Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

Identifikasi Senyawa dengan KLT

Disusun Oleh :

Nama : Kresnanda Dzul I 3311171052

Dinar Tri Q 3311171073

Dzaza Syahidatul A 3311171077

Lavega Rahma I 3311171063

Alya Dhiya M 3311171086

Kelompok : 5B

Asisten : Dadan Surya Saputra, S.Si., M.Si., Apt

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya adalah hal yang sangat


penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu teknik pemisahan yang digemari
adalah teknik kromatografi. Dengan menggunakan metode kromatografi, dalam banyak
hal yang berkaitan dengan pemisahan telah terbukti jauh lebih cepat dan efektif daripada
metode lainnya.

Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan


distribusi dari kmponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.

Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi, kromatografi


terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan
kromatografi lapis tipis. Salah satu jenis metode kromatografi yang paling sering
dipakai adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang menggunakan teknik kromatografi.

Dalam praktikum ini, akan di lakukan teknik pemisahan kromatografi lapis tipis
(KLT). KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk menentukan
jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT merupakan
teknik analisis yang cukup mudah dan praktis. Pengerjaan KLT sendiri cukup sederhana
dan cepat, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan bahannya, dan
menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat kecil.
1.2 Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara-cara pemisahan suatu sampel (obat) dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
dan untuk mengetahui nilai Rf-nya.

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan senyawa


dengan KLT dan melatih kemampuan untuk melakukan KLT serta menerapkannya
dengan analisis senyawa obat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan berdasarkan


pada “migration medium” yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap fase diam dan fase
gerak.terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini. yang pertama yaitu harus terdapat
medium perpindahan tempat, yaitu tempat terjadinya pemisahan. Kedua harus terdapat
gaya dorong agar spesies dapat berpisah sepanjang “migration medium“. Yang ketiga
harus terdapat gaya tolakan selektif. Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan
pemisahan dari bahan kimia yang dipertimbangkan (Sienko, 1984).

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang


digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam.
Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC”
(High Performance Thin-layer Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja
Tinggi (Munson, 1991).

Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi


kelompok minyak mentahdan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan
sanak keluarga jumlah kelashidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a
efek dalam pada atas pencapaian danmutu dari produk hidrokarbon dan dua orang
metoda test standard telah digunakan sebagianbesar dari tahun ke tahun ( ASTM
D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar (FIA) metoda ( ASTM D1319)
telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dariminyak tanah industri
untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakarpancaran dan
bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawahiso-
propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil ‘gel’ agar-agar ramai; sesak di
(dalam)kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga
hidrokarbon. Disamping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar
mempunyai banyak (Speight, 2006).
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk
selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina lebih disukai
untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih disukai
untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan gula.Magnesium
silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga dapat digunakan sebagai adsorben
(Soebagio, 2002).

Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan
susunan tertentu.Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi.
Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan
kromatogram yang tidak diharapkan (Soebagio, 2002).

Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi


kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak. Kerap kai, noda
tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultra violet dapat ditampakkan
dengan cara mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi
dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan
membentuk warna-warna tertentu (Soebagio, 2002 ).

Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi


tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk
yang berwarna.Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari
campuran asam amino.Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan
larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-
senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu (Clark, 2007).

Keuntungan KLT adalah lebih serba guna, cepat, kepekaannya lebih tinggi dan
pemisahan komponen senyawa lebih sempurna. Sedangkan kelemahannya adalah pada
prosedur pembuatan lempengnya yang memerlukan tambahan waktu kecuali bila
tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial. (Gritter,1991).

Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputannya, pelat kaca dengan
penjerap.Kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput
otomatis.Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap diperlukan tindakan
pencegahan tertentu (Harborne, 1987).

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mecoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.Sistem yang paling
sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan
dapat terjadi secara optimal (Rohman, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan media dalam KLT yang juga


mempengariuhi nilai Rf yaitu (Surmono, 1986):

1. Struktur kimia dan senyawa yang sedang dipisahkan

2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya

3. Suhu dan kesetimbangan

4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak

5. Derajat kejenuhan
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT

 Bejana kecil (mikro)


 Pelat KLT ( silica gel yang diletakan pada kertas alumunium)
 Pipa kapiler
 Lampu UV
 Pipet tetes
 Gelas ukur
 Penggaris
 Pinset
3.1.2 BAHAN

 Sampel
 Pembanding = sulfadiazin, sulfametoksazol, sulfadimidin
 Pelarut penampak bercak = P-DAB HCL
 Eluen A = n-heksana -kloroform - Butanol (1:1:1)
 Eluen B = metanol-kloroform (5:95)

3.2 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Setiap bejana kromatografi harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan satu jenis
eluen ( eluen A atau eluen B) dengan cara memasukan eluen kedalam bejana
kemudian didiamkan selama 24 jam ( bejana besar) atau 30 menit (bejana
kecil). Hitung eluen yang dibutuhkan.
2. Pelat KLT disiapkan dengan ukuran tertentu.
3. Tentukan garis awal penotolan zat pada pelat KLT. Garis ini berguna sebagai
acuan untuk tempat penotolan zat, garis ini tidak boleh terendam didalam eluen.
Untuk KLT mikro, jarak garis batas (awal & akhir) dengan tepi pelat KLT
sekitar 0,5- 1,0 cm . Garis awal dan batas akhir eluen diperjelas dengan pensil (
tidak boleh dengan tinta pulpen).
4. Lakukan penotoloan zat ( sampel atau pembanding dilakukan pada garis awal
sebanyak 3 kali menggunakan pipa kapiler. Setiap menotolkan zat harus
dikeringkan dengan bantuan pengering agar diameter bercak penotolam kurang
dari 3mm. Untuk setiap jenis pembanding atau sampel menggunakan pipa
kapiler yang berbeda.
5. Lakukan proses elusi sampai eluen mebasahi seluruh permukaan fasa diam
menuju garis batas akhir.
6. Setelah garis batas akhir tercapai, kromatogram dikeluarkan dari bejana,
kemudian dikeringkan dengan diangin-angin.
7. Kromatogram yang sudah kering di amati dengan cara:
a. Pengamatan bercak dibawah lampu UV.
b. Pengamatan bercak dengan penampak bercak yang disediakan.
8. Nilai RF setiap bercak (pembanding dan sampel) dihitung, kemudian di analisis
jenis sampelnya.
9. Berikan kesimpulan dan saran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

A. Perhitungan eluen A
Dik : spot s = 1,5 cm
Spot P1 = 1,2 cm
Spot P2 = 2 cm
Spot P3 = 2,5 cm
Dit : RF? RG?
Jawab :
RF = (spot )/(P )
1. RF s = (1,5 )/4 = 0,375 cm
2. RF P1 = (1,2 )/4 = 0,3 cm
3. RF P2 = (2 )/4 = 0,5 cm
4. RF P3 = (2,5 )/4 = 0,625 cm

RG = (RFs )/(RF p)
1. RG = (RF s )/(RF p1 ) = (0,375 )/0,3 = 1,25 cm
2. RG = (RF s)/(RF p2 ) = (0,375 )/(0,5 ) = 0,75 cm
3. RG = (RF s )/(RF p3 ) = (0,375 )/(0,625 ) = 0,6 cm

B. Perhitungan eluen B
Dik : S1 = 0,6 cm P2 = 0,6 cm
S2 = 1 cm P3 = 0,9 cm
P1 = 0,6 cm
Dit : RF? RG?
Jawab :
RF = (spot )/p
1. RF s1 = (0,6 )/4 = 0,15 cm
2. RF s2 = (1 )/4 = 0,25 cm
3. RF p1 = (0,6 )/4 = 0,15 cm
4. RF p2 = 0,6/4 = 0,15 cm
5. RF p3 = (0,9 )/4 = 0,225 cm

RG = (RF s)/(RF p )
1. RG s1/(p1 ) = (0,15 )/0,15 = 1 cm
2. RG (s2 )/(p1 ) = (0,25 )/0,15 = 1,6 cm
3. RG (s1 )/p2 = (0,15 )/(0,15 ) = 1 cm
4. RG s2/p2 = (0,25 )/0,15 = 1,6 cm
5. RG (s1 )/p3 = 0,15/(0,225 ) = 0,667 cm
6. RG (s2 )/(p3 ) = 0,25/0,225 = 1,1 cm

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis suatu obat dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Prinsip dari percobaan ini adalah pemisahan
berdasarkan adsorbsi senyawa pada fase diam dan migrasinya oleh fase gerak.
Kromatografi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan suatu senyawa
menjadi beberapa komponen dengan menggunakan dua fase yaitu fase gerak dan fase
diam. Pada KLT, digunakan fase diam berupa lapisan tipis yang berada pada permukaan
datar diatas pendukung yang sesuai, biasanya digunakan silika yang mana sifatnya
polar, sedangkan pada fase gerak berupa cairan yang mana akan menaiki fase diam.
Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat
kepolaran antara sampel denga eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fasa
geraknya tersebut.
Pada percobaan ini, sampel yang didapat dianalisis dengan menggunakan
pembanding berupa sulfadiazin, sulfametaksazol, dan sulfadimidin. Eluen yang
digunakan pada percobaan ini ada 2 yaitu eluen A dan B. Sebelum melakukan
percobaan eluen di jenuhkan terlebih dahulu selama 30 menit.
Sampel dapat dianalisis dengan perhitungan Rf dan Rg dari senyawa yang diperoleh
dari bercak yang nampak pada pelat selulosa. Pada praktikum kali ini eluen A terdiri
dari campuran 3 tiga pelarut dengan perbandingan (1:1:1), dan eluen B terdiri dari dua
pelarut dengan perbandingan (0,5 : 9,5). Eluen ini berfungsi membantu melarutkan
sampel agar dapat terelusi sehingga dapat memunculkan bercak pada pelat.
Setelah eluen dibuat, diletakkan dalam chamber dan dijenuhkan, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah menotolkan sampel yang diberikan dan juga pembanding yang sudah
disebutkan sebelumnya Pada pelat yang sudah diberi garis batas atas dan bawah.
Sebaiknya penggarisan dan penotolan zal diakukan hati - hati agar selulosa pada pelat
alumunium tidak hancur dan Tidak menggangguproses elusi. Tiap titik penotolan
diperhatikan jaraknya dan juga sebaiknya jangan terlalu banyak agar warna yang terlihat
nanti terbentuk dengan sempurna.
Setelah selesai ditotol, pelat diletakkan dalam chamber dan jangan sampai garis dimana
zat - zat ditotolkan terendam dalam eluen karena dikhawatirkan zat - zat tersebut justru
akan terlarut dan tersebar di eluen nya dan tidak bergerak ke atas seperti yang
diinginkan. Pelat yang sudah dimasukkan itu kemudian ditunggu hingga terelusi sampai
garis atas yang sudah dibuat, hal ini karena jika tidak maka zat nya bisa saja bergerak
jauh ke atas keluar dari pelat.
Pelat yang sudah terelusi kemudian dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan kemudian dilihat di bawah sinar UV untuk memudahkan
pengamatan bercak agar bisa disemprotkan penampak bercak pada spot yang terlihat di
sinar UV. Penampak bercak yang digunakan pada percobaan ini adalah PDAB-HCl.
Pada praktikum kali ini pada eluen A diperoleh hasil spot sampel yang dihitung dari
jarak eluen adalah 1.5cm, Sulfadiazin 1.2cm, Sulfametoksazol 2 cm, sulfadimidin 2,5
cm. Dengan hasil rf yang didapat dari perhitungan jarak spot dibagi dengan jarak elusi
pada sampel adalah 0,375 cm, sulfadiazin 0,3 cm , sulfametoksazol 0,5 cm, dan
sulfadimidin 0,625 cm.
Dari hasil Rf dapat diperoleh hasil Rg yang menjadi acuan untuk menentukan sampel
yang didapat adalah campuran antara senyawa apa saja. Rg sampel Dengan pembanding
1 di eluen A adalah 1,25 cm, Pembanding 2 Adalah 0,75cm, dan pembanding 3 adalah
0,6 cm.
Pada eluen B diperoleh hasil spot sampel ada dua spot. Sampel 1 adalah 0,6 cm dan
sampel 2 adalah 1 cm, sulfadiazin 0,6 cm, sulfametoksazol 0,6 cm, dan sulfadimidin 0,9
cm. Dan hasil rf yang didapat pada sampel 1 adalah 0,15 cm, sampel 2 adalah 0,25 cm,
sulfadiazin 0,15 cm, sulfametoksazol 0,15 cm, dan sulfadimidin 0,225 cm.
Dari hasil tersebut kita dapat menghitung rg, yaitu dengan membagi rf sampel dengan rf
pembanding. Untuk hasil rg sampel 1 dengan pembanding 1 adalah 1 cm, dengan
pembanding 2 adalah 1 cm, dan dengan pembanding 3 adalah 0,667 cm. Dan untuk
hasil rg sampel 2 dengan pembanding 1 adalah 1,6 cm, dengan pembanding 2 adalah 1,6
cm, dan dengan pembanding 3 adalah 1,1 cm.
Dari Hasil diatas ternyata nilai Rg yang paling mendekati adalah pada pembanding 1
yaitu sulfadiazin sementara itu sampel lain yang tercampur tidak dapat dianalisis karena
pengamatan bercak pada profil pelat tidak terlalu jelas. Nilai Rg yang merupakan
perbandingan nilai Rf dari sampel 1 dan pembanding 1 sulfadiazin menunjukkan nilai
sempurna 1 pada eluen B yang menunjukkan bahwa salah satu dari senyawa Dalam
sampel campuran dua senyawa tersebut adalah sulfadiazin. Senyawa lain tak bisa di
analisis kemungkinan adalah karena larutan yang digunakan pada eluen A atau eluen B
tidak terlalu baik dalam melarutkan senyawa yang terdapat dalam sampel.

Anda mungkin juga menyukai