DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkatnya Penulis masih dapat masih dapat menyelesaikan tugas mini riset ini
dengan tepat waktu. Mini riset ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Laboratorium.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih atas semua pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini terutama kepada Bapak dosen Drs. Jasmidi, M.Si,
yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat memahami
mata kuliah ini dengan baik serta ucapan terima kasih kepada teman teman dan juga
orang tua penulis yang sudah memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan mini riset ini secara tepat waktu. Dan semoga makalah penulis dapat
menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Kesimpulan ...................................................................................................18
B. Saran ..............................................................................................................18
LAMPIRAN .............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Lelakang
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta produk
pangan lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat
yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang
elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai
kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat
ini seperti penerapan metode kromatografi.
1
Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair
kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ).
2
BAB II
PEMBAHASAN
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan
daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia
yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben
terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan
yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al,
1995).
3
bergerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini di
kenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam
pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh
kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel,
tetapi kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatome juga dapat digunakan. Untuk
fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, disperse
koloid plastic, silica terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorbsi
digunakan suatu aplikator. Sekarang inin telah banyak tersedia kromatografi lapisan
tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube, dan
sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis
yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sample diteteskan pada
salah satu bagian tepi pelat kromatografi. Pelarut harus nonpolar dan mudah
menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan
vertical searahgerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk melaksanakan
pemisahan yang dilakukan pada temperature kamar, sampai permukaan pelarut
mencapai tinggi 15-18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40 menit. Semua teknik
yang digunakan untuk kromatografi kertas dapat di pakai juga untuk kromatografi
lapis tipis. Resolusi KLT juah lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju
difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan
pada kromatografi lapisan ini, dengan menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan
lebih dahulu pada perafin, minyak silikon, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan
adalah CH3COOH atau asetonitril. Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan
cukup lama.
Zat-zat warna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent
penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat
organic. Demikian juga penandaan secara radiokomia juga dapat digunakan. Untuk
menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja.
4
Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan
pengerokan setelah pemisahan selesai.
5
Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun.
6
standard adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal ( 0.5 - 2.0 mm )
digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan
penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran
dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering.
Sifat yang terpenting dari penyerap adalah besar partikel bubur penyerap dan
homogenitasnya, karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada kedua sifat
tersebut. Besarnya partikel yang biasa digunakan adalah 1 – 25 mikron. Partikel
yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan
salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap
yang butirannya halus. Sedangkan dalam kolom partikel yang sangat halus akan
mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus
memberikan aliran pelarut yang lebih cepat. Beberapa contoh penyerap yang
digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah
sebagai berikut :
7
asam-asam lemak, lipida, minyak
sterol, terpenoid.
amino
amino, steroid.
E. Definisi Kromatogram
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini,
8
dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh
pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007). Semakin
kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Silika gel salah satu contoh fase diam yang terbentuk dari silikon dioksida (silika).
Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
Namun, pada permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi,
pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana
halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada dasarnya
sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
Tabel 1. Fase diam yang sering digunakan pada KLT (Kealey dan Haines, 2002)
9
Serbuk selulosa Partisi Asam amino, nukleotida,
karbohidrat
a) Silika gel
Yang paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah, sering
ditambah CaSO4 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada penyangga.
Penambahan ini juga mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga dapat
ditambahkan indicator fluoresensi yang akan berfluoresensi di bawah sinar
UV pada 254 nm, hingga noda yang mengabsorpsi pada frekuensi ini menjadi
sangat kontras terhadap latar belakang yang berfluoresensi hijau kuning. Silica
gel sangat higroskopis, pada humaditas relative 45 – 75% akan menarik air
sampai 7 – 20%. Derajat diaktivasinya ditentukan oleh kelembaban ruangan
dimana pemisahan akan dilakukan atau tempat penyimpanan lapis tipisnya.
Kemurnian juga penting karena dapat mempengaruhi watak kromatografi
beberapa senyawa tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat juga
menyebabkan dekomposisi senyawa yang hendak dianalisa.
b) Alumina
Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silica gel dan lebih relative secara kimia
hingga untuk senyawa yang sensitive dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah
Ca2SO4 dan indicator fluoresensi.
c) Kieselguhr (tanah diatome)
Merupakan adsorben netral dengan aktivitas rendah. Daya resolusinya juga
kecil. Dapat ditambahkan sebagai campuran pada silikagel yang akan
10
memberikan adsorben campur yang kurang aktif. Juga dapat ditambah
Ca2SO4.
d) Selulosa
Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis yang
sifatnya analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang baik
tanpa pengikat. Adsorben ini dapat ditambah indicator fluoresensi atau Ca
asetat. Kerugian penggunaan selulosa ini ialah tidak dapat digunakannya
pereaksi yang korosif seperti asam sulfat atau pereaksi destruktif lainnya.
e) Poliamida
Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben
lainnya. Biasanya ditambahkan pengikat seperti selulosa atau amilum.
Mempunyai kapasitas yang besar dan banyak digunakan untuk pemisahan
fenol.
Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya
pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi
dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada
adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina
atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat
mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin
dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa
oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like” .
Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah
garis pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel
ditempatkan di atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa
diam berguna untuk menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis harus
menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta
juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering,
fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
11
posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa
suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila
dibandingkan pada kertas. Seperti halnya pada kertas harga Rf didefinisikan sebagai
berikut: Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan
harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh
berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun
daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat
diperoleh (Gritter et al, 1991).
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna, yaitu:
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka
sampel akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada,
meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata.
Itu berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak
tampak sebagai bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada
lempengan,, kita harus menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan
menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Karena jika
kita mematikan sinar UV tersebut, bercak-bercaknya tidak tampak kembali.
2. Penunjukkan bercak secara kimia
12
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi
tampak dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan
produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang
dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam
amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian
ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas
arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat
berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat
pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai
bercak-bercak kecoklatan.
13
Cahaya yang masuk difokuskan dengan melewati focusing electrode dan
elektron mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan dipancarkan
ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses pengalian)
sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan.
2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan
berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk
radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra merah adalah serupa, yaitu
mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating. Terdapat 2
macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan
monokromator grating Czerney-Turney
Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber
cahaya menjadi sinar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan
melalui sebuah prisma, maka cahaya tersebut akandiuraikan menjadi
beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau, biru, dan
lain-lain).
3. Absorbansi
Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan
energy yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari
tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke pita konduksi
di dalam zat padat). Dengan spektroskopi dari cahaya transmisi bisa
diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat.
Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka
sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke
molekul sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat tereksitasi).
Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang
diserapnya.
E = h x ν = h x C /λ = h x C / v
14
v = frekuensi
Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau
logaritma Io/It.
4. Transmitansi
Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui
suatu larutan dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap
sehingga intensitas radiasi yang diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io.
Transmitansi dengan simbol T dari larutan merupakan fraksi dari radiasi
yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu : T = It/Io.
Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%).
15
besar terhadap harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat
terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang
sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan
jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan
aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam
kromatografi lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut
digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul
diperhatikan.
5. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran
penurunan dan mendatar juga digunakan).
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil
penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek
tak kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-
kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini
terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut
yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
9. Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana
jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak
16
jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi
pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase
bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
Setelah benang wol terwarnai oleh pewarna saus tomat, pewarna tersebut
dilepaskan ke dalam larutan basa. Larutan basa tersebut selanjutnya akan digunakan
sebagai cuplikan sampel pada analisis Kromatografi Lapis Tipis. Noda totolan sampel
dibandingkan dengan noda totolan baku standar rhodamin B yang telah dieluasi
bersama-sama dan dilihat di bawah lampu UV pada λ 366 dan λ 254 nm, apabila
terdapat zat pewarna rhodamin B dalam sampel maka noda pada lempeng KLT akan
berflouresensi di lampu UV pada λ 366 nm dan tidak berflorousensi dilampu UV pada
λ 254 nm, pada penelitian ini noda totolan sampel pada lempeng KLT tidak
menunjukan flouresensi di lampu UV pada λ 366 nm, sehingga dapat disimpulan
bahwa pada sampel saus tomat ini tidak terkandung zat pewarna rhodamin B.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan
lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina,
silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya
dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang
ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah
lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan
pada garis itu.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan
dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di
bawah garis dimana posisi bercak berada.
Menutup gelas kimia untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas
kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi
ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring
yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan
uap mencegah penguapan pelarut.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
21