Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KROMATOGRAFI PLANAR: KROMATOGRAFI KERTAS,


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS, DAN KROMATOGRAFI
ELEKTROFORESIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemisahan Kimia dan Analisis
Instrumentasi
Yang diampu oleh:
1. Ibu Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si.
2. Ibu Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd., M.Si.

Oleh:
Kelompok 6 Offering B
1. Sa’adatul Hikmah (190331622858)
2. Samudra Mutiara Hasanah (190331622802)
3. Shafa Zahra Aditya (190331622891)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah berjudul “Kromatografi Planar: Kromatografi Kertas,
Kromatografi Lapis Tipis, dan Kromatografi Elektroforesis” ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemisahan Kimia
dan Analisis Instrumentasi yang diampu oleh Ibu Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si.
dan Ibu Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd., M.Si. Oleh karena itu, sebagai wujud
apresiasi penulis, kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan yang
diberikan. Diharapkan dengan makalah ini dapat mengoptimalkan pemahaman
mahasiswa(i) pada materi terkait.
Penulis sadar betul, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka segala bentuk saran dan kritik yang membangun akan
senantiasa diterima dengan tangan terbuka.

Malang, 21 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Prinsip Kromatografi Planar ...................................... 3
2.2 Kromatografi Kertas ........................................................................... 7
2.3 Kromatografi Lapis Tipis ................................................................... 11
2.4 Kromatografi Elektroforesis ............................................................... 13
2.5 Perbandingan antara Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis
Tipis.................................................................................................... 15
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi yang paling praktis untuk dilakukan adalah kromatografi
planar, atau sering disebut juga dengan kromatografi bidang. Dengan satu tetes
analit di atas kertas, atau lapisan tipis yang bertindak sebagai fase diam, sistem
pemisahan yang analog dengan kromatografi kolom dapat terjadi. Beberapa
teknik pengembangan dengan tegak lurus maupun melingkar, bahkan dengan
menambahkan pengaruh arus listrik dapat dilakukan dengan bermacam-macam
variasi sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa teknik pengembangan dapat
ditanıbahkan, misalnya jika komponen analit yang sudah dipisahkan ini tidak
tampak mata.
Metode kromatografi bidang diawali dari teknik analitik sejak zaman
Romawi untuk melakukan uji yang menggunakan pigmen dan pewarna. Pada
abad yang lalu beberapa kimiawan Jerman, yakni Runge, Schönbein,
Goppelsröder melakukan hal yang serupa namun dari hal yang sama dibuatkan
sebuah metode sehingga dapat diulang. Setelah itu AJ.P. Martin yang sudah
mendalami kromatografi cair dan gas serta Consden dan Gordon berhasil
mendeskripsikan partisi dalam kromatografi kertas di mana kelembaban pada
kertas dapat bertindak sebagai fase diam. Dalam waktu singkat cara analisis
yang sederhana ini membantu perkembangan ilmu kimia dengan signifikan.
Keberhasilan ini diikuti dengan terciptanya kromatografi lapis tipis (thin
layer chromatography, TLC) oleh Egon Stahl yang menggunakan selapis tipis
adsorben yang ditempelkan pada lempeng kaca atau plastik sehingga dapat
digunakan seperti kromatografi kertas. Ternyata kromatografi lapis tipis jauh
lebih dapat diandalkan untuk penelitian kimia dan biokimia daripada
kromatografi kertas. Saat ini Macherey-Nagel dan banyak perusahaan lain
menyediakan pelat kromatografi lapis tipis yang siap digunakan secara
komersial sehingga tebal lapisan dapat dijamin homogen dan hal ini sangat
menunjang penelitian yang melibatkan pemisahan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Planar?
2. Apa Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Kertas?
3. Apa Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Lapis Tipis?
4. Apa Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Elektroforesis?
5. Apa saja Perbandingan antara Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis
Tipis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Planar
2. Mengetahui Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Kertas
3. Mengetahui Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Lapis Tipis
4. Mengetahui Pengertian dan Prinsip dari Kromatografi Elektroforesis
5. Mengetahui Perbandingan antara Kromatografi Kertas dan Kromatografi
Lapis Tipis

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Kromatografi Planar


Kromatografi yang paling praktis untuk dilakukan adalah kromatografi
bidang atau yang disebut juga kromatografi planar. Dengan satu tetes analit
di atas kertas atau lapisan tipis yang bertindak sebagai fasa diam, sistem
pemisahan yang analog dengan kromatografi kolom akan terjadi.
Pemisahan terjadi dengan pemisahan berkesinambungan (successive
equillibration) dari komponen analit antara fasa diam dan fasa gerak.
Kromatografi planar adalah salah satu bentuk kromatografi dimana fasa
diam dilapiskan ke penyangga. Kromatografi planar ada dua macam, yaitu
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi dapat
digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun dari suatu campuran. Pada
pemisahan secara kromatografi suatu sampel akan dilewatkan ke pemukaan
yang inert (yang sulit bereaksi secara kimia) seperti alumina, silika dan
kertas khusus. Dalam hal ini zat inert merupakan fasa diam karena tidak ikut
bergerak bersama sampel campuran. Selain fasa diam ada juga fasa gerak.
Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan. Disebut fasa gerak karena gas atau
cairan tersebut akan bergerak bersama-sama dengan sampel melewati fasa
diam. kromatografi.
Kromatografi planar merupakan suatu hal yang diperoleh dari
fenomena pemisahan suatu pigmen warna dari suatu klorofil yang di
lakukan oleh Tswett. Dimana Tswett mengunakan kolom yang didalamnya
dimasukan suatu fase diam yang berupa kalsium karbonat, yang disimpan
diatasnya suatu ekstrak dari pigment klorofil kemudian dielusi dengan suatu
pelarut organik, sehingga dihasilkan pemisahan dari pigmen-pigmen
tertentu yang terelusi tidak bersamaan. Sementara kertas original dari
Tswett berada di Rusia yang dipublikasikan pada tahun 1906, dan di review
oleh Ettre.
Prinsip pemisahan pada kromatografi sendiri bisa terjadi secara
adsorbsi atau partisi. Fase gerak pada planar kromatografi pada dasarnya
merupakan suatu sistem pelarut atau cair walaupun kadang bisa

3
menggunakan gas, dan umumnya analit adalah analit yang akan dianalisis
dengan metode planar kromatografi merupakan molekul yang tidak
mengaup dan stabil di udara terbuka, sementara fase diam (solid phase) bisa
berupa suatu padatan atau suatu larutan yang ditempelkan pada suatu
penunjang.
Sebagai sebuah metode, kromatografi bidang mempunyai keterulangan
yang meyakinkan (reproducibility tinggi). Selain kebutuhan akan sampel
juga sangat sedikit (satu tetes), rancangan sederhana, dan analit yang
terpisah dengan mudah didapatkan kembali, kromatografi lapis tipis dapat
menerima elusi lebih dari sekali dengan pelarut pengembang yang berbeda.
Dengan demikian, dua set kromatogram dapat dikembangkan dengan
mudah. Dewasa ini kromatografi lapis tipis menjadi pilihan karena dapat
digunakan untuk banyak sampel dalam waktu singkat sekaligus, TLC telah
menjadi uji baku sebelum kromatografi lebih lanjut (misalnya HPLC). Hal
yang sangat menguntungkan juga adalah hasil pemisahan dengan lapis tipis
ini bisa digunakan untuk analisis selanjutnya, misalnya dalam spektroskopi
inframerah, spektroskopi massa, atau bahkan resonansi magnetik inti
(NMR).
Tambahan lagi proses pemisahan dapat diulang dengan sangat mudah
dan hasilnya juga dapat berulang. Penggunaan kromatografi bidang
meliputi persiapan sampel, aplikasi sampel pengembangan kromatogram
dengan larutan pengembang (fase gerak) yang dipilih serta visualisasi
kromatogram. Visualisasi dapat dibantu dengan penyinaran dengan sinar
ultraviolet atau dengan memaparkan lempeng lapis tipis ini kepada uap
iodin. Penetapan senyawa secara kualitatif dan kuantitatif dapat dilakukan
pada tahapan ini.
• Prinsip Teoritis dari Kromatografi Planar
Semua prinsip yang berlaku dalam kromatografi kolom juga berlaku
untuk kromatografi planar/bidang. Pemisahan terjadi dengan
kesetimbangan berkesinambungan (successive equillibration) dari
komponen analit antara fase diam dan fase gerak. Waktu retensi dalam

4
kromatografi bidang dinyatakan dalam faktor retardasi (Retardation
factor, R) yang dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Adapun jarak senyawa yang diukur adalah jarak dari garis awal sampai
dengan ujung depan noda analit. Walaupun demikian, karena noda biasanya
memanjang, yang diperhitungkan adalah jarak dari awal sampai ke tengah
noda karena kerapatan analit paling besar. Jarak pelarut dapat terlihat
dengan jelas setelah sistem mengering. Adapun secara skematis,
kromatografi planar dapat digambarkan secara sederhana dalam (Gambar
1). Arah pengembangan kromatogram dari kiri ke kanan, diawali dengan
sampel yang dititikkan di garis awal. Garis di sebelah kanan adalah garis
pelarut.

Gambar 1. Diagram skematis kromatografi bidang/planar dengan 3


senyawa analit (Sumber: Wonorahardjo, 2013)

Dalam kaitannya dengan prinsip kromatografi, kromatografi planar adalah


miniatur dari kromatografi kolom. Pemisahan terjadi karena perbedaan
distribusi senyawa analit dalam dua fase yang sama-sama tipis. Prinsip-
prinsip kelarutan juga berlaku untuk kromatografi bidang. Adsorpsi pada
permukaan juga menunjukkan kesamaan dengan kromatografi kolom.
Gambar 2 menunjukkan prinsip kromatografi planar/bidang untuk dua buah
senyawa analit.

5
Gambar 2. Prinsip penyerapan senyawa analit yang dibawa fase gerak
oleh fase diam (Sumber: Wonorahardjo, 2013)

Dalam (Gambar 2) lapisan fase gerak membawa senyawa A dan B melaju


dari kiri ke kanan. Senyawa B melewati jarak lebih panjang daripada
senyawa A pada saat terserap di fase diam yang dilapiskan pada pelat
pembawa. Jika dibuatkan grafik X/m versus konsentrasi akan terlihat
pemisahan seperti gambar di atasnya.
Harga koefisien distribusi dalam hal ini juga dapat didefinisikan sebagai
konsentrasi senyawa analit di fase diam dibandingkan dengan
konsentrasinya di fase gerak (seperti persamaan berikut):
𝐶𝑠
𝐾=
𝐶𝑀
Adapun harga K berhubungan dengan faktor retardasi senyawa analit. Jarak
rata-rata yang ditempuh oleh senyawa akan proporsional dengan
kecepatannya yang sebenarnya juga sama dengan kecepatan
pelarutbergerak dikalikan dengan waktu yang dihabiskan senyawa analit
berada di dalam fase gerak. Ekspresi dari jumlah molekul di tiap fase atau
distribusi senyawa pada fase diam dan fase geraknya dengan demikian
menjadi:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑖 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝐶𝑚 𝐴𝑚
𝑅𝑓 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑒 = 𝐶𝑚 𝐴𝑚+𝐶𝑠 𝐴𝑠

6
Jika harga AM dan As dapat mewakili luas area melintang dari kedua fase
tegak lurus bidang elusi, maka membagi keduanya dengan CM dan
memasukkan persamaan 1 akan menghasilkan:
𝐴𝑚 𝐴𝑚
𝑅𝑓 = =
𝐴𝑚 + 𝐴𝑠𝐶𝑠 / 𝐶𝑚 𝐴𝑚 + 𝐾𝐴𝑠
Walaupun demikian, luas area melintang dari lapisan tipis atau kertas
biasanya sulit dihitung, sehingga persamaan diatas juga jarang digunakan
secara teliti untuk analisis kuantitatif. Walaupun demikian, harga A secara
einpiris terbukti dapat mengubah harga Rf sehingga harga Rf juga dapat
diperkirakan untuk pelarut pengembang yang berbeda-beda. Dengan
demikian, harga Rf, memang dipengaruhi oleh perbedaan kertas atau lapis
tipis (dalam hal ukuran pori dan diameter kapiler), metode dan arah
pengembangan (arah elusi), konsentrasi dan ukuran sampel, dan juga jarak
tempuh noda komponen analit. Dengan demikian, biasanya untuk
mengidentifikasi senyawa dalam sampel maka senyawa standar juga
diaplikasikan dan dikembangkan dalam kondisi yang sama dengan sampel.
Sebenarnya harga Rf juga berhubungan dengan perhitungan kuantitatif
dari konsentrasi senyawa komponen dalam campuran analit. Jika lapis tipis
digambarkan penampang melintangnya, tampak bahwa semakin jauh
senyawa bepindah dari titik awal dan terjerap di fase diam maka kesempatan
untuk melebar karena difusi longitudinal semakin besar. Pada praktiknya,
jika komponen ini akan diambil, bagian pelat fase diam yang berisi
komponen yang terpisah itu bisa diambil dan dilarutkan dalam pelarutnya
untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam kromatografi kertas dilakukan
pengguntingan bagian yang memuat noda.

2.2 Kromatografi Kertas


Kromatografi kertas adalah awal dari sejarah kromatografi lapis tipis
dalam dunia kimia analitik. Kromatografi kertas merupakan bentuk
kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah. Jenis kromatografi
ini terutama banyak digunakan untuk identifikasi kualitatif walaupun untuk
analisis kuantitatif juga dapat dilakukan. Penemu kromatografi kertas ini
adalah Martri, Consden dan Gordon. Kertas mempunyai bahan dasar

7
selulosa yang merupakan polimer dari glukosa. Dengan adanya banyak
gugus hidroksil di permukaan maka selulosa mempunyai afinitas sangat
besar terhadap air dan pelarut-pelarut organik lainnya karena adanya ikatan
hidrogen.
Diharapkan pelarut dapat masuk ke dalam jaringan benang-benang
selulosa dan menyebabkan kertas sedikit mengembang. Dalam air, kertas
akan menjadi elektronegatif. Selain itu, kertas juga mempunyai sifat
penukar ion walaupun lemah. Banyak cara dilakukan untuk membuat kertas
mampu memberikan harga R yang berbeda dengan pelarut yang berbeda.
Modifikasi bahan dasar kertas juga telah dilakukan, antara lain dengan
menambahkan sedikit gel silika atau gel alumina atau bahkan resin penukar
ion.
Kromatografi kertas bekerja juga dengan variasi pelarut. Pelarut
pengembang merupakan campuran pelarut yang dapat naik bersama-sama
dalam satu tabung pengembang. Rancangan pengembangan juga harus
dipikirkan pada saat pemisahan hendak dijalankan. Pengembangan dapat
dilakukan sekali maupun dua kali dengan pengembang yang berbeda.
Salah satu pengembangan dari kromatografi kertas adalah kromatografi
kertas fase balik di mana kertas yang digunakan dilapisi dengan bahan yang
sangat hidrofob seperti karet dan minyak silikon. Sebagai fase gerak
digunakan pelarut yang sangat polar, kebalikan dari kebiasaan kromatografi
yang menggunakan fase diam polar dan fase gerak non polar. Sistem-sistem
seperti ini sangat berguna untuk memisahkan asam-asam lemak dalam
campuran serta senyawa-senyawa non polar. Senyawa-senyawa ini harus
ditahan di fase diam lebih lama. Pada sistem normal seperti biasa senyawa-
senyawa nonpolar tidak terlalu terikat di fase diam, akibatnya elusi
berlangsung terlalu cepat dan tidak terjadi pemisahan walaupun kolom telah
terlewati.
Kromatografi kertas biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa anorganik, organik maupun biokimia dengan kapasitas informasi
yang terbatas. Campuran logam-logam dapat dipisahkan dan diuji cepat
dengan kromatografi kertas. Demikian pula senyawa-senyawa organik yang

8
hendak dicarikan kondisi pemisahannya lebih sering dicobakan dengan
kromatografi kertas. Kromatografi kertas juga digunakan untuk melihat
apakah hasil reaksi telah mulai dihasilkan.
Biasanya reaksi-reaksi organik yang memakan waktu lama harus setiap
kali dilihat dengan menotolkan campuran dan mengembangkannya. Dari
hasil uji dengan kromatografi kertas ini langkah selanjutnya dapat
ditentukan. Demikian pula halnya dengan penelitian biokimia yang
memerlukan uji singkat untuk memastikan sebuah hasil reaksi atau
menghilangnya pereaksi. Uji-uji mendasar dalam makanan dan obat-obatan,
studi reaksi-reaksi enzimatik banyak menggunakan informasi awal dari
kromatografi kertas.
Fasa diam dalam kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa
kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar.
Berdasarkan kedua hal itu kromatografi kertas dapat digolongkan ke dalam
kromatografi partisi. Dalam kromatografi kertas fasa gerak merembes ke
dalam kertas karena efek kapiler. Rembesan fasa gerak pada kertas dapat
dilakukan dengan teknik menaik (ascending) atau dengan teknik menurun
(descending). Pada teknik menaik rembesan fasa gerak bergerak ke atas
sedangkan pada teknik menurun rembesan fasa gerak bergerak ke bawah.
Pada teknik menurun rembesan fasa gerak di samping bergerak karena efek
kapiler juga dibantu oleh efek gravitasi sehingga rembesan berjalan lebih
cepat.
Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas terbagi
dalam tiga tahap yaitu tahap penotolan cuplikan, tahap pengembangan dan
tahap identifikasi atau penampakan noda. Pada tahap penotolan cuplikan,
mula-mula siapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu. Buatlah
garis awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan
pertolongan pensil. Selanjutnya totolkan larutan cuplikan dengan
menggunakan mikropipet atau pipa kapiler pada garis awal tadi, kemudian
keringkan.
Pada tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram dekat garis awal
yang telah berisi totolan cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut (eluen) yang

9
terdapat di dalam bejana kromatografi (lihat Gambar 3). Pencelupan
diusahakan tidak merendam totolan cuplikan atau garis awal. Biarkan eluen
merembes melewati totolan cuplikan. Komponen-komponen cuplikan akan
terbawa oleh rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutancuplikan komponen-
komponen dalam eluen akan mengakibatkan kecepatan bergerak
komponen-komponen dalam kertas juga berbeda. Perbedaan kecepatan
bergerak komponen-komponen ini lebih umum disebut migrasi deferensial.
Pemisahan komponen-komponen ini terjadi karena migrasi deferensial.
Hasil pemisahan akan nampak sebagai nodanoda berwarna pada kertas
dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Noda-noda ini selanjutnya
disebut sebagai kromatogram. Perembesan eluen dihentikan setelah eluen
hampir mencapai ujung kertas. Pekerjaan selanjutnya adalah memberi tanda
batas gerakan eluen, dan Kemudian kertas diangkat dari cairan pengelusi
untuk seterusnya dikeringkan.
Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah
berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf-nya. Besaran Rf
ini (kependekan dari "rate of flow") menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fasa diam. Karena itu Rp juga disebut faktor retardasi atau
faktor retensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak).
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
Setiap komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri. Dengan
menggunakan zat baku, noda dapat diidentifikasi.
Bila noda tidak berwarna, langkah pertama yang harus diambil ialah
menampakkan noda tersebut. Penampakan noda dapat dilakukan dengan:
(1) Menyemprot kertas dengan preaksi penimbul warna seperti ditizon,
ninhidrin, kalium kromat, amonium sulfida dan lain-lain;
(2) Menyinari kertas dengan sinar ultra violet;
(3) Mendedahkan kertas pada uap iodium.
Langkah selanjutnya adalah menentukan harga Rf dari masing-masing noda
seperti yang telah disebutkan diatas.

10
Kromatografi kertas sangat berguna untuk pemisahan zat anorganik,
organik dan biokimia dalam jumlah yang sedikit. Kromatografi kertas
terbukti sangat berharga dalam biokimia dimana seringkali dijumpai sampel
kecil dan komplek. Campuran asam-asam amino sederhana dapat
dipisahkan dengan eluen air-fenol jenuh sebagai pengembang.

Gambar 3. Rangkaian Alat Kromatografi Kertas


Sebagai fasa diam umumnya air yang terserap pada pori-pori kertas.
Oleh karena itu fasa diam bersifat sedikit polar. Bila diinginkan fasa diam
yang lain, maka biasanya kertas akan dikeringkan, kemudian menggunakan
fasa diam seperti glikol, formamide, alkohol. Bila digunakan fasa diam
berair, maka bisa dilakukan pendahuluan seperti pembufferan, atau
pengaturan pH lainnya Eluen yang digunakan bisa berupa pelarut murni,
atau campuran pelarut antara alkohol, asam-asam, ester, fenol, amina, dsb.
Jika kertas dilapisi dengan zat-zat yang bersifat hidrofobik seperti
lateks, minyak mineral, atau minyak silikon, dan digunakan fasa polar
sebagai eluen, maka kromatografi demikian ini disebut kromatografi fasa
terbalik (Reversed-Phase Chromatography). Sistem yang demikian ini
sangat menguntungkan untuk pemisahan asam-asam lemak, dan
senyawasenyawa non polar lainnya, yang mungkin akan terelusi terlalu
cepat jika digunakan fasa diam polar karena kalarutannya yang rendah.

11
2.3 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang metode kromatografi
paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan
metode kromatografi lapis tipis cukup sederhana yaitu sebuah bejana
tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng kromatografi lapis tipis.
Dengan optimasi metode dan menggunakan instrumen komersial yang
tersedia, pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai.

Gambar 4. Skema Alat Kromatografi Lapis Tipis


(sumber: https://academia.co.id/kromatografi-lapis-tipis/)

Kromatografi lapis tipis adalah jenis lain dari kromatografi bidang yang
sering dipandang lebih berguna daripada kromatografi kertas. Selulosa dari
kertas dalam hal ini diganti oleh partikel penyerap yang dilengketkan pada
sepotong kaca ataupun plastik maupun pelat alumunium. Yang paling sering
digunakan adalah gel silika, alumina, serbuk selulosa atau material lain yang
lebih maju seperti resin penukar ion. Gel silika mempunyai kapasitas besar
dan sering digunakan untuk kromatografi partisi dan adsorpsi. Gel silika
bersifat asam. Sebaliknya gel alumina bersifat cenderung basa dan lebih
sering digunakan untuk kromatografi adsorpsi. Ada banyak bahan yang
sering digunakan untuk membuat lapisan tipis fase diam. Pemilihan bahan
pelapis ini ditentukan oleh tujuan pemisahan yang akan dilakukan.
Polaritas bahan untuk fase diam lapis tipis dapat diurutkan sebagai
berikut: kertas-selulosa-kanji (amilum) - kalsium sulfat - silika (gel) -

12
magnesium silikat - magnesium oksida - alumina (aluminium oksida, yang
bersifat asam, basa, atau netral) -karbon aktif. Bahan-bahan ini dapat dipilih
setiap kali hendak melakukan uji. Adapun serbuk kering bahan pembuat
lapis tipis ini diberi pelarut tertentu sehingga didapat bahan semacam bubur
yang dapat dilapiskan di atas pelat kaca dan sejenisnya.
Lapisan dengan ketebalan sampai 2 mm dapat dibuat di atas kaca atau
plastik. Sangat dianjurkan membuat lapisan dengan ketebalan yang sama,
dan hal ini dapat dicapai dengan berbagai teknik. Dalam industri, teknik
pembuatan lapis tipis telah teruji dengan baik. Teknik pencelupan,
pelapisan, sampai penyemprotan sering digunakan untuk memastikan
ketebalan lapis tipis. Tebalnya lapisan merentukan kapasitas sistem.
Setelah pelapisan dilakukan proses aktivasi, biasanya dengan
memanaskannya di dalam oven sehingga pelarut gel akan keluar dan
meninggalkan matriks berpori yang siap merarik larutan pengembang
dengan efek kapilernya. Adapun lapisan tipis di dalam pori juga diperlukan
sebagai fase diam sehingga langkah pengeringan kadang-kadang tidak
dilakukan di dalam oven. Walaupun demikian, pelat lapis tipis yang siap
digunakan dan dijual secara komersial juga lebih sering dipilih karena
alasan kepraktisan.
Dibandingkan dengan kromatografi kertas, lapis tipis lebih sering
digunakan untuk pemisahan campuran dalam reaksi. Hasil yang lebih dapat
diulang (reproducible) didapat dari lapis tipis. Mengambil senyawa yang
telah terpisah juga lebih mudah dilakukan daripada kertas. Cara melihat
noda juga sama dengan kromatografi kertas, jika diperlukan akan digunakan
sinar ultraviolet atau bahan-bahan lain yang menimbulkan warna, jika
senyawa yang dipisahkan itu sendiri tidak berwarna.

2.4 Kromatografi Elektroforesis


Elektroforesis menyangkut perbedaan migrasi spesies-spesies
bermuatan dalam suatu larutan di bawah pengaruh dari penggunaan suatu
gradien potensial. Kecepatan migrasi setiap spesies tergantung atas ukuran,
bentuk, dan muatan spesiesnya. Metode elektroforesis merupakan metode

13
pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan muatan dan massa molekul
relatif dari komponen-komponennya. Pemisahan terjadi karena nerbedaan
laju migrasi komponen-komponen bermuatan oleh pengaruh medan listrik.
Media pendukung dapat berupa selembar kertas atau sebuah kolom. Metode
elektroforesis banyak digunakan untuk pemisahan partikel-partikel koloid
bermuatan, atau ion-ion makro molekul seperti protein-protein, asam-asam
nukleat dan polisakarida-polisakarida, Teknik elektroforesis
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : (1) elektroforesis batas bergerak
(moving boundary); (2) elektroforesis zona (wilayah); dan (3) elektroforesis
tirai. Dari ketiga jenis elektroforesis itu, elektroforesis zona yang paling
banyak digunakan.
Dalam elektroforesis zona, larutan elektrolit ditahan dalam suatu media
penyangga porous dan inert, dapat berupa kertas atau gel. Gel dapat berupa
gel kanji atau gel poliakrilamida. Peralatan elektroforesis zona dapat dilihat
pada Gambar 5. Dalam elektroforesis zona, larutan elektrolit bertindak
sebagai fasa diam, sebagai satu-satunya fasa (tanpa fasa mobil). Ciri ini
yang membedakan elektroforesis dengan kromatografi lainnya.

Gambar 5. Skema Peralatan Kromatografi Elektroforesis


(Sumber: Fifield, 1990)

Dalam pelaksanaan pemisahan dengan cara elektroforesis zona


digunakan arus searah bertegangan tinggi (minimal 60 volt DC). Larutan
buffer berfungsi untuk menyalurkan listrik dalam larutan. Cuplikan yang
akan dipisahkan diteteskan di tengah-tengah kertas. Kedua ujung kertas
tercelup di dalam larutan buffer di mana katoda dan anoda juga dicelupkan.

14
Bila arus listrik DC dialirkan, partikel bermuatan positif (ion positif) akan
bergerak ke katoda dan partikel bermuatan negatif (ion negatif) akan
bergerak ke anoda. Komponen yang mempunyai massa molekul relatif kecil
akan bergerak sangat cepat, begitu terjadi sebaliknya. Hasil pemisahan
dapat berupa pita-pita atau noda-noda yang akan nampak pada media
pendukung. Kertas yang berisi noda-noda hasil pemisahan ini disebut
elektrophoretogram. Keberhasilan pemisahan dengan teknik elektroforesis
zona dipengaruhi oleh hanyak faktor seperti konsentrasi larutan, kekuatan
ion, derajat ionisasi, mobilitas ton, pH, pembentukan komplek dan lain-lain.

2.5 Perbandingan antara Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis


Tipis
Kromatografi lapis tipis Kromatografi kertas (PC)
(TLC)
Metodologi Teknik planar dengan Teknik planar yang terbatas
lapisan tipis penyerap, ada pada fase diam kertas
banyak tipe lapis tipis dan (selulosa)
banyak yang tersedia
secara komersial
Ukuran 500 µg sampai 1 mg 500 µg sampai 1 mg
sampel
Biaya Membutuhkan peralatan Biaya sangat sedikit
sederhana dan bahan-bahan
kimia sederhana
Kecepatan Sampai 72 sampel dapat Sampai 18 sampel pada
dipisahkan pada 1 pelat lembaran 20x20 cm
dengan kamar pengembang
horizontal, sehingga waktu
analisis lebih kecil
Resolusi Lebih baik daripada Resolusi rendah
kromatografi kertas ,
kadang mirip dengan
HPLC (kromatografi cair
kinerja tinggi) tergantung
pada sistem yang
digunakan
Sensitivitas Sensitivitas lebih rendah Sensitivitas lebih rendah
daripada HPLC dari HPLC (kromatografi
(kromatografi cair kinerja cair kinerja tinggi) dan juga
tinggi) TLC (kromatografi kertas)

15
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kromatografi planar adalah salah satu jenis kromatografi yang
dikembangkan untuk kolom dua dimensi. Kromatografi bidang sangat sering
digunakan untuk referensi cepat dalam sebuah proses kimia. Memonitor
terjadinya sebuah produk atau menghilangnya sebuah pereaksi dilakukan
dengan cepat dengan kromatografi lapis tipis. Pemisahan senyawa-senyawa
organik, anorganik, dan biokimia banyak menggunakan metode ini.
Kromatografi bidang merupakan cara pemisahan berdasarkan perbedaan
migrasi komponen yang dibawa fase gerak melalui sebidang lapisan tipis yang
berfungsi sebagai fase diam. Pemilihan pelarut merupakan kunci dari
keberhasilan pemisahan dengan kromatografi bidang. Kromatografi bidang di
era modern melibatkan beberapa metode lain yang membutuhkan pemisahan
campuran dan pemurnian sampel.

3.2 Saran
Masing-masing metode kromatografi memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sebaiknya metode kromatografi akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
bahan yang akan dipisahkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Melinda. 2015. Laporan Praktikum KI 2221: Cara Pemisahan dan Elektrometri


Percobaan 06 Kromatografi Planar & Kromatografi Penukar Ion. Diakses
melalui https://www.coursehero.com/file/13004806/Kromatografi-Planar-
Penukar-Ion-Melinda-10513081/ diakses pada tanggal 21 Maret 2021
Sopyan, Iyan. 2010. PLANAR KROMATOGRAFI. Diakses melalui
https://123dok.com/document/zx58emnq-planar-kromatografi.html. Pada
tanggal 21 Maret 2021
Wonorahardjo, Surjani. 2013. Metode-Metode Pemisahan Kimia. Jakarta: Penerbit
Akademia
Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis.

17

Anda mungkin juga menyukai