KROMATOGRAFI
Disusun oleh :
Segala puji dan syukur yang tiada terbatas penulis sampaikan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan judul “Kromatografi”.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik lagi.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan Makalah ini. Semoga
Makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai kromatografi. Terima kasih
telah membaca, memberi saran dan kritik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
misalnya pada pemurnian minyak tanah atau minyak goring dan pemurnian
hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis.
Teknik pemisahan kromatografi dilakukan untuk mendapatkan pemisahan
campuran diantara dua fase. Fase tersebut adalah fase diam dan fase gerak. Fase diam
dapat berupa zat cair dan zat padat, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau
gas.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1) Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
2) Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap/mengadsorpsi.
3) Kromatografi cai-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase
diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
4) Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase diamnya
berupa padat an yang amorf yang dapat menyerap.
4
Suatu teknik yang sederhana yang banyak digunakan, metode ini
menggunakan empeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau
lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng
kaca, pada dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu,
bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah
yang tertutup (Soebagio,2002).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan
kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat
sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat
digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003).
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa
padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang
diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Prinsip KLT adalah adsorbsi dan
partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi
adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk
berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke
atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002).
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben
seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben
tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT
sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa
dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas,
sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial
5
and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang
diperoleh (Gandjar, 2007).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai
faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam
dikelompokkan (Gritter,1991).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa
diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar
antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).
2) Kromatografi Kertas
7
kromatogarfi lapis tipis (TLC) yang lebih modern, menggunakan lembaran tipis
aluminium oksida, gel silika, selulosa atau sesuatu bahan lain yang didukung
oleh suatu lembaran logam atau suatu polimer lapisan kromatografi dapat
disiapkan dalam laboratorium dari adsorben yang tersedia dipasarn. Dalam
kromatografi lapisan tipis maupun kertas sedikit bahan (katakan larutan air yang
mengandung campuran kertas) ditaruh pada daerah terbatas didekat ujung
selembar kertas saring. Atau lapis tipis dan suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari
ujung kertas atau lapis. Dan suatu pelarut dibiarkan berdifusi pada kondisi yang
sesuai setelah beberapa waktu (1-30) jam. Campuran akan dijumpai telah
berpindah dari daerah penotolan dan telah terpisah seluruhnya atau sebagian
menjadi komponen- komponennya sebagai zona yang jelas. Telah digunakn
sejumlah besar reagensia organik dan anorganik. Kriterias dalam memilih
reagensia untuk kromatografi kertas berbeda dengan kriteria yang biasa dipakai
untuk memilih reagewnsia uji bercak ( Svehla, 1985: 534- 539).
Teknik kromatografi kertas yaitu proses pengeluaran asam mineral dari
kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan
mikropipet pada jarak 2 – 3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan
garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan diruang yang sudah
dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat
dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana
cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik
ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama
baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal
sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi-kondisi berikut
harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur
harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5oC. Kertas harus
didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar
mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan
beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02
(Khopkar, 2008, hal: 163).
Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila
batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat.
Atomiser yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai
penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf.
8
Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis
kolorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang
terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan.
Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat
bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan
membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog,
maka memungkinkan untuk mengidentifikasi suatu anggota deret homolog
(Khopkar, 2008, hal: 163).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara
komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas
kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Tersedia juga
kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca.
Zat-zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas
asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik,
sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk
memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan
pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet
serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008,
hal: 161 – 162).
3) Kromatografi Kolom
9
banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan
diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adlah 25-30 kali berat
bahan yang akan dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan
senyawa-senyawa organic dan konstituen-konstituen yang sukar menguap
sedangkan untuk pemisahan jenis logam-logam atau senyawa anorganik jarang
dipakai (Yazid, 2005, hal: 98).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan
molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan, melekat pada
permukaan padatan halus, bereaksi secara kimia dan terekslusi pada pori-pori
fasa diam. Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara
melarut di dalamnya, teradsorpsi atau bereaksi secara kimia. Pemisahan terjadi
berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil
pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis kualitatif, analisis
kuantitatif dan pemurnian suatu senyawa. Dalam beberapa hal metode
pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan
ekstraksi. Kedua metode ini sama-sama menggunakan dua fasa, dimana fasa satu
bergerak terhadap fasa lainnya, kesetimbangan solut selalu terjadi di antara
kedua fasa ( Alimin dkk, 2007, hal: 74-75).
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada cara
pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang sifafnya
tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau pelarut yang
mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Pemisahan
bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara
butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada
fasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi
kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan
proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di
permukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005, hal:
100).
Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fasa
bergerak yang ditambahkan secara kontinu, akibatnya hanya komponen yang
10
mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan.
Komponen afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran
pelarut. Pada kromatografi adsorpsi, besarnya koefisien distribusi sama dengan
konsentrasi zat terlarut pada fasa teradsorpsi dibagi konsentrasinya pada fasa
larutan. Ketergantungan jumlah zat terlarut yang teradsorpsi terhadap
konsentrasi zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan isoterm adsorpsi
Langmuir (Yazid, 2005, hal: 100).
Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia
yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada ukuran
kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode
kromatografi kolom diperlukan waktu yangcukup lama, bias berjam-jam hanya
untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil pemisahan kurang jelas
artinya kadang-kadang sukar mendapatkan pemisahan secara sempurna karena
pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya. Masalah
waktu yang lama disebabkan laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bumi, ukuran diameter partikel yang cukup besar membuat luas
permukaan fasa diam relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara
komponen-komponen dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran
diameter partikel diperkecil supaya luas permukaan fasa diam bertambah
menyebabkan semakin lambatnya aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak
mengalir sama sekali. Selain itu fasa diam yang sudah terpakai tidak dapat
digunakan lagi untuk pemisahan campuran yang lain karena sukar meregenerasi
fasa diam (Hendayana, 2006, hal: 2-3).
Untuk memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai campuran
diisi dengan bahan penyerap seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat
seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang
pengaduk untuk memanfaatkan adsorben dan gelas wool pada dasar kolom.
Pengisian harus dilakukan secara hat-hati dan sepadat mungkin agar rata
sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara, untuk membantu
homogenitas biasanya kolom setelah diisi divibrasi diketok-ketok. Sejumlah
cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas
kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam
campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa
pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut secara
11
terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom
dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan
penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap
apabila suatu komponen yang satu dengan yang lainnya bergerak ke bagian
bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi
pemisahan (Yazid, 2005, hal: 200-2001).
4) Kromatografi Cair-Vakum
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode
fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang
lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam
dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang
digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti, 2008).
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau
pada tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan
luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di dalam bekerja
dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat
utama adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis
tipis (Harris, 1982).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan
senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel
sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat :
metanol (elusi gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan
penarikan eluen (Helfman, 1983).
Cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas
kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang
kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi.
Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam
KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam :
Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran
kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak
12
dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata,
kemudian aliran dihentikan.
Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan. (Sarker et al., 2006).
Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai
metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara
kering (Canell, 1998).
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam
pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan
dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas
dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara
kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase
diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut
diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali
dengan fase diam yang sama (Sarker et al., 2006).
13
Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kekurangan KLT :
Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun
2) Kromatografi Kertas
Kelebihan Kromatografi Kertas :
Tidak diperlukan peralatan yang teliti dan mahal.
Dapat diperoleh hasil yang baik walaupun dengan peralatan dan materiyang
sederhana.
Senyawa yang terpisah dapat dideteksi pada kertas dan diidentifikasi.
Kekurangan Kromatografi Kertas :
Banyaknya permasalahan yang menyangkut cara pemasukan
fasa gerak, perambatan fasa gerak dan penggumpalan.
Membutuhkan waktu lama karena panjang kertas bisa hingga 50 cc.
Keterbatasan parameter senyawa yang di uji.
3) Kromatografi Kolom
Kelebihan Kromatografi Kolom :
Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative. Digunakan untuk
menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan untuk memisahkan dan
purifikasi substansi.
Kekurangan Kromatografi Kolom :
Pemisahan lambat
Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik
Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.
4) Kromatografi Cair-Vakum
Kelebihan KCV :
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom
konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat
(10-100μl/menit).
14
Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika
digabung dengan spectrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis
kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis.
Kerugian KCV :
Membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sampel yang dapat digunakan terbatas.
15
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini,
selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat
dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula
dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama
dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien,
dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut.
Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan
hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya.
Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan
data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh
manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang ini, deteksi senyawa
oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney
stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,
manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra
dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan
dengan teknik kromatografi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase,yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat yaitu zat cair atau
zat padat, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau zat gas.
2. Berdasarkan teknik kerja yang digunakan, jenis kromatografi diantaranya adalah
kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, kromatografi kolom dan
kromatografi cair-vakum.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan, maka dari pada itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar nisa menjadi lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati,dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makanan yang
Beredar di Pasaran. Jurnal Ilmu kefarmasian. Vol. IV, NO.1. Jakarta.
Fessenden R.J dan J.S Fessenden. 2003. Dasar - Dasar Kimia Organik. Jakarta, Erlangga.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung,
Bandung
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.
Harris, et.al. 1982. An Introduction To Chemical Analysis, Savders College Publishing
Philadelpia : Holt-Savders Japan.
Heftmann, E. 1983. Steroids Dalam Kromatografi, Fundamentals and Aplication,
Amsterdam.
18
19