Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN EMULGEL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida

KELOMPOK 5
KELAS A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat-NYA dan
hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pembuatan sediaan emulgel”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu pemenuhan tugas mata kuliah
Farmasetika Sediaan Semisolida pada program studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Unversitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun isi yang disampaikan, mengingat akan keterbatasan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Malang, 31 Mei 2018

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Emulgel adalah sediaan emulsi yang fase airnya ditingkatkan viskositasnya dengan
menambahkan air. Emulgel merupakan gel dengan cairan bentuk emulsi, biasanya untuk
menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dengan mengurangi
kesan berminyak dalam aplikasinya. Natrium Diklofenak dibuat sediaan emulgel agar efek
teraupetiknya dapat tercapai. Selain itu Natrium Diclofenac bersifat nonpolar sehingga harus
dibuat emulgel agar dapat terhantar dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana rancangan formulasi dalam pembuatan sediaan emulgel?
2. Bagaimana proses pembuatan sediaan emulgel?
3. Apa saja evaluasi yang perlu dilakukan pada sediaan emulgel

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan emulgel
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan emulgel
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan emulgel

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Emulgel

2.1.1 Definisi Emulgel


Emulgel adalah kombinasi gel dan emulsi dalam satu sediaan dimana emulsi (baik itu
a/m atau m/a ) digunakan sebagai pembawa untuk menghantarkan obat-obat hidrofbik yang
tidak dapat dihantarkan oleh gel saja. Gel yang teremulsi merupakan pembawa yang lebih
baik untuk obat-obat bersifat hidrofobik atau tidak larut air ( Jain,2014).
Emulgel adalah sediaan baik emulsi tipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang
dicampurkan dengan gelling agent, dimana penggabungannya dari emulsi dan gel akan
meningkatkan stabilitas dan membuat system control rilis ganda (Furushotam,2013).
Bahan pembentukan gel atau biasa disebut gelling agent adalah bahan tambahan yang
digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam sediaan obat dan sediaan
kosmetik. Jenis –jenis bahan pembentuk gel yang biasanya merupakan komponen polimer
dengan bobot molekul tinggi yang merupakan gabungn molekul-molekul dari molekul
polimer yang akan memberikan sifat control pada gel. Pemilihan gelling agent dalam sediaan
farmasi dan kosmetik harus inert. Jenis –jenis gelling agent menurut Sulaiman dan
kuswahyuning (2008) digolongkan menjadi beberapa golongan :
a) Golongan protein contonnya kolagen dan gelatin
b) Golongan polisakarida contohnya aglinat, karagen, pectin, amilum, tragakan
c) Golongan polimer semisintetik atau turunan selulosa contohnya karbolsimetil
selulosa, metil selulosa, CMC Na
d) Golongan polimer sintetik contoh polaxomer dan karbopol
e) Golongan anorganik contoh alumunium hidroksida, smectite dan bentonit.

2.1.2 Syarat dasar sediaan emulgel


1. Tidak toksik
2. stabil secara fisik dan kimia
3. mudah dioleskan pada kulit
4. pH sama dengan pH kulit
5. tidak bereaksi dengan zat aktik
6. sedikit mengandung minyak
7. mudah untuk didispesikan

4
8. aman dan nyaman ketika digunakan

2.1.3 Syarat sedian emulgel


Syarat yang harus dipenuhi suatu sediaan emulgel yang baik adalah memiliki
kestabilan fisika yang memadai karena tanpa hal ini emulsi akan segera kembali menjadi dua
fase yang terpisah. Sediaan tdak atau sedikit mengandung minyak agar mudah untuk
dihilangkan. Emulgel yang stabil harus menggunakan emulgator yang tepat, emulgator
adalah bahan aktif permukaan.

2.1.4 Stabilitas sediaan emulgel


Stabilitas emulgel akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem campurannya
terutama disebabkan proses pencampuran dua fase yang salah dan disebabkan juga oleh tidak
salah satu fase tidak terbentuk dengan baik sehingga fase air dan fase minyak tidak
tercampurkan satu sama lain. Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup baik atau tube
dan disimpan di tempat sejuk.

2.1.5 PH emulgel
Evaluasi PH menggunakan alat Ph meter, dengan cara pembandingan bagi 200 ml air yang
di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen. Pada alat Ph meter,
persyaratan ph yang ditentukan adalah 4,5 – 6,5

2.1.6 Kelebihan
a) Mudah menyebar rata
b) Praktis
c) Baik digunakan untuk bahan-bahan yang tidak larut air
d) Mudah dibersihkan atau dicuci
e) Pelepasan obat baik
f) Memberikan rasa hangat pada kulit
g) Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun

2.1.7 Kekurangan
a) Susah dalam pembuatannya karena pembuatan emulgel digunakan bahan-
bahan tambahan yang sesuai dan proses pencampuran harus benar semua
bahan tidak boleh dicampur secara bersamaan .
b) Gampang tidak homogen disebabkan dalam proses pembuatan ada salah satu
fase yang tidak baik atau belum siap di campurkan.

5
2.2 TINJAUAN BAHAN AKTIF

2.2.1. Natrium Diklofenak Klasifikasi


 Nama bahan aktif : Natrium diklofenak
 Sinonim : Diclofenac Sodium Salt, Diclofenacum Natricum (martindale
36th: 44), (mpbio.com)
 Rumus Molekul : C14H10Cl2NNaO2 (Martindale 36th)
 Pemerian : Serbuk putih hingga hampir putih; higroskopis(suplemen FI
IV). Putih sampai agak kekuningan, bubuk Kristal yang
sedikit higroskopis (martindale 36th)
 BM : 318,1 (Martindale 36th), 318,13 (Suplemen FI IV)
 Kelarutan : Mudah larut dalam methanol, larut dalam etanol, sedikit larut
dalam air, agak sukar larut dalam air, praktis tidak larut
dalam air, praktis tidak laurt dalam kloroform dan eter
(Martindale 36th)
 Stabilitas : - suhu : melebur pada suhu 284 derajat C (Suplemen FI IV)
-cahaya : lindungi dari cahaya (Martindale 36th)
 Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap udara, lindungi dari cahya
(Martindale 36th)
 Efek samping : Dermatitis pada daerah yang diolesi obat; pruritis; eritema;
kulit kering atau iritasi (AHFS 2010: 2084)

2.2.2. Natrium Diklofenak Organoleptis

 Warna : putih hingga hampir putih


 Bau :-
 Rasa :-
 PH : antara 7,0 – 8,5 (Suplemen FI IV)
 Kemurnian : Diklofenak natrium mengandung tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 10% C14H10Cl2NNaO2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan(Suplemen FI IV)
 Khasiat : Anti-Inflamasi; meredakan rasa nyeri.

2.3 BAHAN-BAHAN TAMBAHAN EMULGEL

1. Gelling agent
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKA KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Carbomer Pemerian : warna putih, lembut, serbuk Emulsifying
(HPE 6th ed. page higroskopis, bau lemah yang khas. agent: 0,1-0,5%
110) Kelarutan : larut atau mengembang Gelling agent:

6
dalam air dan gliserin setelah 0,5-1,0 %
dinetralisir dalam etanol (95%)
karbomer tidak larut tapi mengembang.
Inkompatibilitas : phenol cationic
polimer, asam kuat, elektrolit dengan
kadar besar, antimikroba
Stabilitas suhu: 104oC selama 2 jam
Viskositas : cahaya dapat menurunkan
viskositas dispersei maka perlu
ditambahkan air soluble uv absorber
0,1%, edetic acid 0.05% - 1,0%.
2 CMC Na Pemerian : putih atau hampir putih tidak Emulsifying
(Carboxymethyl berbau, tidak berasa, serbuk granul, agent : 0,25-1,0%
cellulose- sodium ) higroskopis setelah dikeringkan Gel forming
(HPE 6th ed) Kelarutan : tidak larut dalam aseton, agent : 3,0-6,0%
ethanol (95%) eter dan toluene, mudah Emollient topical
larut dalam air membentuk jernih creams 10-30%
koloidal.
Inkompatibilitas: asam kuat, larutan
garam Fe, beberapa logam, xanthagum,
membentuk komplek coacervates
dengan gelatin dan pectin.

 Gelling agent terpilih :


Carbomer
 Alasan :
1) Dapat membentuk konsistensi gel sesuai yang diinginkan
2) Kompatibel dengan bahan yang diinginkan.

2. Antioksidan

NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG


PEMAKAIAN
1 Butylated Hydroxy Pemerian : Kristal/serbuk putih atau Topical

7
Toluene kuning pucat dengan bau yang khas. formulation:
(HPE 6 thed. page75) Kelarutan : praktis tidak larut air, 0,0075-0,1%
gliserin, propilen glikol,larutan alkali
hidroksida dancampuran asam mineral dalam
air, sangat larut dalam aseton, benzene,
etanol 95%,methanol, eter, toluene, fixed oil
dan minyak mineral. Lebih larut daripada
BHA dalamminyak makanan dan lemak.
Stabilitas ; paparan cahaya,
kelembababandan panas menyebabkan
perubahan warnadan kehilangan
aktivitasnya.
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentkiuat seperti peroksida dan
permanganate Garam besi menyebabkan
perubahan warnadan kehilangan aktivitas
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi
2. Butylated Hydroxy Pemerian : kristal/serbuk putih atau Topical
Anisole kuning pucat dengan bau yang khas. formulation:
(HPE 5th\ed. Kelarutan : praktis tidak larut air, larut 0,005-0.02%
page101) dalam methanol, sangat larut dalam ≥50%
larutan etanol, propilen glikol, kloroform,
eter,hexane, cotton seed oil, peanut oil,
soybeanoil, glyceryl monohidrat dan dalam
larutan alkali hidroksida.
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentdan garam feri Kombinasi dengan
antioksidan lain seperti Butylated Hidroxy
toluene dan alkil gallat.
Stabilitas : paparan dari cahaya
menyebabkan perubahan warna dan
kehilangan aktivitas

8
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi.
BM = 180,25

 Anti oksidan terpilih BHT


 Alasan :
Karena BHT larut dalam minyak sehingga dapat mencegah timbulnya bau tengik
akibatoksidasi fase minyak. Maka kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan
BHT sebagai antioksidan.

3. Corrigen odoris
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Oleum Pemerian : tidak berwarna atau Topical formulation:
MenthaePiperitae berwarna kuning pucat atau kuning 0,005-0.02%2
(Sumber :Practical kehijauan ketika baru disuling, namun
Herbs) menjadi lebih gelap danlebih viscous
pada penyimpanan. Memiliki bau yang
khas dan aromatik kuat diikutidengan
sensasi dingin disebabkan olehmentol
yang dikandungnya.
Spesific gravity:0,900-0,920 (0,894-
0,94 pada 25 °). Sudutrotasi : -18 °
sampai -35 °.
Kelarutan : alkali hidroksida
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentdan garam feri Kombinasi
dengan antioksidan lain seperti
Butylated Hidroxy toluene dan alkil
gallat.
Stabilitas : paparan dari cahaya
menyebabkan perubahan warna dan
kehilangan aktivitas.

9
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi
BM = 180,25
.

4. Pengawet

NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG


PEMAKAIAN
1 Nipagin Pemerian : kristal tidak berwarna
berasa burning taste
TD: 125-1280C
BJ: 1,3529/Cm3
ADI: 10 mg/kgBB
Kelarutan : larut dalam
2 bagian etanol, 3 bagian etanol (95%),
10 bagian eter, 60 bagian gliserin, tidak
larut dalam minyak mineral, 20 bagian
minyak kacang, 5 bagian
propylenglikol, 400 bagian air dalam
suhu 590C.
2 Nipasol Pemerian : serbuk berwarna putih,
kristal, tidak berbau, dan rasanya
hambar.
TD: 95-98
BJ: 180,20 9/Cm3
Kelarutan: aceton tidak larut, ethanol
(95%)1:1,1; ethanol (50%) 1:5,6; eter:
tidak larut. Glyserin: 1:250; mineral
Oil: 1:3330; peanut oil: 1:70;
propilenglikol : 1:3,9; Air : 1:4350
(15%); 1:2500; 1: 225 (800C)

10
 Pengawet yang terpilih
Nipagin, Nipasol
 Alasan :
diberi pengawet karena dalam formulasi ditambahkan aqua (merupakan media
pertumbuhan mikroba yang baik ) maka diberi pengawet. Pemilihan nipagin
dan nipasol dikarenakan bahan tersebut dapat kompaktibel dengan bahan yang
lain.

5. Humektan
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIN
1 Propilen glikol Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berbau, Humectan
(HPE edisi 5 p:624) rasa agak manis, higroskopis, kelarutan dapat topicals : 15%,
bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, preservation
dan dengan kloroform P. Larut dalam berbagai solution,
eter, tidak dapat bercampur dengan eter, solventon
minyak tanah P dan dengan minyak lemak. cosolvent : oral
Kelarutan : Pada suhu dingin dan wadah selection 10-25
tertutup baik pada suhu tinggi dan tempat % Topicals 5-
terbuka cenderung teroksidasi menjadi 80%
propionaldehid asam laktat, asam piruvat, dan
asam asetat, stabil dengan etanol (95%)
gliserin dan air inkompaktibilitas dengan
potasium permanganat Biling Poin 188O
Density 1.038 g/cm3 (20O C).
Inkompaktibilitas : Preservative,
Desinfektan, Humectan, Plastizier, Solvent,
Stabilizer for vitamins, water-miscible
cosolvent.
2. Gliserin Pemerian: Larutan jernih, tidak berwarna, Antimicrobial
tidak berbau, kental, higroskopis, manis. preservative
Kelarutan : Sangat larut dalam etanol 95% air <20%, emollient

11
metanol larut dan eter 1 : 500 BJ tidak kurang <30%,
dari 1249. Humectant
Inkompaktibilitas : Antimicrobial <30%,
preservative, emollient, humectant, plasticizer Opthalmic
formulation 0.5 –
30%.
 Bahan yang dipilih : Propilenglikol
 Alasan : Dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, Propilenglikol
digunakan terutama untuk sifat humektan dan emolien.

6. Emulgator
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Tween 80 RM : C64H124O26 agen
(polusorbate 80) BM : 1310 pengemulsian
HPE 6th hal 549 – Pemerian : polisorbat 80 memiliki bau yang digunakan
553 khas dan hangat. Agak rasa pahiot,kental dan sendiri dalam
berwarna kuning . emulsi O/w :
Larutan : larut dalam etanol dan dalam air. 15%
Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak
savur
Stabil : polisorbat stabil untuk elektroli asam
basa lemat saponikasi berharap terjadi dengan
asam dan basa kuat
Inkompatbilekas : perubahan warna dan,atau
curah hulan terjadi dengan berbagai zat
Data fisik : tidak nyala 149◦c
HLB : 15
Vikositas : 425 mpas
Densitas : 1.01 g/cm3
viskositas pada 25◦C
970 – 1080 (mpas)
Kegunaan : Zat pendispersi emulsifung agent

12
Suefaktan nonionic : pelarut wetting agent.

2 Span 20 Rm : C24H44O6 Agent


Hope 6th hal 675 – Bm : 429 pengemulsi
678 Zat aktif : sarbitan manooleat digunakan
Pemerian : Cairan kental jernih berwarna sendiri dalam
kuning,seperti minyak bau khas lemah rasa emulsi W/O 1 -
pahit dan hangat 5%.
Kelarutan : kelarutan ester sarbitan umumnya dalam
larut atau terdispersi dalam minyakl. Mereka kombinasi
juga larut dal;am pelarut dengan
Stabilitas : sorbit ester stabil dalam lemah atau pengemulsian
basa hidrofilis
Inkompatibilitas : pembentukan sabun emulsi O/W =
berharap terjadi dengan asam kuat 1 -10%
Data fisik : titik nyma > 149◦C
HBL : 4,3
Kegunaan : Zat pendispersi emulsi agent
surfaktan nonionil pelarut wethning agent.

7. Emmolient

NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG


PEMAKAIAN
1. Olive oil Berupa minyak jernih, tidak berwarna atau Oleaginous
HPE 6th ed : 470 kuning , transparan vehicle
Inkompatibel : agen pengoksida

13
2. Cetil alcohol Pemerian : kepingan putih dari wax, berbau
danrasa tawar Kelarutan: larut bebas dalam
etanol 95%
Kelarutan : meningkat dengan peningkatan
temperature. Praktis tidak larut air
TL = 45-42oC
Zat murni = 49oC

 Terpilih : Olive oil


 Alasan : lebih mudah dan baik bercampur dengan bahan lain pada fase minyak dan
lebih aman dan lembab dipakai

8. Chelating agent

NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG


PEMAKAIAN
EDTA, Edetic Pemerian :serbuk kristal 0,01 – 0,1 %
Acid,Tetraacid Kelarutan: larut dalam larutan alkali,hidroksida
acid,Tetracemic dalam air (1:500).
acid,C6H16N2O8 Inkompatibilitas: dengan oksidator kuat, basa
kuat, polivalent menthol ampotherllin,
hidrolozine, hidroclorodium
Keamanan: tidak toksik, tidak irritan,namun
dilaporkan pada sediaan nebulizer dapat
menyebabkan bronkokontriksi.
BM: 292,24
TL: 220˚C (dekomposisi)

14
2.4 TABEL SPESIFIKASI SEDIAAN

Spesifikasi Sediaan Persyaratan

Bentuk sediaan Emulgel

Kadar bahan aktif Natrium Diclofenak 1%

Ph sediaan 4,5-6,5

Viskositas Mudah dioleskan dan


tidak mengalir saat
dioleskan

Warna Putih

Bau Sakura

Kelembutan Lembut

Berat sediaan 20g

15
2.5 BAGAN ALIR PEMILIHAN EKSIPIEN

BAHAN AKTIF
NATRIUM
DIKLOFENAK

TIDAK LARUT MENCEGAH DIGUNAKAN


DALAM AIR PERTUMBUHAN UNTUK TOPIKAL
MIKROBA

DIBUAT SEDIAAN DITAMBAHAKAN


BAHAN
EMULGEL PENGAWET DITAMBAH DITAMBAH
KAN KAN
EMMOLIENT HUMEKTAN
DITAMBAH
BAHAN GELLING
AGENT DAN
EMULGATOR

UNTUK UNTUK
MENAMBAH MENCEGAH
KELEMBABAN PENGUAPAN

16
BAB III
FORMULASI SEDIAAN

3.1 Formulasi Sediaan Emulgel

3.1.1 Formula I
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Diklofenak dietilamin Bahan aktif 1% 0,23
2 CMC-Na Gelling agent 3-6% 5% 1
3 Parafin liquid Emmolient 10% 10% 2
4 Tween 80 Emulgator 1-10% 10% 2
5 Propilenglikol humektan 15% 15% 3
6 Nipasol Pengawet 0,1-0,5% 0,1% 0,02
7 Nipagin Pengawet 0,02-0,3% 0,2% 0,04
8 Mentol Enhancer 10% 2
9 Na metabisulfit Antioksidan 0,1% 0,02
10 Aquadest Pelarut 48,6% 9,72 ml

3.1.2 Formula 2
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Diklofenak dietilamin Bahan aktif 1% 0,232
2 HPMC Gelling agent 3% 0,6
3 Tween 80 Emulgator 1-10% 7,15% 1,43
Span 20 Emulgator 2,85% 0,57
Olive oil Emolient 5% 1
Mentol Enhancer 5% 1
Nipagin Pengawet 0,02-0,3% 0,1% 0,02
BHT Antioksidan 0,1% 0,02
Propilenglikol humektan 15% 15% 3
Gliserin Emolient 10% 2
Aquadest Pelarut 50,8% 10,16 ml

17
3.1.2 Formula 3
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Dilkofenak Dietilamin Bahan aktif
2 CMC-Na Gelling agent 3-6%
3 Olive oil Emmolient 10%
4 Tween 80 Emulgator 1-10%
5 Span 20 Emulgator 1-10%
6
7 Propilenglikol humektan 15%
8 Na.Benzoat Pengawet 0,1-0,5%
9 Nipagin Pengawet 0,02-0,3%
10 BHT Antioksidan 0,0075-0,1%
11
12 Aquadest Pelarut

18
BAB IV
RANCANGAN PRODUKSI
4.1 Prosedur kerja

4.1.1 Formula 1
Bagan Alir Formula 1 Sirup Paracetamol

Fase Air Fase Minyak

1. CMC-Na + Na panas 1. Olive oil + Ndic + span + BJT


ditaburkan di atas air campurkan dalam beker
dimortir ad mengembang glass lalu penaskan diatas
2. Timbang dan masukan water bath.
kedalam beker Nipagin, 2. Masukan mortar panas
Na-benzoat, propilenglikol, gerus ad homogeny
tween, dan aquadest.cmp
3. Masukkan campuran II ke
campiran I gerus ad
homogen

campurkan fase minyak kedalam


faseair didalam mortir gerus
sambil ditambahkan sedikit demi
sedikit ad homohen.

hasil campuran masukkan dalam


wadah disimpan 1 minggu lalu
dilihat hasilnya

19
Bagan alir formula 2

Camp I : carbomer taburkan+


TEA diatas air dimortir ad Span, paraffin liq, Nadic + nipagin
mengembang +BHT masukkan beker dan
panaskan di water bath ad larut
Camp II : tween + propilenglikol
+ nipagin + air di beker glass dan Masukkan mortar panas geus ad
dipanaskan tambahkan homogen
campuran II kedalam campuran
I sedikit demi sedikit gerus ad
homogen

masukkan bahan yang lebih banyak


kebahan yang lebih sedikit yaitu fase
air masukkan ke dalam fase minyak
di mortir panas gerus ad homogen

hasil campuran dimasukkan kedalam


wadah lalu disimpan selama satu
minggu dan amati perubahan

20
Bagan alir formula 3

Camp I : HPMC taburkan diatas


air dimortir ad mengembang Span, paraffin liq, Nadic + nipagin
+BHT masukkan beker dan
Camp II : tween + propilenglikol panaskan di water bath ad larut
+ nipagin + air di beker glass dan
dipanaskan tambahkan Masukkan mortir panas geus ad
campuran II kedalam campuran homogen
I sedikit demi sedikit gerus ad
homogen

masukkan bahan yang lebih banyak


kebahan yang lebih sedikit yaitu fase
air masukkan ke dalam fase minyak
di mortir panas gerus ad homogen

hasil campuran dimasukkan kedalam


wadah lalu disimpan selama satu
minggu dan amati perubahan

21
BAB V
RANCANGAN EVALUASI

5.1 Organoleptis

 Alat : Diamati secara visual


 Persyaratan :
- Tekstur : Lembut halus
- Warna : Putih
- Bau : Aromatik Khas Menthol
 Hasil :
- Tekstur : Lembut halus
- Warna : Putih
- Bau : Menthol
 Kesimpulan : Sediaan yang diuji memenuhi persyaratan spesifikasi
organoleptis

5.2 Penetapan pH

 Alat : pH meter
 Persyaratan : 4,5-6,5 (Genatrika, 2016)
 Cara kerja :
1. Timbang sediaan sebanyak 5 g
2. Diencerkan dengan aqua bebas CO2 dengan perbandingan 1 : 10 (50 ml) aduk
ad homogen
3. Bersihkan electrode dengan aquadest, bilas menyeluruh dan keringkan dengan
tisu
4. pH meter dikalibrasi dengan ph terstandar (pH=7)
5. Masukkan electrode pH meter ke dalam sediaan yang akan di ukur
6. Tekan tombol pH
7. Tunggu sampai menunjukkan angka konstan, lalu catat pH-nya

 Hasil : 7.00

22
 Kesimpulan : Sediaan yang diuji tidak memenuhi persyaratan pH yang
dirancang

5.3 Penetapan Viskositas


 Alat : Viscometer Brookfield
 Persyaratan : 4000 – 40000 cps (Genatrika, 2016)
 Cara kerja :
1. Masukkan emulgel dalam beaker glass sebanyak 50 g
2. Pasang spindle 64
3. Letakkan sediaan dibawah spindle
4. Nyalakan tombol on pada alat
5. Tunggu alat sampai berputar konstan
6. Tekan tombol pause (on dan tombol di belakang alat) secara bersamaan
7. Perhatikan angka yang tertera, kemudian dicatat
8. Angka yang tertera dikalikan dengan factor koreksi
Hasil :

- Speed : 3 rpm
Faktor koreksi : 2000
Hasil : 3 x 2000 = 6.000 cps
- Speed : 6 rpm
Faktor koreksi : 1000
Hasil : 3 x 1000 = 3.000 cps
- Speed : 12 rpm
Faktor koreksi : 500
Hasil : 2 x 500 = 1.000 cps

 Kesimpulan : viskositas sediaan emulgel tidak memenuhi persyaratan viskositas


emulgel yang baik

5.4 Penetapan Daya Sebar


 Alat : 2 kaca transparan, bobot timbang, penggaris
 Persyaratan : 5-7 cm2
 Cara kerja :

23
1. Timbang sediaan 0,5 g
2. Siapkan kertas milimiter blok, letakkan kaca diatasnya.
3. Letakkan sediaan ditengah-tengah kaca kemudian ditutup.
4. Kemudiaan beri beban 50g, 100g, 200g, 300g
5. Amati perubahan diameter yang terjadi
6. Catat hasil pengamatan,kemudiaan hitung regresi (slope)
 Hasil :
Berat kaca = 650,22 g
Beban Kiri Kanan Atas Bawah Diameter
Tanpa
3,9 4,1 3,6 4,3 7,95
beban
50 g 4,0 4,2 3,6 4,3 8,05
100 g 4,0 4,2 3,7 4,3 8,1
200 g 4,1 4,2 3,8 4,4 8,25
300 g 4,1 4,2 3,8 4,4 8,25

Beban vs Diameter
8.3
8.25
8.2
8.15
Diameter

8.1
8.05
8
7.95
7.9
7.85
7.8
Tanpa beban 50 g 100 g 200 g 300 g
Beban

 Kesimpulan : hasil daya sebar dari sediaan emulgel yang dibuat tidak memenuhi
rentang persyaratan viskositas emulgel yang baik.

24
5.5 Uji Homogenitas
 Alat : objek glass, cover glass
 Persyaratan : homogen, tidak terdapat partikel kasar
 Prosedur :
1. Oleskan sediaan pada obyek glass
2. Obyek glass dikatupkan
3. Bila tidak terdapat butiran kasar maka sediaan dikatakan homogen

 Hasil :
Replikasi Homogenitas Hasil
Replikasi 1 Tidak terdapat butiran kasar
Replikasi 2 Tidak terdapat butiran kasar
Replikasi 3 Tidak terdapat butiran kasar
Rata-Rata Tidak terdapat butiran kasar
 Kesimpulan : sediaan emulgel yang diuji memenuhi persyaratan homogenitas

5.6 Uji Asseptabilitas

 Buat kriteria uji yaitu (kemudahan dioleskan,kehalusan, sensasi yang ditimbulkan,


kelengketan,bekas yang ditinggalkan, dan kemudahan dicuci)
 Buat skoring untuk masing-masing kriteria
 Hasil:
Penilaian
Kriteria
4 3 2 1
Kemudahan Dioleskan 80% - 20% -
Sensasi 40% 60% - -
Kelembutan 60% 30% 10% -
Bekas yang ditinggalkan 60% 20% 20% -
Kelengketan 50% 20% 30% -
Kemudahan Dicuci 20% 80% - -
Aroma 50% 20% 30% -
Tekstur 60% 30% 10% -
*) Keterangan : 1 : sangat baik; 2 : baik; 3 : sedang; 4 : buruk
o Kemudahan dioleskan

25
2
 Sedang = 10 𝑥 100% = 20%
8
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 80%

o Sensasi
6
 Baik = 10 𝑥 100% = 60%
4
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 40%

o Kelembutan
1
 Sedang = 10 𝑥 100% = 10%
3
 Baik = 10 𝑥 100% = 30%
6
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 60%

o Bekas yang ditinggalkan


2
 Sedang = 10 𝑥 100% = 20%
2
 Baik = 10 𝑥 100% = 20%
6
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 60%

o Kelengketan
5
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 50%
2
 Baik = 10 𝑥 100% = 20%
3
 Sedang = 10 𝑥 100% = 30%

o Aroma
5
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 50%
2
 Baik = 10 𝑥 100% = 20%
3
 Sedang = 10 𝑥 100% = 30%

o Kemudahan dicuci
8
 Baik = 10 𝑥 100% = 80%
2
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 20%

o Tekstur
6
 Sangat baik = 10 𝑥 100% = 60%
3
 Baik = 10 𝑥 100% = 30%

26
10
 Sedang = 10 𝑥 100% = 10%

kemudahan dioleskan sensasi

Sangat baik Baik Sangat baik Baik

kelembutan bekas yang ditinggalkan

Sangat baik Baik Sedaang Sangat baik Baik Sedaang

kelengketan aroma

Sangat baik Baik Sedaang Sangat baik Baik

kemudahan dicuci Tekstur

Sangat baik Baik Sedaang Sangat baik Baik Sedaang

 Kesimpulan: Sediaan emulgel yang dibuat asseptible pada masyarakat

27
5.7 Uji Bobot Sediaan dan % Rendemen
 Alat : timbangan, wadah sediaan
 Persyaratan : <20%
 Cara Kerja :
- Ditimbang wadah kosong untuk sediaan
- Diisi dengan sediaan pada wadah tersebut
- Ditimbang wadah dan isi, catat beratnya
- Dihitung berat isinya dengan cara :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = (wadah sediaan + isi) − (𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
- Dihitung % kesalahan dengan cara :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
 Hasil :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = (wadah sediaan + isi) − (𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
= 201,27 g – 23,07 g
= 178,2 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
200 𝑔 − 178,2 𝑔
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 10,9%
200 𝑔
 Kesimpulan : Memenuhi Persyaratan

5.8 Uji Kadar Bahan Aktif


Berdasarkan Farmakope V :
1. Timbang seksama lebih kurang 450 mg zat
2. Larutkan dalam 25 ml asam asetat glacial
3. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
4. Tetapkan titik akhir dengan potensiometri
5. Lakukan penetapan blanko
6. Tiap 5 ml asam perklorat 0,1 N ~ 31,81 mg C14H10Cl2NNaO2

28
5.9 Uji Mikrobiologi
Berdasarkan Farmakope V hal.1343 :
1. Prosedur Umum
Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik sebaai tindakan pencegahan untuk
menghindari kontaminasi mikroba dari luar produk, tetapi tidak mempengaruhi
mikroba yang diuji (FI V hlm 1343)
Jika produk mempunyai aktivitas antimikroba, sebelum diuji lakukan
netralisasi menggunakan inaktivator yang telah di buktikan tidak toksik terhadap
mikroba yang diuji (FI V hlm 1343)
2. Metode Penghitungan
Dilakukan dengan metode penyarian membrane atau salah satu metode
angka lempeng yang sesuai. Metode lain adalah angka paling mungkin (APM)
yang umum digunakan untuk produk dengan tingkat kontaminasi rendah (FI V
hlm 1343).
Pemilihan metode pengujian berdasarkan beberapa faktor antara lain jenis
produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan, dan ukuran sampel yang
memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik. Kesesuaian yang
dipilih harus ditetapkan (FI V hlm 1343).

29
BAB VI

SEDIAAN TERPILIH

6.1 Formula Produksi Skala Besar (Scale Up)

6.1.1 Tabel Formula Scale Up

Nama Bahan Fungsi %Penggunaan Kebutuhan


Diethylamine Bahan aktif 1% 2,32 g
diclofenac
Carbomer Gelling agent 0,8 % 1.6 g
Tween 20 Emulgator 5% 14,3 g
Span 80 Emulgator 3% 3,7 g
VCO Emollient 10 % 20 g
Menthol Enhancher 10 % 20 g
TEA Penetral
Nipagin Pengawet 0.1% 0,2 g
Nipasol Pengawet 0.2 % 0,4 g
Na Metabisulfit Antioksidan 0.1 % 0,2 g
Propilenglikol Humectan 15 % 30 g
Aquadest Pelarut

6.1.2 Cara Kerja

1. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan dalam formulasi emulgel


2. Tara wadah emulgel
3. Gerus menthol
4. Dibuat basis emulgel : carbomer ditaburkan sedikit demi sedikit kedalam mortir yng
berisi air dingin. Ditunggu hingga mengembang sempurna, lalu ditetesi TEA sedikit
demi sedikit ad pH netral
5. Dibuat fase air dan fase minyak
- Fase minyak : dimasukkan diethylamine diclofenac, span, menthol, nipasol, oleum
olive dan BHT ke cawan penguap. Lalu dilebur diatas waterbath
- Fase air : nipagin dilarutkan dalam propilenglikol, kemudian ditambahkan dengan
Na-metabisulfi dan tweent; aduk ad larut dan homogen dalam beaker glass,
panaskan di waterbath
6. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit, aduk ad homogen

30
7. Campuran keduanya dimasukkan ke dalam mortir berisi basis gel, gerus ad homogen.
Kemudian ditambahkan odoris
8. Masukkan sediaan ke dalam wadah emulgel yang telah ditara sebelumnya
9. Lakukan evaluasi sediaan emulgel dan pengecekan pH
10. Dihitung bobot yang didapatkan dan %kesalahan

6.1.3 Bagan Alir Pembuatan

Ditimbang semua bahan, ditara wadah


emulgel

Dibuat basis gel

1) Bahan fase air Bahan fase minyak


2) nipagin dilarutkan dalam dimasukkan diethylamine
propilenglikol, ditambahkan diclofenac, span, menthol, nipasol,
dengan Na-metabisulfi dan oleum olive dan BHT ke cawan
tweent; aduk ad larut dan homogen penguap. Lalu dilebur diatas
dalam beaker glass, panaskan di waterbath
waterbath
Bahan fase air dihangatkan di atas
waterbath sampai suhunya sama
dengan bahan fase minyak.

Setelah kedua fase suhunya sama, fase air dimasukkan ke dalam fase minyak.
Campuran dimasukkan kedalam mortis berisi basis gel sedikit demi sedikit di
aduk ad tercampur dan terbentuk gel.

Masukkan dalam wadah dan dilakukan


pengecekkan pH dan evaluasi.

31
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Pembahasan
Emulgel Didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Pada praktikum kali ini, sediaan emulgel
dipilih Karena memiliki beberapa keuntungan yakni memiliki kemampuan penyebaran yang
baik pada kulit, mempunyai sensasi dingin yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari
kulit, tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis, kemudahan pencucian dengan
air yang baik, dan pelepasan obatnya baik. Di sisi lain, emulgel merupakan sediaan semisolid
yang mempunyai kandungan air sebanyak 60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas
sediaan dimana emulgel dapat ditumbuhi mikroba dengan mudah karena kandungan air
dalam sediaan dapat menjadi salah satu tempat tumbuh mikroba. Oleh karena itu,
penambahan zat antimikroba sangat dianjurkan dalam pembuatan sediaan gel ini.

Formulasi sediaan semisolid gel pada praktikum kali ini menggunakan gelling agent
CMC-Na yang mempunyai sifat pembentuk gel yang sangat bagus. Na-CMC akan terdispersi
dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan
terjadi pembengkakan. Mekanisme bahan pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk
konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D
glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita tersebut karena
bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan hydrogen dengan 1,4 -
Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC yang
merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap
air dengan membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).

Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan medium. Surfaktan
mempunyai sifat untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsion agent) dan
sebagai bahan pelarut (solubilizing agent). Tween 80 merupakan surfaktan nonionik. Menurut
Voight, pada pembuatan emulgel metil salisilat dengan basis polimer akan timbul kekeruhan,
penambahan surfaktan nonionik dapat membuat tampilan emulgel lebih jernih. Tween 80

32
adalah salah satu jenis pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat dalam formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal.
Dalam sediaan semi padat dapat berupa gel yang penggunaanya secara topikal. Dengan
penambahan kosolven dalam sediaan gel dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk
melewati membran.

Emulgel merupakan sediaan semisolid yang mempunyai kandungan air sebanyak


60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas sediaan dimana gel dapat ditumbuhi mikroba
dengan mudah karena kandungan air dalam sediaan dapat menjadi salah satu tempat tumbuh
mikroba, sehingga tingkat kerentanan akan pertumbuhan mikroba sangatlah tinggi. Oleh
karena itu, perlu adanya penambahan zat pengawet untuk sediaan ini. Pada praktikum kali ini
pengawet yang ditambahkan adalah nipagin atau metil paraben. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa turunan paraben mempunyai efektivitas antimikroba yang sangat luas.
Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan panjangnya rantai alkil, namun
dapat menurunkan kelarutan terhadap air. (Rowe., dkk, 2005).

Sedangkan emulsi mempunyai keuntungan dapat membentuk sedian yang saling tidak
bercampur menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil (Magdy,
2004). Pada sistem emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien atau
occlusive yang akan mencegah penguapan sehingga kandungan air di dalam kulit dapat
dipertahankan. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan
meningkatkan hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya
hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi dalam bentuk sediaan
emulgel akan memberikan penetrasi tinggi dikulit (Block, 1996).

Metode yang dilakukan dalam pembuatan emulgel adalah metode


pencampuran/incorporation yaitu dimana bahan obat yang larut dalam air, maka dilarutkan
dalam air, sedangkan bahan obat yang larut dalam minyak dilarutkan dalam minyak. Larutan
tersebut ditambahkan (incorporated) ke dalam bahan pembawa (vehicle) bagian per bagian
sambil diaduk sampai homogen. Bahan obat yang tidak larut (kelarutanya sangat rendah),
maka partikel bahan obat harus di perkecil ukuran partikelnya, dan kemudian disuspensikan
ke dalam bahan pembawa (vehicle). Tujuan pengecilan ukuran partikel adalah untuk
memudahkan dalam mendispersikan dan untuk menjamin homogenitas dari produk yang
dihasilkan. Penambahan bahan yang berupa cairan harus memperhatikan sifat sifat

33
sediaannya. Contoh cairan yang bersifat hidrofilik akan sukar ditambahkan ke dalam basis
berlemak, kecuali dalam jumlah kecil atau dibantu dengan menggunakan emulgator.
Pembuatan sediaan gel harus memperhatikan jumlah bagian yang berupa cairan, sehingga
dapat dihasilkan sediaan semipadat dengan konsistensi sesuai yang diharapkan.

Metode pembuatan sediaan emulgel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pencampuran atau incorporation. Na CMC yang digunakan sebagai gelling agent
dilarutkan dalam air hingga mengembang. Mulanya, CMC-Na dimasukkan dalam mortar,
kemudian dibasahi dengan aquades. Pembasahan dilakukan sampai merata agar tidak terjadi
gumpalan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa CMC-Na mempunyai
kemampuan untuk mengikat air sehingga menyebabakan pembengkakan pada basis gel.
Penambahan aquades disesuaikan dengan jumlah CMC-Na yang digunakan dengan
perbandingan 20 kali lipat. Setelah CMC-Na terbasahi semua dan tidak terlihat gumpalan
putih, basis tersebut didiamkan kurang lebih elama 30 menit agar CMC-Na dapat
mengembang dengan sempurna sehingga didapatkan basis gel yang bagus. Dengan adanya
Na-CMC maka partikel-partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut
atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter,
1986).

Hasil Evaluasi Skala Kecil

Pada sekala kecil hasil dari emulgel dengan berbagai gelling agent yaitu carbomer,
CMC Na dan HPMC. Emulgel dengan CMC Na memiliki konsistensi yang terlalu cair dan
juga sediaan tidak homogeny kemungkinan dikarenakan pada saat pembuatan
pengadukannya harusnya konsisten dan lambat. Untuk gelling agent dengan HPMC
didapatkan hasil yang tidak baik, sediaan emulgel tidak terbentuk, bahkan seluruh kelompok
dikelas juga tidak terbentuk emulgel yang baik, kemungkinan dikarenakan tidak
compatiblenya antara bahan yang aktif maupun eksipien dalam formulasi dengan HPMC.
Dan yang terahir menggunakan carbomer, hasil emulgel yang didapatkan bagus dan hampir
sama dengan produk yang beredar dipasaran oleh karena itu untuk scal up dipilih formulasi
dengan gelling agent Carbomer.

34
Evaluasi Scale Up

Jenis Evaluasi Hasil yang Diperoleh Kesimpulan


Organoleptis Warna : Putih Memenuhi persyaratan
Aroma : Khas menthol spesifikasi organoleptis
Tekstur : Lembut halus sediaan
Homogenitas Tidak terdapat partikel kasar Homogen
pH 7,00 Tidak memenuhi
persyaratan (4,5-6,5)
Viskositas * Speed 3 rpm Tidak memenuhi
= 3 x 2.000 persyaratan (4000-
= 6.000 cps 40000 cps)
* Speed 6 rpm
= 3 x 1.000
= 3.000 cps
* Speed 12 rpm
= 2 x 500
= 1.000 cps
Daya Sebar 8,25 cm pada beban 300 g Tidak memenuhi
persyaratan (5-7)
Bobot sediaan 178,2 g Memenuhi Persyaratan
% Rendemen 10,9% Memenuhi Persyaratan
(<20%)
Asseptabilitas  Kemudahan dioleskan : sangat baik Sediaan aseptibel di
80% dan sedang 20% masyarakat
 Sensasi yang dihasilkan :sangat baik
40% dan baik 60%
 Kelembutan : sangat baik 60%, baik
30% dan sedang 10%
 Bekas yang ditinggalkan : sangat baik
60%, baik 20% dan sedang 20%
 Kelengketan : sangat baik 50%, baik
20% dan sedang 30%

35
 Kemudahan dicuci : sangat baik 20%
dan baik 80%
 Aroma : sangat baik 50%, baik 20%
dan sedang 30%
 Tekstur : sangat baik 60%, baik 30%
dan sedang 10%
Organoleptis

Uji organoleptis merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia


sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian
organoleptis mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu sediaanPada Uji
Organoleptis didapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi sediaan yang diinginkan yaitu
mempunyai bentuk yang semi solid, warna yang putih, dan tektur yang lembut.

Uji PH

Nilai pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu sediaan. Pengukuran pH dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan indikator pH, hasil pengukuran pH sediaan emulgel
analgetika. Setelah dilakukan pengecekan Ph menggunakan Ph indikator menunjukkan bahwa
sediaan emulgel memiliki pH 7, sedangkan menurut Wathoni (2009) pH kulit manusia adalah
antara 5 — 10, pada pH 7 sediaan emulgel yang dihasilkan memenuhi persyaratan pH
sediaan semi padat sehingga sediaan emulgel yang dihasilkan aman digunakan serta tidak
mengiritasi kulit karena sesuai dengan pH kulit manusia.

Uji Viskositas

Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan menggunakan


alat viscometer. Viscometer yang digunakan adalah viscometer Brookfield. Pada uji viskositas
menggunakan speed 3, spindle 64, factor 2000 dan skala 3 sehingga didapatkan viskositas
sebesar 6.000, sedangkan dengan speed 6, spindle 64, factor 1000 dan skala 3 sehingga
didapatkan viskositas sebesar 3.000 dan speed 12, spindle 64, factor 500 dan skala 2
sehingga didapatkan viskositas sebesar 1.000. Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka
bahan itu akan semakin stabil karena mengalami pergerakan partikel cenderung lebih sulit
dengan semakin kentalnya suatu bahan.

36
Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar sediaan bertujuan untuk mengetahui seberapa baik sediaan
emulgel menyebar di permukaan kulit, karena dapat mempengaruhi absorbsi obat dan
kecepatan pelepasan zat aktif di tempat pemakaiannya. Suatu sediaan yang baik dan lebih
disukai bila dapat menyebar dengan mudah di kulit dan nyaman digunakan (Wyatt et al.,
2008). Daya sebar merupakan faktor penting yang merupakan salah satu bagian dari
psikoreologi yang dijadikan sebagai parameter acceptabilitas (Niyaz et al., 2010). Uji ini
dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan ditengah kertas grafik yang sudah dilapisi
dengan kaca kemudian ditutup lagi dengan kaca. Beban yang diberi adalah sebesar 50, 100,
200 dan 300 g lalu didiamkan selama 1 menit kemudian diukur penyebarannya. Hal ini
dilakukan berkali-kali dengan setiap penambahan beban sehingga diperoleh diameter
penyebaran yang konstan. Didapatkan daya sebar dari hasil uji yaitu sebesar 8,25 cm pada
beban ke 300 g. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas, makin besar viskositas
suatu sediaan, makin kental konsistensinya, maka makin kecil daya sebar yang dihasilkan.
Uji Aseptabilitas
Uji selanjutnya adalah uji aseptabilitas sediaan. Kriteria uji aseptabilitas yang akan
diuji adalah kemudahan dioleskan, kelembutan sediaan, sensasi yang timbul, bekas yang
ditinggalkan sediaan, setelah itu kemudahan pencucian, kelengketan, aroma dan tekstur.
Setelah itu dilakukan scoring angka pada masing-masing kriteria. Kemudian dari data yang
didapat dilakukan skoring untuk masing-masing kriteria. Skoring dibagi menjadi 4 skor yakni
1 (buruk), 2 (sedang), 3 (baik), dan 4 (sangat baik).
Pada uji ini di cobakan pada 10 responden. Data yang dihasilkan adala sebagai
berikut. Untuk kemudahan dioleskan sangat baik dengan nilai 80%, sensasi yang dihasilkan
oleh sediaan baik dengan nilai 60%, kelembutan sangat baik 60%, bekas yang ditinggalkan
sangat baik 60%, kelengketan sangat baik 50%, kemudahan dicuci baik 80%, aroma sangat
baik 50%, dan tekstur sangat baik 60%.

37
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Emulgel Natrium Diclofenak dapat diformulasikan seperti pada formula yang disusun
diatas, akan tetapi emulgel yang dihasilkan kurang sempurna. Emulgel yang terbentuk
konsistensinya kurang. Untuk meningkatkan konsistensinya dapat dilakukan modifikasi
prosedur pembuatan, mengganti atau meningkatkan kadar basis emulgelling agent, dan
menambahkan stiffening agent. Basis emulgel yang digunakan hendaknya memiliki berat
molekul yang besar sehingga dapat meningkatkan konsistensi sediaan dan hendaknya
kemampuannya mengikat air tinggi sehingga bentuk emulgel lebih baik. Oleh karena itu
Emulgel kelompok kami Belum Siap Edar

7.2 Saran
Perlu diperhatikan rancangan formulasi sediaan mulai dari pemilihan bahan tambahan
yang kompetibel dengan zat aktif, penentuan kadar bahan eksipien serta urutan langkah-
langkah pengerjaan pembuatan larutan agar memperoleh produk yang sesuai dengan
spesifikasi sediaan.

38
39
DAFTAR PUSTAKA

pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methyl_salicylate

Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential
Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia
Pharmaceutical Dosage Form Disperse System Vol 2 hal 400; Panwar et al. 2011; Rao et al.
2013

40

Anda mungkin juga menyukai