PRINSIP PERCOBAAN standar, lalu dipisahkan menggunakan eluen yang sesuai. Identifikasi
ion dilakukan dengan cara menghitung Rf, yaitu perbandingan antara
jarak sampel dengan jarak pelarut. Jika Rf sampel = Rf standar, maka
cuplikan mengandung zat yang sama dengan standar
DASAR TEORI
KROMATOGRAFI
A. Sejarah Kromatografi
Chromatography (Kromatografi) berasal dari kata Grek (Yunani) yaitu Chrome yang berarti
warna dan grafi yang berarti menulis. Sejarah kromatografi dimulai sejak tahun 1905 oleh Ramsey
yang menggunakan teknik adsorpsi atau desorpsi dengan suatu adsorben untuk memisahkan gas dan
uap. Pada tahun 1931 Michael Tswett melakukan pemisahan klorofil dan pigmen-pigmen
menggunakan alat yang dikenal sekarang kromatografi kolom pada 1941 Martin dan Synge
menemukan suatu teknik kromatografi partisi cairan-cairan. Pada tahun 1952 James dan Martin
memperkenalkan teknik pemisahan kromatografi gas-cairan (CLC). Sekarang ini teknik
kromatografi terus dikembangkan.
B. Pengertian Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang
dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah lapisan stasioner
dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut disepanjang
landasan stasioner.
Fasa diam berupa padatan atau cair yang dilapiskan pada padatan atau gel. Pada pemisahan ini
senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan dalam sistem yang bergerak mengalir melalui
suatu sistem yang diam, dan selama pengaliran fasa gerak akan terjadi pelarutan, adsorpsi dan
penguapan.
Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses yang sama yaitu adanya
distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan memanfaatkan perbedaan-
perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
Perbedaaan sifat tersebut diantaranya:
1. Kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut.
2. Sifat untuk bertaut (adsorpsi) yang berbeda satu sama lain dengan suatu serbuk bahan padat.
3. Sifat dapat menguap pada temperatur yang berbeda satu sama lain.
Berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Kromatografi dengan asas adsorpsi
Kromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan
komponen-komponennya akan sangat bergantung pada perbedaan polaritas molekul-
molekul yang akan dipisahkan.
2. Kromatografi dengan asas partisi
Kromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan komponen-
komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-
molekul yang dipisahkan.
KROMATOGRAFI KERTAS
A. Sejarah Kromatografi Kertas
Pada tahun 1944, Consden, Gordon, dan Martin memperkenalkan teknik dengan menggunakan
kertas saring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak berupa cairan yang terserap di antara
struuktur pori kertas. Sample sebanyak 1 didepositkan pada kertas saring dan akan mengalir
bersama system pelarut. Teknik ini sekarang dikenal sebagai teknik kromatografi kertas.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang
menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa
mobile dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika
pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal
sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan
sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan
tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling
sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi, penemuan kromatografi
kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
B. Pengertian Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan bagian khusus dari kromatografi cairan-cairan di mana cairan
stasionernya merupakan lapisan pelarut yang teradsorpsi pada kertas. Kromatografi kertas
digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana pemisahannya
menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam dan fase gerak. Dalam kromatografi kertas, fase
diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai.
Prinsip dari kromatografi kertas adalah pemisahan senyawa berdasarkan distribusi senyawa
antara dua fasa, fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dalam kromatografi berupa air yang terikat
pada selulosa kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar (pelarut yang
sesuai).
Suatu zat yang terdapat dalam campuran akan terpisah disebabkan adanya proses migrasi yang
dinamis dalam suatu sistem yang terdiri dari 2 fase, dimana suatu fase bergerak terus menerus
dengan arah tertentu dan masing-masing substansi menjalankan kecepatan yang disebabkan oleh
perbedaan partisi, kelenturan, tekanan, uap dan ukuran molekul.
Selain itu pemisahan pada kromatografi kertas terjadi kerena perbedaan kelarutan zat-zat dalam
pelarut serta perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang akan dipisahkan. Zat
yang lebih larut dalam pelarut dan kurang teradsorbsi pada kertas akan bergerak lebih cepat.
Sedangkan zat yang kurang larut dalam pelarut dan lebih teradsorbsi pada kertas akan tertinggal atau
bergerak lebih lama.
D. Metoda Kromatografi Kertas
Pada kromatografi kertas elusidasi atau pengembangan kromatogram dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Teknik menaik (ascending), pada teknik menaik ini rembesan fasa gerak bergerak ke atas
karena efek kapiler.
2. Teknik menurun (descending), pada teknik menurun ini rembesan fasa bergerak ke bawah
yang dikarenakan efek kapiler yang juga dibantu oleh efek gravitasi sehingga rembesan
berjalan lebih cepat.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam.Fase gerak
adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Sampel tinta diteteskan pada garis dasar pinsil
pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam
pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai didalamnya.Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya.Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan
klip kertas pada bagian atas dan bawah.Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada
bawah wadah.Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas
kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap
menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
Kromatografi kertas dua arah digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi
yang memiliki nilai yang sangat serupa. Pada prosesnya menggunakan dua pelarut yang berbeda.
Misalnya kita menggunakan zat warna sebagai sampel. Prosedur yang harus dilakukan adalah:
1) Tahap pertama
Mula-mula titik tunggal campuran ditempatkan pada salah satu ujung garis dasar.
Kemudian masukkan kedalam pelarut seperti yang sebelumnya hingga pelarut mendekati
ke atas kertas.
2) Tahap kedua
Pada kromatogram, posisi depan pelarut ditandai dengan pensil sebelum kertas
mengering, diberi lebel sebagai SF1. Kemudian masukkan kedalam pelarut yang pertama,
dihasilkan titik sentral besar dalam kromatogram yaitu sebagian biru dan sebagian hijau.
Dua pewarna dalam campuran memiliki nilai yang sudah hampir sama.
3) Tahap ketiga
Menunggu kertas kering sepenuhnya, dan kemudian memutar kertas sampai 90 0 dan
kemudian mengembangkan kromatografi lagi di dalam suatu pelarut yang berbeda.
Bintik-bintik akan bergerak dengan jumlah yang berbeda, hal ini menyebabkan terjadinya
perbedaan nilai . Jika kita ingin mengidentifikasi titik-titik dalam campuran maka kita
harus menghitung nilai nya untuk disetiap tempat, dan kemudian membandingkannya
dengan nilai-nilai yang telah diukur untuk senyawa yang dikenal dengan kondisi yang
sama persis. Apabila kita mengidentifikasinya dengan zat pembanding pada kromatogram
yang sama seperti yang dilakukan diawal dengan pena, maka kita tidak bisa
mengidentifikasinya. Karena campuran yang dipisahkan pada contoh ini terpisah menjadi
empat tempat yang berbeda.
Rf =
Nilai Rf akan menunjukkan identitas seuatu senyawa karena nilai ini karakteristik untuk suatu
senyawa pada pelarut tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:
1. Pelarut, perubahan yang sangat kecil dari komposisi pelarut akan menyebabkan harga R f
berubah.
2. Suhu perubahan, suhu menyebabkan perubahan koefisien partisi dan kecepatan alir.
3. Ukuran bejana, volume bejana mempengaruhi homogenitas atmosfer sehingga
mempengaruhi kecepatan penguapan pelarut dari kertas.
4. Kertas, jenis kertas akan mempengaruhi kecepatan alir dan kesetimbangan partsisi.
5. Sifat dari campuran.
G. Pelaksanaan Kromatografi Kertas
Pada pemisahan dengan kromarografi kertas hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak. Pertama kali fase gerak mengalir oleh gaya
kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya disebabkan oleh gaya gravitasi.
Bercak-bercak yang terjadi berupa garis lengkung dengan diameter makin panjang bila
bercak makin ke tepi.
2. Jenis kertas
Ada berbagai jenis kertas yang khusus dibuat untuk kromatografi yang berbeda dalam
susunan serat, ketebalan dan lain-lain. Jenis kertas antara lain mempengaruhi :
a. Kecepatan aliran eluen.
b. Nilai Rf, karena daya serap berbeda-beda.
c. Bentuk bercak zat.
d. Ukuran kertas yang digunakan umumnya :
Eluen (disebut juga pelarut) pada kromatografi kertas biasanya merupakan campuran 2
komponen atau lebih. Pada gerak biasanya merupakan campuran yang terdiri dari satu
komponen organik utama, air dan berbagai tambahan seperti asam, basa atau pereaksi-
pereksi kompleks.
a. Setelah pengembangan fase gerak harus mudah diuapkan dan tidak boleh
meninggalkan sisa yang dapat mengganggu pengamatan bercak. Idealnya cairan eluen
tidak boleh bercampur dalam fase diam atau sebaliknya.
b. Fase gerak yang digunakan harus murni dan tidak boleh mengganggu pendeteksian
bercak.
c. Sebagai fase diam digunkan pelarut polar umumnya air. Sebagai fase gerak dapat
digunakan alkhohol, asam-basa, keton, ester, amia, fenol, hidrokarbon atau campuran
pelarut untuk mendapatkan pemisahan yang sempurna.
4. Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
Bejana yang digunakan harus seimbang dengan ukuran kertas yang digunakan serta
banyaknya pelarut yang ada didalam bejana tersebut.
5. Pembuatan sampel
Pada pembuatan sampel sebaiknya sampel yang dibuat tidak terlalu encer, karena apabila
sampel yang dibuat encer maka pada saat penotolan pada kertas saring akan dilakukakan
berulang-ulang kali. Oleh karena itu sampel yang dibuat harus sedikit agak kental untuk
menghindari penotolan berulang-ulang kali.
6. Waktu eludasi/pengembangan
Pengembang dilakukan setelah fase gerak (eluen) ditempatkan pada bejana yang cocok.
Bejana dijenuhkan dengan fase uap gerak dengan cara menutup dan didiamkan beberapa
waktu (jam). Penjenuhan akan lebih baik dengan cara meletakan kertas saring yang
dibasahi faase gerak pada dinding bejana. Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak dan
dijaga agar noda agar tidak tetap tidak terendam dan kertas tidak menyentuh dinding
bejana. Jarak pengembangan, pada metode penaikan biasanya 15 cm dan pada metode
penurunan dapat bervariasi.
Untuk senyawa yang tidak berwarna diperlukan deteksi secara kimia atau fisika. Secara
fisika misalnya dengan sinar ultra violet (panjang gelombang 254 dan 370 mm)
Secara kimia dengan menyemprotkan pereaksi pada kertas atau mencelupkan padsa kertas
peda larutan pereaksi. Pereaksi tersebut dikenal sebagai pereaksi lokasi atau pereaksi
spesifik.
a. Klinik dan biokimia yaitu pemisahan asam amino dan peptide untuk mengetahui struktur
protein, uji urine dan cairan lain yang mengandung asam amino dan karbohidrat.
b. Bidang analitik umum yaitu analisa polimer, analisa logam-logan dalam tanah, pemisahan
alkanoid dan senyawa-senyawa yang mengandung radio isotop.
Aplikasi lainnya dari kromatografi kertas sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya
adalah tinta, zat pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil, make up dan berbagai zat
lainnya. Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita
sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan kertas whatman dengan panjang 20 cm, dari salah satu sisinya dibuat garis
pada jarak 2 cm dari salah satu sisinya, yang dibagi menjadi 6 bagian yang ditandai no.
1-6 dengan pensil.
2. Pada no.1, 3 dan 5 diteteskan larutan standar, pada no. 2, 4 dan 6 teteskan larutan sampel
kemudian bentuk kertas menjadi silinder.
3. Disiapkan 50ml eluen Alkohol-HCl dalam silinder kaca yang kering.
4. Ditempatkan silinder kertas yang telah dibuat ke dalam silinder kaca yang berisi eluen,
dengan bagian kertas yang mengandung tetesan zat tercelup kedalam eluen lalu tutup
solinder kaca dengan kaca arloji.
5. Dilakukan elusi hingga eluen naik 2/3 bagian dari tinggi kertas.
6. Kemudian dikeluarkan kertas, permukaan jarak pelarut ditandai dengan pensil, lalu
keringkan kromatogram.
7. Dipotong kromatogram menjadi 6 bagian, dengan masing-masing bgian mengandung 1
tetes larutan standar dan 1 tetes larutan sampel
8. Disemprotkan pereaksi yang sesuai ke dalam potongan kromatogram.
9. Dihitung harga Rf dari standar dan sampel, dan tentukan ion logam yang terkandung
dalam sampel.
Alat :
1. Jarum
2. Kaca silinder
3. Kaca arloji
4. Gunting
Bahan :
2. Larutan Sampel
DATA PENGAMATAN
NO.
1. Perhitungan
LANGKAH : KERJA GAMBAR
1. Alkohol : HCl
Disiapkan kertas whatman
9 : 1
dengan panjang 20 cm. Dari
45 ml : 5 ml
salah satu sisi kanan kirinya
dibuat garis pada jarak 2 cm.
Diantara 2 garis tersebut, dibuat
5 garis, kemudian ditandai dari
Mencampurkan alkohol dan
2. no.
HCl1-6kedengan
dalam pensil.
gelas kimia 100
2. ml. Diaduk hingga homogen.
Pada kolom no. 1, 3 dan 5
diteteskan larutan standar Cu2+,
Ni2+, dan Fe3+.
PENJENUHAN ELUEN
FeDALAM
3+ KOLOM
Ni2+ Cu 2+
Tidak Tidak
Fe3+ 13 cm - - muncul muncul
warna warna
Tidak
2+
Cu 13 cm 7,05 cm - Coklat muncul
warna
PERHITUNGAN
Dikarenakan hanya warna unsur Ni2+ yang mucul pada kertas kromatogram standar dan sampel,
sehingga Rf yang dapat dihitung hanya Rf pada unsur Ni2+. Perhitungannya :
PEMBAHASAN
1. Eluen yang digunakan yaitu Alkohol 95% dan HCl 5N (9:1) sebagai fasa gerak. Dikatakan
sebagai fasa gerak karena alkohol dan HCl berfungsi sebagai larutan yang dapat membawa
sampel dan mampu menarik sampel yang ditotolkan pada kertas kromatogram.
2. Eluen dijenuhkan didalam silinder kaca, kemudian ditutup dengan kaca arloji agar eluen
menjadi jenuh. Alasan kaca silinder ditutup oleh kaca arloji adalah untuk meyakinkan bahwa
atmosfer dalam silinder kaca terjenuhkan dengan uap pelarut (eluen). Penjenuhan udara dalam
silinder kaca dengan uap menghentikan penguapan pelarut, sama halnya dengan pergerakan
pelarut pada kertas.
3. Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman karena mempunyai pori-pori yang
besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat dan teratur.
4. Garis/tabel yang dibuat pada kertas digambar menggunakan pensil karena pensil terbuat dari
grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika menggunakan tinta pulpen maka tinta
pulpen akan larut sehingga dapat mengganggu penampakkan noda standar maupun sampel.
Panjang kertas saring whatman yang digunakan yaitu 20 cm. Panjang kertas saring
whatman disesuaikan dengan ketinggian silinder kaca. Sehingga saat kertas dimasukkan ke
dalam silinder kaca, kertas masuk dan silinder kaca dapat ditutup dengan kaca arloji.
Di sisi kanan kiri kertas kromatogram dibuat garis memanjang dengan jarak dari ujung
kertas sepanjang 2 cm. Jarak ini digunakan untuk menyatukan sisi kertas saat dibentuk
menjadi silinder, baik dengan cara dijahit ataupun ditempel menggunkan double type.
Dibuat 6 kolom memanjang, untuk jalur sampel dan standar saat terelusi. Jarak antar
kolom dibuat tidak terlalu pendek, agar saat sampel dan standar terelusi tidak tercampur
antar satu dengan lainnya (keluar dari jalur kolom)
Dibuat garis melebar pada bagian bawah kertas kromatogram. Jarak dari dasar kertas
dengan garis yang dibuat sepanjang 3 cm. Kemudian dibagi menjadi 2 garis :
Garis pertama berjarak 1,5 cm dari dasar kertas kromatogram. Jarak ini berdasarkan tinggi
eluen didalam silinder kaca. Garis ini sebagai garis mulai jarak tempuh eluen.
Garis kedua berjarak 1,5 cm dari garis pertama. Garis ini sebagai garis tempat penotolan
standar dan sampel, sehingga menunjukan garis mulai jarak tempuh standar dan sampel.
Selain itu, agar standar dan sampel tidak terlarut oleh eluennya sebelum proses elusi
dimulai.
6. Meneteskan sampel dan standar pada kertas whatman menggunakan pipet kapiler, karena pipet
kapiler memiliki diameter yang kecil sehingga meminimalisir akan robeknya kertas saat
ditetesi zat standar atau sampel.
7. Menjahit/menempelkan bagian sisi kertas dilakukan di tiga titik (atas,tengah,dan bawah) atau
apabila menggunakan double type cukup sedikit saja jangan terlalu rapat karena penjahitan
atau penempelan ini dilakukan hanya untuk menyatukan kedua ujung kertas agar berbentuk
silinder yang nantinya akan dibuka kembali.
8. Saat memasukkan kertas saring whatman kedalam silinder kaca harus hati-hati jangan sampai
terkena dinding silinder kaca, karena apabila terkena dinding dikhawatirkan zat sampel dan
larutan standar akan terbasahi sehingga mengakibatkan sampel dan larutan standar akan
terbawa oleh pelarut keluar dari jalurnya, dan akan sulit ketika menghitung Rf.
9. Perbedaan jarak tempuh tiap standar dan sampel dapat diakibatkan oleh :
Zat yang lebih larut dalam pelarut dan kurang teradsorpsi pada kertas akan bergerak lebih
cepat. Sedangkan zat yang kurang larut dalam pelarut dan lebih teradsorpsi pada kertas
akan tertinggal atau bergerak lebih lama.
Atau sesuai dengan massa relatif dari tiap-tiap unsur yang terkandung pada sebuah
sampel. Bila massa relatifnya lebih besar maka akan bergerak lebih lama, dan bila massa
relatifnya lebih kecil maka akan bergerak lebih cepat.
10. Pengeringan menggunakan hairdryer dilakukan agar noda pada kromatogram nampak dan
kering lebih cepat.
11. Setelah kertas kromatogram kering, kertas dipotong menjadi 3 bagian (tiap bagian terdapat 1
standar dan 1 sampel) untuk memudahkan pada saat proses penyemprotan pereaksi.
Untuk larutan standar Fe3+ disemprotkan dengan K4[Fe(CN)6]. Apabila positif mengandung
ion Fe3+ maka akan terbentuk warna biru.
Untuk larutan standar Cu2+ disemprotkan dengan K4[Fe(CN)6]. Apabila positif mengandung
ion Cu2+ maka akan terbentuk warna coklat.
Untuk larutan standar Ni2+ disemprotkan dengan NH4OH kemudian dengan DMG. Ni2+
disemprot dengan NH4OH terlebih dahulu agar Ni2+ bereaksi dengan DMG membentuk
kompleks berwarna Ni(DMG)2, karena Ni2+ bereaksi pada suasana basa. Apabila positif
mengandung ion Ni2+ maka akan terbentuk warna merah.
12. Saat praktikum, ketika kertas kromatogram berisi hasil elusi standar Fe3+ dan sampel
disemprotkan pereaksi K4[Fe(CN)6], pada keduanya tidak terbentuk kompleks berwarna (tidak
berwana). Begitu juga saat menyemprotkan pereaksi K4[Fe(CN)6] pada kertas kromatogram
berisi hasil elusi standar Cu2+ dan sampel, yang terbentuk kompleks berwarna hanya pada
kertas kromatogram berisi standar Cu2+ saja. Lain halnya, ketika kertas kromatogram berisi
hasil elusi standar Ni2+ dan sampel disemprotkan pereaksi NH4OH kemudian dengan DMG,
pada keduanya terbentuk kompleks berwarna Ni(DMG)2 yaitu berwarna merah.
Ketidaksesuain yang terjadi yaitu tidak munculnya kompleks berwarna pada larutan standar
Fe3+ dan sampel, dimungkinkan karena beberapa faktor, yaitu :
Saat memasukan kertas kromatogram ke dalam silinder kaca, kertas terkena dinding
silinder, sehingga larutan standar maupun sampel terbasahi terlebih dahulu oleh eluen
sebelum proses elusi yang mengakibatkan proses elusi tidak sempurna dan larutan standar
maupun sampel terbawa keluar dari jalur kolom yang telah dibuat, yang pada akhirnya
tidak teridentifikasi ketika disemprotkan pereaksi pembangkit warna.
Tidak bersamaannya kertas tercelup ke dalam eluen. Karena ketika proses elusi terjadi,
terdapat salah satu standar atau sampel yang jarak tempuhnya jauh melebihi standar dan
sampel yang lain.
Pada penyemprotan kertas kromatogram berisi hasil elusi standar Fe 3+ dan sampel
disemprotkan pereaksi yang tidak sesuai, yaitu NH 4OH sehingga tidak terbentuk kompleks
berwarna pada standar Fe3+ maupun sampel.
Rf sampel = 0,6807
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga.
PARAF
NILAI
PEMBIMBING