Anda di halaman 1dari 19

KROMATOGRAFI LAPIS

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi

campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida

dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco

serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada

senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa

isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai

antioksidan, antitumor/antikanker, antikolesterol , antivirus, antialergi, dan

dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan

metode kromatografi.

Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi

senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan

atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis

dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan

lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses

berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang

penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah

prinsip dasar kromatografi.

Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik

kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada

sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau

kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak

mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang

terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada

laju yang berbeda.

Dan dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kromatografi

lapis tipis. Penjelasan tentang kromatografi lapis tipis mempunyai banyak

kesamaan dengan kromatografi kertas yang mungkin lebih dikenal.

B. Maksud Percobaan

1. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ?

2. Bagaima penampakan noda dari sampel yang telah diperoleh melalui

ekstarksi cair-cair melalui Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempngaruhi penamakan noda pada

praktikum KLT ?

C. Tujuan Percobaan

1. Untuk menegtahui apa yang dimaksud dengan KLT.

2. Untuk mengetahui bagaiman penampakan noda dari sampel yang telah

diperoleh melalui ekstarksi cair-cair melalui KLT.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempngaruhi penamakan

noda pada praktikum KLT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Definisi

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong

"kromatografi planar". KLT adalah yang metode kromatografi paling

sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan

untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT

cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi

pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode dan menggunakan

instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan

kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat

digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan

lempeng, peralatan, dan teknik khusus (Lestyo Wulandari, 2011).

Menurut Rohman (2007) Kromatografi lapis tipis (KLT)

dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT

merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan

elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan

yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh

lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik.

2. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Prinsip KLT yaitu perpindahan analit pada fase diam karena

pengaruh fase gerak, proses ini biasa disebut elusi. Semakin kecil ukuran

rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam,

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya

(Gritter, 1991). Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan

bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada

pengembangan secara menarik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi

pada pengembangan secara menurun (descending) (Rohman, 2007).

Prinsip Kromatigrafi menurut Stahl (1985) mengemukakan kaidah

dasar kromatografi jerap yaitu hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak

sama sekali, karena itu ia bergerak paling cepat.

a. Fase diam

Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus diguankan

untuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Panjang lapisan

200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis totalnya 0,1-0,3

mm, biasanya 0,2 mm. Sebelum digunakan lapisan disimpan dalam

lingkungan yang baik dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).

Penjerap umunya adalah silika gel, aluminium oksida, kieselgur,

selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain. Silika gel ini

menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada

cara pembuatannya, sehingga silika gel G Merck menurut spesifikasi

Stahl yang diperkenalkan tahun 1985, setelah diterima sebagai bahan

standar. Selain itu harus diingat bahwa penjerap seperti aluminium

oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata

terhadap daya pemisahanya (Stahl, 1985).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

b. Fase gerak

Menurut Rohman (2007), fase gerak pada KLT dapat dipilih

dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu

yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana adalah

campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut

ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat

terjadi secara optimal.

c. Penotolan sampel

Larutan sampel yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara

0,1-10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer

sekitar 1 µl larutan ditotolkan dengan sebuat spuit mikro atau

mikropipet didekat salah satu ujung lempeng kromatografi (sekitar 1,5-

2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering diudara

(Pudjaatmaka, 1994).

d. Pengembanagan

Pengembangan adalah proses pemisahan campuran cuplikan

akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak

pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan,

ialah 100 mm disamping pengembangan sederhana, yaitu perambatan

satu kali sepanjang 10 cm keatas, pengembangan ganda dapat juga

digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat

10 cm keatas berturut-turut pada pengembanagn dua kali. Lapisan KLT

harus dalam keadaan kering diantara dua pengembangan tesebut, ini

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

dilakukan dengan membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit (Stahl,

1985).

e. Deteksi bercak

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yanh

tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia,

fisika maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan

cara mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara

peneyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang

digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan

radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet

terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat bercak

akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan

penjerapnya akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian

bercak akan kelihatan hitam sedang latar belakangnya akan kelihatan

berfluoresensi (Rohaman, 2007).

f. Identifikasi dan Nilai RF

Identifikasi dari senyawa-senyawa yang telah dipisahkan pada

lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-

reaksi warna. Namun lazimnya untuk identifikasi menggunakan nilai

RF. Nilai RF adalah jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal

dibagi dengan jarak ynag digerakkan oleg pelarut dari titik asal. Nilai

RF untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai senyawa

standar. Senyawa standar biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatografi (Sastrohamidjojo,

1985).

Nilai RF sangat ditentukan oleh kelancaran pergerakan bercak

dalam KLT, adapun faktor yang mempengaruhi pergerakan bercak

adalah (Sastrohamidjojo, 1985) :

a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

b. Sifat dari penjerap dan derajat aktivitasnya

c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap

d. Pelarut dan deraja kemurniannya

e. Derajat kejenuhan dari uap pelarut dalam bejana elusi

f. Tehnik percobaan

g. Jumlah sampel yang digunakan

h. Suhu

i. Kesetimbangan.

3. Metode Pemisahan pada Kromatografi

Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam dibidang

analisis karena kebanyakan sampel yang akan dianalisis berupa campuran.

Untuk memperoleh senyawa murni dari suatu campuran, harus dilakukan

proses pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk

memisahkan campuran diantaranya ekstraksi, destilasi, kristalisasi dan

kromatografi (Lestyo Wulandari, 2011).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas)

yang menyebabkan terjadinya perbedaan migrasi dari masing-masing

komponen. Perbedaan migrasi merupakan hasil dari perbedaan tingkat

afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan fase gerak.

Afinitas senyawa dalam fase diam dan fase gerakditentukan oleh sifat

fisika kimia dari masing-masing senyawa. Faktor–faktor yang

menyebabkan perbedaan migrasi komponen-komponen dalam sampel

meliputi faktor pendorong migrasi analit dan faktor penghambat migrasi

analit. Faktor pendorong migrasi meliputi gaya gravitasi, elektrokinetik,

dan hidrodinamik. Faktor penghambat migrasi meliputi friksi molekul,

elektrostatik, adsorbsi, kelarutan, ikatan kimia dan interaksi ion. Adanya

gaya gravitasi yaitu gaya yang menarik benda selalu menuju ke bawah,

elektrokinetik yaitu pergerakan molekul karena adanya listrik dan

hidrodinamik yaitu pergerakan suatu cairan, dapat mendorong pergerakan

molekul analit sehingga mempercepat migrasi analit. Sedangkan adanya

friksi molekul yaitu gaya yang muncul dengan arah gerakan yang

berlawanan dengan arah gerakan molekul, adanya elektrostatik yaitu gaya

yang dikeluarkan oleh medan listrik statik (tidak berubah/bergerak)

terhadap objek bermuatan yang lain, adanya sifat adsorbsi yaitu suatu

proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas pada suatu

padatan atau cairan (zat penjerap, sorben) dan membentuk suatu lapisan

tipis pada permukaan, adanya kelarutan analit, adanya ikatan kimia dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

atau interaksi ion antara analit fase diam dan fase gerak dapat menghambat

pergerakan molekul analit (Lestyo Wulandari, 2011).

Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis

fase diam yang digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan

interaksi yang terjadi antara analit dengan fase diam dan fase gerak.

Metode pemisahan pada kromatografi terbagi menjadi :

a. Pemisahan berdasarkan polaritas

Metode pemisahan berdasarkan polaritas, senyawa-senyawa

terpisah karena perbedaan polaritas. Afinitas analit tehadap fase diam

dan fase gerak tergantung kedekatan polaritas analit terhadap fase diam

dan fase gerak (like dissolve like). Analit akan cenderung larut dalam

fase dengan polaritas sama. Analit akan berpartisi diantara dua fase

yaitu fase padat-cair dan fase cair-cair. Ketika analit berpartisi antara

fase padat dan cair faktor utama pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan

bila analit berpartisi antara fase cair dan fase cair, faktor utama

pemisahan adalah kelarutan. Prinsip pemisahan dimana analit terpisah

karena afinitas terhadap fase padat dan fase cair biasa disebut dengan

adsorbs dan metode kromatografinya biasa disebut kromatografi

adsorbsi. Sedangkan prinsip pemisahan dimana analit terpisah karena

afinitas terhadap fase cair dan fase cair disebut dengan partisi dan

metode kromatografinya biasa disebut kromatografi cair.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

b. Pemisahan berdasarkan muatan ion

Pemisahan berdasarkan muatan ion dipengaruhi oleh jumlah

ionisasi senyawa, pH lingkungan dan keberadaan ion lain. Pemisahan

yang disebabkan oleh kompetisi senyawa-senyawa dalam sampel

dengan sisi resin yang bermuatan sehingga terjadi penggabungan ion-

ion dengan muatan yang berlawanan disebut kromatografi penukar ion.

Pemisahan yang terjadi karena perbedaan arah dan kecepatan

pergerakan senyawasenyawa dalam sampel karena perbedaan jenis dan

intensitas muatan ion dalam medan listrik disebut elektroforesis.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Botol

b. Catter

c. Corong gelas

d. Corong pisah

e. Gegep kayu dan gegep besi

f. Gelas kimia 100 mL

g. Gelas ukur

h. Hot plate

i. Klem dan statif

j. Mistar

k. Pipa kapiler

l. Rak tabung

m. Tabung reaksi

2. Bahan yang digunakan

a. Air

b. Ekstrak

c. H2SO4 10%

d. Etil asetat

e. Kloroform

f. N-heksan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat yang akan digunakan.

2. Dibuat 2 buah eluen dengan perbandingan kloroform : metanol : air

(15:6:1) dan N-heksana : etil asetat (8:2).

3. Dijenuhkan chamber.

4. Ditotolkan ekstrak etil asetat, ekstrak N-heksana dan ekstrak etanol pada

lempeng KLT (duplo).

5. Dimasukkan kedalam chamber, kemudian didiamkan selama 15 menit.

6. Dikeluarkan lempeng dari dalam chamber, kemudian diamati.

7. Disemprotkan lempeng KLT dengan H2SO4 10% jika noda yang terbentuk

pada lempeng KLT tidak jelas.

8. Dikeringkan diatas hot plate.

9. Diamati bercak noda dan dihitung nilai RF.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB IV
DATA PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

No. Perbandingan Gambar Keterangan

1. Ekstrak maserasi spons


(ekstrak N-heksana)
tidak ada penampakan
noda
2. Ekstrak reflux biji
mahoni (ekstrak etil
15 : 6 : 1
asetat) tidak ada
penampakan noda
3. Ekstrak reflux biji
mahoni (ekstrak N-
heksana) tidak ada
penampakan noda
1. 1 2 3
1. Ekstrak maserasi spons
(ekstrak N-heksana)
tidak ada penampakan
noda
2. Ekstrak reflux biji
8:2 mahoni (ekstrak etil
asetat) tidak ada
penampakan noda
3. Ekstrak reflux biji
mahoni (ekstrak N-
heksana) tidak ada
1 2 3 penampakan noda
Ekstrak perkolasi daun
sirsak, ekstrak N-heksana
terdapat penampakan noda
2. 15 : 6 : 1
berwarna coklat kehijauan
sedangkan pada ekstrak Etil
asetat tidak ada

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

penampakan noda
Ekstrak perkolasi daun
sirsak, ekstrak N-heksana
terdapat penampakan noda
8:2 berwarna coklat kehijauan
sedangkan pada ekstrak Etil
asetat tidak ada
penampakan noda

Ekstrak soxhletasi bunga


kembang sepatu pada
ekstrak etanol dan ekstrak
15 : 6 : 1 etil asetat tidak terdapat
penampakan noda.

3.
Ekstrak soxhletasi bunga
kembang sepatu pada
ekstrak etanol dan ekstrak
etil asetat tidak terdapat
8:2 penampakan noda.

Ekstrak perkolasi herba


krokot, Ekstrak etanol dan
Ekstrak N-heksan tidak
4. 15 : 6 : 1 ada penampakan noda

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

Ekstrak perkolasi herba


krokot, pada Ekstrak
etanol dan Ekstrak N-
8 :2 heksan tidak ada
penampakan noda

Ekstak maserasi kepiting,


pada Ekstrak etanol,
Ekstrak etil asetat dan
15 6 : 1 Ekstrak N-heksan tidak
terdapat penampakan noda.

5.
Ekstak maserasi kepiting,
pada Ekstrak etanol,
Ekstrak etil asetat dan

8:2 Ekstrak N-heksan tidak


terdapat penampakan noda.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB V
PEMBAHASAN

Kromatografi merupakan pemisahan senyawa bioaktif. Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu tehnik kromatografi yang digunakan untuk

memisahkan campuran komponen kimia/suatu senyawa. Tujuan dilakukannya

kromatografi yaitu untuk memisahkan senyawa bioaktif ataupun senyawa kimia

berdasarkan sifatnya. Identifikasi komponen kimia pada sampel menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak yang diperoleh dari

partisi cair-cair yaitu ekstrak etanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak N-heksana.

Identifikasi senyawa kimia pada ekstraks sampel dilakukan dengan cara

menotolkan ekstrak pada silika gel yang kemudian di masukkan kedalam chamber

yang telah dijenuhkan, didiamkan selama ±15 menit kemudian dileluarkan. Untuk

melihat noda pada lempeng agar tampak jelas, lempeng disemprot menggunakan

larutan H2SO4 10% kemudian di keringkan diatas hot plate agar noda pada

lempeng tampak lebih jelas.

Pada percobaan ini ekstrak perkolasi daun sirsak pada ekstrak N-heksana

terdapat penampakan noda berwarna coklat kehijauan pada perbandingan 15:6:1

dan 8:2. Pada ekstrak soxhletasi bunga kembang sepatu pada perbandingan 8:2

ekstrak etil asetat berwarna cokelat tua dan pada ekstrak N-heksana berwarna

coklat pudar. Sedangkan pada ekstrak-ekstrak lainnya tidak terdapat penampakan

noda pad lempeng KLT. Cara kerja yang diguanakan dalam mengidentifikasi

senyawa sudah sesuai standar, namun hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa

faktor yang terjadi dalam partisi cair-cair antara lain senyawa-senyawa yang

terkandung dalam sampel habis karena penguapan yang terjadi selama proses

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

ekstraksi, ekstrak yang diguanakan dalam partisi cair-cair sedikit, waktu yang

digunakan dalam proses partisi cair-cair tidak efektif, dan eluen yang digunakan

dalam identifikasi senyawa menggunakan Kromatografi Lapis Tipistidak (KLT)

tepat dan tidak efektif.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Kromatografi merupakan pemisahan senyawa bioaktif. Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu tehnik kromatografi yang digunakan

untuk memisahkan campuran komponen kimia/suatu senyawa.

2. Penampakan noda yang diperoleh tidak efektif karen adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi.

3. Faktor yang mempengaruhi hasil KLT yaitu pada saat partisi cair-cair

senyawa yang terkandung dalam sampel habis karena penguapan yang

terjadi selama proses ekstraksi, ekstrak yang diguanakan sedikit, waktu

yang digunakan dalam proses partisi cair-cair tidak efektif, dan eluen yang

digunakan dalam identifikasi senyawa menggunakan Kromatografi Lapis

Tipistidak (KLT) tepat dan tidak efektif.

B. Saran

Diharapkan untuk pratikan selanjutnya agar lebih memperhatikan

pengerjaannya dan beberapa faktor-faktor diatas yang apat mempengaruhi

hasil KLT.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


KROMATOGRAFI LAPIS
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

Baset, J. et. al., A. Hadayana Pudjaatmaka dan L. Setiono (Alih Bahasa). 1994.
Buku ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi 4. EGC :
Jakarta.

Gritter, R. J. Bobbits J. M. dan A. E. Schwarting. 1991. Introduction to


Chomatography (Pengantar Kromatografi) Edisi ke-2, diterjemahkan
oleh K. Padmawinata. ITB : Bandung.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 1985. Kromatografi. Liberty Yogyakarta :


Yogyakarta.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah :


Kosasih Padmawinata. ITB : Bandung.

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo
: Jember.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19

Anda mungkin juga menyukai