Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUKUMAN MATI DALAM PRESPEKTIF HAM


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : H. Dr. Suharno Rusdi.

DISUSUN OLEH :

ASTENDRI VISRAL (18521093)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
    
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, khususnya bagi penulis yang telah menyelesaikan makalah
laporan praktikum yang berjudul
Dalam menulis karya laporan ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala–
kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Guru Pembimbing dan semua orang yang terlibat yang
telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
Disini penulis juga sampaikan, jika seandainya dalam laporan ini terdapat hal – hal
yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima masukan,
kritikan, dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah
ini. Semoga apa yang di harapkan penulis dapat dicapai dengan sempurna.

Yogyakarta, …………………

             Penulis      
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia


dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat
penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut
bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana
pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar)
yaitu benuk kertas.   Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama.
Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai
penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau
sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan
uraian di atas, maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara pemisahan dan
menentukan pigmen warna dengan metode kromatografi kertas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas?
2. Bagaimana mengetahui pigmen warna dalam tinta dengan menggunakan metode
kromatografi kertas?

C. Tujuan penelitian
Praktikum ini bertujuan untuk kromatografi bertujuan untuk mengetahui cara
memisahkan dan mengidentifikasi campuran berbagai jenis tinta pada kertas kromatografi.

D. Manfaat penelitian
Dengan adanya praktikum kromatografi kita bisa menambah wawasan. Serta manfaat
yang akan kita peroleh dalam praktikum ini adalah mengetahui lebih rinci bagaimana hal
tersebut bisa tejadi dan dapat digunakan pada kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani
Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain
pada ekstrak tanaman. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam sistem
kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberap bidang sains mungkin
akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi sampai sekitar tahun
1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka
yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjadi
meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.
Day dan Underwood, Menyatakan dalam kromatografi, komponen-komponen
terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase
bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari
ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas
kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah
baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu
dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas,
maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari
campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda,
untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja
noda-nodanya dapat terlihat (Day dan Underwood, 2001).
Consden, Gordon dan Martin, memperkenalkan teknik kromatografi kertas yang
menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni
yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bla air diadsorbsikan pada
kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berpran sebgai penyngga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap
diantara struktur pori kertas (Consden, Gordon dan Martin 1994).

A. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan atau prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satunya bergerak
sacara berkesinambungan dalam arah tertentu dan dan di dalamnya zat-zat itu menunjukan
perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan adsorbs, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion, dinamakan kromatografi sehingga masing-
masing zat dapat di identifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik.
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam
komponen ditempatkan dalam situasi dinamis, dalam system yang terdiri dari fase dian dan
fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerkan relative dari
masing-masing komponen di antara dua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan
(terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang
tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan yang
lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan atau penguapan dia
antara kedua fase. Jika perbedaan-perbadaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahn
secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak
maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi pemisahan.  
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam system dimana komponen-komponen dalam cuplikan ditahan
secara selektif oleh fase diam.
              Kromtografi dapat di golongkan dapat digolongkan berdasrkan fase yang terlibat
antar lain;
a. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya  berupa cairan
yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert
b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan
yang dapat menyerap/mengadsorpsi.
c. Kromatografi cai-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase diamnya
dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
d. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase diamnya berupa
padat an yang amorf yang dapat menyerap.
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi
(partition chromatography) dan kromatografi serapan (adsorption chromatography).
Fase Bergerak Fase Diam Prinsip Teknik Kerja
Gas Padat Adsorpsi Kromotografi gas-padat
Adsorpsi, Kromatografi kolom, KLT,
Cair Padat kromatografi kertas
Partisi
Kromatografi kolom, KLT,
Cair Cair Partisi
kromatografi kertas
Gas Cair Partisi Kromatografi gas-cair
B. Kromatografi Kertas
            Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin (1994),
yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa
murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bla air di adsorbsikan
pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berpran sebgai penyngga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap
diantara struktur pori kertas.
Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organic dan air,
akan mengalir menbawa noda cuplikan yang di depositkan pada kertas dengan kecepatan
yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen diantara fase
diam dan fase bergeraknya.
             Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisi kulitatif maupuk kuntitatuf.
Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebnyakan bersifat sangat polar, misalnya asam-amino,
gula-gula, dan pigmen-pigmen alam. Terdapat tiga metode pengembangan pada kromatografi
kertas, yaitu:
1. Metode Penaikan (Ascending)
Kertas digantung sedemikian rupa sehingga bagian bawah kerta tercelup pada pelarut
yang terletak didasar bejana. Noda harus diusahakan tidak sampai tercelup karena dapat
larut dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler
menggerakkan komponen dengan jarak yang berbeda-beda.
2. Metode Penurunan (Descending)
       Kertas digantung dalam bejana dengan ujung dimana aliran mulai bergerak dicelupkan
dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak turun membawa komponen
melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi. 
3.  Metode mendatar (Radial)
Matode ini sangat berbada dari sebelumnya. Biasanya kertas dibentuk bulat yang
tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda ditempatkan pada pusat
kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu sehingga membasahi kertas untuk
kemudian mengembang melingkar membawa komponen yang dipisahkan.
Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka
kertas dikelurkan dari bajana dan batas kertas pelarut diberi tanda lalu dikeringkan. Jika
senyawa yang akan dipisahkan berwarna akan Nampak seperti noda-noda yang terpisah.
Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumya senyawa organic) maka dapat dideteksi
dengan cara fisika atau kimia .
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan bahan


 Alat
1. Gelas Kimia 100 ml                                                    1 buah
2. Kertas Saring                                                              5 buah            
3. Penggaris                                                                     1 buah
4. Pensil                                                                           1 buah
5. Gunting                                                                       1 buah
 Bahan - Bahan
1. Tinta Hitam                                                                 secukupnya
2. Tinta Biru                                                                    secukupnya
3. Tinta Merah                                                                 secukupnya
4. Tinta hijau                                                                   secukupnya
5. Tinta coklat                                                                 secukupnya
6. Air Suling                                                                    secukupnya

B. Prosedur Kerja
 Dalam pelarut air suling
1. Dipotong kertas saring dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 6 cm
2.  Diberi tanda batas pada bagian atas dan bawah 1 cm
3. Diberi noda atau tinta
4. Dimasukkan dan digantung dalam gelas kimia yang berisi 10ml air suling
5. Ditunggu hingga pelarutnya tidak dapat naik 
6. Dikeringkan kertas saringnya
7. Dan diamati warna apa saja yang nampak setelah percobaan.
8. Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan (dilampirkan)

B. Hasil Pengamatan

No Hasil Pengamatan
.
1. Spidol warna merah setelah dicelupkan menghasilkan warna merah
muda, jingga, oranye, dan kuning.
2. Spidol warna hitam setelah dicelupkan menghasilkan warna ungu,
coklat, biru muda, dan hijau tosca.
3. Spidol warna hijau setelah dicelupkan menghasilkan warna hijau tosca,
hijau muda, dan biru muda.
4. Spidol warna coklat setelah dicelupkan menghasilkan warna coklat
muda, ungu, dan kuning.
5. Spidol warna Biru setelah dicelupkan menghasilkan warna biru muda,
ungu, dan hijau tosca.
C. Pembahasan
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai
penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh
atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.
  Pada percobaan ini, Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap
penotolan, pengembangan dan identifikasi. Di mana fase diamnya adalah air yang
terikat pada kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah larutan pengembang dari
campuran air.
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman
karena mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat
dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat
dari grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika tinta pulpen maka tinta pulpen
akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda. Penotolan sampel larutan standar
logam nitrat (AgNO3, Pb(NO3)2 dan Hg(NO3)2) diusahakan tidak terlalu banyak karena
akan mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan
noda karena nodanya dapat melebar kesamping atau ke bawah.
Pada tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam
larutan pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena
akan melarut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi.
Kertas tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan
noda.
D. Analisa Data
 Kromatografi kertas ini digunakan untuk menegtahui komponen-komponen penyusun
warna dari spidol tersebut
1)      Warna merah tersusun dari warna merah muda dan kuning
2)      Warna hitam tersusun dari warna ungu, cokelat, dan biru
3)      Warna biru tersusun dari warna biru mudah dan ungu
4)      Warna hijau tersusun dari warna biru dan kuning
5)      Warna cokelat tersusun dari warna biru, hitam
Warna-warna yang terurai ini akibat dari proses pemurnian yang merupakan komponen
satu warna dan naiknya air menyebabkan komponen penyusunan warna
terurai. Komponen-komponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan
perbedaan daya serapnya pada kertas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa:
1)      Kromatografi kertas merupakan jenis kromatografi cair-cair, di mana fase diamnya
adalah lapisan tipis air yang terserap oleh kertas.
2)      Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan
dan identifikasi.
3)      Pada percobaan ini, fase diamnya adalah air yang terikat pada kertas (selulosa) dan
fase geraknya adalah larutan pengembang dari campuran air, n-butanol dan etil
asetoasetat serta asam asetat glasial.
4)      Kromatografi kertas ini digunakan untuk mengetahui komponen-komponen
penyusun warna dari spidol.
5)      Warna-warna yang terurai ini akibat dari proses pemurnian yang merupakan
komponen satu warna dan naiknya air menyebabkan komponen penyusunan warna
terurai.
6)      Komponen-komponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan perbedaan
daya serapnya pada kertas

B.  Saran
Adapun saran yang dari penulis adalah dalam pelaksaan praktikum, hendaknya siswa
dapat belajar dan bekerja dengan baik dan mengikuti praktikum dengan baik. Agar
mahasiswa lebih memahami apa yang di praktikumkan dan mengerti tujuan dari
praktikum. Perlunya bimbingan materi yang baik, sehingga permasalahan dan tujuan
dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Dede. 2008. Modul Analisis Pemisahak (Kromatografi). Bandung: Sekolah


Menengah  Kejuruan Negeri 7 Bandung (diakses pada tanggal 17 November 2014).
 Rusmana. 2009. Jurnal Analisa Pemisahan (Kromatografi Kertas dan Thin Layer
Chromatography). Bandung: Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Bandung (diakses
pada tanggal 18 November 2014)
 Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas. (online): http://www.chem-istry.org/
materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kertas (diakses pada
tanggal 18 November 2014)
MAKALAH

HUKUMAN MATI DALAM PRESPEKTIF HAM


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Drs. M. Fahmi Muqoddas, M.Hum.

Lise Yolanda, SH. MH

DISUSUN OLEH :

ASTENDRI VISRAL (18521093)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
    
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, khususnya bagi penulis yang telah menyelesaikan makalah
laporan praktikum yang berjudul
Dalam menulis karya laporan ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala–
kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Guru Pembimbing dan semua orang yang terlibat yang
telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
Disini penulis juga sampaikan, jika seandainya dalam laporan ini terdapat hal – hal
yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima masukan,
kritikan, dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah
ini. Semoga apa yang di harapkan penulis dapat dicapai dengan sempurna.

Yogyakarta, …………………

             Penulis      
SPEKTROFOTOMETRI
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut
“absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan
warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang
gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari metode ini
adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi
kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010). Dalam analisis secara spektrofotometri,
terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah
UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm)
(Khopkar, 1990).
1. Prinsip Spektrofotometri
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan
untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk
penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Prinsip kerjanya berdasarkan
penyerapan cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah
zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan
Sinar Tampak berdasarkan pada hukum Lambert-Beer (Triyati, 1985).
2. Spektrofotometer
Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna
terbentuk. Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu:

a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu
pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip
dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang 350 – 2200 nanometer
(nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexiglass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital.
3. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometer
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi
pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, dan
setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari
monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan
yang akan diperiksa di dalam kuvet. Jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan
menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang mana sinyal elektrik ini sebanding
dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan
ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk daerah
Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara pemakaian dan
pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel akan
mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai (Skoog dan
West, 1971).
4. Jenis Spektrofotometer
Jenis-jenis spektrofotometer berdasarlam pada daerah spektrum yang akan dieksporasi
terdiri dari spektrofotometer sinar tampak (Vis) serta gabungan spektrofotometer sinar
tampak (Vis) dan ultraviolet (UV), sedangkan berdasarkan teknik optika sinar terdiri dari
spektrofotometer optika sinar tunggal (single beam optic) dan spektrofotometer optika
sinar ganda (double beam optic). Berikut penjabaran masing-masing jenis
spektrofotometer:
a. Spektrofotometer Sinar Tampak (Vis)
Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten halogen. Lampu tungsten
halogen menghasilkan cahaya tampak dalam daerah panjang gelombang 350-800nm.
Lampu tersebut terbuat dari tabung kuarsa yang berisi filament tungsten dan sejumlah
kecil iodine. Spektrofotometer UV-Vis membandingkan cuplikan standar yaitu
substrat gelas preparat. Hasil pengukuran dari spektrofotometer UV-Vis menunjukkan
kurva hubungan transmitan dan panjang gelombang (Basset, 1994).
b. Spektrofotometer Sinar Tampak (Vis) dan Ultraviolet (UV)
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar
ultraviolet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut.
1. Fungsi dan Kegunaan
Kegunaan dari spektrofotometer UV/VIS adalah untuk mengukur transmitansi,
reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
2. Cara Kerja
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang
diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.D. Interpretation 2. ft-ir/ir.

c. Spektrofotometri Infra Merah


Merupakan suatu metode mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1000 µm. Radiasi
elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus
dengan arah rambatan.
1. Fungsi dan kegunaan
Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi
senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Cara Kerja
PENGOPERASIAN ALAT FT-IR (Fourier Transform Infrared)
I. Menghidupkan alat:
1. Nyalakan alat instrumen FT-IR dengan menekan tombol on/off.
2. Buka software FT-IR yang tersedia pada komputer.
3. Klik kiri opsi “Measure” kemudian pilih “Measurement” lalu “initialize”. Tunggu
hingga muncul tiga icon status berwarna hijau pada sebelah kanan layar.
4. Perangkat FT-IR siap untuk digunakan.

II. Mengukur Sampel Liquid film / kaca preparat:


1. Masukan holder, penopang yang mana terdapat sebuah lubang bulat pada bagian
tengahnya.
2. Pilih opsi untuk menyimpan data pada komputer. Masukan nama file dan simpan
dalam folder. Dengan demikian, hasilnya akan tersimpan secara otomatis setelah
dilakukan pengukuran.
3. Mengukur background (BKG) dengan mengklik measure. Akan diperoleh
spektrum BKG yang merupakan udara bebas dan gas CO 2. Lakukan sebanyak 45
kali pengukuran.
4. Masukan sampel yang berupa film / kaca preparat, lalu pasangkan pada holder.
5. Klik measure lalu klik sample. Lakukan sebanyak 45 kali pengukuran.
6. Lakukan smoothing agar spektrum tampak lebih jelas dan rapi.
7. Masukan keterangan pada spektrum: Klik kanan → Object Properties → Isi
kolom description.
8. Masukan angka bilangan gelombang pada peak yang diinginkan: Calculate →
Calc → Add peak → Klik peak yang ingin diketahui bilangan gelombangnya →
OK
9. Menyimpan file yang berupa spektrum menjadi sebuah gambar dalam format
Pdf: Print → Print Preview → default → print → save as Pdf

III. Mengukur Sampel Cair:


1. Menggunakan sel kristal KrS 5 yang berupa silindir merah.
2. Masukan sel ke dalam holder yang memiliki lubang berbentuk persegi panjang
pada bagian tengah, lalu dikunci dengan 4 baut yang tersedia.
3. Ukur BKG terlebih dahulu.
4. Masukan sampel pada permukaan sel. Kemudian diukur dengan cara
pengoperasian yang sama dengan sampel film.
5. Jika diperoleh peak yang sangat lebar, berarti larutan yang dibuat terlalu pekat
sehingga perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu menggunakan pelarut
organik sampai peak yang dihasilkan menjadi normal.

IV. Mengukur Sampel Padat:


1. Memasang alat DRS-8000A dengan benar. Jika telah terpasang, maka akan
muncul satu square icon hijau bertuliskan DRS-8000 bersamaan dengan tiga
square icon lainnya.
2. Uji BKG dengan menggunakan KBr dengan menggerus sepotong kecil
bongkahan KBr. Gunakan alat mortar yang telah tersedia.
3. Masukan serbuk KBr ke dalam lubang silinder yang terdapat pada bagian tengah
wadah berbentuk mur. Lalu tempatkan wadah tersebut pada alat DRS, posisikan
agar sinar IR tepat mengenai bagian tengah wadah.
4. Lakukan pengoperasian pada komputer.
5. Uji sampel dengan mencampurkan serbuk sampel dan KBr. Masukan ke dalam
wadah. Jumlah sampel sekitar 5%-10% dibanding jumlah KBr.
6. Lakukan pengoperasian pada komputer dengan cara yang sama.
7. Jika spektrum yang dihasilkan relatif pendek berarti sampel yang tercampur
sedikit sedangkan jika spektrum yang dihasilkan relatif panjang berarti sampel
yang tercampur banyak.

d. ASS (Atomic Absorption spectrophotometry)


Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
1. Fungsi dan Kegunaan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) digunakan pada metode analisis untuk penentuan
unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh
atom bebas.
2. Cara Kerja
CARA KERJA AAS:
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting,
main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah” apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes
dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya
lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih
unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang
diinginkan.
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur
parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2; measurement;
concentration; number of sample: 2; unit concentration: ppm; number of
standard: 3; standard list: 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala
alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama
untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau
pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu
ducting dan terakhir gas.

Sumber cahaya yang digunakan adalah kombinasi antara lampu tungsten halogen
dan lampu deuterium (D2). Lampu deuterium (D2) dapat menghasilkan cahaya dalam
daerah 160–380nm.

e. Spektrofotometer Optika Sinar Tunggal (Single Beam Optic)


Semua cahaya melewati seluruh sel sampel. Contoh alat spektrofotometer single
beam adalah spektronik 20. Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih
banyak digunakan baik dalam pengajaran maupun laboratorium industri. Panjang
gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800-
1000nm.
f. Spektrofotometer Optika Sinar Ganda (Double Beam Optic)
Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas. Berkas cahaya pertama melewati sel
pembanding, dan cahaya yang lainnya melewati sel sampel/ Berkas cahaya kemudian
bergabung kembali, masuk ke detektor, dan detektor merespon cahaya netto dari
kedua arah. Double beam digunakan pada panjang gelombang 190-750nm.
5. Hukum yang Mendasari Spektrofotometri
Menurut Lestari (2010), prinsip kerja dari metode spektrofotometri ini adalah jumlah
cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam
larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam Hukum Beer-Lambert, yang menghubungkan antara
absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi, berdasarkan
persamaan berikut:
A = log (Iin / Iout) = (1/T) = a x b x c
Keterangan:
A = Absorbance
Iin = Intensitas cahaya yang masuk
Iout = Intensitas cahaya yang keluar
T = Transmittansi
a = tetapan absorpsivitas molar
b = panjang jalur
c = konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi

6. Larutan Standar, Larutan Blanko, dan Larutan Cuplikan


Larutan yang akan digunakan dalam penggunaan spektrofotometer adalah larutan
blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analit untuk dianalisis
(Basset, 1994). Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti (Day dan Underwood, 1999). Larutan cuplikan atau analit adalah larutan
yang akan dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum,
2008).
7. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus
menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu yang pertama, pada panjang
gelombang maksimal kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang
maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang
paling besar. Kedua, disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi
datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. Ketiga, jika
dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal
(Gandjar dan Rohman, 20

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Gandjar, I.B. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Lestari, F. 2010. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di
Udara. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Padmaningrum, R.T. 2008. Titrasi Iodometri.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-
padmaningrum-dra-msi/c8titrasiiodometrireginatutikuny.pdf. Diakses
tanggal 9 Mei 2015.
Permanasari, A. 2011. Spektrofotometri Serapan UV-Vis. http://anna-
permanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf. Diakses
tanggal 9 Mei 2015.
Skoog, D.A. dan West, D.M. 1971. Principles of Instrumental Analysis. Holt,
Rinehart and Winston, New York.
Triyati, E. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseanografi. (1): 39-47.

Anda mungkin juga menyukai