Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir tahun 1960an, para analis menjadi terbiasa dengan pemisahan
campuran yang rumit dalam beberapa menit atau bahkan detik dengan hasil yang
sangat baik, dengan integrasi elektronik untuk mendapatkan luasan di bawah pita
elusi maupun keluaran komputer dari analisis yang sempurna. Kuantitas nanogram,
dan bahkan kadang-kadang pikogram, dapat dideteksi pada beberapa kasus yang
mudah (1 nanogram=1099, pikogram=10-129) adalah biasa bagi orang-orang yang
menghadapi sampel-sampel yang tidak mudah menguap, dimana penggunaan Gc
tidaklah tepat, untuk menginginkan kemampuan yang serupa dengan kromatografi
cair.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang
ahli botani Rusia. Ia telah memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari ekstrak
tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambilkan dari bahasa Yunani
(Chromoto= penulisan dan grafe= warna). Kromatografi berarti penulisan dedngan
warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi, namun istilah
kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna termasuk
gas.
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen tersebut diantara dua fase bergerak. Fase diam sendiri terdiri
dari zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Kromatografi sendiri memiliki teknik, teknik kromatografi merupakan teknik
pemisahan yang sangat sensitif. Selain dapat memisahkan campuran zat warna, teknik
kromatografi juga dapat menunjukkan residu nikotin dalam darah dari orang yang
duduk di dekat seorang perokok. Teknik melakukan kromatografi ada banyak yang
dapat

dilakukan

yaitu,

kromatografi

pertukaran

ion,

kromatografi

partisi,

kromatografi gas, kromatografi gel. Ada pula sistem kromatografi kertas dan
kromatografi tipis. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar mampu memahami

konsep kromatografi secara langsung, baik dari segi teori kromatografi, teknik kerja
kromatografi, serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kromatografi.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar mampu memahami konsep
kromatografi secara langsung, dan untuk mengetahuijarak noda dan jarak eluen dari
spidol atau tinta non permanen dan permanen . tinta cumi serta ekstrak pandan,
mawar, kunyit. Dari hasil percobaan itulah kita akan mengetahui harga Rf dari
masing-masing noda.

1.2 Tujuan Percobaan


- Mengetahui jarak noda antara spidol non permanen, tidak rata
- Mengetahui harga Rf dari ekstrak mawar
- Mengetahui perbandingan jarak yang paling jauh antara jarak noda dan jarak
eluen

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani
Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari Bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Chromos yang berarti warna dan graphos yang
berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis, warna
senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses pemisahan
ini. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam system kimia.
Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberapa bidang sains akan
cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi atau sampai sekitar tahun

sekitar tahun 1931, ketika peisahan karotenatumbuhan dilaporkan oleh ahli sains
organik terkemuka yaitu Khun. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan
kromatografi adsorpsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.
Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu:

Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an


Kromatografi partisi dalam tahun 1941
Kromatografi gas pada tahun 1952
Kromatografi gel pada tahun 1959
Selain kemajuan utama ini, yang memberi mekanisme tambahan pada

adsorpsi untuk mendeskripsikan zat terlarut antara fase-fase stationer dan mobil,
muncul juga modifikasi dalam geometri system kromatografi, seperti dalam
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (Khopkar, 2003).
Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan proses
kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang menentukan penampilan
kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi gas. Namun
pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan penyesuaian yang cocok,
sama menolongnya dengan memahami kromatografi dalam mana fase geraknya
adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu revolusi dalam kromatografi
cairan yang menjalankan kecepatan dan efesien baru dalam memisahkan senyawa
yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas (Khopkar, 2003).
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dimana komponenkomponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya
merupakan larutan stationer dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa
zat cair (fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan
stasioner tersebut. Ada beberapa cara dalam mengelompokkan berdasarkan pada jenis
fase yang digunakan (fase gerak dan fase diam) misalnya kromatografi gas dan
kromatografi cairan. Cara pengelompokkan lainnya berdasarkan teknik yang
digunakan (Wertheim, 2000).

Disini metode kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam fase


yang digunakan dan sebagai lainnya berdasarkan pada mekanisme pada distribusi
fase (Sudjadi, 1988).
Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan
Ditemukan oleh Tswett dan dikenalkan oleh Kuhn dan Ledererbpada tahun
1931 telah digunakan secara luas untuk analisis organic dan biokimia. Pada umumnya
sebagian isi kolom adalah silikagel atau alumina yang mempunyai angka banding
luas permukaan terhadap volume sangat besar. Sayangnya hanya ada beberapa bahan
penyerap maka pemilihannya sangat terbatas. Keterbatasan yang lebih nyata pada
kenyataan bahwa koefisien distribusi untuk serapan kerap kali tergantng pada kadar
total. Hal ini akan menyebabkan pemisahan tidak sempurna.
Contohnya: 1. Kromatografi orisinil Tswett dengan larutan eter petroleum dan kolom
CaCO3
2. Kromatografi pertukaran ion.
Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi partisi
Dikenalkan oleh Martin dan Synge pada tahun 1941 dan kemudian
mendapatkan hadiah nobel untuk hal itu fase diam terdiri dari lapisan tipis, cairan
yang melapisi permukaan dari padatan inet yang berpori-pori. Ada banyak jenis
kombinasi cairan yang dapat digunakan sehingga metode ini sangat berguna. Lebih
lanjut koefisien distribusi system ini lebih tidak bergantung pada kadar, memberikan
pemisahan lebih tajam.
Contohnya: 1. Kromatografi partisi pada kolom gel fisika
2. Kromatografi kertas
Kromatografi gas-padat
Digunakan sebelum tahun 1980 untuk memurnikan gas pada waktu dulu
teknik tidak berkembang karena keterbatasannya sama seperti halnya seperti
kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fase padat
baru memperluas penggunaan teknik ini.
Kromatografi penukar ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya
system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemu resin sintetik dengan sifat

penukaran ion sebelum perang duni II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari
logam tanah dan asam amino.
Penyaringan gel
Penyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari
modifikasi dekstran-molekul polisakarida linear yang mempunyai ikatan silang bahan
ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat
memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul-molekul dengan
berat molekul antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan.
Kromatografi permeasi gel merupakan bentuk serupa yang menggunakan polistirena
yang berguna untuk pemisahan polimer.
Elektroforesis
Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisnya dan
tegak lurus aliran fase gerak senyawa bermuatan positif akan menuju ke anoda,
sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
Kromatografi kertas
Pada kromatografi kertas senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil
dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang kemudian melarutkan secara
terpisah (Underwood, 1999).
Setetes dari cupikan larutan yang mengandung sejumlah kompone yang dipisahkan
dengan cara diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong kertas dibuat.
Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang telah diisi
pelarut sebagai fase gerak dimana ujung yang dengan cuplikan tercelup (noda harus
tidak tercelup, sedikit diatas permukaan pelarut). Pelarut bergerak melalui serta-serta
dari kertas oleh gaya kapiler dan mengerakkan komponen-komponen dari campuran
cuplikan pada percobaan jarak dala arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah
bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan,
maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda
dari lembaran kertas dan dibiarkan kering jika senyawa-senyawa tidak berwarna
maka senyawa harus dideteksi dengan metode kimia atau fisika. Cara yang biasa
adalah dengan menggunakan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap
beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi

dengan sinar ultra violet atau teknik radio kimia. Dalam kromatografi senyawasenyawa yang akan dipisahkan ditempatkan pada situasi dinamik (bergerak), yaitu
dengan melakukan pengaliran dan selama itu akan megalir.
Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam banyak keadaan lebih
cepat dan efektif daripada sebelumnya dan banyak pemisahan, dapat berhasil yang
tidak akan dapat diusakan dengan teknik lain, pendobrakan yang tidak ada
bandingnya dialami. Biokimia mendapatkan pengertian fungsi enzim dan protein
yang telah berasal secara langsug dari penggunaan kromatografi dalam penelitian
biologik (Underwood, 1999).
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap
maupun aplikasi KLT dapat digunakan untuk memisahkan semua yang hidrofobik. Jel
silika (alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar
ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Day,
1980).
Medium yang digunakan untuk pemisahan pada KLT adalah berupa aluminium
lempengan berukuran 6 x 2 cm. padatan khas berupa alumina, silika gel dan selulosa.
Percobaan berdimensi dua ini menggunakan dua fasa bergerak dan diam. Pada
pemisahan metode ini dapat diikuti dengan penentuan kuantitatif kemudian
larutannya dapat ditentukan dengan suatu teknik spektrofotometri (Day, 1980).
Fase gerak yang umum dugunakan pada TLC terdiri dari campuran berbagai
pelarut organik. Polaritas organic pelarut dapat disusun menurut ukuran kekuatan
teradopsinya, pelarut tersebut pada adsorben (yang dapat digunakan aluminia), dan
susunan yang terbentuk dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut
bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dan ikatannya
dengan aluminia. Dalam derat eluotropik, pelarut-pelarut disusun menurut besarnya
kekuatan pelarut (solvent strength) berangkat dari yang tak polar menuju yang
sifatnya polar (makin kebawah makin polar). Kekuatan pelarut disusun dengan urutan
meningkat, berdasarkan pada deret eluotropik (Wiryawan, 2011).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :

Sendok (Spatula)
Gelas Kimia (100 mL)
Lidi
Batang Pengaduk
Lem Kertas
Kertas Saring
Gunting
Penggaris
Pensil
Tissue
Tusuk gigi
Gelas Beaker

3.1.2 Bahan :
Tinta Hijau (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Merah (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Hitam (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Biru (Permanen) dan (Non Permanen)

Tinta Cumi
Ekstrak Kunyit
Ekstrak Mawar merah
Ekstrak Pandan
Alkohol 95%
Aquadest
Aseton
Kertas Label

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Kromatografi bahan aquadest

Dipotong kertas saring dengan ukuran 8 x 6 cm dari batas bawah kertas


Diberi garis sekitar 1cm dari batas bawah dan atas kertas
Diberi noda (titik) tinta spidol
Dimasukkan kertas tersebut kedalam gelas kimia yang telah diisi aquadest

yang tingginya sekitar 0,5 cm


Dibiarkan eluen merembes naik hingga 1cm dibawah batas kertas
Diambil dan dikeringkan
Diukur jarak yang ditempuh eluen dari komponen noda yang dipisahkan
Dihitung harga Rf masing-masing noda
Diulang langkah diatas dengan menggunakan noda ektrak

3.2.2 Kromatografi bahan aseton

Dipotong kertas saring dengan ukuran 8 x 6 cm dari batas bawah kertas


Diberi garis sekitar 1cm dari batas bawah dan atas kertas
Diberi noda (titik) tinta spidol
Dimasukkan kertas tersebut kedalam gelas kimia yang telah diisi aquadest

yang tingginya sekitar 0,5 cm


Dibiarkan eluen merembes naik hingga 1 cm dibawah batas kertas
Diambil dan dikeringkan
Diukur jarak yang ditempuh eluen dari komponen noda yang dipisahkan
Dihitung harga Rf masing-masing noda
Diulang langkah diatas dengan menggunakan noda ektrak

3.2.3 Kromatografi bahan alkohol


Dipotong kertas saring dengan ukuran 8 x 6 cm dari batas bawah kertas

Diberi garis sekitar 1cm dari batas bawah dan atas kertas
Diberi noda (titik) tinta spidol
Dimasukkan kertas tersebut kedalam gelas kimia yang telah diisi aquadest

yang tingginya sekitar 0,5 cm


Dibiarkan eluen merembes naik hingga 1 cm dibawah batas kertas
Diambil dan dikeringkan
Diukur jarak yang ditempuh eluen dari komponen noda yang dipisahkan
Dihitung harga Rf masing-masing noda
Diulang langkah diatas dengan menggunakan noda ektrak

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Pelarut Aquades
Jarak noda
0

Aquades

0,75

non Aquades

permanen

Aquades

Tinta hitam permanen

Aquades

1,5

0,1875

Tinta hijau permanen

Aquades

0,375

Tinta merah permanen

Aquades

0,75

Tinta cumi

Aquades

Ekstrak mawar

Aquades

5,8

0,725

Tinta

Tinta
hijau

Pelarut
non Aquades

permanen
Tinta

merah

Jarak eluen

Rf

Ekstrak pandan
Ekstrak kunyit
4.1.2 Pelarut Alkohol
Jarak noda
5,5

Jarak eluen
0,5

Rf
11

Alkohol

0,5

10

non Alkohol

0,5

Alkohol

0,5

non Alkohol

0,5

10

Alkohol

0,5

non Alkohol

0,5

permanen

Alkohol

0,5

Ekstrak kunyit

Alkohol

0,5

10

Ekstrak pandan

Alkohol

0,5

10

Ekstrak mawar

Alkohol

0,5

Tinta

Tinta
hijau

permanen
Tinta

merah

permanen
Tinta

biru

permanen
Tinta

hitam

Tinta cumi

Pelarut
non Alkohol

Tinta hijau permanen


Tinta merah permanen
Tinta hitam permanen
4.1.3 Pelarut Aseton
Jarak noda
0,5

Jarak eluen
7

Rf
0,0714

Aseton

0,4

0,0571

non Aseton

0,3

0,0428

permanen

Aseton

6,2

6,9

0,8985

Tinta cumi

Aseton

5,3

6,9

0,7681

Ekstrak kunyit

Aseton

0,6

6,9

0,0869

Ekstrak pandan

Aseton

8,5

0,9411

Ekstrak mawar

Aseton

6,6

8,5

0,7764

Tinta merah permanen

Aseton

0,3

8,5

0,0352

Tinta

Tinta
merah

Pelarut
non Aseton

permanen
Tinta

hitam

Tinta hijau permanen


Tinta hitam permanen
4.2 Perhitungan
4.2.1 Dalam pelarut Aquades
Tinta hijau non permanen Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
8

=0

Tinta merah non permanen Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

6
8

=0

Tinta hitam permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
8

=0

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
8

=0

Tinta hijau permanen

Tinta merah permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

Tinta cumi

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

3
8

= 0,375

Ekstrak mawar

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

6
8

= 0,75

Ekstrak pandan

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
8

=0

Ekstrak kunyit

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5,8
8

4.2.2 Dalam pelarut Alkohol


Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

Tinta merah non permanen

1,5
8

= 0,1875

= 0,725

5,5
0,5

= 11

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5
0,5

= 10

Tinta biru non permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
0,5

=0

Tinta hitam non permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
0,5

=0

Ekstrak kunyit

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5
0,5

= 10

Ekstrak pandan

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

4
0,5

=8

Ekstrak mawar

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

1
0,5

=2

Tinta cumi

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0
0,5

=0

Tinta hijau permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5
0,5

= 10

Tinta merah permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5
0,5

= 10

Tinta hijau non permanen

Tinta hitam permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

4,5
0,5

=9

4.2.3 Dalam pelarut Aseton


Tinta merah non permanen Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0,5
7

= 0,0714

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0,4
7

Tinta hitam non permanen

= 0,0571

Tinta cumi

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0,3
7

= 0,0428

Ekstrak kunyit

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

6,2
6,9

= 0,8985

Ekstrak pandan

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

5,3
6,9

= 0,7681

Ekstrak mawar

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0,6
6,9

= 0,0869

Tinta merah permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

8
8,5

= 0,9411

Tinta hijau permanen

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

6,6
8,5

= 0,7764

Rf =

Jarak noda
Jarak eluen

0,3
8,5

= 0,0352

Tinta hitam permanen

4.2

Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola

pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memsiahkan komponen berupa
molekul yang berada pada larutan, molekul yang terlarut dalam fase gerak akan

terlewat atau melewati kolom yang merupakan fase diam molekul yang memiliki
ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan
dengan molekul yang lemah. Dengan ini berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan kita dasarkan pergerakan pada kolom
Kromatografi

dapat

dibedakan

atas

berbagai

macam

tergantung

pada

pengelompokannya. Pada umumnya kromatografi terbagi atas kromatografi kertas,


kromatografi lapis tipis, pemutar ion, penyaring gel dan elektoforesi.
Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa
diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembap udara oleh kertas jenis fasa cair
lainnya yang dapat digunakan. Kromatografi ini bertujuan untuk purifikasi dan isolasi
komponen dari suatu campurannya.
Prinsip kromatografi kertas yaitu partisi multipikatif suatu senyawa antara dua
campuran yang saling tidak bercampur. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu
teknik pemisahan yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan
lempengan kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap, kromatografi lapis
tipis ini mirip dengan kromatografi kertas, yang membedakan hanya kertas digantikan
dengan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis Adsorban.
Kromatografi penukaran ion adalah salah satu pemurnian yang menggunakan
prinsip yang didasarkan pada interalesi muatan positif dan negatif antara molekul
spesifik dengan matriks yang berada didalam kolom.
Kromatografi elektroforesis merupakan metode pemisan suatu zat berdasarkan
perbedaan muatan dan massa molekul relative dari komponen-komponenya pemisah
terjadi karena perbedaan laju migrasi komponen-komponenya bermuatan oleh
pengaruh medan listrik.
Kromatografi gas yaitu metode seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak
minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah dapat dilakukan dengan teknik ini.
Fase-fase kromatografi pada umumnya terdiri dari kromatografi gas-cair, yang
dimana fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa cairan yang dilapisi pada
padatan pendukung yang inert.

Kromatografi gas-padat bila fase gerakan berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap, mengadsorb kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan
diamnya berupa cairan, diamanya fase diamnya dilapisi pada permukaan padatan
pendukung inert. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan
fase diamnya berupa padatan amorf yang menyerap.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase
diamnya dan fase begerak. Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Sedangkan
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Kromatografi yang digunakan adalah kromatografi kertas yang menggunakan
prinsip yang dimana cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut
organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada
kertas dengan kecepatan bebeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masingmasing komponen diantara fase diam dan fase bergeraknya sifat fisik dan kimia dari
aseton, alkohol, aquades yaitu sifat fisik aseton berat jenis 0,7879/mL, titik didih
56oC titik beku 90 oC tidak berwarna baunya sangat, memilih berat molekul 58 g/mol.
Sifat kimia aseton yaitu bersifat polar, dapat direuksi dengan menjadi alkohol,
merupakan basa lewis lemah dengan mereaksikannya dengan asam kuat tahan
terhadap oksidasi atau tidak dapat dioksidasi, kecuali dalam keadaan rantai karbon
pecah, dan larut dalam air. Sifat fisik dari alkohol, mudah terbakar, mudah bercampur
dengan air, dan titik didihnya tinggi. Sifat kimia dari alkohol dengan ikatan hidrogen
maka antara molekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen, alkohol akan makin kecil
jika suhunya tinggi, jika bereaksi dengan logam K dan Na alkohol bersifat kering,
alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi
alkohol. Sifat fisika aquades, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak bebau, memiliki
3 fasa yang berbeda, dapat menyerap sejumlah kalor karena memiliki kalor jenis yang
fungsi mempunyai tegangan permukaan yang sangat tinggi. Air adalah pelarut yang
baik. Sifat kimia air bersifat polar, sebagai pelarut yang baik, mempunyai ph yang
netral dalam keadaan murni.

Setiap pelarut baik itu aseton, alkohol, dan aquades mempunyai nilai Rf yang
berbeda-beda, itu karena jarak noda, jarak eluen yang mempengaruhinya
Faktor perlakuan:

Dipotong kertas saring agar pas dengan ukuran gelas kimia


Diberi garis sekitar 1 cm agar sebagai pembatas noda dengan pelarut
Diberi noda sebagai solute terhadap solvent
Dibiarkan eluen merembes bertujuan agar pelarut terserap kekertas saring
Diambil dan dikeringkan bertujuan untuk melihat warna yang terjadi dan melihat

jarak antar warna


Diukur jarak agar dapat menentukan jarak noda, dan jarak eluen
Faktor alat:
Gelas beaker sebagai tempat percobaan kromatografi dan juga meletakan pelarut
Kertas saring sebagai media kromatografi yang berfungsi dalam penyerapan
Batang penagaduk untuk mengaduk pelarut
Lidi sebagai tempat menggantungkan kertas saring
Lem kertas sebagai alat untuk menempelkan lidi ke kertas
Gunting sebagai alat untuk memotong kertas saring
Faktor kesalahan yang terjadi dalam percobaan itu mengenai kromatografi yaitu:
pada saat member noda titik pada kertas saring. Apabila tidak berhati-hati dalam
menaruh titik maka noda yang tertera akan kebanyakan sehingga mempengaruhi
pengukuran atau proses.
Rf merupakan parameter karakteristrik pada kromatografi lapis tipis yang memiliki
rumus:

jarak noda yang ditempuh


Rf= jarak eluen yang d itempuh

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil percobaaan didapatkan hasil jarak noda antara spidol merah dan non
permanen dan tinta merah permanen, spidol merah non permanen jarak nodanya
-

6 cm sedangkan tinta merah permanen jarak nodanya 1,5 cm


Dari hasil percobaan didapatka hasil harga Rf pada ekstrak mawar yaitu 0,75

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jarak eluen lebih jauh
dibandingkan dengan jarak noda

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan bahan pewarna makanan
(kesumba) untuk mengetahui jarak noda dan Rf-nya.

DAFTAR PUSTAKA
A . L. Underwood dan R. A. Day J. R. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta:
Erlangga
Day, R. A, 1980, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Khopkar, 2003, Konsep dasar Kimia Analitik, Jakarta: Universitas Indonesia
Sastroamidjojo, H. 2002 Kimia Minyak Asiri, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Sudjadi, Drs. 1988, Metode Pemisahan,Yogyakarta: Kansius

Wertheim, June. 2000. Kamus Kimia Bergambar, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai