Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KROMATOGRAFI KERTAS LAPIS TIPIS

Nama : Ahmad lutfi hakim


Kelas : XIII Kimia Analis B
Mata Pelajaran : Analisis Kimia Instrumen
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan m Segala puji bagi
Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan m akalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun agar kami dan pembaca dapat mengetahui secara rinci Makalah ini disusun
agar kami dan pembaca dapat mengetahui secara rinci tentang materi kromatografi lapis tipis.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat
mengetahui secara rinci akan materi yang telah di susun. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

i
Daftar Pustaka

Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Pustaka.................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
2.1 Definisi Kromatografi Lapis Tipis.....................................................................................3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis......................................................4
2.3 Kerja Kromatografi Lapis Tipis.........................................................................................5
2.4 - Faktor yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis...................................................8
Bab III..............................................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta produk pangan lainnya
terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung
didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki
peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun
teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi. Kromatografi
(Chromatography) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada
hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini
adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan
untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa
yaitu yang pertama, fasa tetap (Stationary Phase) dan kedua, fasa bergerak (Mobile Phase).
Dengan adanya penelitianpenelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip
kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas.

Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis (tebal 0.1-2 mm) yang terdiri atas bahan
padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar (plat), yang biasanya terbuat dari
kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada
permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan
tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahanpemisahan. Seperti halnya,
kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar
laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG (Made in
Switzerland) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample
yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan)
menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan
proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu
menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari kromatografi lapis tipis?


b. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan dari kromatografi lapis tipis?
c. Bagaimana prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis?
d. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kromatografi lapis tipis?

1.3 Tujuan

a. Untuk memaparkan definisi kromatografi lapis tipis


b. Untuk memaparkan prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis
c. Untuk memaparkan kelebihan dan kekurangan dari kromatografi lapis tipis
d. Untuk memaparkan vfaktor faktor apa saja yang mempengaruhi kromatografi lapis tipis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kromatografi Lapis Tipis

KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap
(adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak
sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al, 1995).

Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban
terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap
komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen
disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda.

Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat digunakan untuk menganalisis
senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan
berbutir (fase diam) ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang
cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah
pelat/lapisan ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
(fase gerak). Pemisahan terjadi setelah perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan/dideteksi. Deteksi dilakukan dengan
menggunakan sinar UV (Sudjadi, 1988).

Teknik ini dikembangkan tahun 1938 Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada
lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan menyerap
sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini di kenal juga sebagai kromatografi

3
kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan
tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.

Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, tetapi kadang kala
bubuk selulosa dan tanah diatome juga dapat digunakan. Untuk fase diam hidrofilik dapat
digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, disperse koloid plastic, silica terhidrasi. Untuk
meratakan pengikat dan zat pada pengadsorbsi digunakan suatu aplikator. Sekarang inin telah
banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah
terlapisi, kromatotube, dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat
hasil analisis yang reprodusibel.

Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang
akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-syringe
(penyuntik berukuran mikro). Sample diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat kromatografi.
Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan
mengerok lapisan vertical searahgerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk
melaksanakan pemisahan yang dilakukan pada temperature kamar, sampai permukaan pelarut
mencapai tinggi 15-18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40 menit. Semua teknik yang
digunakan untuk kromatografi kertas dapat di pakai juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi
KLT juah lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya
pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada kromatografi lapisan ini, dengan
menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada perafin, minyak silikon, dan
lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah CH3COOH atau asetonitril. Kadangkala untuk RPPC,
waktu yang diperlukan cukup lama.

Untuk analisis kuatitatif dapat digunakan plot fotodensitometri. Analisisnya dapat dilakukan
dengan spektrofotometer UV, sinar tampak, IR atau flourosens atau dengan reaksi kolorimeter
dengan reagent kromogenik.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis

Beberapa kelebihan KLT yaitu:

1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.

4
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Adapun kekurangan KLT yaitu:

1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun.

2.3 Kerja Kromatografi Lapis Tipis

Pada dasarnya KLT digunakan untuk memisahkan komponen-komponen berdasarkan perbedaan


adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang (Watson, 2010). KLT
sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyata
terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben
sebagai pengganti kertas.

Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan kesetimbangan antara
fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi
senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya.
Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
serta kepolaran dan ukuran molekul.

5
Fase Diam dan Fase Gerak

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007). Semakin kecil ukuran rata-rata partikel
fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam
hal efisiensi dan resolusinya.

Silika gel salah satu contoh fase diam yang terbentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan
silika gel, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat
ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.

Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium oksida. Atom
aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada dasarnya sifat serta penggunaannya
mirip silika gel.

Tabel 1. Fase diam yang sering digunakan pada KLT (Kealey dan Haines, 2002)

Fase Diam Mekanisme Sorpsi Penggunaan

Silika Adsorpsi Asam amino, hidrokarbon,


vitamin, alkaloid

Serbuk selulosa Partisi Asam amino, nukleotida,


karbohidrat

Selulosa penukar ion Pertukaran ion Asam nukleat, nukleotida,


halida dan ion-ion logam

Gel sephadex Eksklusi Polimer, protein, kompleks


logam

B-siklodekstrin Interaksi adsorpsi Campuran enansiomer


stereospesifik

6
Adsorben yang sering digunakan antara lain:

a) Silika gel
Yang paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah, sering ditambah
CaSO4 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada penyangga. Penambahan ini juga
mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga dapat ditambahkan indicator fluoresensi
yang akan berfluoresensi di bawah sinar UV pada 254 nm, hingga noda yang
mengabsorpsi pada frekuensi ini menjadi sangat kontras terhadap latar belakang yang
berfluoresensi hijau kuning. Silica gel sangat higroskopis, pada humaditas relative 45 –
75% akan menarik air sampai 7 – 20%. Derajat diaktivasinya ditentukan oleh
kelembaban ruangan dimana pemisahan akan dilakukan atau tempat penyimpanan lapis
tipisnya. Kemurnian juga penting karena dapat mempengaruhi watak kromatografi
beberapa senyawa tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat juga menyebabkan
dekomposisi senyawa yang hendak dianalisa.
b) Alumina
Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silica gel dan lebih relative secara kimia hingga untuk
senyawa yang sensitive dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah Ca2SO4 dan indicator
fluoresensi.
c) Kieselghur (tanah diatome)
Merupakan adsorben netral dengan aktivitas rendah. Daya resolusinya juga kecil. Dapat
ditambahkan sebagai campuran pada silikagel yang akan memberikan adsorben campur
yang kurang aktif. Juga dapat ditambah Ca2SO4.
d) Selulosa
Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis yang sifatnya
analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang baik tanpa pengikat.
Adsorben ini dapat ditambah indicator fluoresensi atau Ca asetat. Kerugian penggunaan
selulosa ini ialah tidak dapat digunakannya pereaksi yang korosif seperti asam sulfat atau
pereaksi destruktif lainnya.
e) Poliamida
Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben lainnya. Biasanya
ditambahkan pengikat seperti selulosa atau amilum. Mempunyai kapasitas yang besar dan
banyak digunakan untuk pemisahan fenol.

7
Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina
atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran
antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

2.4 - Faktor yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf adalah :

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.


2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
5. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan.
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
8. Suhu.
9. Kesetimbangan.

8
Bab III

PENUTUP

Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang:

1. definisi dari kromatografi lapis tipis


2. kelebihan dan kekurangan dari kromatografi lapis tipis
3. Bagaimana prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis
4. faktor faktor yang mempengaruhi kromatografi lapis tipis

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.

1. Kromatografi lapis tipis adalah salah satu metode kromatografi planar yang fasa diamnya
berupa adsorben dan fase geraknya biasanya adalah pelarut organik.
2. Kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara
pelaksanaannya. Perbedaan nyata terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya,
yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti kertas.
3. Kromatografi lapis tipis merupakan metode analisis yang cepat dan digunakan untuk
banyak sampel dalam waktu yang singkat.
4. Kromatografi Lapis Tipis sering digunakan dalam identifikasi drugs, ekstrak tanaman,
dan preparasi biochemical. Mendeteksi kontaminan, Penentuan kemurnian senyawa, dan
Penentuan komposisi zat atau senyawa.

9
Daftar Pustaka

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapisan_tipis
%23:~:text%3DKromatografi%2520lapisan%2520tipis%2520(KLT)%2520adalah,%252C
%2520aluminium%2520oksida%252C%2520atau%2520selulosa.&ved=2ahUKEwjWmJeF4-
nyAhXBAnIKHd_qAvAQFnoECAQQBQ&usg=AOvVaw31jNluU0BYMs6Qu0BrBEvu

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://superpedia.rumahilmu.or.id/wiki/Kromatografi_lapisan_tip
is&ved=2ahUKEwihkfXQ4-
nyAhUET30KHZ5VAwAQFnoECDUQAQ&usg=AOvVaw0I9hxV_99hQLcFfWRkYXvz

10

Anda mungkin juga menyukai