Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR-DASAR PEMISAHAN KIMIA ANALITIK

TENTANG:
METODE KROMOTOGRAFI

OLEH:
ALYA MITRA DURIANI (1930110001)
ILHAM AKBAR (1930110003)
PUTRI AYU (1930110006)
SRI WANTI (1930110008)
ULFA MUTIA (1930110012)

DOSEN PENGAMPU:
MAYA SARI, M.SI.

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah berhasil membawa manusia kepada peradaban yang terbaik di
mata manusia dihadapan Allah SWT.
Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dari pembelajaran
Dasar-Dasar Pemisahan Kimia Analitik dengan judul “Metode Kromotografi”,
bersama ibu Maya Sari, M.Si. Selanjutnya penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada sesama pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini, terutama kepada ibuk yang telah membimbing penulis dalam penulisan
makalah ini.
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
selama ini kita cari, penulis berharap makalah ini bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin.

Batusangkar, 9 April 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah
banyak digunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti detilasi,
kristalisasi, pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam
pelaksanaan yang lebihsederhana, penggunaan waktu yang sangat singkat
terutama mempunyai kepekaan yangtinggi serta mempunyai kemampuan
memisahkan yang tinggi, Metode ini digunakan, jikadengan metode lain tidak
dapat di lakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikitatau campurannya
kompleks.
Meskipun dasar kromatografi adalah suatu proses pemisahan namun banyak
diantaracara ini dapat digunakan untuk analisi kuatitatif. Jenis-jenis kromatografi
yang bermanfaatdalam analisi kualitatif dan analisis kuantitatif adalah
kromatografi kertas, kromatigrafi lapistipis (KLT), kromatografi kolom,
kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi.Kromatografi kertas dan
KLT pada umunya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi,karena lebih mudah
dan sederhana.
Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas dan
bergunauntuk pemisahan campuran secara kuantitatif. Dalam indutri metode
inibanyak dipakaiuntukmenghilangkan zat-zat yang tidak diinginkandalam hasil,
misalnya pada pemurnian minyaktanah atau minyak goring dan pemurnian
hidroksidayang dihasilkan dari proses elektrolisis. Teknik pemisahan kromatografi
dilakukan untuk mendapatkan pemisahan campuran diantara dua fase.Fase
tersebut adalah fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa zat cair dan zat
padat, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
Latar belakang dari makalah ini adalah menghadirkan materi dasar yang akan
memperkenalkan dengan klasifikasi metode kromotografi, prinsip kromotografi,
dan parameter kromotografi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa klasifikasi metode kromotografi?
2. Jelaskan prinsip kromotografi?
3. Apa parameter kromotografi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai klasifikasi metode kromotografi
2. Untuk mengetahui prinsip kromotografi
3. Untuk mengetahui parameter kromotografi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kromotografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak
dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau
padatan. Fasa gerak berupa gas disebut kromatografi gas (Gas Chromatography).
Kegunaan dari gas chromatography adalah untuk identifikasi semua jenis senyawa
organik yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (McNair & Miller, 2009). Analisis
kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar internal.
Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi
sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang
tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography
(Hidayat et al., 2015)

B. Klasifikasi Metode Kromotografi


Metode uji kromatografi
Kromatografi merupakan metode pemisahan campuran atau larutan
senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair
dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan
semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut tingkat kepolaran senyawa,
pada sebagian senyawa perbedaan tersebut dapat dicirikan oleh adanya perbedaan
warna (Sastrohamidjojo, 1991).
Berdasarkan sifat instrumen yang digunakan, metode analisis
Kromatografi terdiri dari 2 macam yaitu konvensional dan modern. Kromatografi
modern adalah teknik pemisahan komponen zat atau zat aktif dari suatu senyawa
yang memiliki berat molekul tinggi dengan menggunakan instrumen canggih. Alat
yang digunakan diantaranya adalah HPLC (High Performance Liquid
Cromatography) dan GC-MS (Gas Cromatography – Mass Spektro).
1. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air
tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu
komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase
diam. Kromatografi kertas menggunakan sistem “cair-cair”. Kromatografi kertas
banyak digunakan untuk keperluan analitis, dan termasuk dalam kelompok
kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium
pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas
(Sastrohamidjojo, 1991).
Prinsip kromatografi kertas yaitu metode pemisahan dari substansi menjadi
komponen-komponennya yang bergantung pada distribusi suatu senyawa pada
dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, pelarut bergerak lambat pada kertas,
komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan
berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Metoda ini sangat sesuai dengan
kromatografi serapan dan kromatografi kertas sebagai perkembangan dari sistem
partisi (Suryadarma, 2014). Salah satu zat padat yang dapat digunakan untuk
menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa.
2. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom terbagi dalam kromatografi kolom terbuka (konvensional)
dan kromatografi kolom tertutup. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi
kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorpsi.
Kromatografi adsorpsi banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-
senyawa organik, senyawa-senyawa nonpolar dan konsistuen-konstituen yang
sulit untuk menguap (Sastrohamidjojo, 1991).
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara
pemisahan cair-padat. Kromatografi cair-padat juga disebut Kromatografi
Adsorpsi, metode ini banyak digunakan untuk analisis biokimia dan organic
(Suryadarma, 2014).
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi kolom adalah:
a. Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil.
b. Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen.
c. Proses pemisahan dalam dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.
d. Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak memerlukan alat
yang mahal dan rumit.
3) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan kromatografi planar, yang fase
diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
omatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen
(Suryadarma, 2014). Oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia
tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda, sehingga
hal inilah yang menyebabkan pemisahan. Kelebihan Metode Kromatografi Lapis
Tipis adalah sebagai berikut :
a) Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
b) Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
c) Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
d) Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa
e) Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
f) Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
g) Waktu analisis yang singkat (15-60 menit)
h) Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
i) Preparasi sample yang mudah
j) Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
k) Kebutuhan ruangan minimum
C. Prinsip Kromotografi
Prinsip dasar kromatografi adalah jumlah zat terlarut yang berbeda pada
masing-masing komponen di waktu tertentu saat terjadi kesetimbangan antara fase
diam dan fase geraknya.
Pemisahan campuran dengan metode kromatografi dapat terjadi jika suatu
molekul atau senyawa memiliki sifat yang berbeda, antara lain sebagai berikut.
1. Memiliki kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut.
2. Memiliki sifat untuk berikatan yang berbeda satu sama lain dengan fase
diamnya.
3. Memiliki sifat mudah menguap (volatil) pada suhu yang berbeda.
Senyawa-senyawa yang akan dipisahkan terlebih dahulu ditempatkan pada
sistem tertentu (seperti kolom), dimana pada sistem tersebut terdapat bagian yang
diam (fase diam, berupa padatan atau cairan) dan kemudian dialirkan melalui
bagian fase gerak.
Selama proses pengaliran tersebut, akan ada interaksi antara senyawa dengan
fase diamnya, sehingga terjadi proses pelarutan, absorpsi, dan penguapan dari
komponen senyawa yang akan dipisahkan
Sifat dari komponen penyusun senyawa tersebut akan menentukan apakah
komponen-komponennya mampu bergerak bebas (berinteraksi lemah) atau
berinteraksi kuat di dalam fase diamnya.
Apabila semua komponen tidak dapat bergerak dalam fase diam, proses
pemisahan tidak mungkin dapat dilakukan. Jika komponen dapat bergerak, maka
proses pemisahan selanjutnya tergantung pada seberapa besar kecepatan
komponen-komponen tersebut.
Selain itu juga dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan dengan kecepatan
fase gerak yang digunakan dalam sistem tersebut.
Pemilihan fase gerak penting dilakukan dalam proses kromatografi untuk
memastikan semua komponen dapat bergerak dengan kecepatan berbeda-beda,
sehingga proses pemisahan dapat terjadi.
Pada dasarnya, kromatografi merupakan migrasi diferensial, dimana
komponen-komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diamnya.
D. Parameter Kromotografi
Ada beberapa parameter kromatografi yang digunakan secara umum,yaitu:

1. Waktu Tambat / Waktu Retensi

Jarak antara puncak maksimal dari titik injeksi yang dinyatakan

dalam unit waktu disebut waktu retensi. Waktu retensi berfungsi sebagai

pengidentifikasi analit pada sistem partikuler.

Waktu retensi merupakan deskriptor yang paling luas digunakan

untuk analit, dan parameter yang paling mudah diukur. Walaupun mudah

diukur, waktu retensi merupakam parameter universal yang paling akhir.

Waktu retensi analit tergantung pada laju alir fase gerak dan

stabilitas laju alir. Semakin cepatlaju alir, semakin singkat waktu retensi

(Dong, 2006).

2. Resolusi

Tujuan sederhana dan bahkan sangat penting dalam KCKT adalah

mendapatkan pemisahan campuran sampel yang baik. Untuk mencapai

tujuan inikita perlu menghitung ukuran kunatitatif dari pemisahan relatif

atau resolusi. Resolusi, Rs, dari dua puncak berdekatan didefinisikan

sebagai perbandingan jarak antara dua puncak, dibagi dengan rata-rata

lebar puncak. Rumusnya :

Rs =2(t2  t1 )

tw1  t w2

Dimana : t1 dan t2 = waktu retensi puncak 1 dan 2 t w1 dan tw2 = lebar puncak 1 dan 2

Nilai Rs mendekati atau lebih dari 1,5 akan memberikan pemisahan yang baik.
3. Efisiensi Kolom
Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling penting

adalah efisiensi atau jumlah lempeng teoritis. Bilangan lempeng (N) yang

tinggi disyaratkan untuk pemisahan yang baik yang nilainya semakin

kecilnya nilai H. Istilah H merupakan tinggi ekivalen lempeng teoritis atau

HETP (high equivalent theoretical plate) yang mana merupakan panjang

kolom yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu lempeng teoritis. Kolom

yang baik akan mempunyai bilangan lempeng yang tinggi dan nilai H

yang rendah, untuk mencapai hal ini ada beberapa faktor yang mendukung

yaitu kolom yang dikemas dengan baik, kolom yang lebih panjang,

partikel fase diam yang lebih kecil, viskositas fase gerak yang lebih

rendah dan suhu yang lebih tinggi, molekul-molekul sampel yang lebih

kecil, dan pengaruh di luar kolom yang minimal (Rohman, 2007).

4. Faktor Asimetri

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya puncak yang asimetris, yaitu :

a. Ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar. Jika sampel terlalu

besar maka fase gerak tidak mampu membawa solut dengan

sempurna karenanya terjadi pengekoran atau tailing.

b. Interaksi yang kuat antara solut dengan fase diam dapat

menyebabkan solut sukar terelusi sehingga dapat menyebabkan

terbentuknya puncak yang mengekor.

c. Adanya kontaminan dalam sampel yang dapat muncul terlebih

dahulu sehingga menimbulkan puncak mendahului (fronting)

(Rohman, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, R., S.P. Pasaribu, & C. Saleh. 2015. Penggunaan Internal Standar
Nitrobenzena untuk Penentuan Kuantitatif Btex dalam Kondensat Gas Alam
dengan Kromatografi Gas. Jurnal Kimia Mulawarman, 12(2): 90-96

McNair, H.M. & M. Miller. 2009. Basic Gas Chromatograhy (2nd ed). United
States of America: A John Wiley & Sons, Inc.
Hardjono Sastrohamidjojo, Dr., 1991, Kromatografi, Penerbit Liberty, UGM,
Yogyakarta.
Dong, M. W. (2006). Modern HPLC for practicing scientists. New
York: John Wiley and Sons: 26
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar: 378-384, 386-397, 465-469.

Anda mungkin juga menyukai