Disusun oleh:
Rosmayanti (2143700226)
Rodiah Empon (2143700221)
Silvia Amalia (2143700222)
Tri Yulianti Khoerunnisa (2143700224)
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Rosmayanti (2143700226)
Rodiah Empon (2143700221)
Silvia Amalia (2143700222)
Tri Yulianti Khoerunnisa (2143700224)
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
7. Kedua Orang Tua beserta keluarga yang telah menjadi motivasi terbesar dalam
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) serta memberikan
dukungan secara materil dan non-materil.
8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta Angkatan 45 terutama Kelas D yang selalu menjadi teman diskusi, teman
tertawa dan saling membantu dalam mengerjakan tugas.
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker, penulis menyadari
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dikarenakan oleh segala
keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam perbaikan Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca khususnya mahasiswa yang sedang menempuh
pendidikan profesi Apoteker serta dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dalam pendidikan profesi Apoteker.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Karawang, 18 Desember 2021
Yang membuat pernyataan
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ...................................................... 41
3.1 Gambaran Umum PBF PT Marga Nusantara Jaya ......................................... 41
3.1.1 Logo PT Marga Nusantara Jaya .......................................................... 41
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker Secara Umum ......... 43
3.2.1 Struktur Organisasi di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang
Karawang ............................................................................................ 44
3.2.3 Penerapan Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB) di PBF PT Marga
Nusantara Jaya Cabang Karawang ..................................................... 45
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang .............. 43
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 26 Kualifikasi dan Validasi PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
..................................................................................................................... 44
Lampiran 27 Kantor dan Ruang Dokumentasi .................................................................. 45
Lampiran 28 Kegiatan Mahasiswa Apoteker di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang
Karawang ..................................................................................................... 46
Lampiran 29 Daftar Hadir .................................................................................................. 47
Lampiran 30 Daftar Hadir (Lanjutan) ................................................................................ 48
Lampiran 31 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang ..... 49
Lampiran 32 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)..................................................................................................... 50
Lampiran 33 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)..................................................................................................... 51
Lampiran 34 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)..................................................................................................... 52
Lampiran 35 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)..................................................................................................... 53
Lampiran 36 Log Book PKPA dengan Dosen Pembimbing Fakultas Farmasi Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta .............................................................................. 54
xi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
xii
OTC : Obat Over The Counter dikenal juga dengan sebutan obat bebas, adalah
jenis obat-obatan yang boleh digunakan tanpa menggunakan resep
dokter
PBF : Pedagang Besar Farmasi
PKPA : Praktek Kerja Profesi Apoteker
Prekursor : Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
Farmasi bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi
atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin pseudoefedrin norefedrin/ fenilpropanolamin, ergotamin,
ergometrin, atau potassium permanganate.
Recall : Penarikan kembali produk
Return : Pengembalian
SDM : Sumber Daya Manusia
SIA : Surat Izin Apotek
SIPA : Surat Izin Praktek Apoteker
SIPTTK : Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian
SITO : Surat Ijin Toko Obat
SOP : Standar Prosedur Operasional
SP : Surat Pesanan
Stock : Sebuah bentuk rangkaian kegiatan perhitungan persediaan stok barang
Opname yang masih tersimpan di dalam gudang untuk kemudian dipasarkan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
42
11. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau
memusnahkan obat dan/atau bahan obat kembalian, rusak, hasil penarikan
kembali atau diduga palsu
12. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat dan/atau
bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Setiap pendirian PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (b) wajib
memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah PBF
Cabang berada
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM, maka Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
melakukan verifikasi kelengkapan administratif.
2. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM, maka Kepala Balai POM melakukan audit
pemenuhan persyaratan CDOB.
3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi kelengkapan
administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
kelengkapan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Balai POM dan pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 2 sebagaimana
terlampir.
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit pemenuhan
persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan pemohon yang telah memenuhi
persyaratan CDOB kepada Kepala Badan.
5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima laporan, Kepala Badan
POM memberikan rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Provinsi dan pemohon dengan
menggunakan contoh formulir 3 sebagaimana terlampir.
6. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi serta
persyaratan lainnya yang ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan
menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir.
7. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat 4 (a) dan ayat
(5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,
Kepala Balai POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan contoh
Formulir 5 sebagaimana terlampir.
8. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan tembusan
kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2014 tentang Pedagang Besar Farmasi yang tercantum pada pasal 11, menjelaskan
47
Izin PBF berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Izin
PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila :
1. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang.
2. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan.
3. Izin PBF dicabut.
D.3 Penerimaan
1. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau
mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat dan/atau
bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen.
2. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau tindakan
56
D.8 Pengambilan
Proses pengambilan obat dan/atau bahan obat harus dilakukan dengan tepat
sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat dan/atau bahan
obat yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat yang diambil harus
memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan
FEFO. Nomor bets obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Pengecualian dapat
diizinkan jika ada kontrol yang memadai untuk mencegah pendistribusian obat
dan/atau bahan obat kedaluwarsa.
D.9 Pengemasan
Obat dan/atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa sehingga kerusakan,
kontaminasi dan pencurian dapat dihindari. Kemasan harus memadai untuk
mempertahankan kondisi penyimpanan obat dan/atau bahan obat selama
transportasi. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang akan dikirimkan harus
disegel.
D.10 Pengiriman
Untuk penyaluran obat dan/atau bahan obat ke orang / pihak yang berwenang
atau berhak untuk keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji
klinik, harus dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat
dan/atau bahan obat, bentuk sediaan, nomor bets, jumlah, nama dan alamat
pemasok, nama dan alamat pemesan / penerima. Proses pengiriman dan kondisi
penyimpanan harus sesuai dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari
industri farmasi. Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur. Penerima
harus membubuhkan tanda tangan, nama jelas, SIPA/SIPTTK dan stampel
sarana pada dokumen pengiriman.
D.11 Ekspor Dan Impor
Ekspor obat dan/atau bahan obat dapat dilakukan oleh fasilitas distribusi yang
memiliki izin.
E. Inspeksi Diri
Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi semua
pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan tersebut harus
disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam pengamatan
58
dicatat.
G.5 Kendaraan Dan Peralatan
1. Kendaraan dan peralatan yang rusak tidak boleh digunakan dan harus diberi
label yang jelas.
2. Peralatan yang dipilih dan digunakan untuk membersihkan kendaraan tidak
boleh menjadi sumber kontaminasi.
3. Jika kondisi penyimpanan khusus (misalnya suhu dan/atau kelembaban)
berbeda dari kondisi lingkungan yang diharapkan, maka dipersyaratkan
selama transportasi harus dimonitor, dicatat dan didokumentasikan serta
diinformasikan ke industri farmasi pemegang izin edar atau pemasok.
Semua dokumentasi monitoring harus disimpan untuk minimal selama
masa hidup produk yang didistribusikan ditambah 1 (satu) tahun.
Dokumentasi tersebut harus tersedia untuk diperiksa oleh instansi
pemerintah yang berwenang.
G.6 Kontrol Suhu Dalam Transportasi
1. Harus tersedia sistem kontrol suhu yang tervalidasi (misalnya kemasan
termal, kontainer yang suhunya dikontrol, dan kendaraan berpendingin)
untuk memastikan kondisi transportasi yang benar dipertahankan antara
fasilitas distribusi dan pelanggan. Pelanggan harus mendapatkan data suhu
pada saat serah terima obat dan/atau bahan obat. Jika diperlukan, pelanggan
dapat memperoleh dokumen data suhu untuk menunjukkan bahwa obat
dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan yang
dipersyaratkan selama transportasi.
2. Harus tersedia prosedur tertulis yang menjelaskan proses pengiriman obat
dan/atau bahan obat yang sensitif terhadap suhu. Prosedur ini juga harus
mencakup kejadian yang tidak diharapkan seperti kerusakan kendaraan
atau tidak terkirim. Di samping itu, harus tersedia prosedur tertulis untuk
menyelidiki dan menangani penyimpangan suhu.
H. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan
mutu obat dan/atau bahan obat: kontrak pemanfaatan fasilitas penyimpanan berupa
61
gudang/ ruang difasilitas distribusi dan kontrak antara fasilitas distribusi dengan
pihak penyedia jasa antara lain transportasi, pengendalian hama, pergudangan,
kebersihan dan sebagainya.
H.1 Pemberi Kontrak
Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk kegiatan yang dikontrakkan.
H.2 Penerima Kontrak
Penerima kontrak harus memiliki tempat, personil yang kompeten, peralatan,
pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan tugas yang dikontrakkan
oleh pemberi kontrak
H.3 Kontrak
Didalam persyaratan kontrak harus mencakup, antara lain:
1. Penanganan kehilangan/ kerusakan produk obat selama pengiriman dan
dalam kondisi tidak terduga (force major)
2. Kewajiban penerima kontrak untuk mengembalikan obat dan/atau bahan
obat kepada pemberi kontrak jika terjadi kerusakan selama pengiriman
dengan menyertakan berita acara kerusakan.
3. Kehilangan selama pengiriman oleh penerima kontrak, penerima kontrak
wajib melaporkan kepada pihak kepolisian dan pemberi kontrak.
4. Pemberi kontrak berhak melakukan audit terhadap penerima kontrak setiap
saat.
I. Dokumentasi
1. Dokumentasi meliputi dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), dokumen produser tertulis, dokumen
instruksi tertulis, dokumen kontrak, catatan, data, dan dokumen lain yang terkait
dengan pemastian mutu, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik.
2. Prosedur tertulis harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil
yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus tercetak.
3. Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani, diberi
tanggal dan memungkinkan pembacaan informasi yang asli. Jika diperlukan,
alasan perubahan harus dicatat.
4. Dokumen harus disimpan selama minimal 3 tahun.
62
5. Dalam hal obat yang disalurkan oleh fasilitas distribusi yang sudah dilengkapi
dengan 2D barcode dengan metode otentifikasi, pelaporan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Dokumentasi permanen, tertulis atau elektronik, untuk setiap obat dan/atau bahan
obat yang disimpan harus menunjukkan kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk
bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan farmakope dan peraturan
nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi.
7. Dokumentasi distribusi harus mencakup informasi berikut: tanggal, nama obat
dan/atau bahan obat; nomor bets; tanggal kedaluwarsa; jumlah yang diterima /
disalurkan; nama dan alamat pemasok / pelanggan
J. Ketentuan Khusus Bahan Obat
J.1 Pengemasan Ulang Dan Pelabelan Ulang
1. Pengemasan ulang bahan obat harus dilakukan dengan bahan kemas primer
yang spesifikasinya sama atau lebih baik dari kemasan aslinya.
2. Contoh pertinggal bahan obat harus disimpan dalam jumlah yang memadai
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun setelah tanggal kedaluwarsa atau
tanggal uji ulang, atau 1 (satu) tahun setelah habis didistribusikan
3. Fasilitas distribusi yang melakukan pengemasan ulang harus memastikan
bahwa stabilitas bahan obat tidak terpengaruh oleh pengemasan ulang. Uji
stabilitas untuk menetapkan tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang
harus dilakukan jika bahan obat dikemas dalam wadah yang berbeda
dengan yang digunakan oleh industri farmasi asal.
J.2 Penanganan Bahan Obat Yang Tidak Sesuai
1. Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan prosedur yang
dapat mencegah masuknya bahan obat tersebut ke pasar. Dokumentasi
harus tersedia, mencakup semua kegiatan termasuk pemusnahan dan
pengembalian.
2. Bahan obat yang tidak sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang
memenuhi spesifikasi.
63
J.3 Dokumentasi
1. Sebelum bahan obat dijual atau didistribusikan, fasilitas distribusi harus
memastikan tersedianya sertifikat analisis dengan hasil uji yang memenuhi
spesifikasi yang ditentukan. Sertifikat analisis asli harus disampaikan ke
industri farmasi untuk setiap pengiriman.
2. Label yang tercantum pada wadah harus jelas, tidak memberikan penafsiran
ganda, tertempel dengan kuat dalam format yang telah ditetapkan oleh
industri farmasi bahan obat asal. Informasi pada label harus tidak mudah
terhapuskan.
3. Lembar Data Keamanan (Safety Data Sheet, SDS) harus tersedia
K. Ketentuan Khusus Produk Rantai Dingin (Cold Chain Produk/CCP)
Untuk produk rantai dingin, terdapat persyaratan khusus yang harus dipenuhi
sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain meliputi aturan
yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan, penyimpanan dan
pengiriman.
K.1 Personil Dan Pelatihan
1. Pelatihan dilakukan secara sistematik dan berkala bagi seluruh personil
yang terlibat dalam penanganan produk rantai dingin, mencakup halhal
sebagai berikut: peraturan perundang-undangan, CDOB, prosedur tertulis,
monitoring suhu dan dokumentasinya, dan respon terhadap kedaruratan dan
masalah keselamatan.
2. Harus dipastikan bahwa setiap personil memahami tanggung jawab
khususnya. Pelatihan juga dilakukan terhadap pengemudi yang
bertanggung jawab dalam transportasi produk rantai dingin.
K.2 Bangunan Dan Fasilitas
1. Bangunan tempat penyimpanan dibangun menggunakan bahan yang kuat
dan mudah dibersihkan
2. Area yang memadai harus disediakan untuk menerima dan mengemas
produk rantai dingin yang akandikirimkan pada kondisi suhu yang terjaga.
Area ini hendaknya dekat dengan area penyimpanan yang suhunya terjaga.
3. Area karantina harus disediakan untuk pemisahan produk kembalian, rusak
64
Pemeliharaan Mingguan
1. Pastikan tidak ada bunga es pada chiller/cold room/ freezer;
2. Bersihkan bagian luar chiller/cold room/freezer untuk menghindari karat;
3. periksa sambungan listrik pada stop kontak, upayakan pastikan tidak
longgar;
4. Semua kegiatan tersebut di atas harus dicatat dan didokumentasikan.
Pemeliharaan Bulanan
1. Bersihkan bagian dalam chiller/cold room/freezer.
2. Periksa kerapatan karet pintu.
3. Periksa engsel pintu, jika perlu beri pelumas.
4. Bersihkan karet pintu.
5. Semua kegiatan tersebut harus dicatat dan didokumentasikan
Sistem Defrost untuk Freezer
Tahap pelaksanaan pencairan bunga es (defrost) untuk freezer sebagai
berikut:
1. Dilakukan jika ketebalan bunga es sudah mencapai 0,5 cm.
2. Pindahkan vaksin ke dalam cold box/freezer lain sesuai dengan
peruntukannya.
3. Cabut stop kontak freezer (jangan mematikan freezer dengan memutar
termostat).
4. Selama pencairan bunga es, pintu freezer harus tetap terbuka.
5. Biarkan posisi tersebut sampai bunga es mencair semuanya. Pencairan
dapat dipercepat dengan menyiramkan air hangat ke dalam freezer. Jangan
menggunakan pisau atau benda tajam lainnya untuk mencongkel bunga es.
6. Setelah cair kemudian bersihkan embun/air yang menempel pada dinding
bagian dalam freezer.
7. Jalankan kembali freezer hingga suhunya kembali stabil sebelum vaksin
dipindahkan.
K.5 Kualifikasi, Kalibrasi Dan Validasi
1. Chiller/cold room/freezer dikualifikasi pada awal penggunaan atau dalam
hal terjadi perubahan kondisi sesuai dengan spesifikasinya.
68
Kualifikasi Pelanggan
1. Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran narkotika ke fasilitas
distribusi lain yang memiliki ijin khusus penyalur narkotika, instalasi
farmasi pemerintah, apotek, klinik dan rumah sakit yang memiliki
kewenangan menyalurkan atau menyerahkan narkotika sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran psikotropika atau
prekursor farmasi ke fasilitas industri farmasi, fasilitas distribusi lain,
apotek, rumah sakit, klinik dan puskesmas yang memiliki kewenangan
memproduksi, menyalurkan atau menyerahkan psikotropika atau prekursor
farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan
1. Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan sistem elektronik. Ketentuan
surat pesanan secara elektronik sebagai berikut:
a. Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem
hanya oleh Apoteker Penanggung Jawab.
b. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan
alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan
stempel sarana;
c. Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap;
d. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam
bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil
atau tidak dalam bentuk eceran) dari narkotika, psikotropika dan/atau
prekursor farmasi yang dipesan;
e. Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal
dengan penulisan yang jelas;
f. Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran
produk, sekurang-kurangnya dalam batas waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
g. Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan, baik
oleh pihak yang menerbitkan surat pesanan maupun pihak yang
70
khusus yang telah ditentukan dan terpisah dari produk lain, keaslian surat
pesanan, tidak dalam bentuk faksimili, fotokopi, scan dokumen yang di
print atau email dan kebenaran surat pesanan, meliputi:
a. Nama dan alamat penanggung jawab sarana pemesan;
b. Nama, alamat dan nomor telepon fasilitas distribusi;
c. Nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi, jenis dan
kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan
huruf;
d. Nomor surat pesanan;
e. Nama, alamat dan izin sarana pemesan
f. Tanggal surat pesanan
2. Keabsahan surat pesanan, meliputi:
a. Tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab
b. Nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) penanggung jawab
c. Stempel fasilitas distribusi atau sarana pelayanan kefarmasian
3. Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani harus segera
diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan Surat Penolakan
Pesanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
4. Surat pesanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi yang dapat
dilayani, disahkan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dengan
membubuhkan tanda tangan atau paraf atau sistem lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengemasan
1. Pengemasan untuk tujuan pengiriman narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi harus dilaksanakan setelah menerima surat pesanan
2. Setiap pengeluaran narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi untuk
dilakukan pengemasan harus dicatat dalam kartu stok dan disahkan dengan
paraf Kepala Gudang
3. Sebelum dilakukan pengemasan narkotika, psikotropika atau prekursor
farmasi yang akan dikirim harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
a. Kebenaran nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi, jenis
74
41
42
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Secara Umum
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan
pada PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang, keterampilan mahasiswa
dikembangkan dalam melakukan pekerjaan kefarmasiaan terutama dalam bidang
distribusi di Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Mahasiswa PKPA diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasiaan dibidang distribusi farmasi dan non-farmasi yang sesuai dengan Cara
Distribusi Obat Yang Baik dan Standar Prosedur Operasional (SOP) yang berlaku.
Mulai dari pengadaan, penerimaan, penyimpanan, sampai pendistribusian.
Kegiatan PKPA yang berlokasi di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang
Karawang dimulai pada tanggal 6 Desember sampai dengan 17 Desember 2021 pada
jam kerja jam 10.00 - 15.00. Adapun kegiatan selama PKPA di PBF PT Marga
Nusantara Jaya Cabang Karawang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
No. Tanggal Aktivitas
9. Mempunyai area karantina, recall, produk diduga palsu, produk palsu, produk
tanpa ijin edar, expired date, mendekati expired date di ruang terpisah dan
terkunci.
10. Mempunyai SOP pengendalian hama dan sudah terdokumentasi.
D. Operasional
1. Pengadaan
a. Pengadaan barang dari kantor pusat dengan menggunakan surat pesanan yang
ditanda tangani oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan mencantumkan
nama jelas, Nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dan stample
perusahaan.
b. Surat pesanan dan dan FPBP dokumen diarsip
2. Penerimaan Barang
a. APJ mendelegasikan kepada Kepala Gudang dalam penerimaan barang dari
pusat.
b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik dan dokumen.
c. APJ menandatangani Surat Jalan dan BPBP dari Pusat
3. Penyimpanan
a. Menggunakan sistem FEFO dan label yang jelas
b. Suhu gudang farmasi sesuai dengan ketentuan produk 25-30 derajat celcius
c. Penyimpanan terpisah antara farmasi dan food
d. Penyimpanan farmasi (obat) terpisah berdasarkan bentuk sediaan (tablet dan
sirup)
4. Penyaluran
a. Obat yang disalurkan memiliki NIE (Nomor Ijin Edar).
b. Melakukan Kualifikasi pelanggan dengan mengarsipkan SIA/SITO,
SIPA/SIPTTK, Specimen dan KTP.
c. Skrinning surat pesanan sudah dilakukan dengan membubuhi tanda tangan
dan stample.
d. Sudah dilakukan pengemasan berdasarkan bentuk sediaan.
e. No. Bets dan kadaluwarsa sudah tercantum di faktur.
f. Surat pesanan dan tanda terima faktur ditanda tangani oleh Apoteker
48
I. Dokumentasi
1. Pengadaan : FPBP + SP + NPPB Transfer + BPBP + Surat Jalan + Surat
Penolakan diarsip jadi satu
2. Pengeluaran : Surat Pesanan + NPPB Penjualan + Surat Penolakan
3. Laporan Distribusi Obat Triwulan sudah dilaporkan ke e-report
4. Nomor Ijin Edar Obat
5. Literatur yang berkaitan dengan PBF
6. Standar Operasional Prosedur (SOP)
7. Inspeksi Diri Tahun terakhir dilakukan pada November 2021
8. Catatan kegiatan (inspeksi diri, recall, dll) dan data disimpan 3 tahun
9. Pelatihan Apoteker, Tenaga Penjual, dan Petugas Gudang
J. Penanganan Produk Prekursor
1. Surat Pesanan Prekursor dengan format Khusus.
2. Penyimpanan Prekursor memiliki gudang tersendiri.
3. Stock Opname dilakukan seminggu sekali untuk pelaporan kepusat dilakukan
sebulan sekali.
4. Penyaluran Berdasarkan Surat Pesanan Khusus dan ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab atau Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung
Jawab.
5. Pengarsipan dokumen prekursor terpisah dari obat lain.
6. Pelaporan Prekursor dilakukan sebulan sekali, tanda terima berupa email balasan
dari BPOM.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan
pada PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang yang telah dilakukan,
disimpulkan bahwa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapat menambah
wawasan serta memberikan pengalaman kepada mahasiswa sehingga dapat
mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja selain itu, juga dapat mengetahui
dan melihat secara langsung bagaimana kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
dilakukan di Pedagang Besar Farmasi (PBF). Tidak didapatkan perbedaan antara
teori dengan praktek di lapangan. Dikarenakan, PBF PT Marga Nusantara Jaya
Cabang Karawang sudah menerapkan Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
4.2 Saran
Sebaiknya PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang melakukan
perluasan ruangan dan tempat untuk penyimpanan obat. Selain itu, juga dapat
mempertimbangkan untuk dapat menambah jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian
agar segala proses dan aktivitas yang dilakukan di PBF PT Marga Nusantara Jaya
Cabang Karawang dapat berlangsung secara optimal serta dapat memperbaiki
fasilitas yang ada untuk menunjang pengelolaan dan penyaluran pendistribusian
obat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan RI. (2020). Perubahan Atas Peraturan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat Yang Baik. BPOM. Jakarta .
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 2 Bangunan Gudang PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
19
Lampiran 3 Struktur Organisasi PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
20
Lampiran 4 Sertifikat CDOB PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
21
Lampiran 5 Denah Bangunan PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
22
Lampiran 6 Area Penerimaan Barang dari Pusat
23
Lampiran 7 Area Pengeluaran Barang
24
Lampiran 8 Ruang Karantina, Recall, dan Ruang Barang Rusak
25
Lampiran 9 Transportasi Distribusi Barang
26
Lampiran 10 Wilayah Pendistribusian Barang
27
Lampiran 11 Pengemasan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan
28
Lampiran 12 Ruang Penyimpanan Barang
29
Lampiran 13 Fasilitas Penyimpanan dan Pemeliharaan Barang
30
Lampiran 14 Alur Pengadaan, Pemesanan, Penerimaan dan Distribusi Barang
Barang sampai ke
Barang PBF Pusat
PBF Cabang
didistribusikan ke mengirimkan barang
kemudian didata dan
PBF Cabang melalui ke PBF Cabang
disimpan dengan
jasa pengiriman sesuai Surat Pesanan
baik dan benar
Barang siap
dikirimkan ke Outlet
sesuai Surat Pesanan
dari Outlet
31
Lampiran 15 Surat Pengadaan dan Pemesanan Barang
32
Lampiran 16 Surat Pengadaan dan Pemesanan Barang ( Lanjutan )
33
Lampiran 17 Surat Pengeluaran Barang
34
Lampiran 18 Form Penolakan Barang
35
Lampiran 19 Form Retur Barang
FORM RETUR
KODE PLG :
NAMA PLG :
ALAMAT :
36
Lampiran 20 Form Specimen Customer
37
Lampiran 21 Laporan Distribusi Obat Triwulan
38
Lampiran 22 Surat Pendelegasian Tugas Sebagai Apoteker Penanggungjawab di PBF
PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
39
Lampiran 23 Inspeksi Diri di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
40
Lampiran 24 List Produk yang didistribusikan Oleh PBF PT Marga Nusantara Jaya
Cabang Karawang
41
42
Lampiran 25 Inspeksi Diri BPOM Kepada PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang
Karawang
43
Lampiran 26 Kualifikasi dan Validasi PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
44
Lampiran 27 Kantor dan Ruang Dokumentasi
45
Lampiran 28 Kegiatan Mahasiswa Apoteker di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang
Karawang
46
Lampiran 29 Daftar Hadir
47
Lampiran 30 Daftar Hadir (Lanjutan)
48
Lampiran 31 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
49
Lampiran 32 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)
50
Lampiran 33 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)
51
Lampiran 34 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)
52
Lampiran 35 Log Book PKPA di PBF PT Marga Nusantara Jaya Cabang Karawang
(Lanjutan)
53
Lampiran 36 Log Book PKPA dengan Dosen Pembimbing Fakultas Farmasi Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta
Nama Mahasiswa :
NPM :
Nama PBF : PBF PT Marga Nusantara Jaya Karawang
Periode PKPA : 6 Desember 2021 s/d 17 Desember 2021
Nama Dosen Pembimbing : apt. Drs. Sarjain Jamal, M.Sc
Nama Preceptor : apt. Karina, S.Farm
Tanggal
Target
(sesuai Umpan balik Paraf Dosen
No Pembelaja Hasil pembelajaran
jadwal per dari Dosen Pembimbing
ran
stase)
2. 17/10/2022 Penyerahan
Laporan
PBF yang
sudah
diperbaiki
dst
54