Dosen Pengampu:
Dra. Wiwi Siswaningsih, M.Si.
Drs. Hokcu Suhanda, M.Si.
2. Dasar Teori
Kromatografi penukar ion adalah satu jenis kromatografi cair yang menggunkan fasa
diam berupa resin penukar ion. Fasa diam adalah resin polimer yang berikatan silang,
biasanya divinil benzena-polistiren yang berikatan silang. Adanya ikatan silang
menghasilkan struktur jaringan 3 dimensi. Umumnya resin dibuat dalam bentuk butiran
melalui proses polimerisasi emulsi, dengandiameter butiran diatur sekitar 0,1-0,5 mm. Ada
empat kategori resin penukar ion yaitu
1. Penukar kation asam kuat
2. Penukar ion asam lemah
3. Penukar ion basa kuat
4. Penukar ion basa lemah
Harga perbandingan distribusi untuk reaksi resin penukar kation secara umum adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀 + 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚
𝐷=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀 + 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
Berdasarkan perbandingan harga D, selektivitas resin penukar ion dapat ditentukan.
(Tim Dosen Praktikum Kimia Analitik Dasar UPI, 2021)
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan denagan
memasuakn gugus-gugus dari suatu resing yang terionkan kedalam suatu matriks polimer
organic yang paling lazim diantaranya ialah polisterina hubungan silang yang diatas
diperiksasebagai absorben.Produk tersedia dalam berbagai derajat hubungan silang.Suatu
resin umumnya yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan
divinilbenzenanya 8%.Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manic-manik bulat biasanya
dengan 0,1-0,5mm,meskipun ukuran-ukuran lain juga tersedia
(Svehla,1985)
Resin merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan alamiah
maupun sintetik,organic maupun anorganik,memperagakan perilaku pertukaran ion dalam
analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari
suatu ion.pertukaran ion bersifat stokiometri,yaitu 1 H+ diganti oleh suatu Na+.pertukaran
ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap,namun tak peduli
sejauh mana prose situ terjadi,stokiometri bersifst eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk setiap satu muatan yang masuk.Ion dapat ditukar yakni ion yang
tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan.
(Underwood, 2001)
Penukar ion adalah suatu metode yang mengikat suatu zat,senyawa,dan unsure yang
kita inginkan dimana zat pengotornya tidak ikut terikat.Kemudian,zat yang telah kita
inginkan yang telah terikat diresin dapat diambil dengan mengalirkan suatu pelarut yang
berinteraksi kuat dengan Ca daripada Ca dengan resin.
(Pratam, 2008)
Sifat dan resin penukar ion yang digunakan ikut menentukan kesektifan penukaran
terhadap berbagai ion,kut tidaknya suatu ion diserap pada resin penukar ion tergantung dari
sifat gugus fungsional yang terdapat dalam resin.Hal lain yang ikut menentukan kekuatan
diserpnya suatu ion pada resin penukar ion adalah persen hubungan silang resin yang
digunakan.Semakin tinggi persen hubungan silang maka semakin selektif resin yang
bersangkutan terhadap ion-ion yang ukurannya berbeda-beda.
(Seobargio, 2001)
Larutan yang melalui kolom disebutinfluent,sedangkan larutan yang keluar dari kolom
disebut effluent.Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi.Proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagen yang sesui
disebut elusi dan pereaksinya disebut eluen dan yang disebut dengan kapasitas pertukaran
total adalah jumlah-jumlah gugusan yang dapat dipertukarkan dalam kolom dinyatakan
dalam miliekivalen.
(Khopkar, 2003)
3. Alat dan Bahan
1. Alat
Kolom kromatografi : 1 buah
Tabung reaksi : 1 buah
Statif dan klem : 1 set
Gelas kimia : 1 buah
Labu takar 100 mL : 1 buah
Labu erlenmeyer : 2 buah
Kapas : Secukupnya
2. Bahan
Resin penukar ion (IRA 400) : Secukupnya
HCl 1 M : 55 mL
HCl 2 M : 50 mL
HCl 12 M : 16 mL
NiCl2 : 25 mL
ZnCl2 : 25 mL
Larutan amonia 6 M : 25 mL
Aquades : Secukupnya
Dimetilglioksim (C4H8N2O2) : Secukupnya
4. Spesifikasi Bahan
Sumber:
Labchem. (2017). Safety Data Sheet. [daring]. Tersedia: http://www.labchem.com [27 Maret
2021]
Resin
Larutan NiCl2
diamati
perubahan terjadi
ammonia larutan tak berwarna dan
Larutan Ni2+ masing-masing
dan Zn2+
diambil 1,5 mL
berbau amoniak
dimasukkan ke dalam labu
dimetilglioksim berwujud larutan
takar 100 mL
dan tak berwarna
ditambahkan 16 mL larutan HCl 12
M
diencerkan hingga tanda batas HCl berwujud larutan dan tak
Hasil berwarna
6. Data Pengamatan
a. Penyiapan sampel Ni2+ dan Zn2+
b. Penukaran ion
RN(CH3)3+OH- + Cl- RN(CH3)3+Cl- + OH-
[ZnCl4]2-
8. Pembahasan
Sampel awal dibuat dari 15 mL sampel yang mengandung Ni 2+ dan Zn2+ dimasukkan
ke dalam labu takar 100 mL, ditambahkan 16 mL larutan HCl 12 M dan diencerkan hingga
tanda batas. Sampel diambil 15 mL dan dimasukkkan ke kolom penukar ion. Erlenmeyer
ditaruh di bawah kolom dan dialirkan kran kolom sampai permukaan cairan tepat diatas
permukaan resin. Kolom lalu dicuci dengan 5 mL larutan HCl dan larutan kembali
dialirkan. Pencucian dilakukan sebanyak 3 kali. Elusi untuk logam Ni(II) dengan
ditambahkan 50 mL larutan HCl pada laju alir 2-3 mL/menit.
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan kation dengan menggunakan penukar ion.
Kation yang akan dipisahkan yakni Ni2+ dan Zn2+. Dikarenakan zat yang akan dipisahkan
yakni berupa kation, maka digunakan jenis resin penukar anion yang mana bersifat basa
kuat. Resin kation ini umumnya jenis basa kuat yang mengandung gugus amina kuarterner
(RN(CH3+OH-). Sebelum kolom penukar ion digunakan untuk memisahkan ion Ni2+ dan
Zn2+, resin yang di kolom penukar ion perlu dicuci dengan beberapa larutan seperti
ammonia, aquades, dan HCl. Proses pencucian ini bertujuan untuk regenerasi resin yang
ada di dalam kolom penukar ion untuk mengatasi kejenuhan pada resin. Resin akan cepat
sekali mengalami kejenuhan dalam hitungan hari atau minggu tergantung dari tingkat
kesadahan air bakunya. Sehingga perlu dilakukan regenerasi resin, dimana dalam proses ini
terjadi pengaktifan kembali gugus fungsional resin penukar ion yang berfungsi untuk
mengikat ion- ion pengotor yang berada dalam air. Resin dapat diregenerasi ke bentuk
semula karena reaksinya berjalan reversibel.
Pencucian menggunakan ammonia dikarenakan resin kation yang digunakan
merupakan jenis basa kuat yang mengandung gugus amina kuarterner (RN(CH3)3+OH-)
yang juga mengandung atom N. Oleh karena itu, penggunaan ammonia akan mengaktifkan
kembali resin tersebut. Resin yang akan digunakan bukan resin baru, artinya tentu
mengandung sisa pengotor di dalamnya seperti sisa kompleks anion [ZnCl3]- dan [ZnCl4]2-
yang melekat pada resin RN(CH3)3+[ZnCl3]- dari percobaan yang dilakukan sebelumnya.
Dengan adanya ammonia yang dalam air akan terhidrolisis menghasilkan ion OH- yang
dapat dipertukarkan dengan ion [ZnCl3]- dan [ZnCl4]2- sehingga resin dapat kembali
menjadi (RN(CH3)3+OH-) dan siap untuk digunakan proses pemisahan. Sementara [ZnCl 3]-
dan [ZnCl4]2- akan menjadi kompleks bebas.
Pencucian dengan larutan HCl 2 M pada resin kation akan menyebabkan resin kation
yang mengandung ion OH- pada permukaan resin mampu terdorong oleh ion Cl- dari HCl
sehingga ion OH- dipertukarkan dengan ion Cl- secara ekivalen. Sehingga, kondisi resin
sekarang mengandung ion Cl-.
Sampel yang mengandung Ni2+ dan Zn2+ yang telah diencerkan dalam kondisi asam
(penambahan HCl 12 M) dimasukkan ke dalam kolom penukar ion dan larutan dikeluarkan
dari kolom penukar ion secara perlahan-lahan. Penambahan HCl 12 M menyebabkan ion
Zn2+ akan membentuk senyawa kompleks klorozinkat(II) (seperti ZnCl3- dan ZnCl4-) yang
bermuatan negatif yang stabil. Sementara itu, Ni2+ tidak membentuk kompleks dengan Cl-
karena tidak bereaksi dengan Cl-.
Larutan sampel yang dimasukkan ke kolom penukar ion akan terjadi pertukaran
anion, dimana resin penukar kation yang telah mengandung gugus Cl - akan mengalami
- -
penukaran anion dengan kompleks anion ZnCl3 dan ZnCl4 karena sifat kedua kompleks
anion tersebut jauh lebih stabil dibandingkan dengan Cl-. Sementara itu, Ni2+ yang tidak
membentuk senyawa kompleks pada peristiwa ini akan terelusikan keluar dari kolom dan
dinyatakan sebagai sampel 1 yang mengandung ion Ni2+. Pencucian tiga kali dengan
larutan HCl yakni untuk mempengaruhi kekuatan pembentukan kompleks anion antara Cl -
dengan ion Zn2+, dimana variasi konsentrasi HCl dapat mempengaruhi kekuatan
pembentukan kompleks.
Reaksi pertukaran ion yang terjadi antara kompleks Zn dengan resin pada kolom
penukar ion sebagai berikut.
Cl-
Ion Zn2+ yang terikat pada resin kation tersebut dapat dipisahkan dengan
menambahkan aquades ke dalam penukar ion. H2O merupakan ligan yang lebih kuat
dibandingkan dengan ligan kompleks ZnCl3- dan ZnCl2-. Sehingga adanya penambahan
aquades tersebut akan terjadi penukaran antara kompleks anion ZnCl 3- dan ZnCl 2-
4
dengan
H2O yang netral, sehingga membentuk kompleks bebas dan dapat terelusikan keluar dari
kolom penukar ion.
Proses aliran larutan yang keluar dari resin harus perlahan-lahan (tetes per tetes) karena
untuk memperlama waktu kontak larutan saat melewati resin sehingga proses penukaran
anion akan terjadi lebih optimal.
Setelah ion Ni+ terpisahkan dari kolom dan sudah tertampung ke dalam labu
erlenmeyer, maka dilakukan identifikasi dengan cara larutan dimetilglioksim (C4H8N2O2)
dan larutan amoniak yang akan menimbulkan perubahan warna pada larutan dari warna
hijau tua jernih menjadi endapan atau larutan merah.
Karena ion Zn2+ masih berbentuk ion kompleks, maka ditambahkan H2O sebagai
ligan yang lebih kuat daripada kompleks [ZnCl3]- dan [ZnCl4]2- maka dari itu ion Zn2+
dapat dipisahkan dan ligan H2O akan terikat dengan resin. Setelah ion Zn2+ tertampung di
labu erlenmeyer, larutan diidentifikasi dengan menambahkan larutan amoniak yang akan
mengubah larutan dari larutan tidak berwarna menjadi endapan putih.
Faktor kesalahan yang terjadi pada eksperimen kali ini adalah tidak menambahkan
reagen atau eluen secara berurutan, karena akan menyebabkan tidak optimalnya pemisahan
yang terjadi yang diakibatkan pertukaran ion yang tidak sesuai. Lalu ketika penuangan
sampel tidak melalui dinding kolom maka akan menyebabkan gangguan pada lapisan resin,
maka penuangan eluen maupun sampel harus dialiri melalui dinding.
9. Kesimpulan
Praktikum “Kromatografi penukar ion” dapat memisahkan Ni(II) dan Zn(II) dengan
cara kromatografi penukar ion. Ion yang dipisahkan adalah Zn2+ dan Ni2+ dari sampel
ZnCl2 dan NiCl2. Ion Ni2+ terelusi terlebih dahulu dan diidentifikasi dengan larutan
dimetilglioksim dan larutan amoniak yang ditandai dengan perubahan dari larutan hijau tua
jernih menjadi endapan atau larutan merah. Sedangkan ion Zn2+ yang terikat pada resin
berupa ion kompleks [ZnCl3]- dan [ZnCl4]2- harus ditukarkan dengan ligan yang lebih kuat
mengikat resin yaitu akuades [H2O] sehingga ion kompleks [ZnCl3]- dan [ZnCl4]2-
terpisahkan menjadi ion bebas dan tertampung pada labu erlenmeyer, setelah itu
diidentifikasi dengan larutan amoniak merubah larutan yang tidak berwarna menjadi
endapan putih.