Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

KROMATOGRAFI

OLEH :

NAMA : SYAFRIE ALFAUZIE

NIM : L1B020082

KELOMPOK :8

HARI / TANGGAL : SELASA / 13 OKTOBER 2020

ASISTEN : NURUL HAYATI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN AKUAKULTUR
LABORATORIUM KIMIA DASAR
PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

JUDUL PRATIKUM .................................................................................................... 1

I. TUJUAN PRATIKUM .......................................................................... 1


II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 1
III. PROSEDUR PERCOBAAN .................................................................. 3
3.1 Alat.............................................................................................. 3
3.2 Bahan .......................................................................................... 3
3.3 Cara kerja................................................................................... 3
3.4 Skema kerja ................................................................................ 4
IV. DATA PENGAMATAN ........................................................................ 5
4.1 Data pengamatan ....................................................................... 5
4.2 Data perhitungan ....................................................................... 6
4.3 Pembahasan ................................................................................ 8
V. KESIMPULAN ...................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
5.2 Saran ........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
iii
KROMATOGRAFI

I. TUJUAN
1. Praktikan dapat membuat bercak pada kertas kromatografi dengan
diameter maksimal 4 mm.
2. Praktikan dapat mengelusikan bercak sampel dalam ruang pemisah.
3. Praktikan dapat mengidentifikasi komponen-komponen pada kertas
kromatografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu metode pemisahan


kromatografi yang fleksibel dan banyak digunakan. Metode analisis
kromatografi lapis tipis (KLT) telah menjadi bagian dari teknik analisis
rutin pada laboratorium analisis dan pengembangan produk karena
memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan utama metode analisis
kromatografi lapis tipis dibandingkan metode analisis kromatografi cair
kinerja tinggi adalah analisis beberapa sampel dapat dilakukan secara
simultan dengan menggunakan fase gerak dalam jumlah kecil sehingga
lebih hemat waktu dan biaya analisis serta lebih ramah lingkungan.
Teknik pemisahannya sederhana dengan peralatan yang
minimal.(Wulandari,2011)

Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari


substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk
kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama, komponen- komponen yang berbeda akan
bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase
diam ialah kertas serap yang sangat seragam, fase geraknya ialah pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai (Susila Kristianingrum, 2005).

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana


analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam
bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapisi pada

1
2

pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat
berupa gas atau cairan (Rohman, 2003). Kromatografi adalah teknik
analisis yang paling sering digunakan dakam analisis farmasi.
Pemahaman mengenai parameter- parameter yang megatur kinerja
kromatografi telah menghasilkan perbaikan pada sistem kromatografi
sehingga kemampuan untuk mencapai pemisahan beresolusi tinggi terus
meningkat (Watson, 2002).

Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan dengan


konsep dua fase yang memiliki perlakuan masing-masing sebagai
stasioner dan bergerak, Secara sederhana pemisahan kromatografi
memiliki dasar yang sama dengan sifat kemagnetan besi-fase stasioner
sebagai magnet dan fase bergerak sebagal besi. Dalam proses
pemisahannya dirancang sedemikian rupa agar episiensi mendekati 100 %
secara analisa, teknik pemisahan ini berguna untuk memisahkkan sampel
yang memiliki interval densitas yang sangat dekat (Hambali, 2007).
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan
berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat
dilakukan dengan kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan
dari kromatografi kortesi yang menggunakan kertas sebagai padatan
pendukung fase diam. Oleh karena itu, disebut kromatografi kertas,
sebagai fase diam adalah air yang teradsorbsi pada kertas dan sebagai
larutan pengembang biasanya pelarut organik yang telah dijenuhkan
dengan air (Basset, 1994).

Dua jenis interaksi dasar yang sering diaplikasikan secara umum


dalam proses analisis dalam metode kromatografi adalah partisi dan
adsorbsi. Selainnya biasa digunakan dalam laboratorium khusus pada
industri yang memiliki bagian riset dan pengembangan yang maju. Partisi
merupakan peristiwa yang melibatkan kesetimbangan distribusi senyawa
dalam fasa-fasa yang berbeda sehingga akan diperoleh suatu koefisien
spesifik berkaitan dengan proses distribusi tersebut. Sedangkan adsorbsi
melibatkan kemampuan aktivitas suatu permukaan dalam mengikat suatu
senyawa, dalam hal terdapat tolok ukur kekuatan adsorbi permukaan
terhadap komponen tertentu. Beberapa tinjauan digunakan untuk melihat
perbedaan antara metode kromatografi partisi dan kromatografi adsorbsi
(Rubiyanto, 2013).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kromatografi yaitu ruang


pemisah, pipet kapiler, pengering rambut, labu semprot, klip, dan lain-
lain.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kromatografi yaitu


eluen campuran dari HNO3 dan Metanol 24/76, yang mana terdapat
larutan sampel dari sistein, larutan standar Pb(NO3)2, larutan standar
Hg(NO3)2, larutan standar Bi(NO3)2, dan larutan pewarna 0,5% KI.

3.3 Cara kerja

Identifikasi campuran logam dalam larutan sampel dengan metode


kromatografi kertas.

1. Pada kertas kromatografi Whatman No.1 dengan ukuran 15 x 15 cm,


garis start setinggi 2,5 cm dari tepi bawah dibuat dengan pensil, diatas
garis start setinggi 10 cm, garis front dibuat.
2. Pada garis start, empat buah titik dibuat dengan pensil pada jarak 3 cm
dari tepi kiri kertas dengan interval 3 cm.
3. Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam ruang pemisah yang sudah
berisi eluen dan dijenuhi dengan uap eluen dengan arah elusi naik,
tinggi permukaan eluen tidak boleh melebihi tinggi garis start.
4. Ruang pemisah ditutup dengan rapat dan biarkan eluen naik sampai
garis front.
5. Setelah eluen sampai pada garis front, kertas kromatografi diangkat
dan dikeringkan dengan pengering rambut.
6. Kertas kromatografi yang sudah kering disemprot dengan larutan
pewarna 0,5% KI dengan kabut yang halus sampai timbul warna
kunig, kemudian penyemprotan segera dihentikan supaya warna yang
timbul tidak hilang atau luntur. Kertas kromatografi dikeringkan lagi
dengan pengering rambut.
7. Jarak masing-masing bercak komponen sampel dan bercak standar
diukur, Rf masing-masing bercak dihitung.

3
4

8. Atas dasar Rf standard dan warna bercak, macam logam dan masing-
masing bercak komponen dari sampel ditetapkan. Selanjutnya
kesimpulan ditarik atau diambil.

3.4 Skema kerja

Kertas kromatografi Whatman No. 1 ukuran 15 x 15 cm

- Garis start setinggi 2,5 cm dari tepi bawah dibuat dan di


atas garis start setinggi 10 cm, garis front dibuat.
- Empat buah titik dibuat dengan pensil pada jarak 3 cm dari
tepi kiri kertas dengan interval 3 cm pada garis start.
- Bercak dibuat pada keempat titik yang ada di tengah garis
berturut-turut dari larutan standar dan larutan sampel.
Bercak dibuat satu per satu menggunakan pipet kapiler
yang berbeda. Setiap bercak ditetesi 3 kali dan dikeringkan
dengan pengering rambut.
- Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam ruang pemisah.
- Ruang pemisah ditutup dengan rapat dan biarkan eluen
naik sampai garis front.
- Kertas kromatografi diangkat dan dikeringkan dengan
pengering rambut.
- Kertas kromatografi yang sudah kering disemprot dengan
larutan pewarna 0,5% KI.
- Kertas kromatografi dikeringkan lagi.
- Jarak masing-masing bercak komponen sampel dan bercak
standar diukur. Rf masing-masing bercak dihitung.
- Macam logam dan masing-masing bercak komponen dari
sampel ditetapkan

Tarik kesimpulan
IV. DATA PENGAMATAN

4.1 Data pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan


1 Kertas kromatografi Whatman No.1 dengan Garis telah dibuat pada
ukuran 15 x 15 cm dibuat garis start setinggi 2,5 kertas kromatografi.
cm dari tepi bawah dengan pensil. Setinggi 10
cm diatas garis start garis front dibuat.
2 Empat buah titik pada garis start dibuat pada Empat buah titik telah
jarak 3 cm dari tepi kiri kertas dengan interval 3 dibuat pada kertas
cm. kromatografi
3 Keempat titik ditengah garis dibuat bercak Bercak larutan standard
berturut-turut dari larutan standard Pb, Hg, dan dan larutan sampel
Bi dan larutan sampel dengan diameter bercak dibuat pada kertas
decimal 4 mm. buat bercak satu persatu dengan kromatografi
pipet kapiler yang berbeda. Setiap bercak
ditetesi 3 kali kemudian bercak dikeringkan
dengan pengering rambut
4 Kertas kromatografi dimasukkan kedalam ruang Kertas kromatografi telah
pemisah yang sudah berisi eluen dan dijenuhi ditaruh ke dalam ruang
dengan uap eluen dengan arah elusi naik. Tinggi pemisah
permukaan eluen tidak boleh melebihi tinggi
garis start.
5 Ruang pemisah ditutup rapat dan biarkan eluen Ruang pemisah telah
naik sampai garis front ditutup dengan rapat.
Kertas kromatografi telah
diangkat saat eluen naik
sampai garis front dan
kertas kromatografi telah
dikeringkan dengan
pengering rambut
6 Setelah eluen sampai di garis front,, kertas Kertas kromatografi telah
kromatografi diangkat dan dikeringkan dengan diaangkat dan
pengering rambut. dikeringkan dengan
pengering rambut
7 Kertas kromatografi yang sudah kering Kertas kromatografi telah
disemprotkan dengan larutan pewarna 0,5% KI di semprot dengan
dengan kabut yang halus sampai timbul warna larutan pewarna 0,5% KI
kuning. Penyemprotan dihentikan supaya warna da telah dikeringkan
yang timbul tidak hilang atau luntur. dengan pengering rambut

5
6

8 Kertas kromatografi dikeringkan. Kertas kromatografi telah


di keringkan lagi dengan
pengering rambut
9 Jarak masing-masing bercak komponen sampel Jarak masing-masing
dan bercak standard diukur. Rf masing-masing bercak komponen telah
bercak dihitung. diukur dan Rf dari
masing-masing bercak
telah dihitung
10 Atas dasar Rf standard dan warna bercak, macam Macam logam telah
logam dan masing-masing bercak komponen dari diteteapkan
sampel ditetapkan

4.2 Data perhitungan

Perbedaan komponen-komponen pada kromatografi kertas dapat


diidentifikasi melalui teknik pewarnaan dan perhitungan Rf yang
dibandingkan dengan komponen standar. Rf adalah Realitif mobility
to front , yaitu jarak relatif yang ditempuh oleh molekul komponen.

Rumus Rf :

Jarak yang ditempuh komponen yang larut


Rf =

Jarak yang ditempuh pelarut sampai garis front


7

Komponen Jarak yang Jarak yang ditempuh


yang larut ditempuh pelarut sampai garis
NO komponen font RF

1 Sistein 4,7 10 4,7 𝑐𝑚


10 𝑐𝑚
Rf = 0,47

2 Pb(NO3)2 1,5 10 1,5 𝑐𝑚


10 𝑐𝑚
Rf =0,15

3 Hg(NO3)2 6,2 10 6,2 𝑐𝑚


10 𝑐𝑚
Rf =0,62

4 Bi(NO3)2 4,6 10 4,6 𝑐𝑚


10 𝑐𝑚
Rf =0,46

Pada percobaan ini masing-masing dari komponen yang larut


mempunyai hasil nilai Rf. Jarak yang ditempuh komponen larutan
Sistein berjarak 4,7 cm, sedangkan jarak yang ditempuh pelarut sampai
garis front pada larutan Sistein adalah 10 cm, maka hasil nilai Rf
setelah 4,7 dibagi 10 adalah 0,47. Rf pada larutan Pb(NO3)2,
komponen menempuh jarak 1,5 cm dengan pelarut yang menempuh
jarak hingga garis front sepanjang 10 cm, maka hasil nilai Rf setelah
1,5 dibagi 10 adalah 0,15. Rf pada larutan Hg(NO3)2, komponen
menempuh jarak 6,2 cm dengan pelarut yang menempuh jarak hingga
garis front sepanjang 10 cm, sehingga hasil nilai Rf yang didapat
setelah membagi 6,2 dengan 10 cm adalah 0,62. Rf pada larutan
Bi(NO3)2, komponen menempuh jarak 4,4 cm dengan pelarut yang
menempuh jarak hingga garis front sepanjang 10 cm, sehingga hasil
nilai Rf yang didapat setelah membagi 4,6 dengan 10 cm adalah 0,46.
8

4.3 Pembahasan

Kromatografi berasal dari bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti


warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis. Kromatografi merupakan
metode pemisahan yang sederhana. Kromatografi mencakup berbagai
proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari penyusunan
cuplikan antara dua fasa, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam
absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan
muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik.
Teknik kromatografi pada dasarnya membutuhkan zat terlarut
terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang
lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui
media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal
atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah
oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak
sebagai zat penyerap atau dapat betindak melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak
Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode
klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah,
kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan atau sifat berkerabat
zat yang dipisah. Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya
kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, penukar ion, penyaringan
gel dan elektroforesis
9

Macam-macam kromatografi

A. Kromatografi Lapis Tipis


Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau
bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan
metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.

B. Kromatografi penukar ion

Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti


namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan
resin sintetik denga sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah
dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam
amino.

C. Kromatografi penyaringan gel

Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari


modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai
ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan
seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul
berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai
beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi
permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena
yang berguna untuk pemisahan polimer.

D. Elektroforesis

Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan


tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan
menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan
gerak tergantung pada besarnya muatan.

E. Kromatografi kertas
10

Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa


diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh
kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat
sederhana. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi
multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak
bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks
selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik
yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut. Proses
pemisahan dan pemurnian satu zat dari zat lain yang tidak diinginkan,
merupakan proses yang sangat penting pada pembuatan suatu
senyawa. Ada berbagai cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari
campurannya secara fisik antara lain :

- Pemisahan cair-cair, dapat dilakukan dengan cara


destilasi, ekstraksi dan koagulasi

- Pemisahan padat cair, dapat dilakukan dengan cara


dekantasi filtrasi, adsorpsi dan destilasi.

Berikut ini adalah gambar hasil percobaan kromatografi yang telah


dilakukan:

Gambar IV.1. Bahan-bahan yang digunakan


11

Gambar IV.2. Membuat garis start dan garis front

Kertas kromatografi Whatman No.1 dengan ukuran 15 x 15


cm dibuat garis start setinggi 2,5 cm dari tepi bawah dengan pensil.
Setinggi 10 cm diatas garis start garis front dibuat. Kertas
Kromatografi berfungsi untuk memisahkan zat atau bahan kimia
yang berwarna, terutama pigmen.

Gambar IV.3. Membuat empat buah titik pada garis


start

Empat buah titik pada garis start dibuat pada jarak 3 cm dari
tepi kiri kertas dengan interval 3 cm. Saat membuat empat titik
pada garis start, kia perlu menggunakan pensil dan tidak boleh
menggunakan pulpen. Kandungan karbon dalam pensil tidak
akan mempengaruhi hasil percobaan karena karbon bersifat
inert dan susah larut, berbeda dengan tinta pulpen yang mudah
terlarut dalam pelarut dan cairan lain
12

Gambar IV.4. Penetesan empat larutan sampel

Keempat titik ditengah garis dibuat bercak berturut-


turut dari larutan standard Pb, Hg, dan Bi dan larutan sampel
dengan diameter bercak decimal 4 mm. buat bercak satu
persatu dengan pipet kapiler yang berbeda. Setiap bercak
ditetesi 3 kali kemudian bercak dikeringkan dengan
pengering rambut.

Gambar IV.5. Kertas kromatografi dimasukkan


ke dalam ruang pemisah yang sudah diberi
eluen.

Kertas kromatografi dimasukkan kedalam ruang


pemisah yang sudah berisi eluen dan dijenuhi dengan
uap eluen dengan arah elusi naik. Tinggi permukaan
eluen tidak boleh melebihi tinggi garis start. Lalu tutup
ruang pemisah dengan rapat agar hasil percobaan tidak
terganggu dengan uap udara dari luar.
13

Gambar IV.6. Kertas kromatografi diangkat

Gambar IV.7. Kertas disemprot dengan larutan KI.

Berdasarkan gambar IV.6 dan gambar IV. 7. Setelah eluen sampai


di garis front, kertas kromatografi diangkat, Berfungsi agar dapat
dikeringkan dengan benar, dan naiknya eluen tidak melebihi garis
front. Kertas kromatografi yang sudah kering disemprotkan dengan
larutan pewarna 0,5% KI dengan kabut yang halus sampai timbul
warna kuning. Penyemprotan dihentikan agar warna yang timbul tidak
hilang atau luntur.
14

Gambar IV.8. Kertas kromatografi dikeringkan


dengan pengering rambut

Gambar IV.9. Hasil pada kertas kromatografi.

Berdasarkan gambar IV.8 dan gambar IV.9. Kertas kromatografi


dikeringkan menggunakan hair dryer. Berfungsi agar pengeringan lebih
cepat dilakukan. Hasil dapat dilihat jelas setelah kertas kering. Jarak
masing-masing bercak komponen sampel dan bercak standard diukur. Rf
masing-masing bercak dihitung. Atas dasar Rf standard dan warna bercak,
macam logam dan masing-masing bercak komponen dari sampel
ditetapkan.

Penyemprotan dengan larutan dikromat menghasilkan noda berwarna


orange kemerahan, sedangkan dengan larutan KI menghasilkan noda warna
15

orange. Dari hasil warna tersebut maka diketahui bahwa pada cuplikan 1
terkandung ion-ion logam Ag(1), sesuai dengan senyawa yang terkandung
dalam blanko 1. Sedangkan pada cuplikan 2 Pb(II) berwarna kuning dan
terbukti mengandung ionion logam Pb(II), seperti dalam blanko 2 yang
mengandung ion logam Pb(II). (Annia Syabatini, 2009)
Fungsi digunakannya kertas Whatman No.1 yaitu karena kertas
wahtman berbahan baku selulosa murni yang bermanfaat untuk mengikat air
atau molekul pelarut ke dalamnya. Sedangkan fungsi pembuatan garis
menggunakan pensil yaitu karena pensil mengandung karbon dan bersifat
inert artinya tidak akan bereaksi dengan eulen saat proses kromatografi.
Fungsi dibuatnya empat buah titik yaitu agar mempermudah
pemberian bercak larutan sampelnya. Sedangkan fungsi menggunakan pensil
yaitu karena pensil mengandung karbon dan bersifat inert artinya tidak akan
bereaksi dengan eulen saat proses kromatografi.
Fungsi diberi bercak diameter maksimal 4 mm dan ditetesi 3 kali yaitu
agar pergerakan bercak tidak melebar. Fungsi menggunakan pipet kapiler
yang berbeda-beda adalah agar larutan sampel tidak tercampur satu sama lain
atau supaya terjaga kemurnian larutannya.

Fungsi kertas kromatografi ditaruh dalam ruang pemisah yang tertutup


rapat adalah untuk mengurangi pengaruh luar karena kertas kromatografi
mudah sekali mengikat molekul.
Fungsi penyemprotan larutan 0,5% KI yaitu untuk mempermudah
dalam proses perhitungan hasil reaksi, karena larutan sampel yang digunakan
tidak berwarna sehingga butuh pewarna supaya jelas melihat hasil reaksinya.
Fungsi kertas kromatografi dikeringkan adalah untuk mencegah supaya hasil
reaksi larutan sampel tidak melebar- lebar.
Awalnya bercak pada kertas kromatografi tidak terlihat. Penyemprotan
larutan KI pada kertas kromatografi menyebabkan warna bercak pada
percobaan identifikasi logam ini terlihat lebih jelas.
Sistein merupakan salah satu dari 20 macam asam amino yang juga
merupakan sumber sulfur yang penting pada proses metabolism. Sementara itu
defisiensi atau kekurangan sistein berhubungan dengan pertumbuhan yang lambat,
hair epigmentation, edema, lesu, kerusakan hati, muscle and fat loss, luka pada
kulit dan tubuh lemah. (Xiao, et al.,2011)
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Larutan Pb, Hg dan Bi mengandung logam saat


direaksikan dengan larutan sampel (sistein) pada
kertas kromatografi.
2. Bercak dari larutan standard dan larutan sampel
dibuat satu persatu agar dapat dihitung jarak
komponen yang larut dan nilai Rf dari masing –
masing larutan standard dan larutansampel.
3. Larutan eluen akan naik sampai garis front pada
ruang pemisah yang ditutup rapat.
4. Setiap komponen larutan menghasilkan bercak
dengan warna yang berbeda pada kertas
kromatografi.
5.2 Saran
Ketika melakukan praktikum ini, diharapkan untuk serius
dalam setiap metodenya, karena kesalahan yang disebabkan
kekurang hati-hatian dalam melaksanakan metode dapat
mengakibatkan kekurang akuratan hasil yang akan didapat.
Perlengkapan pribadi juga harus disiapkan sebelum praktikum,
seperti jas lab, masker, sarung tangan lateks, maupun perkap yang
lain

16
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Syabatini. 2009. Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Banjarbaru.

Basset, J. Dkk. 1994. “VOGEL” Kimia Analisis Kuantitatif. EGC, Jakarta.

Hambali. Elita. 2007. Teknologi Bicenergi. Institute Teknologi Bandung, Bandung.

Rubiyanto, D., 2013. Teknik Dasar Kromatografi. Deepublish, Yogyakarta.

Susila Kristianingrum. 2005. Peranan Kimia Analisis untuk Industri Farmasi.


Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta.

Wation David. 2006. Analisis Farmasi Edisi III. Jakarta.

Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis.

Xiao, Q., Shang, F., Xu, X., Li, Q., Lu, C., & Lin, M. J. 2011.
Specific detection of cysteine and homocysteine in
biological fluids by tuning the pH values of
fluorosurfactant-stabilized gold colloidal solution.
Biosensors and Bioelectronics, 30, 211–215.

Anda mungkin juga menyukai