Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

MATA KULIAH FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

EMULGEL

Dosen Pengampu : Dewi Ekowati, M.Sc., Apt.

Disusun oleh :

Herlin Agustina (01206304A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2021
I. Judul Praktikum :

Emulgel

II. Tujuan Praktikum :

Membuat dan melakukan pengujian sifat fisik sediaan emulgel.

III. Landasan Teori :

Emulgel adalah pengembangan dari sediaan gel, merupakan emulsi tipe

minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o) yang dicampur dengan basis

gel atau dengan kata lain emulgel terdiri dari 2 fase, yaitu fse besar molekul

organik yang terpenetrasi dalam air dalam bentuk gel dan fase kesil minyak

emulsi. Fase minyak membuat memiliki nilai lebih daripada sediaan gel karena dapat

melekat lama dikulit, daya sebar baik, mudah dioles dan memberi rasa nyaman.

Sifat emulgel yang baik yaitu konsistensi baik, waktu kontak lebih

lama, thiksotropik (konsistensi bahan lebih rendah di 1 laju geser pada kurva

menurun dibandingkan pada kurva menaik), transparan, melembabkan, mudah

menyerap, mudah daya sebarnya, mudah dihilangkan, larut dalam air, dapat

bercampur dengan eksipien lain.

Emulgel merupakan sediaan setengah padat yang dicampur dengan gelling

agent. Gelling agent dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan cara perolehannya yaitu :

dari bahan alam (tragakan, pektin, agar, asam alginat) semi sintetis dan sintetis (metil

selulosa, Hydroxypropyl cellulose (HPC) , Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC),

Carboxymethyl cellulose (CMC-Na)) (Lackman, 1994). Dipilih HPMC sebagai gelling

agent karena stabil pada range pH yang luas yaitu 3-11, tidak menyebabkan toksik dan

iritasi, dapat mencegah menggumpalnya partikel dan tetesan air dan menghambat
terjadinya sedimentasi dari sediaan gel (Rowe, 2006). HPMC digunakan karena

mempunyai tingkat viskos yang lebih baik dari pada carbopol, metil selulosa.

Pada sediaan emulgel yang mengandung cukup banyak air yang dapat

menyebabkan adanya kontaminasi mikroba maka diperlukan bahan pengawet

yaitu propilen glikol yang pada konsentrasi 15% dapat berfungsi sebagai humektan

dan pengawet (Rowe, 2006). Selain itu air yang terkandung dalam gel juga berfungsi

sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas obat menembus kulit tanpa

menyebabkan iritasi atau kerusakan permanen struktur permukaan kulit.

Pada pembuatan emulgel dibutuhkan fase minyak.

Penetrasi perkutan dimulai dari proses terdispersinya obat dalam

bahan pembawa dan kemudian bahan obat lepas dari pembawanya (Martin, 1993).

Lepasnya bahan obat dari pembawa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya

viskositas dan pH. Viskositas berbanding terbalik dengan pelepasan obat, semakin

viskos sediaan maka pelepasan obat dari pembawa akan semakin kecil dan

proses penuangan kedalam dan keluar wadah sediaan akan semakin sulit. Sedangkan

pH sediaan berpengaruh pada pelepasan obat karena membran biologis atau

kulit bersifat lipofilik dan hanya zat yang tidak terionkan yang dapat melaluinya,

sehingga pH sediaan sedapat mungkin dibuat sama dengan pH kulit (4,5-6,5). Penetrasi

obat perkutan juga dapat dipengaruhi oleh pembawa yang dapat dengan mudah

menyebar di permukaan kulit (Ansel, 2005). Ukuran partikel obat yang dihasilkan

harus homogen karena dapat mempengaruhi kecepatan melarutnya obat yang juga

mempengaruhi penetrasi, homogenitas obat dapat dilihat dari tekstur, warna dan bau.

Dari pemeriksaan visual ini juga dapat diketahui stabilitas dari sediaan. Oleh karenanya
dilakukan uji karakteristik fisik sediaan yang mencakup uji organoleptis, uji pH, uji

viskositas dan uji daya sebar.

Emulgel bersifat sebagai emolien yang mengandung minyak yang dapat

digunakan sebagai penghalus kulit dan lapisan minyak yang terbentuk pada stratum

korneum dapat mencegah penguapan air. Karena sifat minyak tersebut maka perlu

dilakukan uji aseptabilitas mengenai kelembutan, sensasi dingin dan kemudahan dicuci

dari sediaan tersebut.

IV. Alat dan Bahan :

Alat :

1. Alat Uji Daya Menyebar 6. Stopwatch

2. Alat Uji Daya Melekat 7. Blender

3. Viskotester VT-04 E RION 8. Alat Timbang

4. Mortir 9. Neraca Analitik

5. Stamfer 10. Alat – Alat Gelas

Bahan :

1. Carbopol 941 5. Propilen Glikol

2. Parafin Cair 6. Metil Paraben

3. Tween 20 7. Propil Paraben

4. Span 20 8. Air Suling


V. Monografi Bahan

1. Bahan tambahan antioksidan

- BHT

Pemerian : Kristal/serbuk putih atau kuning pucat dengan bau yang

khas.

Kelarutan : Praktis tidak larut air, larut dalam methanol, sangat larut

dalam ≥50% larutan etanol, propilen glikol, kloroform,

eter,hexane, cotton seed oil, peanut oil, soybeanoil, glyceryl

monohidrat dan dalam larutan alkali hidroksida.

Stabilitas :Paparan cahaya, kelembaban dan panas

menyebabkan perubahan warna dan kehilangan

aktivitasnya.

Inkompatibilitas : Dengan oxidizing agent kuat menyebabkan perubahan

warna dan kehilangan aktivitas (HPE Ed 6 hal 75)

2. Bahan Tambahan Gelling Agent

- Carbomer

Pemerian : berwarna putih, lembut, acidic. Serbuk higroskopis dengan

bau lemah yang khas

Kelarutan : Dapat mengembang dalam air dan gliserin dan setelah

dinetralisasi dalam etanol (95%) carbomer tidak melarut tapi

mengembang

pH : 2,5-4,0 (HPE 6 thed. P 110)


- CMC-Na

Pemerian : putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk

granul, higroskopis setelah dikeringkan. Gel foaming agent

: 3,0-6,0

Kelarutan : tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluene,

mudah terlarut dalam air membentuk larutan jernih,

koloidal. Mudah larut dalam air pada semua suhu (HPE

6 thed. Page 118)

- HPMC

Pemerian : serbuk berserat atau serbuk granul, putih atau krem,

tidak berbau dan tidak berasa

Kelarutan : Larut dalam air dingin, membentuk larutan koloidal yang

kental, praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol

(95%) dan eter, tetapi larut dalam campuran air dan alkohol

(HPE 6 thed. page 326)

VI. Prosedur :

1. Cara Pembuaatan Emulsi

Na Diklofenak dilarutkan dalam Oliv oil, tambahkan Spaan 80,

nipasol, BHT dipanaskan (fase minyak)

Propilen glikol, nipagin, Asam askorbat dan sisa air (air diambil dl untuk

mengembangkan gelling agent ) dipanaskan (fase air)


Fase minyak masukkan dalam mortir tambahkan fase air aduk ad dingin dan

homogen

2. Pembuatan Gel

Taburkan HPMC/CMC dalam air secukupnya lalu aduk sampai mengembang.

3. Pembuatan Emulgel

Emulsi dan gel dicampur aduk ad homogen.

4. Uji homogenitas gel.

Gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok.

Diamati apakah sediaan gel menunjukkan suasana yang homogen.

5. Uji daya menyebar gel.

Timbang 0,5 g gel. Letakkan ditengah alat (kaca bulat).

Timbanglah dahulu kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut di atas masa gel

dan biarkan selama 1 menit.

Ukurlah berapa diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-

rata diameter dari beberapa sisi).

Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah gel

yang menyebar seperti sebelumnya.


Teruskan dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat

diameter gel yang menyebar setelah 1 menit.

Ulangi masing-masing 3 kali untuk tiap gel yang tersisa.

Buat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar.

6. Uji daya lekat gel

Letakkan gel (secukupnya) diatas obyek glass yang telah ditentiukan luasnya.

Letakkan obyek glass yang lain diatas gel tersebut. Tekanlah dengan beban 1kg

selama 5 menit.

Pasanglah obyek glass pada alat uji.

Lepaskan beban seberat 80 g dan cacat waktunya hingga kedua obyek glass

tersebut terlepas.

Ulangi sebanyak 3 kali.

Lakukan tes untuk formula gel yang lain dengan masing-masing 3 kali

percobaan.
7. Uji viskositas

Pasanglah Viskotester pada klemnya dengan arah horizontal / tegak lurus

dengan arah klem.

Rotor kemudian dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan

arah jarum jam.

Masukkan sampel ke dalam mangkuk, kemudian alat dihidupkan.

Catat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskositas stabil.

8. Uji pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH meter.

Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7.

Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan. Nilai pH yang muncul di

layar dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang.

9. Uji Stabilitas

Pengujian dilakukan dengan metode Freeze thaw yaitu dengan menyimpan

sediaan pada suhu 4oC selama 48 jam kemudian dipindahkan ke suhu 40oC

selama 48 jam (1 siklus).


Setelah itu dilanjutkan sampai lima siklus. Pada siklus terakhir, dilihat ada

tidaknya pemisahan fase.

VII. Formula

FORMULA A Perhitungan Pengambilan Bahan

R/ Na Diklofenak 2,5% 2,5


Nadic = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 g
100
HPMC 2%
Na CMC - 2
HPMC = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Spaan 80 1,5%
Oliv Oil 5% 1,5
Spaan 80 = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Propilen glikol 5%
BHT 0,05% 5
Asam Askorbat 1% OlivOil = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
Na Fospat 0,082%
5
Asam Phospat 0,843% Propilen glikol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
Nipagin 0,018%
Nipasol 0,02% 0,125 g
Air suling ad 100% 0,05
BHT = 100
𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g

1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100

g
0,02
Nipasol = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g

Air suling ad 150 mg


FORMULA B Perhitungan Pengambilan Bahan

R/ Na Diklofenak 2,5% 2,5


Nadic = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 g
HPMC -
Na CMC 2% 2
Na CMC = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Spaan 80 1,5%
Oliv Oil 5% 1,5
Spaan 80 = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Propilen glikol 5% 100
BHT 0,05% 5
Asam Askorbat 1% OlivOil = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
Na Fospat 0,082%
5
Asam Phospat 0,843% Propilen glikol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
Nipagin 0,018%
Nipasol 0,02% 0,125 g
Air suling ad 100% 0,05
BHT = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100

1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100

g
0,02
Nipasol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100

Air suling ad 150 mg


FORMULA C Perhitungan Pengambilan Bahan

R/ Na Diklofenak 2,5% 2,5


Nadic = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 g
HPMC 1%
Na CMC 1% 2
HPMC = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Spaan 80 1,5%
Oliv Oil 5% 2
Na CMC = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Propilen glikol 5%
BHT 0,05% 1,5
Asam Askorbat 1% Spaan 80 = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 g
Na Fospat 0,082%
5
Asam Phospat 0,843% OlivOil = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
Nipagin 0,018%
5
Nipasol 0,02% Propilen glikol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
Air suling ad 100%
0,125 g

0,05
BHT = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100

1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100

0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100

g
0,02
Nipasol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100

Air suling ad 150 mg


VIII. Hasil dan Pembahasan :

Hasil Praktikum Gel

A. Hasil Pengamatan Organoleptis

Pemeriksaan Formula A Formula B Formula C


Homogenitas Homogen Homogen Homogen
Warna Putih Putih Putih
Konsistensi Semi padat Semi padat Semi padat
Bau Khas Khas Khas
B. Pemeriksaan viskositas

Formula Hasil rata-rata (dPa-s)*


A 190
B 140
C 180
C. Uji Daya Menyebar

Luas daerah penyebaran (cm)


Beban (g)
A B C
50 4,2 7,8 5,2
100 5,2 8,5 6,6
150 6,4 8,9 7,1
200 7,7 9,2 7,8
D. Hasil Daya Lekat

Formula Lama melekat (detik + SD)


A 150
B 87
C 110
E. Hasil Uji pH

Formula pH
A 6,66
B 6,87
C 6,88
F. Hasil Uji Stabilitas

Formula Hasil

A Memisah (encer)

B Tidak memisah

C Tidak memisah

Pembahasan

Emulgel adalah sediaan baik dari emulsi tipe air dan minyak atau minyak dalam

air yang dicampurkan dengan gelling agent, dimana penggabungan dari emulsi dan gel

akan meningkatkan stabilitas dan membuat sistem kontrol rilis ganda (Purushottam,

2013). Emulgel merupakan bagian dari gel. Bentuk sediaan emulgel pada praktikum

farmasetika sediaan semi solid yang dibuat kali ini adalah sediaan emulgel untuk bahan

aktif Na Diklofenak 2,5%.

Pada praktikum ini membuat emulgel, dimana bahan aktifnya adalah Na

Diclofenak 2,5% yang sering digunakan sebagai bahan utama dari emulgel dengan

khasiat sebagai anti-inflamasi dan analgesik. yaitu membantu meredakan nyeri atau

sakit dan peradangan. Adapun alasan pemilihan Diethylamine Diclofenac sebagai

bahan aktif dikarenakan bahan aktifnya bersifat stabil, tidak berbau, bahan aktif tidak

toksik dan tidak mengiritasi sehingga akan meningkatkan asseptabilitas dari sediaan

pada kulit; kompatibel dengan bahan-bahan tambahan yang digunakan dan sesuai
dengan tujuan efek terapeutik dari bahan aktif tersebut. Pembuatan formulasi sediaan

emulgel dapat dimulai dengan membuat 2 bagian yaitu bagian gelling agent dan emulsi.

Penambahan nipasol sebagai pengawet yang larut dalam minyak dan nipagin

yang larut dalam air dikarenakan sediaan mengandung fase air yang merupakan media

pertumbuhan mikroba dan meningkatkan stabilitas sediaan dalam penyimpanan,

gelling agent yang berfungsi untuk mengembangkan sediaan, fixed oil berupa oleum

olive sebagai minyaknya; humektan berupa propilenglikol yang berfungsi untuk

mencegah penguapan dari sediaan. BHT atau Butyl Hydroxy Toluena yang larut dalam

minyak dan Na-metabisulfit yang larut dalam air sebagai antioksidan untuk mencegah

ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak dan propilenglikol.

Viskositas sediaan semisolid menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena

berkaitan dengan kenyamanan penggunaan. Emulgel harus mudah dioleskan dan menempel

pada kulit. Kecepatan pengadukan ditingkatkan pada viskometer maka viskositas yang

diperoleh akan semakin menurun. Viskositas sediaan emulgel dipengaruhi oleh konsentrasi

bahan dan gelling agent yang digunakan. Viskositas mempengaruhi daya sebar suatu sediaan,

semakin besar viskositasnya maka daya sebarnya akan semakin kecil dan sebaliknya. Dengan

demikian untuk membuat suatu emulgel dapat diperkirakan viskositasnya sesuai tujuan yang

diinginkan.

Pada pemeriksaan pH menggunakan pH meter. Adapun syarat pH sediaan yang

dirancang yaitu 4.5-6.5. pH sangatlah berpengaruh pada mutu sediaan terutama pada

masalah tumbuhnya mikroba akibat ketidakstabilan pH dari bahan aktif, dan apabila pH tidak

memenuhi persyaratan maka akan cenderung berubah sifat fisiknya seperti bau tengik, warna

tidak sesuai dengan yang di formulasikan, bentuk dan tekstur menjadi berubah apabila
disimpan dalam jangka waktu lama. Jika pH terlalu basa akan membuat kulit menjadi kering

dan pecah, dan jika pH terlalu asam maka akan membuat kulit iritasi.

Uji yang selanjutnya adalah uji daya sebar yang bertujuan untuk mengetahui daya

sebar yang dapat ditempuh sediaan emulgel yang dibuat. Kemampuan penyebaran yang baik

akan memberikan kemudahan pengaplikasian pada permukaan kulit. Selain itu penyebaran

bahan aktif lebih merata sehinga dapat memberikan efek terapi yang lebih optimal. Daya

sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga

absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Pada uji daya sebar, diameter penyebaran di ukur

pada setiap penambahan beban, dan saat sediaan berhenti menyebar maka perhitungan

diameter penyebaran dihentikan. Persyaratan daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm.

IX. Kesimpulan :

Pada formula A dengan gelling agent HPMC memiliki viskositas yang lebih

kental daripada penggunaan CMC-Na dan formula B memakai gelling agent CMC-Na

sedangkan untuk formula C yaitu menggunakan gelling agent campuran yaitu HPMC

dan CMC-Na pada hal ini formula C didapatkan hasil yang lebih baik daripada formula

A dan B.
DAFTAR PUSTAKA

Rowe J, Raymond. Sheskey J, Paul. Quinin E, Marian. 1986. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. London.
Voigt, R., 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Soedani Noeroen,
Edisi kelima, Ypgyakarta : Gadjah Mada University Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .
Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi 2 .Jakarta :
Dekpes RI

Anda mungkin juga menyukai