PUTI OKTADIRA
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kesehehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “KROMATOGRAFI LAPIS LIPIS ”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan, arahan, dan dukungan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
2. Bapak James P. Simanjuntak, S.Si.. M,Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
3. Ibu Dra. Dewi K,M. Pd. selaku koordinator mata kuliah instrumentasi yang penuh kesabaran
dan keiklasan hati memberi arahan serta mengajar selama studi kasus.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal kasus ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun, sehingga menjadi
masukan bagi penulis dimasa yang akan datang..
Jambi, Oktober
2023
Penulis
PUTI OKTADIRA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………................................................. ….I
DAFTAR ISI……………………………………………………….…………………III
C. Tujuan penelitian…………………………………………..…………………… 5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………. 6
A. KESIMPULAN………………………………………………………………….21
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta produk pangan
lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang
terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat
ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat
didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan
metode kromatografi. Kromatografi ( Chromatography sebenarnya secara harfiah berasal
dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa
pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan,
seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang
pertama, fasa diam ( Stationary Phase) dan kedua, fasa bergerak ( Mobile Phase ).
Dengan adanya penelitian-penelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip
kromatografi pada senyawa-senyawa vang tak berwarna termasuk gas.
Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri
atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang
biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan
yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat
dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam
pemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir
ini oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner
3 merk CAMAG ( Made in Switzerland dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang
mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang
telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian
hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC
Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu menganalisa senyawa berwarna dan tak
berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat.
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan
4. Dapat memahami apa apa yang dimaksud dengan fase diam dan fase gerak dalam
kromatografi lapis tipis.
BAB II
PEMBAHASAN
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh zmailoff dan
Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase
diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik (Gandjar dan Rohman,
2007).
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan
daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia
yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben
terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan
yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al,
1995).
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisalh-pisah disebabkan oleh daya
serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi
adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama
dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia
dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel,
tetapi kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatome juga dapat digunakan. Untuk
fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, disperse
koloid plastic, silica terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorbsi
digunakan suatu aplikator. Sekarang inintelah banyak tersedia kromatografi lapisan
tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube, dan
sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis
yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sample diteteskan pada
salah satu bagian tepi pelat kromatografi. Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap.
Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan vertical
searahgerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk melaksanakan pemisahan
yang dilakukan pada temperature kamar, sampai permukaan pelarut mencapai tinggi
l5-18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40 nmenit. Semua teknik yang digunakan
untuk kromatografi kertas dapat di pakai juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi
KLT juah lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa
kecilnya pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada kromatografi
lapisan ini, dengan menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada
perafin, minyak silikon, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah CH;COOH atau
asetonitril. Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan cukup lama.
Zat-zat warna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent
penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat
organic. Demikian juga penandaan secara radiokomia juga dapat digunakan. Untuk
menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja.
Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan
pengerokan setelah pemisahan selesai.
Aplikasi KLT sangatlah luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap serta
terlalu labil untuk kromnatografi cair dapat dianalisis dengan KLT. la dapat pula
untuk memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia foresik menggunakan
KLT untuk bermacam pemisahan. Pemisahan berguna dari plasticizer, antioksidan,
tinta dan formulasi zat pewarna dapat ditentukan dengan KLT. Pemakaiannya juga
meluas dalam pemisahan anorganik.
a) KLT preparative
Tebal lapisan adsorben dibuat sekitar 1 -1,5 mm. Semakin tebal adsorbennya
pemisahannya semakin sulut. Larutan adsorben yang dipakai biasanya lebih kental.
Setelah adsorben dilapiskan, plat harus dikeringkan pada suhu kamar sebelum
diaktifkan untuk mencegah terjadinya keretakan pada lapisan adsorben atau
terjadinya case hardening.
Cara visualisasi yang dipakai bersifat nondestruktif, terutama den gan sinar
UV pada adsorben yang mengandung P, penyemprotan dengan air atau dengan
dengan menempatkan plat yang telah dikembangkan dalam ruangan yang
mengandung uap iodium. Pengumpulan komponen yang terpisah dikerjakan
dengan mengerok adsorben dengan menggunakan spatula atau silet. Hasil kerokan
tersebut dikumpulkan diatas corong dengan kertas saring, kemudian diekstraksi
dengan pelarut, yang dipolaritasnya cukup melarutkan secara kuantitatif. KLT
preparative harus dikerjakan secepat mungkin untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada masing – masing komponen penyusun.
b) KLT Kuantitatif
Umunya KLT sukar dipakai sebagai cara kuantitatif. Pendekatan yang digunakan ialah :
Cara ini khususnya untuk pemisahan senyawa-sen yawa yang mempunyai jumlah
ikatanrangkap yang berbeda. Isomer cis dan trans dari beberapa asam lemak juga dapat
dipisahkan dengan cara ini.
Plat adsorben yang digunakan mengandung AgNO3. Plat tersebut dapat dibuat dengan
menyemprotkan 10% larutan AgNO3 dalam equeous ethanol. Cara lain dapat dikerjakan
dengan mencelupkan plat KLT ke dalam larutan AgN03 10- 12 %. Lebih baik ialah dengan
mencampurkan AgNO3 dalam pembuatan larutan adsorben.
System pelarut yang sering digunakan ialah campuran heksana-eter dalam proporsi yang
bervariasi, tergantung jumlah ketidakjenuhan senyawanya. Pemisahan untuk monoenoat
(berikatan rangkap satu) dapat dipakai heksan-eter 93:7, untuk dienoat (berikatan rangkap
dua) dengan perbandingan 83:17, sedang untuk memisahkan monoena, diena, triena, tetraena,
pentaena, heksaena dari metil esternya dapat dipisahkan dengan menggunakan campuran
heksan-eter 60:40.
3. Alat yang digunakan dalam metode kromatografi lapis tipis
Gambar 2.1 alat yang digunakan dalam metode kromatografi lapis tips
a. Erlenmeyer
b Batang pengaduk
Fungsinya sebagai wadah penampung eluen atau fase gerak dan penutupnya berfungsi
agar eluen tidak menguap
d. Kertas saring
Fungsinya untuk menyaring campuran sampel kering dengan pelarutnya saat ekstraksi.
Silika gel yang berfungsi sebagai fase diam, namun terdapat berbagai macam jenis.
Misalnya G, GF, H
f . Pipa Kapiler
Berupa pipa kecil dan sangat tipis yang digunakan untuk menotolkan cuplikan larutan
baku dan larutan sampel yang akan diuji
g. Beker Gelas
Berfungsi sebagai wadah untuk baku standart dan sampel hasil ekstraksi. h. Lampu
Ultra Violet
Lampu UV ini berfungsi sebagai penampak bercak pada silica gel setelah dilakukan
penotolan
a) Kelebihan KLT
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
b) kekurangan KLT
3 Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun
Untuk membuat penyerap, pertama bahan penyerap dicampur dengan air sampai
menjadi bubur, biasanya dengan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk
sampai rata dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara. Tebal lapisan merupakan
faktor yang paling penting dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard adalah 250
mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal (0.5 - 2.0 mm ) digunakan untuk penmisahan-
pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat
den gan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi
mengelupas bila kering.
Sifat yang terpenting dari penyerap adalah besar partikel bubur penyerap dan
homogenitasnya, karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada kedua sifat
tersebut. Besarnya partikel yang biasa digunakan adalah 1 - 25 mikron. Partikel
yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan
salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap
yang butirannya halus. Sedangkan dalam kolom partikel yang sangat halus akan
mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus
memberikan aliran pelarut yang lebih cepat. Beberapa contoh penyerap yang
digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah
sebagai berikut :
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 um (Gandjar dan Rohman, 2007), Semakin
kecil ukuran rata rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Silika gel salah satu contoh fase diam yang terbentuk dari silikon dioksida
(silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang
besar. Namun, pada permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-0-H selain Si-O-si.
Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Gambar 2.3 plat kerta
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada
dasarnya sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
a) Silika gel
Yang paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah, sering
ditambah CaS04 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada penyangga.
Penambahan ini juga mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga dapat ditambahkan
indicator fluoresensi yang akan berfluoresensi di bawah sinar UV pada 254 nm, hingga
noda yang mengabsorpsi pada frekuensi ini menjadi sangat kontras terhadap latar
belakang yang berfluoresensi hijau kuning. Silica gel sangat higroskopis, pada
humaditas relative 45 - 75% akan menarik air sampai 7 - 20%o. Derajat diaktivasinya
ditentukan oleh kelembaban ruangan dimana pemisahan akan dilakukan atau tempat
penyimpanan lapis tipisnya. Kemurnian juga penting karena dapat mempengaruhi
watak kromatografi beberapa senyawa tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat
juga menyebabkan dekomposisi senyawa yang hendak dianalisa.
b) Alumina
Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silica gel dan lebih relative secara kimia
hingga untuk senyawa yang sensitive dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah Ca2S04
dan indicator fluoresensi.
c) Kieselguhr (tanalh diatome)
Merupakan adsorben netral dengan aktivitas rendah. Daya resolusinya juga
kecil. Dapat ditanmbahkan sebagai campuran pada silikagel yang akan memberikan
adsorben campur yang kurang aktif. Juga dapat ditambah Ca2So4.
d) Selulosa
Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis yang
sifatnya analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang baik tanpa
pengikat. Adsorben ini dapat ditambah indicator fluoresensi atau Ca asetat. Kerugian
penggunaan selulosa ini ialah tidak dapat digunakannya pereaksi yang korosif seperti
asam sulfat atau pereaksi destruktif lainnya.
e) Poliamida
Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben lainnya.
Biasanya ditambahkan pengikat seperti selulosa atau amilum. Mempunyai kapasitas
yang besar dan banyak digunakan untuk pemisahan fenol. Selain fasa diam, dalam
KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent
dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut
atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut
yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusirpelarut yang tak polar dari ikatannya
dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan cluen
maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan
prinsip like dissolved like" (Watson, 2010).
Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah garis pensil
digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel ditempatkan di atasnya.
Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa diam berguna untuk menunjukkan
posisi asli sampel. Pembuatan garis harus menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan
dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik
campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak
dengan posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa
suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut. Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik.
Komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan
campuran dipisahkan memiliki warna yang berbeda. Diagram menunjukkan plat setelah pelarut
telah bergerak sekitar setengah jalan. Pelarut diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai
bagian atas plat yang akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan
dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi menggunakan harga Rr
meskipun harga-harga Rr dalam lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kertas. Seperti
halnya pada kertas harga R didefinisikan sebagai berikut (Gritter et al, 1991):
Saat ini campuran binari terus bermigrsi sepanjang lempeng dan komponen pelarut
berikutnya yang berinteraksi paling kuat dengan fase diam (pelarut B) teradsorbsi sebagai
lapisan pada permukaan lempeng yang ditunjukkan oleh daerah (Y).
Akhirnya, pelarut yang tersisa (C), yang mempunyai interaksi paling lemah dengan
fase diam, melanjutkan migrasinya dan menutup permukaan dengan lapisan pelarut (C) pada
daeralh (Z).
Terlihat bahwa sistem kromatografi yang dihasilkan oleh analisis frontal dari tiga
komponen fase gerak menjadi kompleks. Sampel akan berinteraksi selama proses pemisahan.
Pada seksi pertama (X), sampel akan terdistribusi diantara campuran pelarut ternari (A), (B),
(C) dengan permukaan fase diam yang tertutup dengan pelarut (A).
Pada seksi (Y) sampel akan terdistribusi diantara campuran pelarut binari (B) serta
(C) dan permukaan fase diam yang terturup dengan pelarut (B). Akhirnya, distribusi dalam
seksi (Z) terjadi antara pelarut (C) murni serta permukaan fase diam yang tertutup dengan
pelarut (C).
8. Deteksi Bercak
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna, yaitu:
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar
ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada,
meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu
berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari
posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil
yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan,, kita harus menandai posisi-
posisi dari bercak bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-
bercak itu. Karena jika kita mematikan sinar UV tersebut, bercak-bercaknya tidak
tampak kembali.
1. Detektor
Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan
seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa
disebut dengan efek fotoelektrik dengan kondisi hampa udara.
Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang
timbul dan dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier -focused type) secara
berurutan dan keluar mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam logam dengan
energi W (eV), yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function), logam yang
berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda pula. Dan logam katoda yang digunakan
sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang gelonmbang pancung (cutoffT
wavelength) c, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan menyebabkan
terjadinya pemancaran fotoelektron.
2. Monokromator
3. Absorbansi
Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan energy
yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke
tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke pita konduksi di dalam zat padat).
Dengan spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari
suatu atom/molekul/zat padat.
Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan
terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat
energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang
diserapnya.
v= frekuensi
A= panjang gelombang
v= bilangan gelombang
Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T
T= Transmitance / transmitansi
4. Transmitansi
Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas lo dilewatkan melalui suatu
larutan dalan wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas
radiasi yang diteruskan It menjadi lebih kecil dari lo. Transmitansi dengan simbol T dari
larutan merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan,
yaitu : T = It/lo. Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%). 10 Faktor - Faktor
yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan
noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rr adalah :
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan
mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap
harga Rr meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi
hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang
sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
Pada prakteknya tcbal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahak an tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menycbabkan aliran pelarut
menjadi tak rata pula dalam dacrah yang kecil dari plat.
6. Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan
mendatar juga digunakan). Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan cuplikan dalam
jumlah yang berlebihan memberikan hasil penycbaran noda-noda dengan kemungkinan
terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan pada harga-harga Re.
8. Suhu.
9. Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan
uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut,
bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan
pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan
keadaan ini harus dicegah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan
daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen
kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran cluen.
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 um (Gandjar dan Rohman, 2007). Fasa
gerak/eluent yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)
untuk melewati fasa diam (adsorbent).
Kerja dengan KLT dimulai dari penyiapan plat, eluen dan sampel, penotolan,
elusi, dan deteksi bercak/noda. Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan
UV dan campuran zat kimia tertentu.Terdapat beberapa instrument pada
kromatografi lapis tipis diantaranya adalah detector, monokromator, absorbansi, dan
transmitansi.
6. Khopkar, SM. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia