Anda di halaman 1dari 16

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah bagi penulis dalam penyusunan


makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud gas kromatografi dan sejarahnya?
2. Bagaimana prinsip gas kromatografi dan gaya van der wall(hubungkan
antara prinsip gc dengan gaya van der wall)?
3. Bagaimana prosedur kerja Gas kromatografi?
4. Apa saja jenis-jenis sampel yang digunakan dan sifat-sifatnya dalam gas
kromatografi?
5. Bagaimana fase diam dan fase gerak serta sifat-sifatnya dalam gas
kromatografi?
6. Apa saja macam-macam kolom dan sifatnya dalam gas kromatografi?
7. Apa saja jenis-jenis detector dan sifatnya?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan gas kromatografi?
9. Bagaimana aplikasi kerja kromatografi?
10. Reproducibility
11. Persen recovery

Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui apa itu gas kromatografi
b) Untuk mengetahui prinsip gas kromatografi dan prosedur kerjanya
c) Untuk mengetahui jenis sampel yang digunakan dan sifatnya
d) Untuk mengetahui apa itu fase diam dan gerak beserta sifatnya
e) Untuk mengetahui jenis kolom dan detector beserta sifatnya
f) Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan Kromatografi
g) Untuk mengetahui bagaimana aplikasi kerja gas kromatografi
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut :
a) Sebagai salah satu tugas praktikum Laboratorium dasar,pada Semester dua
(2) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Unsyiah, Tahun Akademik 2018/2019.
b) Sebagai bahan kajian untuk praktikum
A. Pengertian dan Sejarah Gas Chromatografi

Minuman beralkohol atau dalam masyarakat biasa disebut minuman keras,


akhir-akhir ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Masyarakat di
beberapa wilayah Indonesia banyak mengkonsumsi minuman beralkohol yang
dicampur atau biasa disebut dengan miras oplosan. Minuman beralkohol yang
sering dijumpai di Indonesia yaitu ciu, arak, tuak, dan lapen. Minuman keras
tradisional tersebut sering dioplos dengan metanol maupun dengan obat herbal,
sehingga tidak diketahui kadar yang ditambahkan dalam minuman tersebut.
Minuman beralkohol tradisional lebih berbahaya dibandingakan dengan minuman
beralkohol biasa. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk mendapatkan efek
alkohol yang lebih meningkat. Efek dari minuman beralkohol dapat ditentukan
dengan jumlah kadar alkohol yang terdapat dalam darah (Blood Alcohol
Contain/BAC).

Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol


relatif memiliki toksisitas rendah. Efek toksik muncul akibat hasil metabolisme
metanol di hati yaitu asam format yang bersifat toksik. Metanol diubah menjadi
formaldehid di hati oleh enzim alkohol dehidrogenase. Formaldehid dioksidasi oleh
bantuan enzim formaldehid dehidrogenase menjadi asam format. Metabolisme
asam format tergantung pada kadar tetrahidrofolat yang akan membentuk 10-
formyl tetrahydrofolate yang dapat mengubah asam format menjadi karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O) (Rizalina dkk., 2018).

Kromatografi gas adalah alat penganalisis yang paling banyak digunakan di


dunia. Kolom kapiler yang efisien memiliki resolusi yang tinggi, sebagai
contohnya, mampu memisahkan lebih dari 450 komponen dalam aroma kopi, atau
komponen pada bahan alami seperti minyak pepermin. Keuntungan dari
penggunaan kromatografi gas dalam pengujian gas adalah analisis yang cepat,
efisien, dan akurat. Alat kromatografi gas umumnya menggunakan spectroscopy
untuk mengetahui identitas dari kurva yang tertera pada recorder. Oleh karena itu,
dibuatlah alat kromatografi gas yang lebih sederhana menggunakan sensor surface
acoustic wave sebagai detektor, dan neural network sebagai pengidentifikasi gas
secara otomatis.

Kromatografi gas merupakan salah satu teknik pemisahan senyawa


berdasarkan perbedaan distribusi pergerakan yang terjadi di antara fase gerak dan
fase diam untuk pemisahan senyawa yang berada pada larutan. Senyawa gas yang
terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom partisi yang merupakan fase diam.
Senyawa yang memiliki kesesuaian kepolaran dengan bahan yang berada di dalam
fase diam yang diletakkan di dalam kolom partisi akan cenderung bergerak lebih
lambat daripada senyawa yang memiliki perbedaan kepolaran dengan bahan yang
ada di kolom partisi (Faricha dkk., 2014).

Alat Kromatografi adalah suatu alat umum yang digunakan untuk


bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara
suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga bisa
berupa cairan ataupun suatu padatan. Penyelidikan tentang kromatografi kendor
untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi
padatan cair (LSC).

Pada tahap awal alat kromatografi cair menggunakan kolom dari gelas
dengan diameter 1 sampat 5 cm dengan panjang 50 sampai 500 cm dan phase diam
berdiameter 150-200 m. Laju alir sangat lambat, sehingga pemisahan sering sampai
berapa jam bahkan ½ hari. Hal ini jelas kurang menguntungkan, maka diusahakan
cara-cara mempercepat pemishan. Usaha tersebut adalah dengan menggunakan
pompa untuk mengalirkan fase gerak, ternyata efisiensi pemisahan menjadi turun
dan hal ini dapat diatasi dengan memperkecil ukuran partikel fase diam.

Sejak tahun 1960, sudah ditemukan teknologi pembutan partikel fase diam
m. Dengan fase diam dengan diameter kecil sampai 10 partikel-partikelnya kecil
memerlukan tekanan yang tinggi agar laju alir menjadi besar. Pada tahun 1967-
1969, Kirland, Huber dan Havarth memperkenalkan prinsip serta alat kromatografi
cair dengan tekanan 5000 psi (300 atm). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan
permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang.

Alat kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh
Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958.
Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini
mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat alat
kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan alat
kromatografi gas dan alat kromatografi kertas.

Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama


mengenai alat dan metode kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun
1960 an alat dan metode kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu alat dan
teknik analisis yang canggih. Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail
Semënovich Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk
kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang
dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk
lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik
pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin
Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk
menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada
kromatografi.

Istilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-


daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir
bersamaan, D.T. Day juga menggukan alat kromatografi untuk memisahkan fraksi-
fraksi peroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu alat dan
yang menjelaskan tentang proses kromatografi. Kromatografi adalah teknik untuk
memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di
dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke
kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban
yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-
masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer). Komponen utama
kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi
beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya.

B. Prinsip Kerja Gas Chromatografi

Perkataan lain prinsip dasar dalam analisa kromatografi adalah berdasarkan


pada prinsip distribusi fasa yakni suatu perpindahan komponen-komponen zat yang
dianalisa dari suatu fasa yang bergerak (eluen) menuju ke fasa lain yang diam
(adsorben) yang dilaluinya. Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses
migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa
yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa
yang akan dipisahkan. Sedangkan adsorben adalah fasa diam yang
mengikuti/menyerap zat yang dianalisa, contohnya kertas, kanji, selulosa, silika
gel, dll. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu komponen dari fasa yang
bergerak menuju ke fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses
kesetimbangan. Apabila tetapan kesetimbangan dari molekul komponen-komponen
dari zat yang akan dianalisa terhadap ke dua fasa yang bergerak dan fasa diam yang
dilaluinya berbeda, maka akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut.
Bila suatu komponen mempunyai daya ikat pada fasa diam yang dilaluinya lebih
besar, maka komponen tersebut akan lebih dahulu terikat/diadsorbsi oleh fasa padat
daripada komponen yang lainnya. Sebagai hasil analisa kromatografi, daerah
pemisahan komponen pada fasa diam akan berupa pita lurus.
C. Prosedur Kerja Gas Chromatografi

 Hidupkan poewer “on” pada alat. pada display alat akan keluar perintah
“press any key to cannect the network”. tekan tombol “stop” untuk
mengaktifkan alat GC
 Sementara itu putar keran gas N2, H2, dan O2 dan atur aliran gasnya sesuai
dengan yang dibutuhkan
 Hidupkan juga komputer dan aktifkan software GC di komputer
 Setelah alat GC aktif, atur suhu injektor, kolom dan detektornya. Atur juga
aliran gas N2, H2 dan O2 yang masuk ke alat GC. Atur juga pergerakan suhu
kolom sesuai dengan sampel yang akan dirunning
 Tunggu sampai suhu injektor dan detektor mancapai suhu yang diinginkan.
Sementara itu masukkan sampel yang akan diukur ke dalam “syringe”.
Setelah suhu tercapai dan lampu “run” hidup, maka sampel yang ada dalam
“syringe” dapat disuntikkan ke dalam injektor
 Tunggu dan lihat kromatogram yang ada pada layar computer
 Setelah semua sampel yang disuntikkan selesai dirunning dan waktu yang
diprogram selesai, maka alat GC akan berhenti secara automatis dan suhu
kolom akan turun ke posisi awal secara automatis juga
 Kromatogram yang diperoleh di layar komputer dapat di riset, seperti
membuat waktu retensi, persentase komponen yang ada dalam sampel dan
lain-lain, sesuai data yang diinginkan. Jangan lupa untuk saving di memory
komputer atau dapat langsung di print-out
 Perhatikan pada alat GC. Setelah suhu kolom kembali ke awal, maka
pengaturan suhu dapat di “off” kan. Tunggu sampai suhu injektor dan
detektornya turun sampai posisi awal. Sementara itu tutup keran N2, H2 dan
O2
 Setelah suhu injektor dan detektor turun dan gas tidak mengalir lagi, alat
GC dapat di “off” kan, dan komputer juga dapat dimatikan
 Bersihkan alat dan “syringe” yang telah digunakan

D. Jenis – Jenis Sampel


Kromatografi gas terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan dengan mekanisme
pemisahan partisi, yaitu:
1. Kromatografi gas–cair (KGC),
à fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut
akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen cuplikan didasarkan atas kelarutan
uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa diam).
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
à fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Pada
kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas fenomena
adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam). Namun KGP jarang digunakan
sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat ini adalah KGC.

Sifat masing-masing sampel


 Melarut dalam cairan
 Melekat pada permukaan padatan halus
 Bereaksi secara kimia

E. Fase Pada Kromatografi Gas

· Fasa Gerak Dan Fasa Diam Kromatografi Gas

a. Fasa Gerak Kromatografi Gas

Fasa gerak dalam kromatografi gas biasanya disebut juga gas pembawa
karena tujuan utamanya adalah membawa solute ke dalam kolom, karenanya gas
pembawa tidak mempengaruhi selektifitas.

Syarat-syarat gas pembawa adalah :

· Tidak reaktif

· Murni atau kering

· Dapat disimpan dalam tangki bertekanan tinggi (merah untuk hydrogen,


abu-abu untuk nitrogen)

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hydrogen, atau


campuran argon dan metana.Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan
spesifik dan jenis detector yang digunakan, tipe kolom (packing atau kapiler) serta
biaya.Helium merupakan contoh gas pembawa yang sering digunakan, karena
memberikan efisiensi kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).

Table 1. Gas pembawa dan jenis detector

Gas pembawa Detector

Hydrogen Hantar panas

Helium Hantar panas

Ionisasi nyala

Fotometri nyala

Nitrogen Ionisasi nyala

Tangkap electron

Fotometri nyala

Argon Ionisasi nyala

Argon + Metana 5% Tangkap electron

Karbon dioksida Hantar panas

Untuk setiap pemisahan dengan KG terdapat kecepatan optimum gas


pembawa yang terutama bergantung pada diameter kolom. Kecepatan alir gas kira-
kira 50-70 ml/menit untuk kolom dengan diameter dalam 6 mm, 25-30ml/menit
untuk kolom dengan diameter dalam 3 mm dan 0,2-2 ml/menit untuk kolom
kapiler.

Fasa mobil atau gas pembawa dipasok dari tangki melalui pengatur
pengurangan tekanan.Pada tekanan. Pada tekanan gas pembawa 10-40 psi akan
memberikan laju alir 2-50 cm3/menit.

b. Fasa Diam Kromatografi Gas

Padatan (kromatografi gas-padat) sejumlah kecil padatan inert misalnya


karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan
ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.
cairan (kromatografi gas-cair)Kromatografi gas-cair, biasanya digunakan
cairan bertitik didih tinggi dan proses serapannya lebih banyak berupa partisi.
Misalnya ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina
teraktivasi, silika gel atau penyaring molecular.

F. Kolom Pada Kromatografi Gas

Kolom merupakan merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena


di dalamnya terdapat fase diam. Kolom dapat berbentuk lurus, bengkok(misal
berbentuk V atau W), dan kumparan/spiral. Ada 2 jenis kolom dalam GC, yaitu:

- Kolom kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan
penyangga yang lembam (inert). Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam
yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom yaitu 1-5 m
dengan diameter 1-4 mm. ukuran partikael fase diam berkisar 60-80 mesh (250-
170 µm). untk KGC dipakai lapsan tipis pada padatan pendukung dengan
ketebalan 1-10 µm, dan maksimum fasa diam cair terdapat pada padatan
pendukung adalah 10%.

- Kolom kapiler, jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas. Rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh karena itu kolom
kapiler disebut juga “Open Tubular Columns”. Fasa diam melekat mengelilingi
dinding dalam kolom.

Table 2. Perbandingan Kolom Kemas dan Kolom Kapiler

Parameter Kolom kemas Kolom kapiler

Tabung Baja tahan karat (stainless Silika (SiO3) dengan kemurnian


steel) yang tinggi (kandungan logam <
1 ppm)

Panjang 1-5 m 5-60 m

Diameter dalam 2-4 mm 0,10-0,53

Jumlah lempeng/meter `1000 5000

Total lempeng 5000 300.000

Tebal lapisan lilim 10 mikron 0,05-1 mikron

Resolusi Rendah Tinggi


Kec. Aliran (mL/menit) 10-60 0,5-1,5

kapasitas 10 µg/puncak <100 ng/puncak

G. Detektor Pada Kromatografi Gas

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat


keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.
Detektor pada kromatografi merupakan sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen-komponen didalamnya menjadi sinyal
elektronik. Sinyal elektronik detektor untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fasa diam dan fasa gerak.
Detektor digunakan untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan
merespon perubahan komposisi solut yang terelusi.

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh sebuah detektor, antara lain:

· Dapat merespon dengan cepat kehadiran solut

· Memiliki rentangan respon linier yang luas

· Memiliki kepekaan tinggi

· Stabil pada pengoperasian

Beberapa parameter yang sering dijumpai pada detektor, yaitu:

a. Ratio signal

à Ratio signal terhadap detector (S/N) menyatakan hubungan antara respon detektor
dengan getaran rekorder setelah pembesaran maksimum. Besaran S/N digunakan
untuk menentukan Batas Deteksi Minimum.

b. Batas Deteksi Minimum (BDM)

à Harga BDM telah tercapai kesepakatan adalah sebesar 2 S/N. factor respon
dinyatakan dengan rumus A/M, dimana A adalah area puncak dan M adalah
cuplikan untuk detector yang peka terhadap massa. Untuk detector yang peka
terhadap konsentraasi digunakan rumus AF/M, dimana F adalah laju alir pembawa
gas.

c. Kisaran Dinamik Linear (KD)


à Kisaran Dinamik (KD) menyatakan rasio besarnya solut terhadap besaran solut
minimum yang dapat terdeteksi secara linier. Makin besar harga KD makin besar
jangkauan konsentrasi yang dapat dianalisis. Pengertian yang lebih operasional
untuk KD adalah besaran konsentrasi cuplikan dimana respon berdasarkan
pengukuran area kurang lebih 20%.

d. Kespesifikan/ keuniversalan detektor

Jenis-Jenis Detektor

 Berdasarkan Kespesifikannya

1. Detektor Spesifik

Detektor spesifik yaitu detector yang hanya dapat mendeteksi beberapa jenis
senyawa saja. Contoh: DTE dan DFN

2. Detektor Universal

Detektor Universal yaitu detector yang dapat mendeteksi semua jenis senyawa.
Contoh: DHP dan DIN.

 Berdasarkan pengaruhnya terhadap cuplikan

1. Detektor Destruktif

Detektor Destruktif adalah jenis detector yang dapat merusak cuplikan,

contoh: DIN.

2. Detektor non destruktif

Detektor non destruktif adalah jenis detector yang tidak merusak cuplikan, contoh:
DHP.

 Berdasarkan cara kerjanya

1. Detektor Hantaran Panas (DHP atau Thermal Conductivity Detector=TCD)

Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang suhunya tinggi
ke benda lain yang suhunya lebih rendah. Pada detektor ini filament harus
dilindungi dari udara ketika filamen itu panas dan tidak boleh dipanaskan tanpa
dialiri gas pembawa. Secara teoritis keuntungannya tidak merusak komponen yang
dideteksi. Detektor hantar panas termasuk detektor konsentrasi yakni semua
molekul yang melewatinya diukur jumlahnya dan tidak tergantung pada laju aliran
fasa gerak.
2. Detektor Ionisasi Nyala (DIN)

Detektor ini mengukur jumlah atom karbon dan bersifat umum untuk semua
senyawa organik (Senyawa Flour tinggi dan karbondisulfida tidak terdeteksi).
Respon sangat peka, dan linier ditinjau dari segi ukuran cuplikan serta teliti.

Hal yang perlu diperhatikan dalam detektor ini adalah kecepatan aliran O2 dan
H2 (H2 ± 30mL per menit dan O2 sepuluh kalinya), serta suhu (harus diatas 100˚C
untuk mencegah kondensasi uap air yang mengakibatkan FID berkarat atau
kehilangan sensitivitasnya).

3. Detektor Tangkapan Elektron (DTE)

Detektor ini dilengkapi dengan radioaktif yaitu 3H atau 63Ni. Dasar kerja detektor
ini adalah penangkapan elektron oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap
elektron bebas, yaitu senyawa yang mempunyai unsur-unsur negatif.

4. Detektor Fotometri Nyala (DFN)

Prinsip detektor ini yaitu senyawa yang mengandung sulfur atau fosfor
dibakar dalam nyala hydrogen/oksigen maka akan terbentuk spesies yang
tereksitasi dan menghasilkan suatu emisi yang spesifik yang dapat diukur pada
panjang gelombang tertentu. Untuk yang mengandung S diukur pada λ 393 nm,
sementara yang mengandung fosfor diukur pada λ 526 nm.

5. Detektor Nitrogen Fosfor (DNF)

Detektor ini sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen
aktif diatas aliran kapiler yang terbakar oleh plasma (1600˚C). Elemen dapat
berupa logam kalium, rubidium atau sesium yang dilapiskan pada silinder kecil
alumunium, dan berfungsi sebagai sumber ion di dalam plasma yang menekan
ionisasi hidrokarbon di dalam plasma tetapi menaikkan ionisasi sampel yang
mengandung N atau P

Table. Karakteristik beberapa detector kromatografi

Detektor BDM (g det-1) KD Batas Suhu (˚C) Tanda-tanda Khas

DHP 10-9 104 450 Tidak merusak, peka


terhadap suhu dan aliran

DIN 10-12 107 400 Merusak, sangat stabil


DTE 10-13 102-105 350 Tidak merusak, mudah
terkontaminasi, peka
terhadap suhu

DNF 10-14 (P) 105 400 Mirip DIN

10-12 (N) 105 400 Mirip DIN

H. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas

 Kelebihan
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.

 Kekurangan
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.

I. Aplikasi Kromatografi Gas


Kromatografi gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-senyawa
dalam berbagai bidang. Dalam senyawa organic dan anorganik, senyawa logam,
karena persyaratan yang digunakan adalah tekanan uap yang cocok pada suhu saat
analisa dilakukan. Berikut beberapa kegunaan kromatografi gas pada bidang-
bidangmya adalah :

1. Polusi udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan yang
digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan detector GLC menjadi alat
yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat dalam udara yang
kotor, KGCdipakai untuk menetukan Alkil-Alkil Timbal, Hidrokarbon, aldehid,
keton SO , H S, dan beberapa oksida dari nitrogen dll.

2. Klinik
Diklinik kromatografi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-senyawa dalam
klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO , dan O dalam darah, asam-asam
lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida, plasma steroid, barbiturate, dan
vitamin

3. Bahan-bahan pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa, karet dan resin-
resin sintesis.

4. Minyak atsiri
Digunakan untuk pengujian kulaitas terhadap minyak permen, jeruk sitrat, dll.

5. Bahan makanan
Digunakan dengan TLC dan kolom-kolom, untuk mempelajari pemalsuanatau
pencampuran, kontaminasi dan pembungkusan dengan plastic pada bahan
makanan, juga dapat dipakai unutk menguji jus, aspirin, kopi dll.

6. Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive dapat menentukan atau pengontrolan sisa-sisa
peptisida yang diantaranya senyawa yang mengandung halogen, belerang, nitrogen,
dan fosfor.

7. Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan unutk memisahkan dan mengidentifikasi hasil-
hasildari gas-gas hidrokarbon yang ringan.

8. Bidang farmasi dan obat-obatan


Kromatografi gas digunakan dalam pengontrolan kualitas, analisa hasil-hasilbaru
dalam pengamatan metabolisme dalam zat-zatalir biologi

9. Bidang kimia/ penelitian


Digunakan untuk menentukan lama reaksi pada pengujian kemurnian hasil.
J. Reproducibility
Modifikasi telah dilakukan pada kromatografi gas dengan menambahkan
alat persiapan de-ethanizer yang berfungsi sebagai penguapan sampel cairan gas
de-ethanizer dari pabrik LNG (Gas Alam Cair) PT. Badak NGL Bontang,
Kalimantan Timur. Dengan tujuan mendapatkan hasil analisis yang stabil sesuai
kebutuhan. Dari hasil yang diperoleh untuk nilai pengulangan komponen metana
0,104%, komponen etana 0,036% dan komponen propana 0,154% dan nilai
reproduktifitas diperoleh untuk komponen metana 0,025%, komponen etana
0,036%, dan komponen propana 0,014%. Analisis data dari sampel yang diperoleh
hasil tes masih di bawah batas yang diizinkan oleh metode IPK 2261-64 yang
menemukan sampel dengan homogenitas yang baik sehingga analisis menjadi
stabil dan nilai sebenarnya dapat menjadi tanggung jawab dan laboratorium sebagai
Kontrol Kualitas dapat menjaga keandalan untuk Kilang LNG.

K. Persen recovery

Telah dilakukan uji validitas terhadap tiga metode preparasi analisis


metanol dalam urin dengan distilasi, ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase padat
menggunakan gas chromatography. Metode Gas Chromatography-Flame Ionization
Detector (GC-FID) dapat digunakan untuk menentukan kadar metanol dalam urin.
Pada uji validasi ditambahkan standar internal propanol. Uji validitas yang yang
dilakukan meliputi uji linearitas, akurasi, presisi serta penentuan limit of detection
(LoD) dan limit of quantitation (LoQ). Linearitas kurva standar dengan GC-FID
diperoleh sebesar 0,9998 dengan nilai LoD sebesar 0,0743% dan nilai LoQ sebesar
0,2477%. Uji akurasi dilakukan dengan menghitung persen recovery yaitu 95,56%
untuk metode distilasi, 62,40% untuk metode ekstraksi cair-cair dan 66,55% untuk
metode ekstraksi fase padat. Hasil uji presisi dengan metode distilasi diperoleh
%RSD sebesar 2,03%. Sedangkan %RSD metode ekstraksi cair-cair 3,00% dan
6,77% dengan ekstraksi fase padat. Berdasarkan hasil analisis uji validitas
disimpulkan bahwa metode distilasi lebih baik daripada metode ekstraksi cair-cair
dan ekstraksi fase padat.
Daftar Pustaka

Faricha A., Muhammad Rivai, Suwito, 2014, Sistem Identifikasi Gas


Menggunakan Sensor
Surface Acoustic Wave dan Metoda Kromatografi, Jurnal Teknik ITS, 3(2) :
157 – 162.

Rizalina H., Edy Cahyono, Sri Mursiti, Bowo Nurcahyo, dan Supartono, 2018,
Optimasi
Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas
Chromatography, Journal
of Chemical Science, 7(3) : 254 – 261.

http://lansida.blogspot.com/2010/06/gc-kromatografi-gas.html
http://myrawardatis.blogspot.com/2013/02/gas-khromatografioh-gc.html

Anda mungkin juga menyukai