November 2017)
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Univesitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI.
Priyambodo, B., 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
68