Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa, karena rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah instrumentasi
mengenai kromatografi. Adapun makalah tentang kromatografi lapis tipis ini
kami tela diskusikan dengan materi dari sumber yang dapat di percaya. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini banyak kekurangan yang jauh
dari kata sempurna, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa maupun
materi tentang kromatografi. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan
kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Harapan kami semoga makalah
ini bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................
1.2 Rumusan masalah..................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian kromatografi.....................................................
2.2 macam macam kromatografi...........................................
2.3 keuntungan dan kerugian kromatografi............................
2.4 peralatan KLT.....................................................................
2.5 faktor retensi kromatografi...............................................
2.6 cara penggunaan KLT.......................................................
2.7 visiulisasi kromatografi......................................................
2.8 nilai Rf...................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kromatografi lapis tipis dikembangan pada tahun 1938 oleh Ismail dan
Sehraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak
sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan menyerap sepanjang
fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai
kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam
pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-
senyawa yang terpisahkan.
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin Layer
Chromatography) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama
pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media
pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang
tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti
kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai
fase diam.
Bila KLT dibandingkan dengan KKT, kelebihan khas KLT ialah
keserbangunan, kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT
disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping selulosa, sejumlah penyaerap
yang berbeda-beda dapat disaputkan pada plat kaca atau penyangga lain
dandigunakan untuk kromatografi.
Pada percobaan ini dilakukan praktikum mengenai analisis secara
kualitatif yakni pemisahan senyawa secara kromatografi lapis tipis yang
iididasarkan pada fase gerak yakni eluen dan fase diamnnya adalah silica
gel.
1. pengertian kromatografi
2. macam macam kromatografi
3. keuntungan dan kerugian kromatografI
4. peralatan KLT
5. faktor retensi kromatografi
6. cara penggunaan KLT
7. visiulisasi kromatografi
1.3 Tujuan
FASE GERAK
Dalam komatografi, eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent)
interaksi antara adsorbent dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan
komponen.
Eluen dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan terardsorpsinya Dalam KLT
terdapat dua macam faktor yaitu:
FASE DIAM
Pelaksanan kromatorafi lpis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada lempeng gelas atau logam atau kertas atau plastik
yang keras. Jel silika atau alumina merupakan fase diam. fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengalami subtansi yang mana dapat
berpendar klour dalam sinar UV . fase diam lainya yang biasa digunakan adalah
alumina-aluminium. Atau aluminium apada permukaan juga memiliki gugus
OH.
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorbent dan dalam hal ini
yang banyak adalah jenis adsorbent alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang bersifat relatif tak polar
dari ikatannya denga alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa keatas pada lempengan tergantung
pada bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa pelarut. Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda.
Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung
substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Pendaran ini
ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-
bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di
sinarkan dengan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang
berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang
gelap. Sementara UV tetap di sinarkan pada lempengan, harus dilakukan
penandaan posisi- posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan
melingkari daerah bercak-bercak itu. Ketika sinar UV dimatikan, bercak-bercak
tersebut tidak tampak kembali.
Prinsip Kerja KLT Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis,
terjadi hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada
interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang
akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan
ini dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran
molekul. Pada kromatografi lapis tipis, Eluent adalah fase gerak yang
berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk
melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan
eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh
sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh
laju alir eluent dan jumlah umpan.
Kerugian :
1. Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang
cocok dengan pada kromatografi kolom
2. Noda yang terbentuk belum tentu senyawa murni
Fase gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut degan eluen.
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasnya merupakan
campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen KlT dipilih dengan cara trial and ero. Kepularan
eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.
2.4 PERALATAN KLT
Fase gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut degan eluen.
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasnya merupakan
campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen KlT dipilih dengan cara trial and ero.
Kepularan eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang
diperoleh
2.6 CARA MENGGUNAKAN KLT
KLT sangat berguna untuk mengetaui jumlah komponen dalam sampel .
peralatan yang digunakan untuk KLT adalah camber ( wadah untuk proses KLT),
Pinset, plat klt, dan eluen.
Inilah langkah-langkah memakai KLT
2.8 NILAI RF
jarak antara jalannya plarut bersifat relatif. Oleh karna itu diperlukan suatu
perhitunngan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang
sama walaupun ukuran jarak platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah
nilai RF, nilai ini duganakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai
RF juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga
nilai RF sering juga disebut faktor retensi. Nilai RF dapat dihitung dengan rumus
berikut.
RF = jarak yang ditempuh substansi/jarak yang ditempuh oleh pelarut.
Semakin besar nilai RF dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat krmatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang
sama, nilai RF akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berenteraksi
dengan adsorpen polar dari plat kromatografi lapis tipis.
3.1 Kesimpulan