BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco
serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada
metode kromatografi.
dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan
lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses
penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
B. Maksud Percobaan
praktikum KLT ?
C. Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh
pengaruh fase gerak, proses ini biasa disebut elusi. Semakin kecil ukuran
rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam,
maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya
(Gritter, 1991). Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
dasar kromatografi jerap yaitu hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak
a. Fase diam
200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis totalnya 0,1-0,3
lingkungan yang baik dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).
oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata
b. Fase gerak
c. Penotolan sampel
0,1-10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer
(Pudjaatmaka, 1994).
d. Pengembanagan
pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan,
1985).
e. Deteksi bercak
fisika maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan
akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan
lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-
RF. Nilai RF adalah jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal
dibagi dengan jarak ynag digerakkan oleg pelarut dari titik asal. Nilai
1985).
f. Tehnik percobaan
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas)
Afinitas senyawa dalam fase diam dan fase gerakditentukan oleh sifat
gaya gravitasi yaitu gaya yang menarik benda selalu menuju ke bawah,
friksi molekul yaitu gaya yang muncul dengan arah gerakan yang
terhadap objek bermuatan yang lain, adanya sifat adsorbsi yaitu suatu
proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas pada suatu
padatan atau cairan (zat penjerap, sorben) dan membentuk suatu lapisan
tipis pada permukaan, adanya kelarutan analit, adanya ikatan kimia dan
atau interaksi ion antara analit fase diam dan fase gerak dapat menghambat
fase diam yang digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan
interaksi yang terjadi antara analit dengan fase diam dan fase gerak.
dan fase gerak tergantung kedekatan polaritas analit terhadap fase diam
dan fase gerak (like dissolve like). Analit akan cenderung larut dalam
fase dengan polaritas sama. Analit akan berpartisi diantara dua fase
yaitu fase padat-cair dan fase cair-cair. Ketika analit berpartisi antara
fase padat dan cair faktor utama pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan
bila analit berpartisi antara fase cair dan fase cair, faktor utama
karena afinitas terhadap fase padat dan fase cair biasa disebut dengan
afinitas terhadap fase cair dan fase cair disebut dengan partisi dan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
a. Botol
b. Catter
c. Corong gelas
d. Corong pisah
g. Gelas ukur
h. Hot plate
j. Mistar
k. Pipa kapiler
l. Rak tabung
m. Tabung reaksi
a. Air
b. Ekstrak
c. H2SO4 10%
d. Etil asetat
e. Kloroform
f. N-heksan
B. Cara Kerja
3. Dijenuhkan chamber.
4. Ditotolkan ekstrak etil asetat, ekstrak N-heksana dan ekstrak etanol pada
7. Disemprotkan lempeng KLT dengan H2SO4 10% jika noda yang terbentuk
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
penampakan noda
Ekstrak perkolasi daun
sirsak, ekstrak N-heksana
terdapat penampakan noda
8:2 berwarna coklat kehijauan
sedangkan pada ekstrak Etil
asetat tidak ada
penampakan noda
3.
Ekstrak soxhletasi bunga
kembang sepatu pada
ekstrak etanol dan ekstrak
etil asetat tidak terdapat
8:2 penampakan noda.
5.
Ekstak maserasi kepiting,
pada Ekstrak etanol,
Ekstrak etil asetat dan
BAB V
PEMBAHASAN
Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu tehnik kromatografi yang digunakan untuk
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak yang diperoleh dari
partisi cair-cair yaitu ekstrak etanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak N-heksana.
menotolkan ekstrak pada silika gel yang kemudian di masukkan kedalam chamber
yang telah dijenuhkan, didiamkan selama ±15 menit kemudian dileluarkan. Untuk
melihat noda pada lempeng agar tampak jelas, lempeng disemprot menggunakan
larutan H2SO4 10% kemudian di keringkan diatas hot plate agar noda pada
Pada percobaan ini ekstrak perkolasi daun sirsak pada ekstrak N-heksana
dan 8:2. Pada ekstrak soxhletasi bunga kembang sepatu pada perbandingan 8:2
ekstrak etil asetat berwarna cokelat tua dan pada ekstrak N-heksana berwarna
noda pad lempeng KLT. Cara kerja yang diguanakan dalam mengidentifikasi
senyawa sudah sesuai standar, namun hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor yang terjadi dalam partisi cair-cair antara lain senyawa-senyawa yang
terkandung dalam sampel habis karena penguapan yang terjadi selama proses
ekstraksi, ekstrak yang diguanakan dalam partisi cair-cair sedikit, waktu yang
digunakan dalam proses partisi cair-cair tidak efektif, dan eluen yang digunakan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa :
3. Faktor yang mempengaruhi hasil KLT yaitu pada saat partisi cair-cair
yang digunakan dalam proses partisi cair-cair tidak efektif, dan eluen yang
B. Saran
hasil KLT.
DAFTAR PUSTAKA
Baset, J. et. al., A. Hadayana Pudjaatmaka dan L. Setiono (Alih Bahasa). 1994.
Buku ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi 4. EGC :
Jakarta.
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo
: Jember.