SEDIAAN EMULGEL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida
KELOMPOK 5
KELAS A
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun isi yang disampaikan, mengingat akan keterbatasan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Emulgel adalah sediaan emulsi yang fase airnya ditingkatkan viskositasnya dengan
menambahkan air. Emulgel merupakan gel dengan cairan bentuk emulsi, biasanya untuk
menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dengan mengurangi
kesan berminyak dalam aplikasinya. Natrium Diklofenak dibuat sediaan emulgel agar efek
teraupetiknya dapat tercapai. Selain itu Natrium Diclofenac bersifat nonpolar sehingga harus
dibuat emulgel agar dapat terhantar dengan baik.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan emulgel
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan emulgel
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan emulgel
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
8. aman dan nyaman ketika digunakan
2.1.5 PH emulgel
Evaluasi PH menggunakan alat Ph meter, dengan cara pembandingan bagi 200 ml air yang
di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen. Pada alat Ph meter,
persyaratan ph yang ditentukan adalah 4,5 – 6,5
2.1.6 Kelebihan
a) Mudah menyebar rata
b) Praktis
c) Baik digunakan untuk bahan-bahan yang tidak larut air
d) Mudah dibersihkan atau dicuci
e) Pelepasan obat baik
f) Memberikan rasa hangat pada kulit
g) Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun
2.1.7 Kekurangan
a) Susah dalam pembuatannya karena pembuatan emulgel digunakan bahan-
bahan tambahan yang sesuai dan proses pencampuran harus benar semua
bahan tidak boleh dicampur secara bersamaan .
b) Gampang tidak homogen disebabkan dalam proses pembuatan ada salah satu
fase yang tidak baik atau belum siap di campurkan.
5
2.2 TINJAUAN BAHAN AKTIF
1. Gelling agent
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKA KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Carbomer Pemerian : warna putih, lembut, serbuk Emulsifying
(HPE 6th ed. page higroskopis, bau lemah yang khas. agent: 0,1-0,5%
110) Kelarutan : larut atau mengembang Gelling agent:
6
dalam air dan gliserin setelah 0,5-1,0 %
dinetralisir dalam etanol (95%)
karbomer tidak larut tapi mengembang.
Inkompatibilitas : phenol cationic
polimer, asam kuat, elektrolit dengan
kadar besar, antimikroba
Stabilitas suhu: 104oC selama 2 jam
Viskositas : cahaya dapat menurunkan
viskositas dispersei maka perlu
ditambahkan air soluble uv absorber
0,1%, edetic acid 0.05% - 1,0%.
2 CMC Na Pemerian : putih atau hampir putih tidak Emulsifying
(Carboxymethyl berbau, tidak berasa, serbuk granul, agent : 0,25-1,0%
cellulose- sodium ) higroskopis setelah dikeringkan Gel forming
(HPE 6th ed) Kelarutan : tidak larut dalam aseton, agent : 3,0-6,0%
ethanol (95%) eter dan toluene, mudah Emollient topical
larut dalam air membentuk jernih creams 10-30%
koloidal.
Inkompatibilitas: asam kuat, larutan
garam Fe, beberapa logam, xanthagum,
membentuk komplek coacervates
dengan gelatin dan pectin.
2. Antioksidan
7
Toluene kuning pucat dengan bau yang khas. formulation:
(HPE 6 thed. page75) Kelarutan : praktis tidak larut air, 0,0075-0,1%
gliserin, propilen glikol,larutan alkali
hidroksida dancampuran asam mineral dalam
air, sangat larut dalam aseton, benzene,
etanol 95%,methanol, eter, toluene, fixed oil
dan minyak mineral. Lebih larut daripada
BHA dalamminyak makanan dan lemak.
Stabilitas ; paparan cahaya,
kelembababandan panas menyebabkan
perubahan warnadan kehilangan
aktivitasnya.
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentkiuat seperti peroksida dan
permanganate Garam besi menyebabkan
perubahan warnadan kehilangan aktivitas
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi
2. Butylated Hydroxy Pemerian : kristal/serbuk putih atau Topical
Anisole kuning pucat dengan bau yang khas. formulation:
(HPE 5th\ed. Kelarutan : praktis tidak larut air, larut 0,005-0.02%
page101) dalam methanol, sangat larut dalam ≥50%
larutan etanol, propilen glikol, kloroform,
eter,hexane, cotton seed oil, peanut oil,
soybeanoil, glyceryl monohidrat dan dalam
larutan alkali hidroksida.
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentdan garam feri Kombinasi dengan
antioksidan lain seperti Butylated Hidroxy
toluene dan alkil gallat.
Stabilitas : paparan dari cahaya
menyebabkan perubahan warna dan
kehilangan aktivitas
8
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi.
BM = 180,25
3. Corrigen odoris
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Oleum Pemerian : tidak berwarna atau Topical formulation:
MenthaePiperitae berwarna kuning pucat atau kuning 0,005-0.02%2
(Sumber :Practical kehijauan ketika baru disuling, namun
Herbs) menjadi lebih gelap danlebih viscous
pada penyimpanan. Memiliki bau yang
khas dan aromatik kuat diikutidengan
sensasi dingin disebabkan olehmentol
yang dikandungnya.
Spesific gravity:0,900-0,920 (0,894-
0,94 pada 25 °). Sudutrotasi : -18 °
sampai -35 °.
Kelarutan : alkali hidroksida
Inkompatibilitas : dengan oxidizing
agentdan garam feri Kombinasi
dengan antioksidan lain seperti
Butylated Hidroxy toluene dan alkil
gallat.
Stabilitas : paparan dari cahaya
menyebabkan perubahan warna dan
kehilangan aktivitas.
9
Keamanan : tidak mengiritasi dan
tidak menimbulkan sensitisasi
BM = 180,25
.
4. Pengawet
10
Pengawet yang terpilih
Nipagin, Nipasol
Alasan :
diberi pengawet karena dalam formulasi ditambahkan aqua (merupakan media
pertumbuhan mikroba yang baik ) maka diberi pengawet. Pemilihan nipagin
dan nipasol dikarenakan bahan tersebut dapat kompaktibel dengan bahan yang
lain.
5. Humektan
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIN
1 Propilen glikol Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berbau, Humectan
(HPE edisi 5 p:624) rasa agak manis, higroskopis, kelarutan dapat topicals : 15%,
bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, preservation
dan dengan kloroform P. Larut dalam berbagai solution,
eter, tidak dapat bercampur dengan eter, solventon
minyak tanah P dan dengan minyak lemak. cosolvent : oral
Kelarutan : Pada suhu dingin dan wadah selection 10-25
tertutup baik pada suhu tinggi dan tempat % Topicals 5-
terbuka cenderung teroksidasi menjadi 80%
propionaldehid asam laktat, asam piruvat, dan
asam asetat, stabil dengan etanol (95%)
gliserin dan air inkompaktibilitas dengan
potasium permanganat Biling Poin 188O
Density 1.038 g/cm3 (20O C).
Inkompaktibilitas : Preservative,
Desinfektan, Humectan, Plastizier, Solvent,
Stabilizer for vitamins, water-miscible
cosolvent.
2. Gliserin Pemerian: Larutan jernih, tidak berwarna, Antimicrobial
tidak berbau, kental, higroskopis, manis. preservative
Kelarutan : Sangat larut dalam etanol 95% air <20%, emollient
11
metanol larut dan eter 1 : 500 BJ tidak kurang <30%,
dari 1249. Humectant
Inkompaktibilitas : Antimicrobial <30%,
preservative, emollient, humectant, plasticizer Opthalmic
formulation 0.5 –
30%.
Bahan yang dipilih : Propilenglikol
Alasan : Dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, Propilenglikol
digunakan terutama untuk sifat humektan dan emolien.
6. Emulgator
NO NAMA BAHAN SIFAT FISIKO KIMIA RENTANG
PEMAKAIAN
1 Tween 80 RM : C64H124O26 agen
(polusorbate 80) BM : 1310 pengemulsian
HPE 6th hal 549 – Pemerian : polisorbat 80 memiliki bau yang digunakan
553 khas dan hangat. Agak rasa pahiot,kental dan sendiri dalam
berwarna kuning . emulsi O/w :
Larutan : larut dalam etanol dan dalam air. 15%
Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak
savur
Stabil : polisorbat stabil untuk elektroli asam
basa lemat saponikasi berharap terjadi dengan
asam dan basa kuat
Inkompatbilekas : perubahan warna dan,atau
curah hulan terjadi dengan berbagai zat
Data fisik : tidak nyala 149◦c
HLB : 15
Vikositas : 425 mpas
Densitas : 1.01 g/cm3
viskositas pada 25◦C
970 – 1080 (mpas)
Kegunaan : Zat pendispersi emulsifung agent
12
Suefaktan nonionic : pelarut wetting agent.
7. Emmolient
13
2. Cetil alcohol Pemerian : kepingan putih dari wax, berbau
danrasa tawar Kelarutan: larut bebas dalam
etanol 95%
Kelarutan : meningkat dengan peningkatan
temperature. Praktis tidak larut air
TL = 45-42oC
Zat murni = 49oC
8. Chelating agent
14
2.4 TABEL SPESIFIKASI SEDIAAN
Ph sediaan 4,5-6,5
Warna Putih
Bau Sakura
Kelembutan Lembut
15
2.5 BAGAN ALIR PEMILIHAN EKSIPIEN
BAHAN AKTIF
NATRIUM
DIKLOFENAK
UNTUK UNTUK
MENAMBAH MENCEGAH
KELEMBABAN PENGUAPAN
16
BAB III
FORMULASI SEDIAAN
3.1.1 Formula I
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Diklofenak dietilamin Bahan aktif 1% 0,23
2 CMC-Na Gelling agent 3-6% 5% 1
3 Parafin liquid Emmolient 10% 10% 2
4 Tween 80 Emulgator 1-10% 10% 2
5 Propilenglikol humektan 15% 15% 3
6 Nipasol Pengawet 0,1-0,5% 0,1% 0,02
7 Nipagin Pengawet 0,02-0,3% 0,2% 0,04
8 Mentol Enhancer 10% 2
9 Na metabisulfit Antioksidan 0,1% 0,02
10 Aquadest Pelarut 48,6% 9,72 ml
3.1.2 Formula 2
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Diklofenak dietilamin Bahan aktif 1% 0,232
2 HPMC Gelling agent 3% 0,6
3 Tween 80 Emulgator 1-10% 7,15% 1,43
Span 20 Emulgator 2,85% 0,57
Olive oil Emolient 5% 1
Mentol Enhancer 5% 1
Nipagin Pengawet 0,02-0,3% 0,1% 0,02
BHT Antioksidan 0,1% 0,02
Propilenglikol humektan 15% 15% 3
Gliserin Emolient 10% 2
Aquadest Pelarut 50,8% 10,16 ml
17
3.1.2 Formula 3
NO NAMA BAHAN FUNGSI % RENTANG % DIPAKAI JUMLAH
PEMAKAIAN 20g
1 Dilkofenak Dietilamin Bahan aktif
2 CMC-Na Gelling agent 3-6%
3 Olive oil Emmolient 10%
4 Tween 80 Emulgator 1-10%
5 Span 20 Emulgator 1-10%
6
7 Propilenglikol humektan 15%
8 Na.Benzoat Pengawet 0,1-0,5%
9 Nipagin Pengawet 0,02-0,3%
10 BHT Antioksidan 0,0075-0,1%
11
12 Aquadest Pelarut
18
BAB IV
RANCANGAN PRODUKSI
4.1 Prosedur kerja
4.1.1 Formula 1
Bagan Alir Formula 1 Sirup Paracetamol
19
Bagan alir formula 2
20
Bagan alir formula 3
21
BAB V
RANCANGAN EVALUASI
5.1 Organoleptis
5.2 Penetapan pH
Alat : pH meter
Persyaratan : 4,5-6,5 (Genatrika, 2016)
Cara kerja :
1. Timbang sediaan sebanyak 5 g
2. Diencerkan dengan aqua bebas CO2 dengan perbandingan 1 : 10 (50 ml) aduk
ad homogen
3. Bersihkan electrode dengan aquadest, bilas menyeluruh dan keringkan dengan
tisu
4. pH meter dikalibrasi dengan ph terstandar (pH=7)
5. Masukkan electrode pH meter ke dalam sediaan yang akan di ukur
6. Tekan tombol pH
7. Tunggu sampai menunjukkan angka konstan, lalu catat pH-nya
Hasil : 7.00
22
Kesimpulan : Sediaan yang diuji tidak memenuhi persyaratan pH yang
dirancang
- Speed : 3 rpm
Faktor koreksi : 2000
Hasil : 3 x 2000 = 6.000 cps
- Speed : 6 rpm
Faktor koreksi : 1000
Hasil : 3 x 1000 = 3.000 cps
- Speed : 12 rpm
Faktor koreksi : 500
Hasil : 2 x 500 = 1.000 cps
23
1. Timbang sediaan 0,5 g
2. Siapkan kertas milimiter blok, letakkan kaca diatasnya.
3. Letakkan sediaan ditengah-tengah kaca kemudian ditutup.
4. Kemudiaan beri beban 50g, 100g, 200g, 300g
5. Amati perubahan diameter yang terjadi
6. Catat hasil pengamatan,kemudiaan hitung regresi (slope)
Hasil :
Berat kaca = 650,22 g
Beban Kiri Kanan Atas Bawah Diameter
Tanpa
3,9 4,1 3,6 4,3 7,95
beban
50 g 4,0 4,2 3,6 4,3 8,05
100 g 4,0 4,2 3,7 4,3 8,1
200 g 4,1 4,2 3,8 4,4 8,25
300 g 4,1 4,2 3,8 4,4 8,25
Beban vs Diameter
8.3
8.25
8.2
8.15
Diameter
8.1
8.05
8
7.95
7.9
7.85
7.8
Tanpa beban 50 g 100 g 200 g 300 g
Beban
Kesimpulan : hasil daya sebar dari sediaan emulgel yang dibuat tidak memenuhi
rentang persyaratan viskositas emulgel yang baik.
24
5.5 Uji Homogenitas
Alat : objek glass, cover glass
Persyaratan : homogen, tidak terdapat partikel kasar
Prosedur :
1. Oleskan sediaan pada obyek glass
2. Obyek glass dikatupkan
3. Bila tidak terdapat butiran kasar maka sediaan dikatakan homogen
Hasil :
Replikasi Homogenitas Hasil
Replikasi 1 Tidak terdapat butiran kasar
Replikasi 2 Tidak terdapat butiran kasar
Replikasi 3 Tidak terdapat butiran kasar
Rata-Rata Tidak terdapat butiran kasar
Kesimpulan : sediaan emulgel yang diuji memenuhi persyaratan homogenitas
25
2
Sedang = 10 𝑥 100% = 20%
8
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 80%
o Sensasi
6
Baik = 10 𝑥 100% = 60%
4
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 40%
o Kelembutan
1
Sedang = 10 𝑥 100% = 10%
3
Baik = 10 𝑥 100% = 30%
6
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 60%
o Kelengketan
5
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 50%
2
Baik = 10 𝑥 100% = 20%
3
Sedang = 10 𝑥 100% = 30%
o Aroma
5
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 50%
2
Baik = 10 𝑥 100% = 20%
3
Sedang = 10 𝑥 100% = 30%
o Kemudahan dicuci
8
Baik = 10 𝑥 100% = 80%
2
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 20%
o Tekstur
6
Sangat baik = 10 𝑥 100% = 60%
3
Baik = 10 𝑥 100% = 30%
26
10
Sedang = 10 𝑥 100% = 10%
kelengketan aroma
27
5.7 Uji Bobot Sediaan dan % Rendemen
Alat : timbangan, wadah sediaan
Persyaratan : <20%
Cara Kerja :
- Ditimbang wadah kosong untuk sediaan
- Diisi dengan sediaan pada wadah tersebut
- Ditimbang wadah dan isi, catat beratnya
- Dihitung berat isinya dengan cara :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = (wadah sediaan + isi) − (𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
- Dihitung % kesalahan dengan cara :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
Hasil :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = (wadah sediaan + isi) − (𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
= 201,27 g – 23,07 g
= 178,2 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
200 𝑔 − 178,2 𝑔
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 10,9%
200 𝑔
Kesimpulan : Memenuhi Persyaratan
28
5.9 Uji Mikrobiologi
Berdasarkan Farmakope V hal.1343 :
1. Prosedur Umum
Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik sebaai tindakan pencegahan untuk
menghindari kontaminasi mikroba dari luar produk, tetapi tidak mempengaruhi
mikroba yang diuji (FI V hlm 1343)
Jika produk mempunyai aktivitas antimikroba, sebelum diuji lakukan
netralisasi menggunakan inaktivator yang telah di buktikan tidak toksik terhadap
mikroba yang diuji (FI V hlm 1343)
2. Metode Penghitungan
Dilakukan dengan metode penyarian membrane atau salah satu metode
angka lempeng yang sesuai. Metode lain adalah angka paling mungkin (APM)
yang umum digunakan untuk produk dengan tingkat kontaminasi rendah (FI V
hlm 1343).
Pemilihan metode pengujian berdasarkan beberapa faktor antara lain jenis
produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan, dan ukuran sampel yang
memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik. Kesesuaian yang
dipilih harus ditetapkan (FI V hlm 1343).
29
BAB VI
SEDIAAN TERPILIH
30
7. Campuran keduanya dimasukkan ke dalam mortir berisi basis gel, gerus ad homogen.
Kemudian ditambahkan odoris
8. Masukkan sediaan ke dalam wadah emulgel yang telah ditara sebelumnya
9. Lakukan evaluasi sediaan emulgel dan pengecekan pH
10. Dihitung bobot yang didapatkan dan %kesalahan
Setelah kedua fase suhunya sama, fase air dimasukkan ke dalam fase minyak.
Campuran dimasukkan kedalam mortis berisi basis gel sedikit demi sedikit di
aduk ad tercampur dan terbentuk gel.
31
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Pembahasan
Emulgel Didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Pada praktikum kali ini, sediaan emulgel
dipilih Karena memiliki beberapa keuntungan yakni memiliki kemampuan penyebaran yang
baik pada kulit, mempunyai sensasi dingin yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari
kulit, tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis, kemudahan pencucian dengan
air yang baik, dan pelepasan obatnya baik. Di sisi lain, emulgel merupakan sediaan semisolid
yang mempunyai kandungan air sebanyak 60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas
sediaan dimana emulgel dapat ditumbuhi mikroba dengan mudah karena kandungan air
dalam sediaan dapat menjadi salah satu tempat tumbuh mikroba. Oleh karena itu,
penambahan zat antimikroba sangat dianjurkan dalam pembuatan sediaan gel ini.
Formulasi sediaan semisolid gel pada praktikum kali ini menggunakan gelling agent
CMC-Na yang mempunyai sifat pembentuk gel yang sangat bagus. Na-CMC akan terdispersi
dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan
terjadi pembengkakan. Mekanisme bahan pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk
konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D
glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita tersebut karena
bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan hydrogen dengan 1,4 -
Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC yang
merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap
air dengan membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan medium. Surfaktan
mempunyai sifat untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsion agent) dan
sebagai bahan pelarut (solubilizing agent). Tween 80 merupakan surfaktan nonionik. Menurut
Voight, pada pembuatan emulgel metil salisilat dengan basis polimer akan timbul kekeruhan,
penambahan surfaktan nonionik dapat membuat tampilan emulgel lebih jernih. Tween 80
32
adalah salah satu jenis pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat dalam formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal.
Dalam sediaan semi padat dapat berupa gel yang penggunaanya secara topikal. Dengan
penambahan kosolven dalam sediaan gel dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk
melewati membran.
Sedangkan emulsi mempunyai keuntungan dapat membentuk sedian yang saling tidak
bercampur menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil (Magdy,
2004). Pada sistem emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien atau
occlusive yang akan mencegah penguapan sehingga kandungan air di dalam kulit dapat
dipertahankan. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan
meningkatkan hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya
hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi dalam bentuk sediaan
emulgel akan memberikan penetrasi tinggi dikulit (Block, 1996).
33
sediaannya. Contoh cairan yang bersifat hidrofilik akan sukar ditambahkan ke dalam basis
berlemak, kecuali dalam jumlah kecil atau dibantu dengan menggunakan emulgator.
Pembuatan sediaan gel harus memperhatikan jumlah bagian yang berupa cairan, sehingga
dapat dihasilkan sediaan semipadat dengan konsistensi sesuai yang diharapkan.
Metode pembuatan sediaan emulgel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pencampuran atau incorporation. Na CMC yang digunakan sebagai gelling agent
dilarutkan dalam air hingga mengembang. Mulanya, CMC-Na dimasukkan dalam mortar,
kemudian dibasahi dengan aquades. Pembasahan dilakukan sampai merata agar tidak terjadi
gumpalan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa CMC-Na mempunyai
kemampuan untuk mengikat air sehingga menyebabakan pembengkakan pada basis gel.
Penambahan aquades disesuaikan dengan jumlah CMC-Na yang digunakan dengan
perbandingan 20 kali lipat. Setelah CMC-Na terbasahi semua dan tidak terlihat gumpalan
putih, basis tersebut didiamkan kurang lebih elama 30 menit agar CMC-Na dapat
mengembang dengan sempurna sehingga didapatkan basis gel yang bagus. Dengan adanya
Na-CMC maka partikel-partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut
atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter,
1986).
Pada sekala kecil hasil dari emulgel dengan berbagai gelling agent yaitu carbomer,
CMC Na dan HPMC. Emulgel dengan CMC Na memiliki konsistensi yang terlalu cair dan
juga sediaan tidak homogeny kemungkinan dikarenakan pada saat pembuatan
pengadukannya harusnya konsisten dan lambat. Untuk gelling agent dengan HPMC
didapatkan hasil yang tidak baik, sediaan emulgel tidak terbentuk, bahkan seluruh kelompok
dikelas juga tidak terbentuk emulgel yang baik, kemungkinan dikarenakan tidak
compatiblenya antara bahan yang aktif maupun eksipien dalam formulasi dengan HPMC.
Dan yang terahir menggunakan carbomer, hasil emulgel yang didapatkan bagus dan hampir
sama dengan produk yang beredar dipasaran oleh karena itu untuk scal up dipilih formulasi
dengan gelling agent Carbomer.
34
Evaluasi Scale Up
35
Kemudahan dicuci : sangat baik 20%
dan baik 80%
Aroma : sangat baik 50%, baik 20%
dan sedang 30%
Tekstur : sangat baik 60%, baik 30%
dan sedang 10%
Organoleptis
Uji PH
Uji Viskositas
36
Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar sediaan bertujuan untuk mengetahui seberapa baik sediaan
emulgel menyebar di permukaan kulit, karena dapat mempengaruhi absorbsi obat dan
kecepatan pelepasan zat aktif di tempat pemakaiannya. Suatu sediaan yang baik dan lebih
disukai bila dapat menyebar dengan mudah di kulit dan nyaman digunakan (Wyatt et al.,
2008). Daya sebar merupakan faktor penting yang merupakan salah satu bagian dari
psikoreologi yang dijadikan sebagai parameter acceptabilitas (Niyaz et al., 2010). Uji ini
dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan ditengah kertas grafik yang sudah dilapisi
dengan kaca kemudian ditutup lagi dengan kaca. Beban yang diberi adalah sebesar 50, 100,
200 dan 300 g lalu didiamkan selama 1 menit kemudian diukur penyebarannya. Hal ini
dilakukan berkali-kali dengan setiap penambahan beban sehingga diperoleh diameter
penyebaran yang konstan. Didapatkan daya sebar dari hasil uji yaitu sebesar 8,25 cm pada
beban ke 300 g. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas, makin besar viskositas
suatu sediaan, makin kental konsistensinya, maka makin kecil daya sebar yang dihasilkan.
Uji Aseptabilitas
Uji selanjutnya adalah uji aseptabilitas sediaan. Kriteria uji aseptabilitas yang akan
diuji adalah kemudahan dioleskan, kelembutan sediaan, sensasi yang timbul, bekas yang
ditinggalkan sediaan, setelah itu kemudahan pencucian, kelengketan, aroma dan tekstur.
Setelah itu dilakukan scoring angka pada masing-masing kriteria. Kemudian dari data yang
didapat dilakukan skoring untuk masing-masing kriteria. Skoring dibagi menjadi 4 skor yakni
1 (buruk), 2 (sedang), 3 (baik), dan 4 (sangat baik).
Pada uji ini di cobakan pada 10 responden. Data yang dihasilkan adala sebagai
berikut. Untuk kemudahan dioleskan sangat baik dengan nilai 80%, sensasi yang dihasilkan
oleh sediaan baik dengan nilai 60%, kelembutan sangat baik 60%, bekas yang ditinggalkan
sangat baik 60%, kelengketan sangat baik 50%, kemudahan dicuci baik 80%, aroma sangat
baik 50%, dan tekstur sangat baik 60%.
37
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Emulgel Natrium Diclofenak dapat diformulasikan seperti pada formula yang disusun
diatas, akan tetapi emulgel yang dihasilkan kurang sempurna. Emulgel yang terbentuk
konsistensinya kurang. Untuk meningkatkan konsistensinya dapat dilakukan modifikasi
prosedur pembuatan, mengganti atau meningkatkan kadar basis emulgelling agent, dan
menambahkan stiffening agent. Basis emulgel yang digunakan hendaknya memiliki berat
molekul yang besar sehingga dapat meningkatkan konsistensi sediaan dan hendaknya
kemampuannya mengikat air tinggi sehingga bentuk emulgel lebih baik. Oleh karena itu
Emulgel kelompok kami Belum Siap Edar
7.2 Saran
Perlu diperhatikan rancangan formulasi sediaan mulai dari pemilihan bahan tambahan
yang kompetibel dengan zat aktif, penentuan kadar bahan eksipien serta urutan langkah-
langkah pengerjaan pembuatan larutan agar memperoleh produk yang sesuai dengan
spesifikasi sediaan.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methyl_salicylate
Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential
Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia
Pharmaceutical Dosage Form Disperse System Vol 2 hal 400; Panwar et al. 2011; Rao et al.
2013
40