Pada tahap awal alat kromatografi cair menggunakan kolom dari gelas
dengan diameter 1 sampat 5 cm dengan panjang 50 sampai 500 cm dan phase diam
berdiameter 150-200 m. Laju alir sangat lambat, sehingga pemisahan sering sampai
berapa jam bahkan ½ hari. Hal ini jelas kurang menguntungkan, maka diusahakan
cara-cara mempercepat pemishan. Usaha tersebut adalah dengan menggunakan
pompa untuk mengalirkan fase gerak, ternyata efisiensi pemisahan menjadi turun
dan hal ini dapat diatasi dengan memperkecil ukuran partikel fase diam.
Sejak tahun 1960, sudah ditemukan teknologi pembutan partikel fase diam
m. Dengan fase diam dengan diameter kecil sampai 10 partikel-partikelnya kecil
memerlukan tekanan yang tinggi agar laju alir menjadi besar. Pada tahun 1967-
1969, Kirland, Huber dan Havarth memperkenalkan prinsip serta alat kromatografi
cair dengan tekanan 5000 psi (300 atm). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan
permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang.
Alat kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh
Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958.
Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini
mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat alat
kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan alat
kromatografi gas dan alat kromatografi kertas.
Hidupkan poewer “on” pada alat. pada display alat akan keluar perintah
“press any key to cannect the network”. tekan tombol “stop” untuk
mengaktifkan alat GC
Sementara itu putar keran gas N2, H2, dan O2 dan atur aliran gasnya sesuai
dengan yang dibutuhkan
Hidupkan juga komputer dan aktifkan software GC di komputer
Setelah alat GC aktif, atur suhu injektor, kolom dan detektornya. Atur juga
aliran gas N2, H2 dan O2 yang masuk ke alat GC. Atur juga pergerakan suhu
kolom sesuai dengan sampel yang akan dirunning
Tunggu sampai suhu injektor dan detektor mancapai suhu yang diinginkan.
Sementara itu masukkan sampel yang akan diukur ke dalam “syringe”.
Setelah suhu tercapai dan lampu “run” hidup, maka sampel yang ada dalam
“syringe” dapat disuntikkan ke dalam injektor
Tunggu dan lihat kromatogram yang ada pada layar computer
Setelah semua sampel yang disuntikkan selesai dirunning dan waktu yang
diprogram selesai, maka alat GC akan berhenti secara automatis dan suhu
kolom akan turun ke posisi awal secara automatis juga
Kromatogram yang diperoleh di layar komputer dapat di riset, seperti
membuat waktu retensi, persentase komponen yang ada dalam sampel dan
lain-lain, sesuai data yang diinginkan. Jangan lupa untuk saving di memory
komputer atau dapat langsung di print-out
Perhatikan pada alat GC. Setelah suhu kolom kembali ke awal, maka
pengaturan suhu dapat di “off” kan. Tunggu sampai suhu injektor dan
detektornya turun sampai posisi awal. Sementara itu tutup keran N2, H2 dan
O2
Setelah suhu injektor dan detektor turun dan gas tidak mengalir lagi, alat
GC dapat di “off” kan, dan komputer juga dapat dimatikan
Bersihkan alat dan “syringe” yang telah digunakan
Fasa gerak dalam kromatografi gas biasanya disebut juga gas pembawa
karena tujuan utamanya adalah membawa solute ke dalam kolom, karenanya gas
pembawa tidak mempengaruhi selektifitas.
· Tidak reaktif
Ionisasi nyala
Fotometri nyala
Tangkap electron
Fotometri nyala
Fasa mobil atau gas pembawa dipasok dari tangki melalui pengatur
pengurangan tekanan.Pada tekanan. Pada tekanan gas pembawa 10-40 psi akan
memberikan laju alir 2-50 cm3/menit.
- Kolom kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan
penyangga yang lembam (inert). Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam
yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom yaitu 1-5 m
dengan diameter 1-4 mm. ukuran partikael fase diam berkisar 60-80 mesh (250-
170 µm). untk KGC dipakai lapsan tipis pada padatan pendukung dengan
ketebalan 1-10 µm, dan maksimum fasa diam cair terdapat pada padatan
pendukung adalah 10%.
- Kolom kapiler, jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas. Rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh karena itu kolom
kapiler disebut juga “Open Tubular Columns”. Fasa diam melekat mengelilingi
dinding dalam kolom.
a. Ratio signal
à Ratio signal terhadap detector (S/N) menyatakan hubungan antara respon detektor
dengan getaran rekorder setelah pembesaran maksimum. Besaran S/N digunakan
untuk menentukan Batas Deteksi Minimum.
à Harga BDM telah tercapai kesepakatan adalah sebesar 2 S/N. factor respon
dinyatakan dengan rumus A/M, dimana A adalah area puncak dan M adalah
cuplikan untuk detector yang peka terhadap massa. Untuk detector yang peka
terhadap konsentraasi digunakan rumus AF/M, dimana F adalah laju alir pembawa
gas.
Jenis-Jenis Detektor
Berdasarkan Kespesifikannya
1. Detektor Spesifik
Detektor spesifik yaitu detector yang hanya dapat mendeteksi beberapa jenis
senyawa saja. Contoh: DTE dan DFN
2. Detektor Universal
Detektor Universal yaitu detector yang dapat mendeteksi semua jenis senyawa.
Contoh: DHP dan DIN.
1. Detektor Destruktif
contoh: DIN.
Detektor non destruktif adalah jenis detector yang tidak merusak cuplikan, contoh:
DHP.
Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang suhunya tinggi
ke benda lain yang suhunya lebih rendah. Pada detektor ini filament harus
dilindungi dari udara ketika filamen itu panas dan tidak boleh dipanaskan tanpa
dialiri gas pembawa. Secara teoritis keuntungannya tidak merusak komponen yang
dideteksi. Detektor hantar panas termasuk detektor konsentrasi yakni semua
molekul yang melewatinya diukur jumlahnya dan tidak tergantung pada laju aliran
fasa gerak.
2. Detektor Ionisasi Nyala (DIN)
Detektor ini mengukur jumlah atom karbon dan bersifat umum untuk semua
senyawa organik (Senyawa Flour tinggi dan karbondisulfida tidak terdeteksi).
Respon sangat peka, dan linier ditinjau dari segi ukuran cuplikan serta teliti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam detektor ini adalah kecepatan aliran O2 dan
H2 (H2 ± 30mL per menit dan O2 sepuluh kalinya), serta suhu (harus diatas 100˚C
untuk mencegah kondensasi uap air yang mengakibatkan FID berkarat atau
kehilangan sensitivitasnya).
Detektor ini dilengkapi dengan radioaktif yaitu 3H atau 63Ni. Dasar kerja detektor
ini adalah penangkapan elektron oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap
elektron bebas, yaitu senyawa yang mempunyai unsur-unsur negatif.
Prinsip detektor ini yaitu senyawa yang mengandung sulfur atau fosfor
dibakar dalam nyala hydrogen/oksigen maka akan terbentuk spesies yang
tereksitasi dan menghasilkan suatu emisi yang spesifik yang dapat diukur pada
panjang gelombang tertentu. Untuk yang mengandung S diukur pada λ 393 nm,
sementara yang mengandung fosfor diukur pada λ 526 nm.
Detektor ini sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen
aktif diatas aliran kapiler yang terbakar oleh plasma (1600˚C). Elemen dapat
berupa logam kalium, rubidium atau sesium yang dilapiskan pada silinder kecil
alumunium, dan berfungsi sebagai sumber ion di dalam plasma yang menekan
ionisasi hidrokarbon di dalam plasma tetapi menaikkan ionisasi sampel yang
mengandung N atau P
Kelebihan
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
Kekurangan
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
1. Polusi udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan yang
digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan detector GLC menjadi alat
yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat dalam udara yang
kotor, KGCdipakai untuk menetukan Alkil-Alkil Timbal, Hidrokarbon, aldehid,
keton SO , H S, dan beberapa oksida dari nitrogen dll.
2. Klinik
Diklinik kromatografi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-senyawa dalam
klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO , dan O dalam darah, asam-asam
lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida, plasma steroid, barbiturate, dan
vitamin
3. Bahan-bahan pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa, karet dan resin-
resin sintesis.
4. Minyak atsiri
Digunakan untuk pengujian kulaitas terhadap minyak permen, jeruk sitrat, dll.
5. Bahan makanan
Digunakan dengan TLC dan kolom-kolom, untuk mempelajari pemalsuanatau
pencampuran, kontaminasi dan pembungkusan dengan plastic pada bahan
makanan, juga dapat dipakai unutk menguji jus, aspirin, kopi dll.
6. Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive dapat menentukan atau pengontrolan sisa-sisa
peptisida yang diantaranya senyawa yang mengandung halogen, belerang, nitrogen,
dan fosfor.
7. Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan unutk memisahkan dan mengidentifikasi hasil-
hasildari gas-gas hidrokarbon yang ringan.
K. Persen recovery
Rizalina H., Edy Cahyono, Sri Mursiti, Bowo Nurcahyo, dan Supartono, 2018,
Optimasi
Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas
Chromatography, Journal
of Chemical Science, 7(3) : 254 – 261.
http://lansida.blogspot.com/2010/06/gc-kromatografi-gas.html
http://myrawardatis.blogspot.com/2013/02/gas-khromatografioh-gc.html