Oleh :
Nama :Niki Putri Anjani
No.Mhs : M3519044
Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, 12 Mei 2020
Kelompok :4
Asisten Pembimbing : Safira Bahari Faradina P.
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami cara pembuatan dan
evaluasi sediaan gel.
II. DASAR TEORI
Natrium diklofenak merupakan salah satu golongan obat anti inflamasi nonsteroid
(AINS) yang termasuk derivat fenil asetat.Natrium diklofenak mempunyai efek yang
merugikan pada saluran pencernaan. Oleh sebab itu dibuat dalam bentuk sediaan topikal.
Pada pemakaian topikal, sediaan dioleskan pada kulit dengan target reseptornya yaitu
pada viable epidermis dan dermis sehingga natrium diklofenak harus dapat menembus
stratum korneum dan berdifusi hingga lapisan dermis. Natrium diklofenak cenderung
bersifat lipofil, sehingga penggunaannya lebih optimal bila digunakan dalam sistem dua
fase, contohnya emulsi w/o. Untuk meningkatkan efektifitas dan stabilitas emulsi maka
dibuat sistem mikroemulsi. Sediaan mikroemulsi natrium diklofenak kelemahan yaitu
sediaan yang encer maka mudah mengalir saat digunakan sehingga pelepasan obat
melewati kulit terganggu. Masalah ini dapat diatasi dengan digunakanya gelling agent
untuk memperbaiki sifat rheologi mikroemulsi. Salah satu sediaan yang baik untuk
meningkatkan konsistensi mikroemulsi adalah sediaan gel (Hendradi dkk., 2012). Gel
merupakan sistem semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Formulasi gel membutuhkan senyawa
Gelling agent sebagai bahan pembentuk gel. Gelling agent atau bahan pembentuk gel
merupakan komponen polimer yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan
gabungan dari beberapa molekul dan lilitan dari polimer yang akan memberikan sifat
kental pada gel. Molekul-molekul polimernya berikatan melalui ikatan silang sehingga
membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul pelarut yang terperangkap
dalam jaringan ini (Danimayostu dkk.,2017). Sediaan gel memiliki kemampuan berdifusi
yang baik pada bagian kulit sehingga efek topikal diperoleh setelah bahan aktif
menembus membran semipermiabel kulit. Gel merupakan sediaan topikal yang
menggunakan formulasi basis polar sehingga mudah diterima oleh bagian kulit dan daya
difusi yang ditimbulkan lebih baik dari krim karena kemampuannya melewati membran
kulit lebih efektif daripada sediaan krim (Budi dan Rahmawati, 2019). Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, penggolongan gel dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gel sistem fase tunggal.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dari cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari bahan pembentuk gel
seperti tragakan, Na-Alginat, galatin, metilselulosa, NA CMC, Karbopol, polifinil,
alkohol, hidroksietil selulosa dan polioksietilen-polioksipropilen.
2. Gel sistem dua fase. Sistem dua fase ini, apabila ukuran partikel dari fase terdispersi
relative besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya
magma bentonit, baik gel maupun magma dapat berubah tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada 6 pengocokan. Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas. Gel fase ganda
dibuat dari interaksi garam aluminium yang larut, seperti suatu klorida atau sulfat,
dengan larutan ammonia, Na-Karbonat atau bikarbonat.
Sediaan gel mempunyai kelebihan diantaranya memiliki viskositas dan daya lekat tinggi
sehingga tidak mudah mengalir pada permukaan kulit, memiliki sifat tiksotropi sehingga
mudah merata bila dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya berupa lapisan tipis seperti
film saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan memberikan sensasi dingin
setelah digunakan (Hendradi dkk., 2012).
III. FORMULA
Bahan F1 F2 F3
Na dikolofenak 1 1 1
Tragacant 2 - -
CMC Na - 6 -
Carbopol - - 0.7
Trietanolamin - - 0.8
Gliserol 25 25 25
Propilenglikol 5 5 5
Metil paraben 0.2 0.2 0.2
Etanol 70% 0.5 0.5 0.5
Air Ad 100 Ad 100 Ad 100
IV. PEMERIAN BAHAN
1. Natrium Diklofenak (Depkes RI, 1995)
Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopis, melebur
pada suhu 248°C.
Kelarutan : mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter.
Khasiat : Analgetikum, antipiretikum
Tragacant 2 - -
. 50 = 1 𝑔
100
CMC Na - 6 -
. 50 = 3 𝑔
100
Carbopol - - 0,7
. 50 = 0,35 𝑔
100
Trietanolamin - - 0,8
. 50 = 0,4 𝑔
100
Gliserol 25 25 25
. 50 = 12,5 𝑔 . 50 = 12,5 𝑔 . 50 = 12,5 𝑔
100 100 100
Propilenglikol 5 5 5
. 50 = 2,5 𝑔 . 50 = 2,5 𝑔 . 50 = 2,5 𝑔
100 100 100
B. BAHAN
1. Larutan pp (5,5 g) 8. Gliserol (37,5 g)
2. Larutan NaOH ( qs ) 9. Propilenglikol ( 7,5 g )
3. Na Diklofenak (1,5 g) 10. Metil paraben ( 0,3 g )
4. Tragakan (1g ) 11. Etanol 70% (0,75 g)
5. CMC Na (3g ) 12. Aquadest (97,7 g)
6. Carbopol (0,35g) 13. Parafin cair ( qs )
7. TEA (0,4 g)
Sediaan Gel
Dilakukan pengujian,
Dicatat
Hasil
Formula 2
Sediaan Gel
Dilakukan pengujian,
Dicatat
Hasil
Formula 3
Sediaan Gel
Dilakukan pengujian,
Dicatat
Hasil
VIII. EVALUASI SEDIAAN
A. Uji Organoleptis B. Uji Homogenitas
C. Uji PH
Diuji
F. Uji Proteksi
Diteteskan Dioleskan
Indicator pp
Paraffin liquid
Dikeringkan
Kertas saring Dikeringkan
Kertas (A)
Diteteskan pada kertas
(B) pada sampel gel
NaOH 0,1 N
Diamati perubahan warna
Hasil
2. Homogenitas
Formula Ket
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
3. pH
Formula pH
F1 5
F2 6
F3 3,5
4. Daya Sebar
5. DayaLekat
6. Kemampuan proteksi
Formula Keterangan
F1 Warna merah muda
F2 Warna merah muda
F3 Warna merah muda
X. PEMBAHASAN
Praktikum formulasi dan evaluasi sediaan gel ini bertujuan untuk mengetahui
dan memahami cara pembuatan dan evaluasi sediaan gel. Gel merupakan sistem
semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Formulasi gel membutuhkan senyawa Gelling
agent sebagai bahan pembentuk gel (Danimayostu dkk., 2017). Pada praktikum ini
terdapat tiga formulasi dengan zat aktif yang sama yaitu Natrium diklofenak.
Natrium diklofenak merupakan salah satu golongan obat anti inflamasi nonsteroid
(AINS) dan juga termasuk golongan analgesic antipiretik. Ketika formulasi
memiliki variasi gelling agent yang berbeda dengan tujuan mengetahui pengaruh
gelling agent terhadap sifat fisika sediaan gel.
1. Tragakan
Pada F1 digunkan gelling agent tragakan yang merupakan ekstrak gum kering
dari Astragalus gummiferLabillardie, atau spesies Asia dari Astragalus.
Material kompleks yang sebagian besar tersusun atas asam polisakarida yang
terdiri dari kalsium, magnesium, dan kalium. Sisanya adalah polisakarida netral,
tragakan. Gum ini mengembang di dalam air. Digunakan sebanyak 2-3%
sebagai lubrikan, dan 5% sebagai pembawa. Tragakan menggunakan air pada
kosentrasi < 2% akan membentuk lendir dengan viskositas struktur, kosentrasi
2- 17 2,5 % menyebabkan pembentuk gel plastis yang dapat disebar. Sediaan
dalam air kandungan tragakan > 5% berbentuk gel yang elastis
2. CMC Na
Pada F2 digunkan gelling agent CMC Na yang merupakan turunan selulosa akan
terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik
akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar
granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga
keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas. Hal ini akan
menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan
memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi.
Dapat dianggap sebagai cirinya berisi air kurang dari 10 %. Tetapi Sodium CMC
meupakan higroskopik dan artinya menyerap air sebanyak temperatur diatas
37o C yang relatif basah sekitar 80 %.. Viskositas solut Sodium CMC dapat
stabil dengan baik pada rentang pH 4 – 10. Jauhnya pH optimum adalah netral.
3. Carbopol
Pada F3 menggunakan carbopol yang merupakan basis gel yang kuat, sehingga
pemggunaannya hanya sekitar 0,5-2,0 %. Karbopol merupakan serbuk halus,
berwarna putih, bersifat asam dan higroskopis. Karbopol bersifat higroskopis
pada temperatur yang berlebih dapat mengakibatkan kekentalannya menurun
sehingga mengurangi stabilitas. Bentuk sediaan gel, trietanolamin digunakan
untuk penstabil karbomer.
Bahan tambahan lain yang digunakan yaitu TEA sebagai surfaktan, gliserol sebagai
humektan, propilenglikol sebagai humektan, metil paraben merupakan pengawet
(fase air), etanol 70% yang digunakan sebagai pelarut Na diklofenak, dan air
sebagai pelarut.
Pada proses pembuatan sediaan, gelling agent ditaburkan diatas air panas dan
didiamkan hingga mengembang. Gelling agent atau bahan pembentuk gel
merupakan komponen polimer yang mempunyai berat molekul tinggi dan
merupakan gabungan dari beberapa molekul dan lilitan dari polimer yang akan
memberikan sifat kental pada gel. Molekul-molekul polimernya berikatan melalui
ikatan silang sehingga membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul
pelarut yang terperangkap dalam jaringan ini (Danimayostu dkk.,2017). Air panas
akan membuat gelling agent mengembang lebih cepat daripada air biasa. Na
diklofenak yang telah dilarutkan dalam etanol 70% harus segera digunakan agar Na
diklofenak tidak megering. Pengawet metil paraben yang merupakan pengawet
pada fase air dilarutkan dalam air terlebih dahulu. Pengadukan saat proses
pencampuran dilakukan tidak terlalu kuat karena dapat menyebabkan terbentuknya
gelembung gelembung pada gel yang akan mengurangi tingkat homogenitas
sediaan gel. Pada F3 menggunakan menggunakan TEAsebagai surfaktan yang
dimasukan setelah carbopol mengembang agar carbopol membentuk massa gel
yang diperlukan pada suasana sedikit basa. TEA menurunkan tingkat keasaman
sediaaan dan menstabilkan karbomer. Hasil evaluasi sediaan gel sebagai berikut.
Organoleptis (bentuk, warna, tekstur)
Uji ini bertujuan mengetahui kondisi fisik gel secara visual meliputi bnetuk,
warna, bau. Pada F1 menghasilkan gel dengan warna putih tulang karena
menggunakan tragakan yang memilki waran putih pucat. F2 menghasilkan
warna putih kekuningan karena adanya CMC Na yang berwarna putih hingga
kekuningan. F3 menghasilkan gel berwarna putih bening karena carbopol yang
berwarna putih. Ketiga formula tidak menghasilkan bau. Untuk konsistensi, F2
dan F3 berkonsistensi kental, sedangkan F1 agak kental karena tragakan
terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan dahulu selama
beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Secara
umum hasiluji oragnoleptis memenuhi syarat sediaan gel yang baik yaitu
berwarna menarik, bau menyenangkan (tidak tengik), dan kekentalan nyaman
digunakan.
Homogenitas
Pengujian homogenitas atau keseragamaan sediaan ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi homogenitas sediaan gel. Sediaan gel yang tidak homogeny
mengakibatkan proses absorpsi obat tidak sempurna sehingga mengurangi efek
terapi obat. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya tekstur kasar dari gel
dengan adanya butiran-butiran kasar. Berdasarkan hasil uji homogenitas
menunjukkan bahwa F1, F2, F3 memiliki homogenitas yang baik.
Derajat keasaman
Untuk melihat sediaan tidak mengiritasi kulit maka dilakukan pengujian derajat
keasaman dengan alat pH meter. Rentang pH sediaan topikal yaitu 4-8
(Danimayostu dkk.,2017). Ketiga formula menghasilkan nilai Ph masing
masing yaitu F1 5; F2 6; dan F3 3,5. F1 dan F2 masih berada pada rentan PH
kulit. F3 tidak memenuhi syarat Ph kulit karena terlalu asam sebab adanya
gelling agent carbopol yang bersifat asam, walaupun telah ditambahkan TEA
untuk menurunkan suasana asam carbopol. Jumlah TEA terlalu sedikit sehingga
kemampuan membawa suasana basa dan meningkatkan PH sediaan gel relative
rendah.
Daya sebar
Pengujian daya sebar sediaan bertujuan untuk megetahui seberapa baik sediaan
gel menyebar di permukaan kulit, karena dapat mempengaruhi absorbsi obat dan
kecepatan pelepasan zat aktif di tempat pemakaiannya. Daya sebar gel yang baik
yaitu antara 5 sampai 7 cm (Garg et al., 2002). Hasil percobaan menunjukan F1
memilki daya sebar 25,29 cm; F2 8,02 cm; dan F3 9,98 cm. F1 memiliki daya
sebar yang luas karena penggunaan tragakan kosentrasi 2- 17 2,5 %
menyebabkan pembentuk gel plastis yang dapat disebar. Urutan daya sebar dari
yang tertinggi yaitu F1 (25,29 cm); F3 (9,98 cm); F2 (8,02 cm). hal ini
berbanding lurus dengan jumlah air sebagai pelarut dengan urutan tertinggi yaitu
F1 (33,15 gr); F3 (33,4 gr); F2 (31,15 gr). Jumlah air akan menurunkan
konsentrasi gelling agent. Semakin rendah konsentrasi gelling agent maka daya
sebar akan semakin tinggi Ketiga sediaan tidak memenuhi syarat daya sebar
yang baik.
Daya lekat
Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel melekat pada
kulit. Gel yang baik memiliki daya lekat yang tinggi. Daya lekat merupakan
kemampuan gel dalam melapisi permukaan kulit secara kedap, tidak
menyumbat pori-pori, dan tidak menyumbat fungsi fisiologis kulit. Semakin
lama gel melekat pada kulit maka makin banyak zat aktif yang diabsorbsi dan
berdifusi ke dalam kulit, sehingga semakin efektif dan optimal kerja obat. Hasil
uji menunjukan F1 memiliki kemampuan melekat selama 3.98 detik, F2 33, 8
detik, dan F3 12,59 detik. Semakin tinggi konsentrasi gelling agent yang
digunakan maka akan meningkatkan konsistensi gel dan daya lekat menjadi
lebih besar (Nurlaela dkk., 2012). Diketahui konsntrasi gelling agent tertinggi
terdapat pada F2, diikuti F3, dan terakhir F1. Sehingga daya lekat tertinggi
dimiliki F2 (33, 8 detik); F3 (12,59 detik); dan F1 (3.98 detik). Daya lekat
terbaik ada pada F2.
Kemampuan proteksi
Bertujuan mengetahui kemampuan proteksi atau kemempuan perlindungan
terhadap benda asing. Untuk mengetahui kemampuan gel dalam melindungi
kulit. Ketiga formula menghasilkan warna merah muda yang artinya ketiga
sediaan kurang mampu dalam melindungi kulit. Seharusnya warna yang
dihasilkan adalah tidak berwarna atau warna merah mudah yang akan kembali
hilang dalam beberapa waktu.
XI. KESIMPULAN
Gel merupakan sistem semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Formulasi gel
membutuhkan senyawa Gelling agent sebagai bahan pembentuk gel. Metode
pembuatan gel pada praktikum ini adalah metode pencampuran (incorporation).
Sediaan gel dengan bahan obat larut dalam air atau minyak, maka dilarutkan
terlebih dahulu kemudian larutan tersebut ditambahkan kedalam bahan pembawa
bagian per bagian sambil diaduk sampai homogen. Gelling agent ditaburkan diatas
air panas agar mengembang lebih cepat. Seluruh bahan dicampur dan diaduk
homogeny membentuk sediaan gel. Ketiga formulasi memiliki sifat fisik yang baik
secara visual berdasar uji organoleptis dan homogenitas yang baik berdasar uji
homogenitas. Derajad keasaman F1 dan F2 masih berada pada rentan PH kulit. F3
tidak memenuhi syarat Ph kulit karena terlalu asam sebab adanya gelling agent
carbopol yang bersifat asam. Pada uji daya sebar, Semakin rendah konsentrasi
gelling agent maka daya sebar akan semakin tinggi. Pada uji daya lekat, Semakin
tinggi konsentrasi gelling agent yang digunakan maka akan meningkatkan
konsistensi gel dan daya lekat menjadi lebih besar. Kemampuan proteksi ketiga
formulasi tergolong rendah. Berdasarkan evaluasi sediaan gel ketiga formulasi yang
memiliki variasi gelling agent, disimpulkan bahwa jenis dan konsentrasi gelling
agent mempengaruhi sifat fisik dari sediaan gel.
.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Budi, S., dan Rahmawati, M. (2019). Pengembangan Formula Gel Ekstrak Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urb) sebagai Antijerawat. Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 6(2), 51-55.
Danimayostu, A. A., Shofiana, N. M., Permatasari, D.(2017). Pengaruh
Penggunaan Pati Kentang (Solanum tuberosum) Termodifikasi Asetilasi-
Oksidasi Sebagai Gelling Agent Terhadap Stabilitas Gel Natrium
Diklofenak. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 3(1), 25-32.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.
Depkes, R. I. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 4(223), 1009
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of Semi Solid
Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-
102, www.pharmtech.com.
Hendradi, E., Purwanti, T., dan Suryanto, A.A. 2012. Karakterisasi Sediaan dan Uji
Pelepasan Natrium Diklofenak dengan Sistem Mikroemulsi dalam Basis Gel
HPC-M. PharmaScientia, Vol 1 (02): 12-20
Nurlaela, E., Nining S., dan A. Ikhsanudin. 2012.Optimasi Komposisi Tween 80
Dan Span 80 Sebagai Emulgator Dalam Repelan MinyakAtsiri Daun Sere
(Cymbopogon citratus (D.C) Stapf) terhadap Nyamuk Aedesaegypti Betina
Pada Basis Vanishing Cream dengan Metode Simplex Lattice Design. Jurnal
Ilmiah Kefarmasian. 2(1): 41 – 54.
XIII. LAMPIRAN
1. Grafik Kurva
2. Kemasan obat
3. Abstrak Jurnal
Daya Sebar
30
25.29
25
DAYA SEBAR (CM)
20
15
9.98
10 8.02
0
F1 F2 F3
FORMULA
Daya Sebar
40
33.8
35
30
DAYA LEKAT (DETIK)
25
20
15 12.59
10
3.98
5
0
F1 F2 F3
FORMULA