PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir tahun 1960an, para analis menjadi terbiasa dengan pemisahan
campuran yang rumit dalam beberapa menit atau bahkan detik dengan hasil yang
sangat baik, dengan integrasi elektronik untuk mendapatkan luasan di bawah pita
elusi maupun keluaran komputer dari analisis yang sempurna. Kuantitas nanogram,
dan bahkan kadang-kadang pikogram, dapat dideteksi pada beberapa kasus yang
mudah (1 nanogram=1099, pikogram=10-129) adalah biasa bagi orang-orang yang
menghadapi sampel-sampel yang tidak mudah menguap, dimana penggunaan Gc
tidaklah tepat, untuk menginginkan kemampuan yang serupa dengan kromatografi
cair.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang
ahli botani Rusia. Ia telah memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari ekstrak
tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambilkan dari bahasa Yunani
(Chromoto= penulisan dan grafe= warna). Kromatografi berarti penulisan dedngan
warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi, namun istilah
kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna termasuk
gas.
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen tersebut diantara dua fase bergerak. Fase diam sendiri terdiri
dari zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Kromatografi sendiri memiliki teknik, teknik kromatografi merupakan teknik
pemisahan yang sangat sensitif. Selain dapat memisahkan campuran zat warna, teknik
kromatografi juga dapat menunjukkan residu nikotin dalam darah dari orang yang
duduk di dekat seorang perokok. Teknik melakukan kromatografi ada banyak yang
dapat
dilakukan
yaitu,
kromatografi
pertukaran
ion,
kromatografi
partisi,
kromatografi gas, kromatografi gel. Ada pula sistem kromatografi kertas dan
kromatografi tipis. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar mampu memahami
konsep kromatografi secara langsung, baik dari segi teori kromatografi, teknik kerja
kromatografi, serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kromatografi.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar mampu memahami konsep
kromatografi secara langsung, dan untuk mengetahuijarak noda dan jarak eluen dari
spidol atau tinta non permanen dan permanen . tinta cumi serta ekstrak pandan,
mawar, kunyit. Dari hasil percobaan itulah kita akan mengetahui harga Rf dari
masing-masing noda.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani
Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari Bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Chromos yang berarti warna dan graphos yang
berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis, warna
senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses pemisahan
ini. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam system kimia.
Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberapa bidang sains akan
cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi atau sampai sekitar tahun
sekitar tahun 1931, ketika peisahan karotenatumbuhan dilaporkan oleh ahli sains
organik terkemuka yaitu Khun. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan
kromatografi adsorpsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.
Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu:
adsorpsi untuk mendeskripsikan zat terlarut antara fase-fase stationer dan mobil,
muncul juga modifikasi dalam geometri system kromatografi, seperti dalam
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (Khopkar, 2003).
Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan proses
kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang menentukan penampilan
kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi gas. Namun
pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan penyesuaian yang cocok,
sama menolongnya dengan memahami kromatografi dalam mana fase geraknya
adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu revolusi dalam kromatografi
cairan yang menjalankan kecepatan dan efesien baru dalam memisahkan senyawa
yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas (Khopkar, 2003).
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dimana komponenkomponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya
merupakan larutan stationer dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa
zat cair (fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan
stasioner tersebut. Ada beberapa cara dalam mengelompokkan berdasarkan pada jenis
fase yang digunakan (fase gerak dan fase diam) misalnya kromatografi gas dan
kromatografi cairan. Cara pengelompokkan lainnya berdasarkan teknik yang
digunakan (Wertheim, 2000).
penukaran ion sebelum perang duni II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari
logam tanah dan asam amino.
Penyaringan gel
Penyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari
modifikasi dekstran-molekul polisakarida linear yang mempunyai ikatan silang bahan
ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat
memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul-molekul dengan
berat molekul antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan.
Kromatografi permeasi gel merupakan bentuk serupa yang menggunakan polistirena
yang berguna untuk pemisahan polimer.
Elektroforesis
Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisnya dan
tegak lurus aliran fase gerak senyawa bermuatan positif akan menuju ke anoda,
sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
Kromatografi kertas
Pada kromatografi kertas senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil
dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang kemudian melarutkan secara
terpisah (Underwood, 1999).
Setetes dari cupikan larutan yang mengandung sejumlah kompone yang dipisahkan
dengan cara diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong kertas dibuat.
Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang telah diisi
pelarut sebagai fase gerak dimana ujung yang dengan cuplikan tercelup (noda harus
tidak tercelup, sedikit diatas permukaan pelarut). Pelarut bergerak melalui serta-serta
dari kertas oleh gaya kapiler dan mengerakkan komponen-komponen dari campuran
cuplikan pada percobaan jarak dala arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah
bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan,
maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda
dari lembaran kertas dan dibiarkan kering jika senyawa-senyawa tidak berwarna
maka senyawa harus dideteksi dengan metode kimia atau fisika. Cara yang biasa
adalah dengan menggunakan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap
beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi
dengan sinar ultra violet atau teknik radio kimia. Dalam kromatografi senyawasenyawa yang akan dipisahkan ditempatkan pada situasi dinamik (bergerak), yaitu
dengan melakukan pengaliran dan selama itu akan megalir.
Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam banyak keadaan lebih
cepat dan efektif daripada sebelumnya dan banyak pemisahan, dapat berhasil yang
tidak akan dapat diusakan dengan teknik lain, pendobrakan yang tidak ada
bandingnya dialami. Biokimia mendapatkan pengertian fungsi enzim dan protein
yang telah berasal secara langsug dari penggunaan kromatografi dalam penelitian
biologik (Underwood, 1999).
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap
maupun aplikasi KLT dapat digunakan untuk memisahkan semua yang hidrofobik. Jel
silika (alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar
ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Day,
1980).
Medium yang digunakan untuk pemisahan pada KLT adalah berupa aluminium
lempengan berukuran 6 x 2 cm. padatan khas berupa alumina, silika gel dan selulosa.
Percobaan berdimensi dua ini menggunakan dua fasa bergerak dan diam. Pada
pemisahan metode ini dapat diikuti dengan penentuan kuantitatif kemudian
larutannya dapat ditentukan dengan suatu teknik spektrofotometri (Day, 1980).
Fase gerak yang umum dugunakan pada TLC terdiri dari campuran berbagai
pelarut organik. Polaritas organic pelarut dapat disusun menurut ukuran kekuatan
teradopsinya, pelarut tersebut pada adsorben (yang dapat digunakan aluminia), dan
susunan yang terbentuk dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut
bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dan ikatannya
dengan aluminia. Dalam derat eluotropik, pelarut-pelarut disusun menurut besarnya
kekuatan pelarut (solvent strength) berangkat dari yang tak polar menuju yang
sifatnya polar (makin kebawah makin polar). Kekuatan pelarut disusun dengan urutan
meningkat, berdasarkan pada deret eluotropik (Wiryawan, 2011).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Sendok (Spatula)
Gelas Kimia (100 mL)
Lidi
Batang Pengaduk
Lem Kertas
Kertas Saring
Gunting
Penggaris
Pensil
Tissue
Tusuk gigi
Gelas Beaker
3.1.2 Bahan :
Tinta Hijau (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Merah (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Hitam (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Biru (Permanen) dan (Non Permanen)
Tinta Cumi
Ekstrak Kunyit
Ekstrak Mawar merah
Ekstrak Pandan
Alkohol 95%
Aquadest
Aseton
Kertas Label
Diberi garis sekitar 1cm dari batas bawah dan atas kertas
Diberi noda (titik) tinta spidol
Dimasukkan kertas tersebut kedalam gelas kimia yang telah diisi aquadest
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aquades
0,75
non Aquades
permanen
Aquades
Aquades
1,5
0,1875
Aquades
0,375
Aquades
0,75
Tinta cumi
Aquades
Ekstrak mawar
Aquades
5,8
0,725
Tinta
Tinta
hijau
Pelarut
non Aquades
permanen
Tinta
merah
Jarak eluen
Rf
Ekstrak pandan
Ekstrak kunyit
4.1.2 Pelarut Alkohol
Jarak noda
5,5
Jarak eluen
0,5
Rf
11
Alkohol
0,5
10
non Alkohol
0,5
Alkohol
0,5
non Alkohol
0,5
10
Alkohol
0,5
non Alkohol
0,5
permanen
Alkohol
0,5
Ekstrak kunyit
Alkohol
0,5
10
Ekstrak pandan
Alkohol
0,5
10
Ekstrak mawar
Alkohol
0,5
Tinta
Tinta
hijau
permanen
Tinta
merah
permanen
Tinta
biru
permanen
Tinta
hitam
Tinta cumi
Pelarut
non Alkohol
Jarak eluen
7
Rf
0,0714
Aseton
0,4
0,0571
non Aseton
0,3
0,0428
permanen
Aseton
6,2
6,9
0,8985
Tinta cumi
Aseton
5,3
6,9
0,7681
Ekstrak kunyit
Aseton
0,6
6,9
0,0869
Ekstrak pandan
Aseton
8,5
0,9411
Ekstrak mawar
Aseton
6,6
8,5
0,7764
Aseton
0,3
8,5
0,0352
Tinta
Tinta
merah
Pelarut
non Aseton
permanen
Tinta
hitam
Jarak noda
Jarak eluen
0
8
=0
Jarak noda
Jarak eluen
6
8
=0
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
8
=0
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
8
=0
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
Tinta cumi
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
3
8
= 0,375
Ekstrak mawar
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
6
8
= 0,75
Ekstrak pandan
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
8
=0
Ekstrak kunyit
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5,8
8
Jarak noda
Jarak eluen
1,5
8
= 0,1875
= 0,725
5,5
0,5
= 11
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5
0,5
= 10
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
0,5
=0
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
0,5
=0
Ekstrak kunyit
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5
0,5
= 10
Ekstrak pandan
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
4
0,5
=8
Ekstrak mawar
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
1
0,5
=2
Tinta cumi
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0
0,5
=0
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5
0,5
= 10
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5
0,5
= 10
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
4,5
0,5
=9
Jarak noda
Jarak eluen
0,5
7
= 0,0714
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0,4
7
= 0,0571
Tinta cumi
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0,3
7
= 0,0428
Ekstrak kunyit
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
6,2
6,9
= 0,8985
Ekstrak pandan
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
5,3
6,9
= 0,7681
Ekstrak mawar
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0,6
6,9
= 0,0869
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
8
8,5
= 0,9411
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
6,6
8,5
= 0,7764
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
0,3
8,5
= 0,0352
4.2
Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memsiahkan komponen berupa
molekul yang berada pada larutan, molekul yang terlarut dalam fase gerak akan
terlewat atau melewati kolom yang merupakan fase diam molekul yang memiliki
ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan
dengan molekul yang lemah. Dengan ini berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan kita dasarkan pergerakan pada kolom
Kromatografi
dapat
dibedakan
atas
berbagai
macam
tergantung
pada
Kromatografi gas-padat bila fase gerakan berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap, mengadsorb kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan
diamnya berupa cairan, diamanya fase diamnya dilapisi pada permukaan padatan
pendukung inert. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan
fase diamnya berupa padatan amorf yang menyerap.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase
diamnya dan fase begerak. Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Sedangkan
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Kromatografi yang digunakan adalah kromatografi kertas yang menggunakan
prinsip yang dimana cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut
organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada
kertas dengan kecepatan bebeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masingmasing komponen diantara fase diam dan fase bergeraknya sifat fisik dan kimia dari
aseton, alkohol, aquades yaitu sifat fisik aseton berat jenis 0,7879/mL, titik didih
56oC titik beku 90 oC tidak berwarna baunya sangat, memilih berat molekul 58 g/mol.
Sifat kimia aseton yaitu bersifat polar, dapat direuksi dengan menjadi alkohol,
merupakan basa lewis lemah dengan mereaksikannya dengan asam kuat tahan
terhadap oksidasi atau tidak dapat dioksidasi, kecuali dalam keadaan rantai karbon
pecah, dan larut dalam air. Sifat fisik dari alkohol, mudah terbakar, mudah bercampur
dengan air, dan titik didihnya tinggi. Sifat kimia dari alkohol dengan ikatan hidrogen
maka antara molekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen, alkohol akan makin kecil
jika suhunya tinggi, jika bereaksi dengan logam K dan Na alkohol bersifat kering,
alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi
alkohol. Sifat fisika aquades, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak bebau, memiliki
3 fasa yang berbeda, dapat menyerap sejumlah kalor karena memiliki kalor jenis yang
fungsi mempunyai tegangan permukaan yang sangat tinggi. Air adalah pelarut yang
baik. Sifat kimia air bersifat polar, sebagai pelarut yang baik, mempunyai ph yang
netral dalam keadaan murni.
Setiap pelarut baik itu aseton, alkohol, dan aquades mempunyai nilai Rf yang
berbeda-beda, itu karena jarak noda, jarak eluen yang mempengaruhinya
Faktor perlakuan:
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil percobaaan didapatkan hasil jarak noda antara spidol merah dan non
permanen dan tinta merah permanen, spidol merah non permanen jarak nodanya
-
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jarak eluen lebih jauh
dibandingkan dengan jarak noda
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan bahan pewarna makanan
(kesumba) untuk mengetahui jarak noda dan Rf-nya.
DAFTAR PUSTAKA
A . L. Underwood dan R. A. Day J. R. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta:
Erlangga
Day, R. A, 1980, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Khopkar, 2003, Konsep dasar Kimia Analitik, Jakarta: Universitas Indonesia
Sastroamidjojo, H. 2002 Kimia Minyak Asiri, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Sudjadi, Drs. 1988, Metode Pemisahan,Yogyakarta: Kansius