Anda di halaman 1dari 16

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM

ISOLASI DAN ANALISIS TUMBUHAN OBAT

“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Pertemuan Ke 2
2 Oktober 2020

DOSEN PENGAMPU
Fransiska Leviana, M.Sc., Apt

Kelompok 2 :
Penyusun,
1. Naara Petra Z. K. Oheey (01206279A)
2. Puri Lestari (01206287A)
3. Dian Maharani (01206297A)
4. Herlin Agustina (01206304A)
5. Ardiawan Rasdiyanto (01206316A)
6. Chesaria Pasti Jariani (01206333A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

I. TUJUAN.
Melakukan isolasi glikosida flavonoid dari daun ketela pohon, hidrolisis glikosida
flavonoid dan analisis kualitatif golongan senyawa.

II. ALAT DAN BAHAN.


Alat :
- Seperangkat alat infus (panci infus)
- Erlenmeyer 250
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Corong gelas
- Corong pisah
- Cawan porselin
- Tabung reaksi
- Vial

Bahan :

- Serbuk daun singkong/daun singkong segar


- Air suling,
- Amonia
- Metanol
- HCl 2N
- Natrium Sulfat Anhidrat
- Asam asetat 15 %
- N-butanol
- Pereaksi sitroborat
- KMNO4
- Lempeng selulosa
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

III. CARA KERJA.


A. Analisis Golongan Flavonoid

Sebanyak 1 g serbuk daun singkong dipanaskan dalam 100 mL air suling


dan dididihkan selama 15 menit, kemudian disaring, dan diperoleh filtrat A

Sebanyak 5 mL filtrat A dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan


ditambahkan serbuk magnesium, asam hidroklorida pekat, dan amil
alkohol.

Campuran dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Hasil positif flavonoid


ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada
lapisan amil alkohol.
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

B. Isolasi rutin dari daun ketela pohon.

Timbang 400 gram daun singkong segar, masukkan dalam panci infus dan
tambahkan 400 ml air lalu didihkan selama 30 menit.

Saring campuran melalui corong sehingga diperoleh filtrat yang jenih dan
pindahkan ke dalam erlenmeyer. Pekatkan sari hingga 100 ml lalu simpan
dalam almari es selama 1 minggu sehingga terbentuk kristal amorf putih
kekuningan.

Tuang larutan dengan hati hati agar kristal tidak ikut tertuang, kemudian
saring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring, cuci
kristal dengan 10 ml air es.
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Keringkan kertas saring bersama endapan pada suhu 50oC sampai kering
kemudian timbang. Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil
larutkan dalam 2ml campuran metanol:air sama banyak (Sari 1)

C. Hidrolisis rutin menjadi glikon dan aglikonnya.

Ambil ± 0,1 gram padatan kristal dan masukkan ke dalam beaker glass,
lalu tambahkan metanol 5 ml, endap tuang masukkan filtrat dalam tabung
reaksi lalu tambahkan 15 sampai 20 ml HCl 2N dalam beaker glass,
endaptuang masukkan filtrat ke tabung reaksi.

Taruh corong kecil berisi kapas di atas tabung untuk mengurangi


penguapan. Lakukan refluks pada penangas air mendidih selama 1 jam
dalam beaker glass.

Tuangkan cairan hasil hidrolisis yang telah dingin dari tabung ke dalam
corong pisah
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Tambahkan 20 mL dietil eter dalam corong pisah , kocok kembali lapisan


air asamnya dengan 20 mL dietil eternya dengan yang pertama.

Saring sari eter melalui kertas saring yang berisi 1 gram natrium sulfat
anhidrat ke dalam cawan porselin, uapkan eternya tanpa pemanasan dan
larutkan residu yang diperoleh dalam 2 mL methanol (Sari 2)

Uapkan lapisan air asam hasil hidrolisis pada cawan porselin di atas
penangas air sehingga cairan tinggal kira-kira 1 mL (Sari 3)
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

IV. DATA
4.1 Data Pengamatan Analisis Flavonoid
No. Sampel Uji Sianoda Jenis senyawa
Menghasilkan warna jingga - merah flavon
1.
Serbuk daun Menghasilkan warna merah – merah bata flavanon
singkong Menghasilkan warna merah bata - magenta flavanol

4.2 Hasil Isolasi Glikosida Hidrolisis Flavonoid


a. Organoleptik
Organoleptik Teoritis
Padatan berbentuk Kristal (Yusuf dan Untari, 2005)
Bentuk
Kuning (Yusuf dan Untari, 2005)
Warna
-
Rasa
Khas (Yusuf dan Untari, 2005)
Bau

b. Randemen
Berat Akhir (%)Randemen

39,747 g
Sampel
3,69 %
1,468 g
Kristal

Perhitungan :

1. Bobot Sampel
Bobot kertas timbang = 40,282 g
Bobot kertas timbang + sampel = 80,029 g
Bobot Sampel = 39,747 g
2. Bobot Kristal
Bobot kertas saring = 2,453 g
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Bobot kertas saring + kristal = 3,921 g


Bobot Kristal = 1,468 g

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
(%)𝐑𝐚𝐧𝐝𝐞𝐦𝐞𝐧 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x100%

1,468 𝑔
= 39,747 g x100%

= 3,69 %

4.3 Hasil Hidrolisis Glikosida Flavonoid


a. Fase gerak BAW
Warna noda
Kode
Rf UV 336
Bercak visual Pereaksi
nm
A 0,384 - Kuning
B 0,707 - Biru
Sitroborat
C 0,384 - Kuning
D 0,692 - Biru
E 0,234 - Kuning
KMnO4
F 0,468 - Kuning

b. Fase gerak etil asetat 15%


Warna noda
Kode
Rf UV 336
Bercak visual Pereaksi
nm
A 0,615 - Kuning
B 0,230 - Biru
Sitroborat
C 0,600 - Kuning
D 0,230 - Biru
E 0,703 - Kuning
KMnO4
F 0,468 - Kuning
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

3. Plat KLT

Fase gerak BAW Fase gerak asam asetat 15% UV 366

Keterangan :
A = baku rutin
B = baku kuersetin
C = kristal hasil isolasi
D = fase eter
E = fase air asam
F = baku gula
- Lempeng dipotong jadi 2:
 Totolan A, B,C, D disemprot Sitroborat, lalu UV 366

Fase gerak BAW Fase gerak asam asetat 15% UV 366


“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Keterangan :
A = baku rutin
B = baku kuersetin
C = kristal hasil isolasi
D = fase eter
 Totolan E dan F disemprot KMnO4

Fase gerak asam asetat 15% Fase gerak BAW

Keterangan :
E = fase air asam
F = baku gula (glukosa)
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini adalah isolasi dan analisis Flavonoid. Analisis kualitatif
flavanoid dalam simplisia daun ketela pohon dilakukan menggunakan metode
sianidin/shinoda/shibata atau sering juga disebut wilstater. Prinsip pada pengujian ini
adalah perubahan warna yang terjadi pada lapisan emil eter yang membentuk kompleks
warna jingga hingga merah magenta yang disebabkan kerana terbentukknya garam
flavium.
Untuk mengisolasi rutin (flavonoid-3-glikosida) sebagai salah satu jenis glikosida
flavonoid (glikosida flavonol) yang terkandung dalam daun singkong/ketela pohon.
Glikosida flavonoid termasuk rutin merupakan salah satu metabolit sekunder yang bersifat
polar, termasuk kedalam kelompok glikosida O (molekul gula berikatan dengan O-
aglikon). Rutin daun singkong (satu zat aktif) sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik,
serta jadi zat pengatur tumbuh tanaman.
Karena sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan penggunaan
pelarut polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian dipanaskan membuat semua
senyawa polar tertarik bersama filtrat. Hal ini merupakan salah satu kerugian penggunaan
air sebagai pelarut karena, banyak sekali komponen-komponen polar yang dapat larut
bersama air.
Filtrat yang diperoleh diuapkan hingga didapat filtrat kental dan disimpan dalam
lemari pendingin untuk mempercepat pembentukan kristal rutin dan mencegah terjadinya
penjamuran. Karena dengan media air memungkinkan timbulnya jamur atau bakteri jika
disimpan di suhu ruang.
Endapan yang diperoleh disaring dan dicuci dengan menggunakan etanol dingin
dengan maksud agar kemurnian filtrat bertambah dan terbebas dari pengotor-pengotor
yang tidak ingin diisolasi, tetapi dengan pencucian ini tidak menyebabkan kristal larut.
Sebagian dari endapan ditambahkan HCl untuk proses hidrolisis dimaksudkan agar
glikosida flavonoid rutin terhidrolisis sehingga aglikon flavonoid (kuersetin) terpisah
dengan molekul gulanya. Kuersetin ini termasuk aglikon flavonoid (zat bukan gula) yang
berdasarkan strukturnya dapat digolongkan menjadi flavonol, kuersetin mempunyai
khasiat sebagai antiinflamasi, antikanker dan antioksidan.
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Setelah dihidrolisis, larutan dilakukan ekstraksi cai cair dengan pelarut eter dengan
menggunakan corong pisah, eter digunakan karena memiliki kepolaran yang sama dengan
aglikon flavonoid (kuersetin). Maka seluruh senyawa kuersetin akan tertarik kedalam
pelarut eter, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali untuk memaksimalkan pengisolasian.
Seluruh fase eter yang dicampur disaring dengan tambahan Na sulfat anhidrat agar molekul
air yang ada dalam eter dapat tertarik, sehingga larutan benar-benar murni eter dan aglikon
flavonoid.
Dalam analisa secara kuantitatif menggunakan metode KLT. Uji KLT dilakukan
untuk menegaskan hasil yang didapat dari skrining fitokimia. Prinsip dari metode KLT
adalah adsorbsi dan partisi dimana sampel akan terpisah berdasarkan kepolaran antara
senyawa yang terkandung dengan pelarut yang digunakan. Pelarut pengembang atau fasa
gerak yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Butanol : Asam Asetat : Air dan
Asam Asetat 15%. Fasa diam yang digunakan yaitu selulosa. Plat KLT disemprot
menggunakan reagen sitroborat dan KMnO4 sebagai penampak noda dan disinari dengan
UV lamp dengan panjang gelombang 366 nm didapatkan nilai Rf yang hampir sama antara
baku pembanding dengan senyawa yang dianalisis. Pada fase gerak pengembang BAW
nilai Rf yang di dapatkan antara baku rutin (kode A) dengan kristal hasil isolasi (kode C)
didapatkan nilai Rf yang sama yaitu 0,384; pada baku kuarsetin (kode B) dengan fase eter
(Kode D) mempunyai nilai Rf yang hampir menyerupai yaitu 0,707 dan 0,692. Pada sampel
air asam (Kode E) dan baku glukosa (Kode F) mempunyai nilai Rf yang berbeda 0,468.
Pada fase gerak Asam Asetat 15% nilai Rf yang didapatkan antara baku rutin (Kode A)
dengan kristal hasil isolasi (Kode C) didapatkan nilai Rf yang hampir sama yaitu 0,615 dan
0,600; pada baku kuersetin (kode B) dan fase eter (Kode D) mempunyai nilai Rf yang sama
yaitu 0,230. Pada sampel air asam (Kode E) dan baku glukosa (Kode F) mempunyai nilai
Rf yang berbeda yaitu 0,703 dan 0,468. Fase gerak BAW menunjukkan hasil yang baik
pada analisis senyawa kuersetin dan fase gerak asam asetat menunjukkan hasil yang baik
pada analisis senyawa rutin. Pada sampel fase air asam menunjukkan hasil yang baik pada
pelarut asam asetat 15%.
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

VI. KESIMPULAN
Pada isolasi glikosida flavonoid dapat dilakukan menggunakan teknik infusa dan
menggunakan pelarut aquadest karena mempunyai nilai kepolaran yang tinggi. Hidrolisis
Glikosida flavonoid dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode
KLT. Hasil nilai Rf pada KLT menunjukkan senyawa kuerstin akan terelusi dengan baik
menggunakan pelarut pengembang (fasa gerak) BAW, senyawa Rutin akan terelusi dengan
baik menggunakan fasa gerak Asam asetat 15%. Dapat Disimpulkan bahwa tingkat
kepolaran senyawa dan fase gerak dapat mempengaruhi Nilai Rf yang dihasilkan.
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

VII. DAFTAR PUSTAKA

Sirait.M, Moesdarsono, Badarudin.1990, “Pemeriksaan Kadar Rutin Daun Singkong


(Manihot utillisima. Pohl)”, Phyto Medica Vol.1, hal. 195-199

Yusuf Setiadi daan Untari Budi. 2005, “Kuersetin-3-O-Glikosida (Rutin) dari Daun Ubi
Karet (Manihot glaziovii.M.A) ”, Jurnal Penelitian Sains; hal 1-8
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

Lampiran
Perhitungan Nilai Rf
1. Pelarut BAW
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
a. Nilai Rf kode A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

2,5 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,384
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
b. Nilai Rf kode B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

4,6 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,707
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
c. Nilai Rf kode C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

2,5 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,384
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
d. Nilai Rf kode D = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

4,5 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,692
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
e. Nilai Rf kode E = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

1,5 𝑐𝑚
=6,4 𝑐𝑚

= 0,234
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
f. Nilai Rf kode A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

1,5 𝑐𝑚
=6,4 𝑐𝑚

= 0,234
“ISOLASI DAN ANALISIS FLAVONOID”

Kelompok 2

2. Pelarut Asam Asetat 15%


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
a. Nilai Rf kode A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

4 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,615
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
b. Nilai Rf kode B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

1,5 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,230
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
c. Nilai Rf kode C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

3,9 𝑐𝑚
= 6,5 𝑐𝑚

= 0,600
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
d. Nilai Rf kode D = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

1,5 𝑐𝑚
=6,5 𝑐𝑚

= 0,230
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
e. Nilai Rf kode E = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

4,5 𝑐𝑚
=6,4 𝑐𝑚

= 0,703
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
f. Nilai Rf kode F = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

3 𝑐𝑚
=6,4 𝑐𝑚

= 0,468

Anda mungkin juga menyukai