EMULGEL
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2021
I. Judul Praktikum :
Emulgel
minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o) yang dicampur dengan basis
gel atau dengan kata lain emulgel terdiri dari 2 fase, yaitu fse besar molekul
organik yang terpenetrasi dalam air dalam bentuk gel dan fase kesil minyak
emulsi. Fase minyak membuat memiliki nilai lebih daripada sediaan gel karena dapat
melekat lama dikulit, daya sebar baik, mudah dioles dan memberi rasa nyaman.
Sifat emulgel yang baik yaitu konsistensi baik, waktu kontak lebih
lama, thiksotropik (konsistensi bahan lebih rendah di 1 laju geser pada kurva
menyerap, mudah daya sebarnya, mudah dihilangkan, larut dalam air, dapat
agent. Gelling agent dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan cara perolehannya yaitu :
dari bahan alam (tragakan, pektin, agar, asam alginat) semi sintetis dan sintetis (metil
agent karena stabil pada range pH yang luas yaitu 3-11, tidak menyebabkan toksik dan
iritasi, dapat mencegah menggumpalnya partikel dan tetesan air dan menghambat
terjadinya sedimentasi dari sediaan gel (Rowe, 2006). HPMC digunakan karena
mempunyai tingkat viskos yang lebih baik dari pada carbopol, metil selulosa.
Pada sediaan emulgel yang mengandung cukup banyak air yang dapat
yaitu propilen glikol yang pada konsentrasi 15% dapat berfungsi sebagai humektan
dan pengawet (Rowe, 2006). Selain itu air yang terkandung dalam gel juga berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas obat menembus kulit tanpa
bahan pembawa dan kemudian bahan obat lepas dari pembawanya (Martin, 1993).
Lepasnya bahan obat dari pembawa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya
viskositas dan pH. Viskositas berbanding terbalik dengan pelepasan obat, semakin
viskos sediaan maka pelepasan obat dari pembawa akan semakin kecil dan
proses penuangan kedalam dan keluar wadah sediaan akan semakin sulit. Sedangkan
kulit bersifat lipofilik dan hanya zat yang tidak terionkan yang dapat melaluinya,
sehingga pH sediaan sedapat mungkin dibuat sama dengan pH kulit (4,5-6,5). Penetrasi
obat perkutan juga dapat dipengaruhi oleh pembawa yang dapat dengan mudah
menyebar di permukaan kulit (Ansel, 2005). Ukuran partikel obat yang dihasilkan
harus homogen karena dapat mempengaruhi kecepatan melarutnya obat yang juga
mempengaruhi penetrasi, homogenitas obat dapat dilihat dari tekstur, warna dan bau.
Dari pemeriksaan visual ini juga dapat diketahui stabilitas dari sediaan. Oleh karenanya
dilakukan uji karakteristik fisik sediaan yang mencakup uji organoleptis, uji pH, uji
digunakan sebagai penghalus kulit dan lapisan minyak yang terbentuk pada stratum
korneum dapat mencegah penguapan air. Karena sifat minyak tersebut maka perlu
dilakukan uji aseptabilitas mengenai kelembutan, sensasi dingin dan kemudahan dicuci
Alat :
Bahan :
- BHT
khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut air, larut dalam methanol, sangat larut
aktivitasnya.
- Carbomer
mengembang
Pemerian : putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk
: 3,0-6,0
Kelarutan : tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluene,
- HPMC
(95%) dan eter, tetapi larut dalam campuran air dan alkohol
VI. Prosedur :
Propilen glikol, nipagin, Asam askorbat dan sisa air (air diambil dl untuk
homogen
2. Pembuatan Gel
3. Pembuatan Emulgel
Gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok.
Timbanglah dahulu kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut di atas masa gel
Ukurlah berapa diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-
Letakkan gel (secukupnya) diatas obyek glass yang telah ditentiukan luasnya.
Letakkan obyek glass yang lain diatas gel tersebut. Tekanlah dengan beban 1kg
selama 5 menit.
Lepaskan beban seberat 80 g dan cacat waktunya hingga kedua obyek glass
tersebut terlepas.
Lakukan tes untuk formula gel yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan.
7. Uji viskositas
8. Uji pH
9. Uji Stabilitas
sediaan pada suhu 4oC selama 48 jam kemudian dipindahkan ke suhu 40oC
VII. Formula
1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100
g
0,02
Nipasol = 100 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100
g
0,02
Nipasol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100
0,05
BHT = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100
1
Asam Askorbat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,082
Na Fospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,843
Asam Phospat = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
100
0,125 g
0,018
Nipagin = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125
100
g
0,02
Nipasol = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,125 g
100
Formula pH
A 6,66
B 6,87
C 6,88
F. Hasil Uji Stabilitas
Formula Hasil
A Memisah (encer)
B Tidak memisah
C Tidak memisah
Pembahasan
Emulgel adalah sediaan baik dari emulsi tipe air dan minyak atau minyak dalam
air yang dicampurkan dengan gelling agent, dimana penggabungan dari emulsi dan gel
akan meningkatkan stabilitas dan membuat sistem kontrol rilis ganda (Purushottam,
2013). Emulgel merupakan bagian dari gel. Bentuk sediaan emulgel pada praktikum
farmasetika sediaan semi solid yang dibuat kali ini adalah sediaan emulgel untuk bahan
Diclofenak 2,5% yang sering digunakan sebagai bahan utama dari emulgel dengan
khasiat sebagai anti-inflamasi dan analgesik. yaitu membantu meredakan nyeri atau
bahan aktif dikarenakan bahan aktifnya bersifat stabil, tidak berbau, bahan aktif tidak
toksik dan tidak mengiritasi sehingga akan meningkatkan asseptabilitas dari sediaan
pada kulit; kompatibel dengan bahan-bahan tambahan yang digunakan dan sesuai
dengan tujuan efek terapeutik dari bahan aktif tersebut. Pembuatan formulasi sediaan
emulgel dapat dimulai dengan membuat 2 bagian yaitu bagian gelling agent dan emulsi.
Penambahan nipasol sebagai pengawet yang larut dalam minyak dan nipagin
yang larut dalam air dikarenakan sediaan mengandung fase air yang merupakan media
gelling agent yang berfungsi untuk mengembangkan sediaan, fixed oil berupa oleum
mencegah penguapan dari sediaan. BHT atau Butyl Hydroxy Toluena yang larut dalam
minyak dan Na-metabisulfit yang larut dalam air sebagai antioksidan untuk mencegah
Viskositas sediaan semisolid menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena
berkaitan dengan kenyamanan penggunaan. Emulgel harus mudah dioleskan dan menempel
pada kulit. Kecepatan pengadukan ditingkatkan pada viskometer maka viskositas yang
diperoleh akan semakin menurun. Viskositas sediaan emulgel dipengaruhi oleh konsentrasi
bahan dan gelling agent yang digunakan. Viskositas mempengaruhi daya sebar suatu sediaan,
semakin besar viskositasnya maka daya sebarnya akan semakin kecil dan sebaliknya. Dengan
demikian untuk membuat suatu emulgel dapat diperkirakan viskositasnya sesuai tujuan yang
diinginkan.
dirancang yaitu 4.5-6.5. pH sangatlah berpengaruh pada mutu sediaan terutama pada
masalah tumbuhnya mikroba akibat ketidakstabilan pH dari bahan aktif, dan apabila pH tidak
memenuhi persyaratan maka akan cenderung berubah sifat fisiknya seperti bau tengik, warna
tidak sesuai dengan yang di formulasikan, bentuk dan tekstur menjadi berubah apabila
disimpan dalam jangka waktu lama. Jika pH terlalu basa akan membuat kulit menjadi kering
dan pecah, dan jika pH terlalu asam maka akan membuat kulit iritasi.
Uji yang selanjutnya adalah uji daya sebar yang bertujuan untuk mengetahui daya
sebar yang dapat ditempuh sediaan emulgel yang dibuat. Kemampuan penyebaran yang baik
akan memberikan kemudahan pengaplikasian pada permukaan kulit. Selain itu penyebaran
bahan aktif lebih merata sehinga dapat memberikan efek terapi yang lebih optimal. Daya
sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga
absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Pada uji daya sebar, diameter penyebaran di ukur
pada setiap penambahan beban, dan saat sediaan berhenti menyebar maka perhitungan
diameter penyebaran dihentikan. Persyaratan daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm.
IX. Kesimpulan :
Pada formula A dengan gelling agent HPMC memiliki viskositas yang lebih
kental daripada penggunaan CMC-Na dan formula B memakai gelling agent CMC-Na
sedangkan untuk formula C yaitu menggunakan gelling agent campuran yaitu HPMC
dan CMC-Na pada hal ini formula C didapatkan hasil yang lebih baik daripada formula
A dan B.
DAFTAR PUSTAKA