"KROMATOGRAFI KERTAS"
DI SUSUN OLEH :
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Kromatografi
Kertas”. Laporan praktikum ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas KKNI mata
kuliah Analisis Senyawa Organik.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Analisis Senyawa Organik yaitu Ibu Nora Susanti S.Si.,M.Sc.,Apt
yang telah memberikan tugas terhadap penyusun.
Penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan pada kemampuan
penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami mengharapkan semoga
laporan ini dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Penyusun
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
I. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu :
1. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas.
2. Praktikan dapat mengetahui pengaruh jenis tinta terhadap perubahan hasil
percobaan kromatografi kertas.
Kromatografi kertas merupakan metode pemisahan dengan kerja dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan wama yang dapat terlihat
pada kertas kromatografi dan bercak yang ada untuk membandingkan antar totolan dari sampel
dan totolan dari baku (Triwahyuni dan Susilawati, 2003).
1
kromatografi, zat terlanit yang dipisahkan beremigrasi sepanjang satu kolom dan tentu saja
dasar pemisahan terletak berbeda-beda laju migrasi untuk zat terlarut yang berlainan.
Kromatografi kertas sangat berguna untuk pemisahan zat anorganik, organik dan
biokimia dalam jumlah yang sedikit. Kromatografi kertas terbukti sangat berharga dalam
biokimia dimana seringkali dijumpai sampel kecil dan kompleks. Pada tahap penampakan noda
atau identifikasi. Jika noda sudah berwama dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga
Rinya. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak).
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat
zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus
2
sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat
yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona tersebut dapat digunakan sebagai
ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990).
Nilai Rf biasanya dinyatakan dalam desimal, dengan dua angka di belakang koma. Jika
nilai Rƒ suatu larutan adalah nol, solut tetap berada pada fasa diam dan oleh karenanya tidak
bergerak. Jika milai Rf = 1 artinya solut tidak mempunyai afinitas terhadap fasa diam dan
bergerak sesuai dengan gerakan pelarut hingga garis depan. Untuk menghitung nilai R/ ukur
jarak tempuh zat dibagi dengan jarak tempuh pelarut.
Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir
bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase
cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu
pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng
kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994).
3
III. Bahan Kimia dan Peralatan
1. Tabung kromatografi kertas dengan penutup.
2. Campuran petroleum etes dan aseton.
3. Benang.
4. Pastle dan mortar.
5. Beberapa helai daun hijau segar.
6. Corong kaca.
7. Kertas saring.
8. Kertas kromatografi.
9. Tabung kapiler.
10. Pensil dan gunting.
11. Penggaris.
4
14. Bentuk lipatan di ujung kertas selain pada kertas karton maxgrafi tadi di atas
benang sehingga ujung kertas berada di bawah tingkat pelarut tabung
kartografi.
15. Tuangkan pelarut campuran aseton 9 banding 1 petroleum eter hingga 2 cm ke
dalam toples.
16. Letakkan kertas yang sudah dilipat ke dalam tabung dan gantungkan kertas pada
benang.
17. Kemudian tutup toples dan biarkan pelarut naik dari kertas.
5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum tersebut praktikan mengamati pelarut yang terdapat pada tabung akan naik
ke kertas. Pada saat pelarut naik melalui kertas kita akan mengamati ekstrak daun yang
sebelumnya kita teteskan kekertas mulai bergerak keatas bersama dengan pelarut dan saat
bergerak dipisahkan menjadi kontra pigmen tituen. Setelah pelarut mencapai tingkat yang
diinginkan di kertas tersebut, kertas dikeluarkan dari tabung dan menandai bagian dpan pelarut
sesuai dengan masing-masing pigmen kertas dengan pensil. Hal ini disebut kromatogram.
Setelah praktikan melakukan praktikum dengan bahan daun hijau tersebut, ditemukan
empat pigmen yang berbeda yaitu solvent, klorofil a, klorofl b, xantofil, dan karoten. Sealin itu
pada praktikan ini mungkin mendapatkan pigen kelima yaitu antosiasin jika memiliki daun
yang menyatu dengan warna kemerahan menggunakan skala, ukur jarak yang ditempuh oleh
setiap pigmen dan hitung RF untung setiap pigmen. Dengan menggunakan rumus :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝐹 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Berikut ini adalah hasil percobaan
1. Solvent
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
10
RF=
10
10
RF=
10
Rf = 1
2. Caroten
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
10
RF=
10
6
10
RF=
10
Rf = 1
3. Xantophyll
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
9
RF=
10
9
RF=
10
Rf = 2,33
4. Chlorophyll A
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
5
RF=
10
5
RF=
10
Rf = 0,5
5. Chlorophyll B
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,8
RF=
10
2,8
RF=
10
Rf = 0,28
7
VI. SOLUSI MASALAH
1. Berikan definisi singkat tentang sebuah.
a. Rf
Retention/retardation factor (Rf) adalah sebuah nilai atau ukuran yang mana didapat
berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut pada plat kromatografi lapis tipis. Nilai
Rf didapatkan dengan cara membagi nilai antara jarak dari awal penotolan suatu 27
senyawa hingga noda senyawa tersebut berhenti ketika proses eluasi selesai (a)
dibagi dengan jarak eluasi (b). Nilai Rf memiliki rentang nilai dari 0.0 hingga 1.0,
nilai ini dapat bervariasi karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kualitas
sorben, kelembaban, ketebalan plat, jarak eluasi, dan suhu lingkungan (Srivastava,
2011).
b. Eluen
Eluen adalah bagian "pembawa" dari fasa gerak. Ia menggerakkan analit melalui
kromatograf. Dalam kromatografi cair, eluen adalah cairan pelarut; sedangkan
dalam kromatografi gas, eluennya adalah gas pembawa.
c. Fase diam dan fase gerak
Fase diam adalah yang dilalui sama fase gerak untuk memisahkan komponen-
komponen yang ada dicampuran sampel. Fase stasioner atau fase diam yang
digunakan untuk KLT merupakan agen penyerap mikro partikel dengan diameter
di antara 10 dan 30 mm. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin sempit jarak
antar partikel, semakin bagus pula proses kromatografi dalam hal efisiensi dan
resolusinya (Kealey dan Haines, 2002). Fase gerak adalah zat yg bisa digunakan
untuk memisahkan komponen-komponen yang ada dicampuran sampel. Fase
gerak dapat berupa bahan cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat
dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatil).
2. Ketika jarak yang ditempuh oleh suatu senyawa sama persis dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut, kesimpulan seperti apa yang dapat diperoleh? Demikian juga,
ketika jarak yang ditempuh oleh suatu senyawa adalah 0, kesimpulan seperti apa yang
dapat diperoleh?
Jawab : Jika jarak yang ditempuh oleh suatu senyawa sama persis dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut maka kesimpulan yang didapat adalah solut tidak mempunyai
afinitas terhadap fasa diars dan bergerak sesuai dengan gerakan pelarut hingga garis
depan. Sedangkan jika ketika jarak yang ditempuh oleh suatu senyawa adalah 0 maka
8
kesimpulan yang didapat yaitu solut tetap berada pada fasa diam dan oleh karenanya
tidak bergerak.
3. Jika dua atau lebih senyawa menunjukkan tempat yang sangat dekat satu sama lain,
bagaimana Anda akan memisahkannya?
Jawab : Untuk memisahkan dua atau lebih senyawa perlu dilakukan yang namanya
Filtrasi. Dimana Filtrasi adalah operasi dimana campuran yang heterogen antara
fluida dan partikel-partikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan
fluida tetapi menahan partikel-partikel padatan Hal yang paling utama dalam filtrasi
adalah mengalirkan fluida melalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya
gaya dorong, misalnya gravitasi, tekanan dan gaya sentrifugal. Pada beberapa proses
media filter membantu balok berpori (cake) untuk menahan partikel-partikel padatan
di dalam suspensi sehingga terbentuk lapisan berturut- turut pada balok sebagai filtrat
yang melewati balok dan media tersebut.
4. Bagaimana cara membuktikan bahwa kromatografi kertas dapat digunakan sebagai
penilaian kualitatif untuk senyawa tertentu?
Jawab : Cara membuktikan bahwa kromatografi kertas dapat digunakan sebagai
penilaian kualitatif untuk senyawa tertentu yaitu dengan mendapatkan hasil dari
kromatografi kertas adalah berupa spot Spot tersebut merupakan hasil analisis yang
bersifat kualitatif. Untuk analisis hasil secara kualitatif menggunakan kromatografi
kertas yaitu dengan cara membandingkan harga Rf, dan untuk analisis kuantitatif
menggunakan spektrofotometri uv-vis untuk menentukan kadarnya. Pengolahan spot
ke arah kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya dengan
melarutkan spot yang dihasilkan, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan
secara spektrofotometri. Salah satu cara tersebut memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya memerlukan waktu yang lebih lama, dan dapat merusak sampel dalam spot
9
VII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini, yaitu :
SARAN
Dalam hal ini banyak yang harus diperhatikan oleh praktikan. Praktikum masih
perlu saran dan masukkan. Oleh karena itu kami membutuhkan saran yang sifatnya
membangun.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, dkk. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. J. Pijar MIPA, Vol 13(02):
94-99
Basset J. dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Buana, Ika. Kromatografi Kertas dan Kolom. Diakses 25 Maret 2022, dari
https://farmasi.fkunissula.ac.id/sites/default/files/KROMATOGRAFI KERTAS DAN
KOLOM.pdf
Day R.A. dan Underwood A.L., (1998), Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam, Erlangga,
Jakarta.
Kealey, D., and Haines, P.J, 2002. Analytical Chemistry. United Kingdom: BIOS Scientific
Publishers Ltd, pp. 132-133.
Socbagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang: JICA. Triyana, Nunung, 2010. Kromatografi
Kertas Pemisahan dan Identifikasi lon Logam.
11