Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SIFAT KIMIA FISIKA BAHAN

PERCOBAAN 1

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN MASSA JENIS GAS

Dosen Pengampu:

1. Ibu Dr. Hj. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T.

2. Bapak Drs. Ida Bagus Suryadharma, M.S.

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Annisa Sholehah Ayu Febriyanti (190331622807)


2. Fithrah Auliya’ (190331622811)
3. Samudra Mutiara Hasanah (190331622802)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2021

1
A. Tujuan
Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap dengan cara
mengukur massa jenis uap dari senyawa tersebut.

B. Dasar Teori
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan berat molekul suatu senyawa
volatile dengan menggunakan massa jenis. Berat molekul dapat diketahui dengan
menggunakan fungsi perhitungan kerapatan dari gas. Cara tersebut dapat
dilakukan dengan menampung volume suatu gas yang akan dihitung berat
molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya pada suhu dan
tekanan yang sama. Persamaan gas ideal bersama massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Apabila jumlah mol dari suatu
gas senyawa tertentu dinyatakan dalam mol (n) maka suatu bentuk persamaan
umum mengenai sifat-sifat gas dapat diketahui. Gas memiliki banyak molekul.
Molekul-molekul tersebut selalu bergerak dengan kecepatan dan arah yang
berbeda-beda setiap molekul.
Molekul gas menyebar secara merata di semua bagian ruangan yang
ditempati. Gaya atau interaksi antar molekulnya sangat kecil hampir tidak ada
interaksi. Gas tentunya memiliki berat molekul. Berat molekul gas dapat dihitung.
Beberapa senyawa yang ada seperti padat dan cair dapat menjadi gas, jika senyawa
tersebut bersifat volatil (Chang, 2005). Perhitungan tersebut menggunakan rumus
gas ideal. Persamaan gas ideal merupakan gabungan dari tiga hukum gas, yakni
hukum gas boyle, Charles, dan Avogadro. Boyle menyatakan bahwa volume gas
dalam suatu ruangan tertutup akan berbanding terbalik dengan tekanannya pada
suhu konstan.
P1.V1 = P2.V2
Sedangkan Charles menyatakan bahwa volume dari gas dalam ruangan tertutup
pada tekanan tetap adalah sebanding dengan suhunya yang dinyatakan dalam
Kelvin.
V1.T2 = V2.T1
Avogadro menyatakan bahwa volume yang sama dari berbagai gas pada suhu dari
tekanan yang sama mengandung jumlah molekul yang sama. Jumlah molekul yang

2
sama sari berbagai gas pada suhu dan tekanan yang sama akan mempunyai volume
yang sama sehingga didapat persamaan gas ideal.
P.V = n.R.T
Persamaan yang gas ideal yang telah didapat dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul suatu zat volatil dengan massa jenis uap dari senyawa tersebut
dengan terlebih dahulu menurunkan rumus tersebut dalam bentuk massa jenis (𝜌).
P.V = n.R.T
m
P.V = M RT
m
P.M = RT
V

𝑃 𝑀𝑚 = 𝜌 𝑅 𝑇
Keterangan:
P : tekanan gas (atm)
M : berat molekul (g/mol)
𝜌 : massa jenis (g/mL)
R : tetapan gas (0.082 L atm/mol K)
T : suhu (K)
Bentuk persamaan tersebut memungkinkan kita untuk menemukan berat
molekul gas dengan mengukur volume yang ditempati oleh massa atau berat
molekul. Persamaan gas ideal adalah salah satu cara yang mudah untuk
menentukan berat molekul (Atkins, 2006). Dalam hal ini zat volatil dalam
Erlenmeyer tertutup yang berlubang kecil akan ditentukan berat molekulnya,
dipanaskan terlebih dahulu dalam penangas air yang bersuhu kurang lebih 100oC
(zat volatil memilki titik didih lebih rendah dari air). Zat volatil tersebut akan
menguap dan mendorong udara dalam Erlenmeyer sampai tercapai kesetimbangan.
Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul-molekul yang mempunyai
gaya antar molekul yang lemah. Hal tersebut disebabkan mereka cenderung
bercerai-berai oleh gerakan masing-masing. Beberapa molekul meninggalkan
molekul induk cairan yang menguap. Gas mengembun menjadi cairan apabila gaya
antar molekul menjadi cukup kuat untuk mengalahkan energi kinetik dari molekul
(Yazid, 2005). Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap
menjadi gas bila terjadi peningkatan suhu berkisar 100°C atau lebih. Gas tersebut
dapat dihitung berapa berat molekulnya.
3
Gas ideal merupakan persamaan termodinamika yang memaparkan tentang
keadaan materi di dalam seperangkat keadaan fisika. Persamaan gas ideal adalah
sebuah persamaan konstitutif yang telah memberikan hubungan matematik antara
dua atau lebih fungsi keadaan yang berkaitan dengan beberapa materi sepertisuhu,
tekanan, volume, massa jenis dan energi dalam (Atkins, 2006). Gas yang terdiri
atas molekul yang bergerak menurut jalannya yang lurus kesegala arah, dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Gas ideal merupakan gas yang mengikuti secara
sempurna hukum-hukumgas (Gay Lusac, Boyle, dan sebagainya). Senyawa volatil
inilah yang akan membuktikan bahwa gas memiliki berat molekul. Persamaan gas
ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untukmenentukan
berat molekul senyawa volatil. Persamaan yang menghubungkan langsung massa
molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal, jika jumlah
mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan
massa molekulnya.
C. Alat dan Bahan
Alat:
 Labu Erlenmeyer
 Gelas kimia
 Pipet volume
 Pipet tetes
 Penjepit tabung reaksi
 Jarum
 Termometer
 Heater
 Desikator
 Neraca analitik
 Statif dan klem

Bahan:
 Cairan volatil CHI3
 Cairan volatil (tidak diketahui)
 Akuades

4
 Aluminium foil
D. Langkah Kerja

CHI3(aq)

- Diambil labu Erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering


- Ditutup labu Erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil
- Dikencangkan tutup aluminium tersebut dengan ditekan-tekan sampai tidak
ada udara yang masuk
- Ditimbang labu Erlenmeyer beserta aluminium foil dengan menggunakan
neraca analitik
- Diambil Cairan volatil dengan bantuan pipet ± 5 mL
- Dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
- Ditutup kembali dengan menggunakan alumunium foil secara rapat
- Dibuat lubang kecil pada aluminim foil menggunakan jarum agar udara dapat
keluar
- Direndam labu Erlenmeyer pada penangas air dengan suhu ± 100⁰C
- Dibiarkan labu Erlenmeyer dalam penangas air sampai semua cairan volatil
menguap
- Dicatat suhu penangas air tersebut
- Diangkat labu Erlenmeyer dari penangas air setelah semua cairan menguap
- Dikeringkan bagian luar Erlenmeyer menggunakan lap
- Ditempatkan labu Erlenmeyer dalam desikator
- Ditimbang labu Erlenmeyer yang telah dingin menggunakan neraca analitik
dengan dalam keadaan tertutup
- Ditentukan volume labu Erlenmeyer dengan mengisi air sampai penuh
- Diukur massa air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer
- Diukur suhu air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer

Hasil

E. Data Pengamatan dan Perhitungan


1. Data Pengamatan
No Objek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Massa Erlenmeyer 84.25 gram
2 Massa Erlenmeyer + aluminium 85.05 gram
foil
3 Tekanan ruangan 745 mmHg = 0.98 atm
4 Suhu Penangas air 72⁰C = 345 K
5 Suhu lingkungan 27⁰C = 300 K
6 Volume Erlenmeyer 0.45 L
7 Massa Sampel 85.05 gram – 84.25 gram = 0.8
gram

5
2. Perhitungan
a. Faktor Koreksi
1163.03
Log P = 6.90328 - 227.4 + 𝑇
1163.03
Log P = 6.90328 - 227.4 + 27
1163.03
Log P = 6.90328 - 254.4
Log P = 6.90328 – 4.5717
Log P = 2.33158
P = 214.5754 mmHg
P = 0.2823 atm

b. Massa Udara
P(BM) = ρ.R.T
P(BM) = mudara. RT
V
mudara = (BM)udaraPV
RT
mudara = 28.8 gram x 0.2823 atm x 0.45 L
0.082 L.atm/mol.K x 300K
Mudara = 0.1487 gram

c. Massa sampel iodoform total (mtotal)


mtotal = miodoform + mudara
= 0.8 gram + 0.1487 gram
= 0.9487 gram

d. Berat Molekul iodoform (BM)


P(BM) = ρ . R. T
P(BM) = mtotal. RT
V
(BM) = mtotal.RT
PV
(BM) = 0.9487 gram . x 0.082 L.atm/mol.K x 345 K
0.2823 atm x 0.45 L
(BM) = 211.2 gram/mol

F. Analisis dan Pembahasan


Dalam percobaan ini digunakan cairan CHI3 atau iodoform sebagai sampel.
Langkah awal percobaan adalah menimbang massa Erlenmeyer (didapatkan hasil
84.25 gram), lalu menimbang massa Erlenmeyer beserta penutup aluminium foil
(didapatkan hasil 85.05 gram). Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dengan
tujuan agar Erlenmeyer kedap udara, sehingga Erlenmeyer mampu menampung
6
uap iodoform yang dihasilkan dari proses pemanasan. Selanjutnya, Erlenmeyer
diisi dengan 5 mL cairan sampel (iodoform) dan dibuat sebuah lubang kecil
menggunakan jarum di penutup aluminium foil, tujuannya sebagai saluran keluar
uap. Langkah selanjutnya, Erlenmeyer direndam dalam penangas air dengan suhu
72oC dan Erlenmeyer dibiarkan sampai seluruh cairan sampel (iodoform)
menguap.
Setelah semua cairan sampel volatil menguap, uap cairan volatil (iodoform)
akan menempati seluruh penjuru ruangan dalam Erlenmeyer dan ada sebagian uap
cairan yang keluar. Uap sampel berhenti keluar saat keadaan kesetimbangan
tercapai, yakni saat tekanan udara cairan dalam Erlenmeyer sama dengan tekanan
tekanan udara luar (dalam percobaan ini tekanan udara luar 0,98 atm), volume
sama dengan volume Erlenmeyer dan suhu sama dengan suhu dalam penangas air.
Diketahui volume erlenmeyer sebesar 0,45 L.
Langkah selanjutnya adalah menempatkan Erlenmeyer dalam desikator
yang berfungsi untuk menurunkan suhu Erlenmeyer sehingga uap cairan volatil
terkondensasi dan kembali berwujud cair. Didapatkan massa sampel sebesar 0,8
gram. Setelah diketahui massa dan volume sampel iodoform dalam Erlenmeyer,
maka dapat ditentukan massa jenis uap iodoform dalam Erlenmeyer. Untuk
mengetahui massa molekul relatif sampel, dibutuhkan data tambahan, yakni
tetapan R (0,082 L atm mol-1 K-1), berdasarkan rumus persamaan gas ideal yaitu:
P.V=n.R.T
Berdasarkan hasil perhitungan, massa molekul relatif iodoform berdasarkan
percobaan adalah 211.2 gram/mol, sedangkan massa molekul relatif iodoform
berdasarkan teori adalah 393,73 gram/mol, sehingga didapatkan persen kesalahan
dalam percobaan ini adalah sebesar 30,17%. Massa udara tersebut dapat dihitung
dengan mengasumsikan bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk tadi
sama dengan tekanan uap. Untuk menghitung tekanan uap iodoform pada suhu
tertentu, digunakan rumus:
Log P = 6,90328 – 1163,03/(227,4+T)
T = suhu senyawa (oC)
P = tekanan uap (mmHg)

7
Perbedaan hasil antara percobaan dan teori ini dikarenakan adanya beberapa
kesalahan yang terjadi selama proses praktikum dilakukan, yakni pada saat proses
pendinginan dalam desikator, ada sejumlah uap iodoform yang belum berubah
wujud menjadi cair. Selain itu, terdapat kesalahan teknis atau human error yang
mungkin terjadi sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan hasil teoritis dan
terdapat persentase yang cukup besar. Kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya:
 Kurang telitinya praktikan dalam mengamati skala termometer saat
pengukuran suhu penaangas air
 Kesalahan praktikan saat memperkirakan uap yang terkondensasi saat
Erlenmeyer di dalam desikator
 Kemungkinan saat Erlenmeyer mengalami pemanasan dalam penangas air,
cairan volatil belum menguap seluruhnya
 Ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala yang ditunjukkan neraca
analitik saat pengukuran massa

G. Skema Alat Percobaan

8
H. Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini ?
Jawaban:
• Kurang telitinya praktikan dalam mengamati skala termometer saat
pengukuran suhu penaangas air.
• Kesalahan praktikan saat memperkirakan uap yang terkondensasi saat
Erlenmeyer di dalam desikator.
• Kemungkinan saat Erlenmeyer mengalami pemanasan dalam penangas
air,cairan volatil belum menguap seluruhnya
• Ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala yang ditunjukkan neraca
analitik saat pengukuran massa

2. Dari analisis penentuan berat molekul suatu cairan X yang bersifat volatil
diperoleh nilai = 120 g/mol. Hasil analisis menunjukkan bahwa senyawa

9
tersebut mengandung unsur karbon 10 %, klor 89 %, dan hidrogen 1%.
Tentukan rumus molekul senyawa tersebut.
Jawaban:
10
 Mr Karbon = 100 x 120 gram/mol = 12 gram/mol

Jumlah atom karbon

𝑀𝑟 𝐶 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 12 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙


= 12 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 1 atom C
𝐴𝑟 𝐶

89
 Mr Klor = 100 x 120 gram/mol = 106.8 gram/mol

Jumlah atom klor

𝑀𝑟 𝐶𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 106.8 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙


= = 3 atom Cl
𝐴𝑟 𝐶𝑙 35.5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

1
 Mr Hidrogen = 100 x 120 gram/mol = 1,2 gram/mol

Jumlah atom hidrogen

𝑀𝑟 𝐻 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 1.2 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙


= = 1 atom H
𝐴𝑟 𝐻 1 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

Rumus Molekul Senyawa = CHCl3

I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yakni:
1. Penentuan berat molekul suatu senyawa berdasarkan massa jenis gas dilakukan
berdasarkan rumus persamaan gas ideal dengan menggunakan iodoform (CHI3)
sebagai sampel.
2. Berat molekul iodoform secara teori adalah 393,73 gram/mol, sedangkan berat
molekul iodoform hasil percobaan adalah 211.2 gram/mol
3. Persen kesalahan dalam percobaan ini sebesar 30.17%

J. Daftar Pustaka
Atkins, Peter. 2006. Physical Chemistry Eight Edition New York: W.H Freemanand
Company.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid I. edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
10
Levine, Ira N. 2009. Physical Chemistry Sixth Edition. New York: Higher Education
Mortimer, Robert G. 2008. Physical Chemistry Third Edition. Kanada:
AcademicPress Is an Imprint of Elsevier.
Petrucci. 2014. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Jilid 3. Edisi 9.
Jakarta: Erlangga.

K. Link Video Percobaan


https://youtu.be/s1pDyc-BmhA

11

Anda mungkin juga menyukai